Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat dibebankan hak dan

kewajiban atau sesuatu yang berdasarkan hukum dapat memiliki hak dan

kewajiban.Hak dan kewajiban yang dimaksud adalah subjek hukum dapat

melakukan hubungan hukum atau dapat bertindak melakukan kewenangan

hukumnya berdasarkan ketentuan hukum yang ada.

Menurut hukum ada dua subjek hukum yaitu


1
pertamamanusia (person), di dalam hukum, perkataan seseorang atau
orang (person) berarti pembawa hak dan kewajiban. Berlakunya
seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia
meninggal dunia.Kedua badan hukum (rechtpersoon), selain orang
(person) badan atau perkumpulan dapat juga memiliki hak dan dapat
melakukan perbuatan hukum seperti halnya manusia.Badan atau
perkumpulan itu memiliki harta kekayaan sendiri, ikut serta dalam
persoalan hukum dan dapat juga digugat atau menggugat di
pengadilan dengan perantaraan pengurusnya, badan yang demikian
disebut badan hukum (rechtpersoon).Perkumpulan sebagai badan
hukum tentu tidaklah semua jenis perkumpulan, perkumpulan yang
dapat dinamakan badan hukum apabila perkumpulan tersebut
diciptakan sesuai ketentuan yang berlaku (hukum).

Perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum

dengan cara sebagai berikut:2

1. Didirikan dengan akta notaris.

2. Didaftarkan di kantor panitera Pengadilan Negeri (PN) setempat.

1
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal 61
2
Advendi Simangunsong dan Elsi Kartika Sari, 2004, Hukum dalam Ekonomi, Penerbit
Grasindo, Jakarta, hal 8

1
2

3. Dimintakan pengesahan Anggaran Dasar (AD) kepada Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (HAM), sedangkan khusus untuk

badan hukum Dana Pensiun, pengesahan AD dilakukan oleh Menteri

Keuangan.

4. Diumumkan dalam Berita Negara.

Berbicara korporasi tidak bisa melepas pengertian tersebut dari hukum

perdata, sebab korporasi merupakan terminologi yang erat kaitan dengan

badan hukum (rechtpersoon) dan badan hukum itu sendiri terminologi yang

erat kaitannya dengan hukum perdata.

Secara etimologi tentang kata korporasi dalam bahasa Belanda disebut

corporatie, Inggris: corporation, berasal dari kata corporation dalam bahasa

Latin yang diartikan sebagai badan dalam bahasa Indonesia. Korporasi adalah

suatu badan hasil cipta hukum dan kematiannya pun diciptakan oleh

hukum.3Sedangkan menurut beberapa ahli yaitu Utrecht/Moh.Soleh Djindang

korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak

bersama-sama sebagai suatu subjek hukum tersendiri suatu

personifikasi.Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi

mempunyai hak dan kewajiban anggota masing-masing.4A. Z. Abidin

menyatakan bahwa korporasi dipandang sebagai realitas sekumpulan manusia

yang diberikan hak sebagai unit hukum, yang diberikan pribadi hukum untuk

3
Soetan K. Malikoel Adil, 1955, Pembaharuan Hukum Perdata Kita, Penerbit PT.
Pembangunan, Jakarta, hal 83
4
Chidir Ali, 1987, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, hal 64
3

tujuan tertentu.5 Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika telah memberikan batasan mengenai korporasi yang diatur dalam

pasal 1 angka 21 menyatakan “korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari

orang dan/atau kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun bukan

badan hukum”. Selain UU di atas, UU Nomor 7 Drt. Tahun 1955 pasal 15

ayat (1) juga memberikan batasan mengenai korporasi sebagai subjek tindak

pidana yang berbunyi “jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh atau

atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan suatu perserikatan orang atau

yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana dan tindakan

tata tertib dijatuhkan, baik terhadap badan hukum perseroan, perserikatan atau

yayasan itu, baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak

pidana ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan

atau kelalaian itu, maupun terhadap kedua-duanya”.

