Anda di halaman 1dari 6

1.1.

MEMBACAKAN BERITA
Membacakan berita dapat menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan bagi sang pembaca dan pendengarnya jika
pembacaan dilakukan dengan baik.
Untuk dapat menjadi pembaca berita yang baik perlu berlatih:
1. lafal dan pengucapan yang jelas;
2. intonasi yang benar;
3. sikap yang benar.

Dalam menyampaikan berita, intonasi dapat menimbulkan bermacam arti. Keras lambatnya suara atau pengubahan nada, dan
cepat lambatnya pembacaan dapat digunakan sebagai penegasan, peralihan waktu, perubahan suasana, maupun perenungan.
Dalam membacakan berita hendaknya diutamakan pelafalan yang tepat.
Gerak-gerik terbatas pada gerak tangan, lengan atau kepala. Segala gerak tersebut lebih banyak bersifat mengisyaratkan
(bernilai sugestif) dan jangan berlebihan. Untuk menimbulkan suasana khusus yang diperlukan dalam pembacaan, suara
lebih efektif dengan didukung oleh ekspresi wajah. Air muka (mimik) dan alunan suara yang pas lebih efektif untuk
meningkatkan suasana. Senyum atau kerutan kening juga dapat membantu penafsiran teks.
Perhatikan pula kontak pandangan Anda dengan pendengar (penonton), terutama bila membacakan berita melalui media
televisi atau kontak langsung dengan pendengarnya.Jadi, membaca berita adalah menyampaikan suatu informasi atau berita
melalui membaca teks berita dengan lafal, intonasi, dan sikap secara benar.

1.2. PENGERTIAN SURAT


Surat adalah alat komunikasi yang dibuat secara tertulis untuk menyampaikanberita/informasi dari
seseorang/lembaga/instansi kepada seseorang/lembaga/instansi denganmengikuti aturan dan bentuk tertentu.Untuk dapat
membuat surat yang baik, Anda harus memenuhi
Kriteria di bawah ini, yaitu:
•Bahasa yang digunakan sesuai dengan etika, estetika, dan logika
•Menarik, padat, dan jelas.
Bahasa yang digunakan dapat mewakili isi dan tujuan surat.Selain memiliki kriteria, surat juga memiliki fungsi yaitu :
•Duta penulis/organisasi, untuk berhadapan dengan teman bicara sehingga isi suratmenggambarkan citra penulis.
•Dokumen tertulis, yaitu untuk bukti nyata hitam di atas putih.
•Pedoman kerja, untuk membuat keputusan/kebijakan berikutnya.
•Alat pengingat, yaitu dapat diarsipkan dan dilihat jika diperlukan.
•Bukti historis/sejarah, yaitu menggambarkan perkembangan sebuah instansi/lembaga.

FORMAT SURAT
Bentuk penulisan surat atau format surat yang lazim dipergunakan ada 5 bentuk, yaitu :1. Bentuk lurus penuh
(full block style)
2. Bentuk lurus
(black style)
3. Bentuk setengah lurus
(semi block style)
4. Bentuk lekuk
(indented style)
5. Bentuk paragraf menggantung
(hanging paragraph)

JENIS-JENIS SURAT
1. Menurut kepentingan dan pengirimnya, surat dapat dikelompok kan sebagai berikut :
A. SURAT PRIBADI Yaitu surat yang dikirimkan seseoarang kepada orang lain atau suatu oarganisasi/instansi.surat
pribadi adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi
Ciri-ciri surat pribadi seperti berikut.
(1) Tidak menggunakan kop surat/kepala surat
(2) Tidak menggunakan nomor surat
(3) Salam pembuka dan penutup surat bervariasi
(4) Penggunaan bahasa bebas, sesuai dengan keinginan si penulis surat.Yang termasuk surat pribadi adalah :
a. Surat keluarga
b. Surat perjanjian
c. Surat lamaran pekerjaan.
Untuk membuat surat lamaran pekerjaan perlu memperhatikan tahap-tahapnya yaitu :
1. Sumber informasi
2. Pedoman penulisan
3. Lampiran yang diminta
4. Proses pengajuan surat lamaran.
Pada bagian tanda tangan surat lamaran seringkali suatu kantor khususnya kantor pemerintahmenghendaki perlunya
dibubuhi materai.
Isi surat lamaran terdiri dari :
a. Tempat dan tanggal surat
b. Alamat surat
c. Perihal
d. Salam pembuka
e. Kalimat pembuka
f. Data pribadi
g. Data lampiran
h. Kalimat penutup
i. Kata penutup
j. Tanda tangan dan nama jelas
k. Materai jika diminta.
Biasanya pelamar melengkapi surat lamarannya dengan melampirkan :1. Daftar Riwayat Hidup
2. Foto Copy Ijasah
3. Foto Copy KTP dan
4. Pas foto

