Anda di halaman 1dari 7

Porositas batu atau tanah adalah ukuran celah atau ruang kosong yang dinyatakan sebagai rasio

volume celah terhadap keseluruhan total volume dengan satuan persen yang dirumuskan (Todd,

2005) :

Vv V t - Vs
α= = x 100%……………………………(1.1)
V Vt

Dimana :

Vv : Volume celah

Vs : Volume material padat

V : Total volume batuan atau tanah (bulk volume)

Cara menghitung porositas efektif dapat menggunakan rumus menurut Sulistijo,

1998 dalam Kharisma, 2016 :

V
VP = ………………………………….(1.2)
ne

Dimana :

Vp : Kecepatan fluida di media berpori

V : Kecepatan fluida total

ne : Porositas efektif

Nilai konduktivitas hidraulik untuk pasir kasar dan seragam dapat memakai rumus

Hazen, 1911 dalam Kodoatie, 2012 yang terulis:

K = cd102 …………………………………....(1.3)

Dimana:

K = Konduktivitas hidraulik (cm/detik)

d10 = ukuran butiran efektif (mm)


c = konstanta (1/cm detik) dengan harga 40 - 150. Untuk berbagai jenis pasir nilai c

adalah:

 40 - 80 : pasir sangat halus sampai pasir halus gradasi buruk

 80 - 120 : pasir medium sampai pasir kasargradasi buruk

 120-150 : pasir kasar gradasi baik

 Persamaan utama aliran airtanah berdasarkan Hukum Darcy. Salah satu asas utama aliran

airtanah melalui media porous ialah alirannya bersifat laminer di mana angka

Reynoldsnya adalah kecil yaitu 1 sampai 10 dan unsur viskositas berperan. Di dalam

besaran konduktivitas hidraulik, nilainya berbanding terbalik dengan viskositas dinamik

fluida. Semakin besar viskositasnya, fluida menjadi semakin kental namun K menjadi

lebih kecil. Pada Persamaan 1.3 harga konduktivitas hidraulik diperoleh dari persamaan

yang mengandung diameter butiran, kerapatan air dan viskositas. Persamaan 1.3 berlaku

untuk jenis tanah yang seragam, bilamana tanahnya tidak seragam, nilai d harus

digantikan dengan dm, yaitu rata-rata butiran dari tanah yang diselidiki. Sedangkan nilai c

merupakan koefisien yang tergantung dari bentuk dan pengepakan (packing) dari butiran

tanah (Kodoatie, 2012).

 Persamaan lainnya untuk penentuan konduktivitas hidraulik adalah persamaan Kozeny-

Carman, 1937 dalam Kodoatie, 2012 yang mengandung unsur diameter butiran dan

porositas persamaannya adalah:

ρg n3 dm2
 K=( )[ 2] ( )…………………………(1.4)
μ (1-n) 180

 Dimana:

 ρ = kerapatan air (kg/m3)

 µ = viskositas air (Pa.s)


 n = porositas (%)

 d-= rata-rata ukuran butiran (mm)

 Definisi ini dapat ditulis (Todd, 1959 dalam Koedatie,2012):


Q
μ
 k= A
dp ……………….…………………….(1.5)
dx

 Hal tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut (Todd,2005) :

 T = K x b……………………………………(1.5)

 Dimana :

 T : Transmisivitas (m2/hari)

 K : Konduktivitas hidraulik (m/hari)

 b : Ketebalan zona saturasi akuifer (m)

 Adapula persamaan untuk menentukan nilai transmisivitas yang diperoleh dari persamaan

Jacob. Rumus ini biasanya digunakan dalam uji akuifer dan hubungan antara jangka

waktu (t) sejak pemompaan dimulai dan penurunan air (Sw) dalam sumur pengamatan

adalah kira-kira merupakan garis lurus (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

2,3Q
 T= …………………………………..(1.6)
4π∆Sw

 Dimana :

 T : Transmisibilitas

 Q : Besarnya pemompaan tetap

 ΔSw : Selisih Sw dalam satu siklus logaritmis dalam t

Adapun persamaan untuk menentukan nilai storativitas yang dapat pula diperoleh

dari persamaan Jacob. Rumus ini biasanya digunakan sama halnya dengan penentuan nilai

transmisivitas yaitu dalam uji akuifer dan hubungan antara jangka waktu (t) sejak pemompaan
dimulai dan penurunan air (Sw) dalam sumur pengamatan adalah kira-kira merupakan garis lurus

(Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

2,25𝑇𝑡0
𝑆= ………………………………..(1.7)
𝑟2

Dimana :

S : Storativitas

T : Transimisivitas

t0 : Harga t untuk Sw = 0

r : Jarak dari sumur pemompaan ke sumur pengamatan

Specific storage dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kharisma, 2016) :

S = ρg (α + nβ)……………………………….(1.6)

Dimana :

S : Storativitas

ρ : Kerapatan air (kg/m3)

g : Gravitasi (m/detik)

α : Kompresibilitas akuifer (m2/Newton atau Pascal-1)

n : Porositas

β : Kompresibilitas air (m2/Newton atau Pascal-1)

Satuan dari specific yield adalah dalam persen. Specific yield dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Kharisma, 2016) :

∆𝑉
𝑆𝑦 = ………………………………..(1.7)
∆ℎ 𝐴

Dimana :

Sy : Specific Yield

ΔV : Perubahanvolume air dalam Storage (m3)


Δh : Perubahan head (m)

A : Luas daerah aliran akuifer (m2)

1.4.2.3.1 Akuifer Headloss

Hilangnya head untuk aliran steady-state dalam akuifer tertekan, homogen, dan

isotropik dengan permukaan piezometrik yang awalnya horizontal (lihat Gambar 1.4 dan 1.5)

dapat diperkirakan dengan menggunakan Persamaan Thiem steady-state (Todd dan Mays, 2004

dalam Ahmed dan Cardle,2014) :

Q r0
haf = ln( re )………………...………………..(1.8)
2πT

Dimana :

haf = Headloss pada formasi akuifer antara radius ro dan re (m)

Q = Debit konstan pada air sumur (m3/s)

T = Tranmisivitas pada formasi akuifer (m2/s)

ro = Radius terpengaruh diukur dari titik tengah air sumur (m)

re = Efektivitas radius sumur diukur dari titik tengah air sumur (m)

Dalam penggunaan persamaan 1.8, diasumsikan bahwa air sumur sepenuhnya

menembus ketebalan penuh dari akuifer tertekan dan bahwa penurunan kepala hidraulik lebih

kecil jika dibandingkan dengan ketinggian permukaan piezometrik statis (Todd and Mays, 2004

dalam Ahmed dan Cardle,2014).

Ketika drawdown (Sw) relatif kecil terhadap ketebalan jenuh (Sw/D0<0,25),

drawdown di sekitar sumur water table dapat dianalisis menggunakan persamaan sumur artesis,

asalkan drawdown (Sw), transmisivitas (T), dan storativitas (S) diganti dengan sw – s2w /2D0,

KD0, dan θ, masing-masing (D0 = ketebalan jenuh awal dan θ = porositas efektif) (Hantush,1964

dalam Ahmed dan Cardle, 2014).


Salah satu formula itu, berlaku untuk akuifer bebas (freatik) dan akuifer tertekan

(artesis), disajikan sebagai berikut:

ro=575sw√dK………………….………………(1.9)

Dimana :

Sw = total drawdown pada sumur pompa diukur di bawah muka air statik (m)

D = ketebalan saturasi pada akuifer tertekan (m)

Untuk akuifer tidak tertekan, d = bo (Gambar 1.4a)

Untuk akuifer tertekan, d = b (Gambar 1.4b)

K = Konduktivitas hidraulik pada akuifer (m/s)

Total drawdown dalam sumur pompa pada laju pelepasan konstan dapat dinyatakan

sebagai (Jacob, 1947 dalam Ahmed dan Cadler, 2014) :

Sw = BQ + CQ2………………………………..(1.11)

Dimana :

Sw = total drawdown diukur di dalam sumur untuk uji drawdown (m)

Q = rata-rata debit sumur (m3/s)

B = koefisien susut akuifer

C = koefisien susut sumur

Efisiensi sumur (E) untuk sumur air adalah rasio kapasitas spesifik aktual dengan

kapasitas spesifik teoritis (lihat Gambar 1.6). Dinyatakan dengan cara lain, efisiensi sumur

(biasanya dinyatakan dalam persentase) adalah rasio penarikan langsung di luar sumur (misalnya

kehilangan pembentukan BQ) terhadap drawdown yang diukur dalam sumur (Sw) (Ahmed dan

Cardle,2014).

E = BQ/Sw x 100%.............................................1.8

Anda mungkin juga menyukai