Diakuinya badan hukum (korporasi) sebagai subjek hukum sehingga

memiliki kewenangan bertindak dalam hukum sebagaimana manusia maka

konsekwensi logisnya korporasi pun akan sebagai subjek tindak pidana

meskipun dalam hal ini masih menuai perdebatan. Pandangan mengenai

korporasi sebagai subjek hukum pidana mengemukakan argumentasinya

sebagai berikut:6

1. Ternyata dipidananya pengurus saja tidak cukup untuk mengadakan

represi terhadap delik-delik yang dilakukan oleh atau dengan suatu


5
A. Z. Abidin, 1983, Bunga Rampai hukum pidana, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, hal
54
6
Tongat, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif pembaharuan,
Penerbit UMM Press, Malang, hal 121
4

korporasi. Karenanya diperlukan pula untuk dimungkinkan memidana

korporasi, korporasi dan pengurus atau pengurus saja.

2. Mengingat dalam kehidupan sosial dan ekonomi ternyata korporasi

semakin memainkan peranan yang penting pula.

3. Hukum pidana harus mempunyai fungsi dalam masyarakat yaitu

melindungi masyarakat dan menegakkan norma-norma dan ketentuan-

ketentuan yang ada dalam masyarakat. Kalau hukum pidana hanya

ditekankan pada segi perorangan, yang hanya berlaku pada manusia,

maka tujuan itu tidak efektif, oleh karena itu tidak ada alasan untuk

selalu menekan dan menentang dapat dipidananya korporasi.

4. Dipidananya korporasi dengan ancaman pidana adalah salah yaitu

upaya untuk menghindarkan tindakan pemidanaan terhadap para

pegawai korporsi itu sendiri.

Kejahatan adalah salah satu jenis tindak pidana yang secara langsung

dirasakan oleh masyarakat meskipun perbuatan tersebut belum dirumuskan

dalam hukum tertulis (UU) sebagai tindak pidana.Artinya perbuatan tersebut

benar-benar dirasakan masyarakat telah meciderai rasa keadilan meskipun

belum adanya UU yang mengaturnya, sehingga patut dicelanya perbuatan

tersebut berdasarkan nilai-nilai yang masih hidup dalam

masyarakat.Kejahatan korporasi pun demikian namun lemahnya perhatian

penegak hukum dalam hal ini, penegak hukum terlihat pasif dalam

menanggulangi kejahatan ini.


5

Kejahatan korporasi adalah kejahatan yang bersifat organisatoris dan

salah satu bentuk kejahatan White collar crime (kejahatan kerah putih),

bentuk-betuk kejahatan dan korban kejahatan korporasi ini sangat beraneka

ragam pada umumnya bernilai ekonomis. Bentuk kejahatan korporasi

lazimnya seperti pelanggaran hak-hak konsumen, kejahatan lingkungan

hidup, melakukan suap, kejahatan di bidang perpajakan dengan skala dan

ruang lingkungan korban yang sangat luas yaitu konsumen, masyarakat dan

Negara.

Beberapa kejahatan yang dilakukan korporasi di Indonesia antara lain

PT. Indosat Mega Media (IM2) ditetapkan sebagai tersangka dengan surat

perintah penyidikan yang ditanda tangani 3 januari 2013. Ditetapkan sebagai

tersangka karena PT. IM2 menyalah gunakan jaringan bergerak seluler

frekuensi 3G dengan menggunakan jaringan tersebut tanpa seizin

pemerintah.7Tidak hanya kasus IM2, kejahatan korporasi juga terjadi di Riau

mengenai dugaan pembakaran hutan yang dilakukan oleh tiga perusahaan

yaitu PT. TFDI, PT. TKWL dan PT. SGP.8

Berdasarkan uraian singkat di atas mengenai peristiwa hukum yang

terjadi, peneliti menganggap sangatlah menarik untuk dikaji lebih dalam

lagi.Sehingga nantinya menjadi pengetahuan baru bagi peneliti.Peneliti

mencoba mengangkat sebuah judul “ANALISIS TENTANG

7
Perusahaan Indosat dan IM2 jadi tersangka, 5 januari 2013, kompas.com, diakses 18 juni
2015
8
Tiga perusahaan jadi tersangka kasus pembakaran lahan, 8 agustus 2014, Antaranews.com,
diakses 18 juni 2015
6

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DI DALAM KEJAHATAN

KORPORASI”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian singkat latar belakang di atas, maka peneliti menegaskan

akan perlunya penelitian ini dengan mengangkat rumusan permasalahan yaitu

Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pidana didalam kejahatan korporasi?

C. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana di dalam kejahatan

korporasi.

D. Manfaat Penelitian

Sementara manfaat dari penelitian ini, secara sederhana dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang

bagaimana bentuk peertanggungjawaban pidana di dalam kejahatan

korporasi.

b. Bagi penegak hukum diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu

meningkatkan pengetahuan dan memberikan wacana baru terkait

bagaiamana bentuk pertanggungjawaban pidana di dalam kejahatan

korporasi.
7

c. Bagi peneliti, penelitian ini selain dapat memberikan wawasan baru

mengenai bentuk pertanggungjawaban pidana didalam kejahatan

korporasi, juga sebagai penulisan tugas akhir yang merupakan syarat agar

dapat memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan

Penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi teoritis tentang

bentuk pertanggungjwaban pidana di dalam kejahatan korporasi, mengingat

kajian dalam hukum pidana terkait bentuk pertanggungjawaban pidana

korporasi masih sangat minim.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur atau rangkaian cara yang

sistematis dalam menggali suatu kebenaran sehingga dapat menghasilkan

suatu penelitian yang mendekati kebenaran optimal.

1. Metode pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konseptual

(conceptual approach).Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.9

2. Jenis bahan hukum10

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif

artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari

9
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, penerbit Kencana Prenada Meia Group,
Jakarta, hal 95
10
Ibid, hal 141
8

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

b. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen resmi meliputi buku-buku hukum, skripsi,

tesis, dan disertasi hukum, jurnal-jurnal hukum, kamus-kamus hukum,

serta komenta-komentar atas putusan pengadilan.

3. Teknik pengumpulan bahan hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah model studi

kepustakaan (library research), yang dimaksud adalah pengkajian

informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan

dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum

normative, yakni penulisan yang didasari pada data-data yang dijadikan

objek penelitian seperti buku-buku pustaka, jurnal, artikel ilmiah, internet,

dan segala yang berkaitan dengan skripsi ini yang akan disusun dan dikaji

secara komprehensif.

4. Analisa bahan hukum

Tahap analisa bahan hukum yaitu menguraikan bahan hukum dalam

bentuk kalimat yang baik dan benar, sedangkan analisa yang digunakan

adalah analisa kritis terhadap perundang-undangan yang berkaitan dengan

pertanggungjawaban pidana korporasi sesuai yang akan diteliti juga

menganalisa literatur-literaturyang diperoleh sehingga penelitian ini

terarah sesuai tujuan studi analisis yang dimaksud secara normative.

G. Rencana Sistematika Penulisan


9

Penulisan hukum ini dibagai dalam 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi

kembali menjadi sub bab. Ada pun sistematika penulisan yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

permaslahan yang mendasari pemilihan judul penelitian, tujuan, manfaat

penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan permasalahan

pertanggungjawaban pidana di dalam kejahatan korporasi yaitu diantaranya;

teori hukum pidana, teori pidana dan pemidanaan, dan teori-teori lain yang

berkaitan dengan permaslahan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab yang akan memuat isi dari pembahasan dari objek kajian yang berkaitan

dengan pertanggungjawaban pidana di dalam kejahatan korporasi.

BAB IV PENUTUP

Bab penutup ada dua sub bab yang perlu dimasukan di dalamnya yaitu

kesimpulan dan saran. Pada dasarnya yang disampaikan penulis dalam bab ini

merupakan hasil analisa Bab III. Kesimpulan jawaban harus sesuai dengan

permasalahan yang dikaji/teliti yakni pertanggungjawaban pidana di dalam

kejahatan korporasi

Anda mungkin juga menyukai