B. SURAT RESMI
Adalah surat yang disampaikan oleh suatu instansi/lembaga kepada seseorang ataulembaga/instansi lainnya. Surat resmi
(surat dinas) terbagi atas beberapa bagian, yaitu:
1. Surat dinas pemerintah, yaitu surat resmi yang digunakan instansi pemerintah untuk kepentingan adminiustrasi
pemerintahan.
2. Surta niaga, yaitu surat resmi yang dipergunakan oleh perusahaan atau badan usaha.
3. Surta sosial, yaitu surat resmi yanng dipergunakan oleh organisasi kemasyarakatan yangbersifat nirlaba ( nonprofit).

Bagian-bagian surat resmi:


1. Kepala/kop surat, terdiri dari- Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar- Alamat instansi/lembaga,
ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil- Logo instansi/lembaga
2. Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
3. Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
4. Hal, berupa garis besar isi surat
5. Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
6. Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
7. Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
8. Isi surat(-Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf kecil, terkecuali
penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslahmenyesuaikan).
9. Penutup surat
10. Penutup surat, berisi- salam penutup- jabatan- tanda tangan- nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)11.
tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang adanya suatukegiatan.

C. MEMO
1. Alat komunikasi bertulis di dalam jabatan sendiri untuk berhubung secara rasmi.
Menurut isinya, surat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Surat pemberitahuan
b. Surat keputusan.
c. Surat perintah.
d. Surat permintaan
e. Surat panggilan
f. Surat peringatan
g. Suirat perjanjian
h. Surat laporani. Surat pengantar
j. Surat penawaran
k. Surat pemesanan
l. Surat undangan dan
m. Surat lamaran pekerjaan.

3. Menurut sifatnya surat dapat diklasifikasikan sebagai berikkut :


a. surat biasa, artinya, isi surat dapat diketahui oleh oranng lain selain yangn dituju.
b. surat konfidensial ( terbatas), maksudnya, isi surat hanya boleh diketahui oleh kalangantertentu yang terkait saja.
c. surat rahasia, yaitu surat yang isinya hanya boleh diketahui orang yang dituju saja.

4. Berdaraskan banyaknya sasaran, surat dapat dikelompokkan menjadi surat biasa, surat edaran, dan surat
pengumuman.

5. Berdasarkan tingkat kepentingan penyelesainnya, surat terbagi atas surat biasa, surat kilat,dan surat kilat khusus.

6. Berdasarkan wujudnya, surat terbagi atas surat bersampul, kartu pos, warkatpos, telegram,teleks atau faksimile, serta
memo dan nota.

