Anda di halaman 1dari 4

Sejarah 1 Muharram tahun baru Islam, awalnya ditandai dengan peristiwa besar berupa peristiwa

hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Kisah itu punya makna mendalam bagi muslimin dunia. Peristiwa itu kemudian menjadi awal
tahun kalender Islam dan diperingati hingga sekarang.

Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan Islam di Mekah.
Semula, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar Islam kemudian dilakukan dengan
terang-terangan.

Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar melakukan desakan.
Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan, datanglah masa sulit. Sang
istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi salah satu motivator bagi Nabi dalam
menyebarkan Islam.

Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Semasa hidup, Abu Thalib
lah yang menjadi pembela Nabi dari kebengisan kafir Quraisy. Dengan wafatnya Abu Thalib,
kaum kafir Quraisy semakin semena-mena. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat
Nabi berada dalam suasana duka.

Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah peristiwa luar biasa, yaitu
Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun 621 Masehi. Pada peristiwa itu, turunlah perintah salat
lima waktu.

Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan dakwahnya di Mekah. Pengalaman luar biasa itu
diceritakan pada pengikutnya. Namun, kabar itu membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan.
Mereka menuduh Nabi berbohong.

Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi di Bukit Aqaba.
Mereka memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at Aqaba I.

Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah. Mereka merupakan
Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka kemudian menemui Nabi dan
mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka menyatakan siap membela dan melindungi Nabi dan
para pengikutnya dari Mekah. Peristiwa ini dikenal dengan Bai’at Aqabah II.

Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir Quraisy melakukan
boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang berasal dari Bani Hasyim dan Bani
Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pengikut Nabi.
Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum muslimin. Tak ada yang diperkenankan
bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad. Mereka juga mendukung kelompok-kelompok yang
memusuhi Nabi Muhammad. Boikot inilah yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.

Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy, Nabi Muhammad, atas
perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun sebelumnya, Nabi telah
memerintahkan kaum mukminin agar hijrah terlebih dahulu ke Madinah. Para sahabat pun segera
berangkat secara diam-diam agar tidak dihadang oleh kelompok kafir Quraisy.

Nabi Selamat dari Kepungan Quraisy

Menjelang Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy membuat rencana jahat.
Mereka ingin membunuh Nabi.

Pada malam hari, para pemuda Quraisy telah mengepung rumah Nabi. Pada saat itulah Nabi
meminta Ali bin Abi Thalib memakai jubahnya. Ali diminta berbaring di tempat tidur Nabi
untuk mengelabui para pemuda Quraisy.

Para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy kemudian mengintip ke kamar Nabi. Mereka melihat
ada sosok yang sedang berbaring dan mengira itu adalah Nabi Muhammad, padahal yang
berbaring itu adalah Ali bin Abi Thalib.

Jelang larut malam, Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar Ashshiddiq. Nabi
kemudian berangkat ke Gua Tsur.

Para pemuda Quraisy yang mengepung rumah Nabi masuk ke dalam rumah. Namun mereka
alangkah terkejut, ternyata Nabi sudah tidak ada. Sosok yang terbaring di tempat tidur itu
ternyata Ali bin Abi Talib.

Keajaiban Gua Tsur

Sementara, Nabi terus berjalan. Untuk mengelabui kaum Quraisy yang telah menutup semua
jalur ke Madinah, Nabi menempuh jalan yang tak biasa digunakan penduduk.

Tibalah Nabi di Gua Tsur. Nabi bersama Abu Bakar tinggal di sana selama kurang lebih tiga
hari.

Gua Tsur sungguh sempit. Jarang disinggahi manusia. Sementara, kaum Quraisy mondar-mandir
ke segala penjuru mencari Nabi dan Abu Bakar.

Kelompok Quraisy sebenarnya sudah tiba di Gua Tsur. Pimpinan mereka bahkan hendak masuk
ke gua yang dijadikan tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar itu. Namun tak jadi.
Mereka melihat banyak sarang laba-laba di mulut gua. Selain itu, banyak pula burung liar di
sana. Sehingga mereka mengira tak mungkin ada orang di dalam gua tersebut.

Setelah tiga malam berada di gua, pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun pertama Hijriyah, atau
pada tanggal 16 September 622 M, Nabi, Abu Bakar, ditemani Amir bin Fuhairah, beserta
seorang penunjuk jalan, Abdullah bin Uraiqith, keluar dari gua. Mereka berangkat menuju
Madinah.

Nabi duduk di atas unta, yang dalam kitab tarikh disebut dengan nama “ Al-Qushwa”. Selama
tujuh hari tujuh malam mereka berjalan menuju Madinah, melewati gurun pasir yang gersang.

Pada tanggal 8 Rabiul Awwal, rombongan Nabi tiba di Quba. Mereka disambut dengan hangat
oleh kaum muslimin di sana.

Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari Quba, Nabi bersama umat Islamlainnya
melaksanakan salat Jumat di tempat Bani Salim bin Auf. Untuk memperingati peristiwa itu,
dibangunlah “ Masjid Jumat” di lokasi ini.

Nabi melanjutkan perjalanan pada hari itu juga. Rombongan itu akhirnya tiba di Madinah pada
hari Jumat, 12 Rabi’ul Awwal itu juga atau tahun 13 Kenabian. Sambutan penuh suka cita
diiringi isak tangis penuh haru dan kerinduan menyeruak di Madinah.

Syair pun berkumandang:

Thola‘al badru ‘alayna


Min Tsaniyyatil Wada’
Wajabasy syukru ‘alayna
Ma da‘a lillahi da‘
Ayyuhal mab‘utsu fina
Ji’ta bil amril mutha’

Artinya:
Telah nampak bulan purnama
Dari Tsaniyyah Al-Wada’
Wajiblah kami bersyukur
Atas masih adanya penyeru kepada Allah
Wahai orang yang diutus kepada kami
Engkau membawa sesuatu yang patut kami taati
Hikmah Hijrah Nabi Muhammad SAW

Pertama: peristiwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan
tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap Muslim,
karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi
yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah. • Kedua: Hijrah
mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu
semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal yang baik
ke yang lebih baik lagi. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan
takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta
benda mereka. • Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum
Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang
hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

Keempat, Peristiwa hijrah Rasulullah ini membawa perubahan besar untuk kemajuan dakwah
Islam. Rentetan proses hijrah tersebut membawa lompatan besar bagi perkembangan Islam.
Dakwah Islam pun menyebar luas.

Ketika Rasul masih ada di Makkah belum ada di Madinah, beliau belum bisa menerapkan
Alquran secara kafah. Setelah menerapkan Alquran secara kafah, maka bisa kita lihat banyaklah
lompatan-lompatan yang terjadi ketika beliau di Madinah. Bahkan lompatan tersebut terjadi
secara massif, bersekala besar, luas dan permanen

Salah satu lompatan besar itu yakni dengan menjadikan peristiwa hijrah menjadi penanda
dimulainya penanggalan dalam kalender Islam atau hijriah. Sebab itu, memaknai peringatan
Tahun Baru Islam 1441 Hijriah, umat Muslim di Indonesia agar kembali berbenah diri untuk
menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai