MANAJEMEN KEPERAWATAN
KONSEP TEORITIS PENJAMINAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
DAN PRAKTEK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI
Dosen Pembimbing Dr. Hotmaida Siagian, SKm, M. Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Tingkat 2A
1. Moch. Iqbal Pratama (01)
2. Irfana Devi Amalia (23)
3. Nurhayati Harahap (38)
4. Fida Nadhir Salsa Bila T. (43)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Makalah Manajemen Keperawatan Konsep Teoritis
Penjamnan Mutu Asuhan Keperawatan dan Praktek Keperawatan Berbasis Bukti.
Makalah Manajemen Keperawatan Konsep Teoritis Penjamnan Mutu Asuhan
Keperawatan dan Praktek Keperawatan Berbasis Bukti ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Makalah ini berisi tentang komite keperawatan dalam pengawasan mutu, kualitas
pelayanan (TQM), penilaian kinerja perawat, persyaratan kualitas pelayanan
publik, kendala dalam pelayanan publik, dimensi kualitas pelayanan publik.
Makalah yang berjudul Makalah Manejemen Keperawatan Konsep Teoritis
Penjamnan Mutu Asuhan Keperawatan dan Praktek Keperawatan Berbasis Bukti,
tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepadaYth:
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
6. Bagaimana dimensi kualitas pelayanan publik ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penjaminan mutu asuhan keperawatan dan
praktek keperawatan berbasis bukti.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peran komite keperawatan dalam pengawsan mutu.
2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan (TQM)
3. Untuk mengetahui penilaian kinerja perawat
4. Untuk mengetahui persyaratan kualitas pelayanan publik
5. Untuk mengetahui kendala dalam pelayanan publik
6. Untuk mengetahui dimensi kualitas pelayanan publik
1.4 Manfaat
Setelah membaca ini diharapkan pembaca dapat mengerti penjaminan
mutu asuhan keperawatan dan praktek keperawatan berbasis bukti.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-
faktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma" adalah
menajamnya persaingan, ketidak-puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan
dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar TQM
berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini penggunaannya
telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun
lembaga nirlaba.
TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan pelayanan
sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan ini
berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa
pengalaman dan ide-ide mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan
mutu. Ada beberapa prinsip-prinsip fundamental yang mendasari pendekatan
semacam itu, seperti mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu; -
dimana terdapat komunikasi terbuka dan rasa kepemilikan pegawai - sistem
penghargaan dan pengakuan; pelatihan dn pendidikan terus menerus, dan
pemberdayaan pegawai.
Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan
sekarang cukup populer di sektor swasta khususnya dengan adanya program
ISO 9000. Banyak perusahaan terkemuka dan perusahaan milik negara telah
mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik
di tingkat nasional mupun internasional. Tetapi TQM kurang begitu dikenal di
sektor publik. Namun kini keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang
mendorong sektor swasta untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki
dampak terhadap cara pemerintah menyediakan pelayanan
2.3 Penilaian Kinerja Perawat
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan,
yang meliputi : (1) Pengkajian, (2)Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4)
Implementasi, (5) Evaluasi.
1. Standar I: pengkajian keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan
fisik serta dari pemerikasaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
1) Status kesehatan klien masa lalu.
4
2) Status kesehatan klien saat ini.
3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
4) Respon terhadap terapi.
5) Harapan terahdap tingkat kesehatan yang optimal.
6) Resiko-resiko tinggi masalah.
2. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose keperawatan.
Adapun kriteria proses:
a. Proses diagnose terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnose keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau
gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c. Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
3. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria prosesnya meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan.
Kriteria proses meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkunngan yang
digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
5. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
5
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan
menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat
penampilan yang diinginkan dan kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat
dinilai.
Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas
pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
telah diberikan pada pasien (Gillies, 1989).
6
2.4 Persyaratan Kualitas Pelayanan Publik
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan
dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Suparto, 1994).
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan harus
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas. Manajemen rumah sakit harus
berupaya memuaskan pasiennya, dalam hal ini masyarakat dengan berbagai
tingkat kebutuhannya.
7
dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai dengan tingkat rumah
sakitnya.
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima
oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
3.Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai
oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
4. Mudah dijangkau
5. Bermutu
8
waktu tumbuh pemikiran dalam diri pasien bahwa inilah suatu jasa pelayanan
rumah sakit yang efektif dan memiliki mutu.
3. Birokrasi yang panjang dan adanya tumpang tindih tugas dan kewenangan.
9
Ini menyebabkan penyelenggaraan pelayanan publik menjadi panjang dan
melalui proses yang berbelit-belit, sehingga besar kemungkinan timbul ekonomi
biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, dan
nepotisme, perlakuan diskriminatif, dan lain-lain.
6. Sistem pelayanan publik yang belum diatur secara jelas dan tegas.
Unsur terpenting dari sebuah sistem pelayanan publik yang belum diatur
secara lebih jelas dan tegas di dalam sistem pelayanan publik di Indonesia dewasa
ini adalah Kode Perilaku Petugas Pelaksana Pelayanan Publik (Code of Conduct
for Public Servants). Hal ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sistem
pelayanan publik, terutama bila disadari bahwa sebagian besar dari permasalahan
dan keluhan mengenai pelayanan publik di Indonesia dapat dikembalikan pada
unsur manusia pengemban fungsi pelayanan publiknya (ekses-ekses KKN,
conflict of interest, dsb). Kehadiran sebuah Code of Conduct yang selengkapnya
mungkin akan lebih mengkokohkan struktur dasar dari Sistem Pelayanan Publik
Indonesia.
10
2.6 Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
a. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud Iangsung yang meliputi fasilitas fisik,
yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi
SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang
diberikan.
11
2. Komunikasi (Communication), merupakan kemapuan melaukan komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari
pelanggan
12
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu
pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga
maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Secara
sederhana proses kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun
strandar – standar mutu, selanjutnya mengukur kinerja dengan
membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan
peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan
seterusnya.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah Konsep Teoritis Penjamnan Mutu Asuhan
Keperawatan dan Praktek Keperawatan Berbasis Bukti, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena keterbatasannya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah
ini. Untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik, sebaiknya di beri
tambahan referensi dan rujukan yang memiliki keterkaitan dengan materi
tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2016/12/makalah-manajemen-
mutu-dalam-pelayanan.html
http://ditaagustinasaid25.blogspot.com/2016/11/penilaian-kinerja-perawat.html
https://www.duniapelajar.com/2012/11/27/peran-komite-keperawatan/
http://chyntia-manajemenkeperawatan.blogspot.com/2011/02/total-quality-
management.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/datastudi.wordpress.com/2008/07/12/efektivitas-
pelayanan-kesehatan-pada-rumah-sakit-umum/amp/
http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/permasalahan-pelayanan-publik-
di.html?m=1
http://andilindanirmalasari.blogspot.com/2018/02/mutu-pelayanan-
keperawatan_16.html?m=1
14