7. Berdasarkan ruang lingkup sasarannya, surat terbagi atas surat intern dan surat ekstern.

1.3. Kebahasaan
Aspek kebahasaan bahasa Indonesia meliputi, aspek bunyi, bentukan kata, kalimat, dan makna. Aspek kebahasaan tidak
secara eksplisit dituangkan di dalam KTSP, namun dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek kebahasaan tidak dapat
dipisahkan dari komponen keterampilan berbahasa dan bersastra. Aspek kebahasaan merupakan unsur pembentuk bahasa
yang dipakai dalam kegiatan berbahasa. Pembelajaran aspek kebahasaan bukan hal yang dapat begitu saja ditinggalkan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, namun juga bukan berarti dominasi pembelajaran bahasa dilakukan pada aspek
kebahasaan (Azmy, Bahauddin. 2012:7).
Materi pembelajaran kebahasaan, meliputi bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, kalimat, dan makna. Materi pembelajaran
kebahasaan di kelas awal SD meliputi pengenalan bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, dan kalimat sederhana.
Materi pembelajaran kebahasaan di kelas tinggi SD, meliputi merangkai kata menjadi kalimat dengan bahasa yang baik dan
benar (ejaan yang tepat dan pilihan kata yang tepat dan santun).
a. Bunyi (Fonem)
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9).
b. Lafal
Lafal adalah suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa Indonesia
meliputi vokal, konsonan, diftone, gabungan konsonan.
c. Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat
d. Kata (Morfem)

Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan atau mempunyai makna.
Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan
pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi
kesatuan bentuk yang lebih kecil. (Lamuddin, 2012:4)
Menurut bentuk dan maknanya, morfem dikelompokkan menjadi 2 yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem
bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata
dasar tergolong morfem bebas. Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan,
sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti
klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
e. Kalimat (Sintkas)
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . kalimat
ada yang berupa fakta ada pula yang berupa opini. (Widjono, 2010:11)
Kalimat fakta adalah kalimat yang berisi peristiwa atau berita yang pasti. Mempunyai data yang valid dan dapat dibuktikan.
Sedangkan kalimat opini adalah kalimat pernyataan yang berupa perkiraan atau pendapat terhadap suatu hal baik yang tidak
pasti atau belum terjadi, tidak membutuhkan data yang valid dan bersifat subjektif.

