Anda di halaman 1dari 2

Prognosis

1. ASD

Autism merupakan suatu gangguan yang berlangsung seumur hidup dan tidak dapat
disembuhkan. Akan tetapi level keterbatasan tidak hanya berkaitan dengan
karakteristik dari setiap individu namun juga berkaitan dengan lingkungan yang ada di
sekitar klien, diadaptasi atau tidak untuk meminimalisasi keterbatasan yang ada.

Dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar individu dengan Autism akan
menunjukkan kesulitan dalam interaksi sosial sepanjang hidup. Hal tersebut dapat
diasumsikan bahwa individu tersebut membutuhkan bantuan dan dukungan pada
beberapa area. Akan tetapi kualitas hidup klien tersebut dapat diperbaiki dengan
menggunakan program yang tepat di lingkungannya. Lingkungan yang didasarkan
pada program untuk klien dengan Autism harus diadaptasi sesuai dengan setiap
individu, mempertimbangkan aset dan limitasi yang dimiliki oleh klien serta
mempertimbangkan sumber daya yang ada di sekitar lingkungannya. Individu dengan
Autism akan membutuhkan struktur, kejelasan dan juga pembiasaan pada hidupnya
(Fuentes, 2012).

Fuentes, J., Bakare, M., Munir, K., Aguayo, P., Gaddour, N., Oner, O., et al. (2012).
Autism Spectrum Disorder. Dalam IACAPAP e-Textbook of Child and Adolescent
Mental Health. Geneva: International Association for Child and Adolescent
Psychiatry and Allied Professions.

2. ADHD
ADHD pada anak dapat berdampak buruk pada kehidupan anak di masa depan.
Sekitar 65-80% anak dengan ADHD akan memiliki gejala yang menetap hingga usia
remaja (Forgey & DeJong, 2008). Gejala tersebut menetap hingga usia dewasa pada
15-20% kasus (Mahabbati, 2013). Tetapi dengan treatment awal yang tepat maka
prognosisnya akan jauh lebih baik (Tracy, 2015). ADHD adalah suatu gejala jangka
panjang yang kronis. Sekitar setengah dari anak-anak ADHD akan memiliki
gangguan ketika sudah dewasa. Namun, ketika dewasa lebih mampu mengendalikan
perilaku dan menutupi kekurangannya. Sekitar 70-80% ADHD yang diobati dengan
obat stimulan, akan memberikan bantuan yang signifikan. Dengan melakukan
identifikasi awal dan intervensi, dengan program pengobatan, lingkungan yang
mendukung, maka anak ADHD dapat berkembang secara sosial dan akademis (Tracy,
2015). Pada saat memasuki masa pubertas atau dengan meningkatnya usia, maka
gejala hiperaktif akan berkurang, tetapi gejala inatensi, 17 impulsivitas, disorganisasi,
dan kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain biasanya akan menetap
dan bahkan bisa semakin menonjol (Tracy, 2015; Kaplan et al., 2010).

Forgey, M., & S. DeJong. (2008). Childhood disorders that persist into adolescence
and adulthood. In R. C. Albucher (Ed.). Psychiatry: just the facts. USA: The Mc-
Graw Hill Companies. Diakses 30 November 2017 dari
http://scholar.unand.ac.id/23772/2/2.%2520BAB%25201%2520%2528Pend
ahuluan%2529.pdf

Tracy, N. (2015). Prognosis for adhd in children. Diakses 5 Desember 2019 dari
http://www.Healthyplace.com/adhd/children-behavioral-issues/prognosisfor-adhd-in-
children/

3. Cerebral Palsy
Prognosis pada penderita CP dengan gejala motorik ringan adalah baik. Semakin
banyak gejala penyertanya dan semakin berat gejala motoriknya maka 14 semakin
buruk prognosisnya. Termasuk yang memiliki komplikasi seperti retardasi mental,
epilepsy, gangguan pendengaran dan visual (Hasan, 2007). Anak-anak dengan CP
berat dan keterbelakangan mental juga kadang mengalami epilepsy dan beresiko
tinggi mengalami chest infection, status epilepticus dan masalah lainnya (Hinchcliffe,
2007).

Hinchcliffe, A. (2007). Children with Cerebral Palsy a Manual for Therapist, Parents,
and Community Workers second edition. London: Sage Publications

Anda mungkin juga menyukai