Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat

invasi mikroorganisme ke dalam aliran darah yang timbul dalam usia 1 bulan

pertama kehidupan.1 Sepsis neonatorum tetap menjadi salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas baik di antara bayi aterm dan prematur.2

Sepsis atau infeksi serius dalam empat minggu pertama kehidupan

membunuh lebih dari 1 juta bayi baru lahir secara global setiap tahun.

Kejadian sepsis neonatorum bervariasi dari < 1% sampai > 35% kelahiran

hidup.3 World Health Organization (WHO) telah memperkirakan empat juta

kematian neonatus pada empat minggu pertama kehidupan , di mana satu

juta kematian karena sepsis neonatorum dengan kejadian 42% pada minggu

pertama kehidupan.4

Morbiditas sepsis neonatorum berbeda di setiap negara. Insiden sepsis

neonatorum bervariasi mulai dari 1 sampai 5 per 1.000 kelahiran hidup pada

negara maju , namun pada negara berkembang insiden sepsis neonatorum

bisa meningkat sampai 49 - 170 per 1.000 kelahiran hidup.5

Di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

angka kejadian sepsis neonatorum 11% dan pneumonia 4%. Berdasarkan

publikasi berbagai jurnal nasional, angka kematian di Rumah Sakit (RS) tipe

A dan tipe B bervariasi antar daerah.6

Angka kematian sepsis neonatorum dengan hasil biakan darah positif


di Medan adalah 16.9 - 24.7% , di Denpasar 32.4% , di Yogyakarta sebesar

24%.6 Di Sulawesi Utara terdapat 331 kasus kematian bayi baru lahir atau 2.2

kematian per 1.000 kelahiran hidup , dimana di kota Manado sendiri

dilaporkan 46 kematian selama periode tahun 2013.7 Angka kematian bayi di

RSUP Prof. R.D Kandou Manado tahun 2017 terdapat 85 kematian bayi yang

terdiri dari 23 bayi lahir mati dan 62 bayi kematian bayi dini dimana 72,9%

dengan penyebab kematian paling sering adalah sepsis dengan persentase

52,2%.8

Penyebab utama kematian bayi baru lahir (BBL) berturut-turut adalah

infeksi , prematuritas , asfiksia neonatorum dan trauma lahir. Lebih dari 2/3

kasus dapat dicegah jika diketahui lebih dini melalui pemeriksaan yang efektif

pada saat lahir dan selama minggu pertama kehidupan.9 Tergantung dari

mulai timbul gejala, sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis

neonatorum awitan dini (SNAD) atau early onset sepsis dan sepsis

neonatorum awitan lambat (SNAL) atau late onset sepsis. Sepsis neonatorum

awitan dini adalah sepsis yang terjadi dalam waktu 72 jam pertama karena

infeksi ascending saat ketuban pecah atau saat jalan lahir bayi terinfeksi

disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari ibu dalam masa

kehamilan maupun selama proses persalinan. Penyebab utamanya adalah

Streptokokus group B dan Escherichia coli. Sepsis neonatorum awitan lambat

terjadi setelah 72 jam, terjadi karena infeksi nosokomial rumah sakit.

Penyebab utamanya adalah bakteri gram negatif seperti Escherchia coli,

coagulase negative staphylococci, candida albicans, Klebsiella spp,

Pseudomonas spp, enterobacter spp , Serratia spp , acinetobacter spp.10,11

Perjalanan penyakit SNAD biasanya lebih berat dan dapat berakhir dengan
kematian.1

Faktor – faktor risiko yang dapat menyebabkan SNAD dibagi menjadi 2

yaitu faktor risiko ibu dan faktor risiko bayi. Faktor risiko ibu yang dapat

menyebabkan sepsis neonatorum awitan dini adalah pendidikan ibu, faktor

sosio-ekonomi, asuhan kesehatan prenatal (AKP), jenis persalinan, ketuban

pecah dini, infeksi saluran kemih,dan kehamilan ganda. Faktor risiko bayi yang

dapat menyebabkan sepsis neonatorum awitan dini adalah jenis kelamin, berat

badan, skor Apgar, usia kehamilan, dan tempat persalinan, 12-14 Progresivitas

gejala dari ringan hingga kematian dapat terjadi kurang dalam 24 jam. Gejala

klinis sepsis neonatus adalah gawat nafas, muntah, diare, sulit minum,

hipotermia atau hipertermia, hipoglikemia atau hiperglikemia, ikterus, letargi,

iritabilitas, kejang, ubun-ubun besar menonjol, syok hingga disseminated

intravascular coagulopathy (DIC).6 Pada awalnya, gejala sepsis neonatorum

tersamar namun terapi harus telah dimulai untuk meningkatkan keselamatan.

Faktor ini yang menjadi metode pendekatan oleh klinisi dalam menangani

sepsis pada neonatus namun memiliki kecenderungan untuk terjadi

pelacakan dan pengobatan yang berlebihan.8

Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk mendapatkan faktor

risiko yang berhubungan dengan sepsis neonatorum awitan dini di ruang

Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado.

Anda mungkin juga menyukai