1.4. Keterampilan Berbahasa


Komunikasi menurut Tohir, Muhammad (2011) adalah hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Dalam melakukan interaksi komunikasi, manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi lisan dan tulisan. Dilihat dari segi
aktivitas, ketrampilan komunikasi terbagi menjadi dua yaitu ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan
reseptif yang terdiri dari membaca dan mendengarkan tidak bisa dipisahkan dengan berbicara dan menulis yang merupakan
ketrampilan produktif. Produktif adalah sikap aktif dari manusia dalam menghasilkan sesuatu yang telah diperolehnya.
a. Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif
Aspek keterampilan berbahasa reseptif meliputi mendengarkan/menyimak dan membaca.
1. Mendengarkan/Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan. Menyimak dapat diartikan sebagai
aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang
disimak. Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan
untuk keterampilan menyimak adalah memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan,
pengumuman, berita, deskripsi berbagai
peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat (Azmy,
Bahauddin. 2012:9).
Mendengarkan/menyimak dapat terjadi dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu secara interaktif dan non-interaktif.
Mendengarkan/menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka melalui telepon/sejenisnya dimana
komunikasi terjadi secara bergantian antara penutur yang satu dengan penutur yang lainnya (2 orang/lebih) yang melakukan
aktivitas mendengarkan dan berbicara sehingga memiliki kesempatan bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang telah diucapkan/meminta penutur untuk melambatkan tempo bicaranya.
Mendengarkan/menyimak secara non-interaktif berlangsung tanpa ada penutur yang berhadapan langsung dengan
penuturnya. Situasi ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak dapat meminta
pembicara mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak dapat meminta pembicaraan diperlambat.
2. Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis yang bertujuan untuk memahami isi bacaan dan maksud penulisnya
(Mulyati, 2008). Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis. Keterampilan
membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya
siswa dalam membaca dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang studi lain. Dalam KTSP SD
dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan membaca adalah menggunakan berbagai jenis membaca untuk
memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun,
percakapan, cerita, dan drama.
Membaca dikelmpokkan menjadi 2 bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan adalah
tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal symbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan
dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar dapat melanjutkan ke tahap membaca lanjut (Dalwadi, 2002).
Sedangkan membaca lanjut adalah anak tidak sekedar mengenal symbol atau tanda-tanda tapi sudah mulai
mempergunakannya untuuk membaca kata atau kalimat sehingga anak memahami apa yang dibacanya (Amin, 1995).
Pada tahap membaca permulaan anak lebih diarahkan kepada membaca huruf atau kata (Shodiq, 1996). Tahap membaca
permulaan dilakukan pada masa peka yaitu usia enam atau tujuh tahun bagi anak normal dan sembilan tahun bagi anak
tunagrahita. Tahap membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategis dikembangkannya kemampuan membaca tanpa
teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional yang tersedia.
b. Aspek Keterampilan Berbahasa Produktif
1. Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Jenis situasi dalam berbicara meliputi: 1) sistuasi
interaktif, missalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya aktivitas
pergantian antara berbica ra dan mendengarkan; 2) situasi semi-interaktif, misalnya sitiuasi berpidato dihadapan umum
secara langsung. Audiens memang tidak dapat melakuka interupsi terhadap pembicara, namun pembicara dapat melihat
reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka; dan 3) situasi non-interaktif, misalnya berpidato lewat
radio/TV. Audiens sama sekali tidak bisa melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber karena berada dalam
dua dimensi media yang berbeda.
2. Menulis
Menulis merupakan salah satu aspek kemamouan berbahasa yang bersifat produktif. Kemampuan ini biasanya hadir setelah
seseorang diidentifikasi mampu menguasai tiga kemampuan berbahasa lainnya. Kemampuan membaca seseorang biasanya
sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menulis seseorang.
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif tulis. Menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis. Keterampilan menulis juga
memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa. Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk
keterampilan menulis adalah melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan,
parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
1.5. Kesusastraan
Pengertian sastra menurut Sumarno dan Saini (dalam situsnya http://sugikmaut.blog.com/) adalah ungkapan pribadi manusia
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang
membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Pembelajaran sastra di SD ditekankan pada apresiasi sastra Indonesia,
khususnya pada apresiasi sastra anak. Yang dimaksud dengan sastra anak adalah karya sastra untuk konsumsi anak, yang
dapat ditulis oleh orang dewasa maupun oleh anak. Seperti halnya karya sastra secara umum, sastra anak juga meliputi puisi
anak, cerita anak, dan drama anak.
a. Puisi
Salah satu materi karya sastra anak adalah puisi. Karakteristik puisi adalah
adanya baris, bait, dan penggunaan bahasa yang indah. Dalam pembelajarannya, puisi dapat dipakai sebagai media apresiasi
reseptif maupun produktif. Unsur-unsur yang ada dalam puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan
pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
b. Prosa
Kata prosa berasal dari bahasa latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia,
surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama
adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat. Sedangkan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas
tanpa aturan apa pun. Jenis prosa lama meliputi: hikayat, kisah, dongeng, dan cerita berbingkai. Sedangkan jenis prosa baru
meliputi: roman, novel, cerpen, riwayat, kritik, resensi, esai (http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa).
c. Drama
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa Yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjkkan
dalam suatu tingkah laku, mimik, dan perbuatan. Orang yang memainkan drama disebut actor atau lakon (http://dhono-
wareh.blogspot.com/2012/04/pengertian-drama-adalah.html). Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat
sementara, sebab naskah ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian tujuan drama bukanlah untuk dibaca
seperti orang membaca novel atau puisi. Pokok drama ialah cerita yang membawakan tema tertentu, diungkapkan oleh
dialog dan perbuatan para pelakunya. Dialog dalam drama dapat berbentuk bahasa prosa maupun puisi.

1.6. Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Terpadu


Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami (Resmini, Novi. 2008:3).
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu
perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi
kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika
dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman
pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences).

Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran
sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut,
maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk
memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata
pelajaran lainnya
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling
dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan)
Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan
belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa secara terpadu di sekolah dasar,
terutama pada saat penggalian tema-tema.
Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip yang meliputi:
1) tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran;
2) tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya;
3) tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa;
4) tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa;
5) tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;
6) tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat; dan
7) tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Anda mungkin juga menyukai