Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

RUANG ICU
CRONIK KIDNEY DEASES

Disusun Oleh:

Yuyun wahyuni
018.02.2751

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

MATARAM

2019
CRONIK KIDNEY DEASES

(CKD)

A. PENGERTIAN

CKD adalah suatu sindrom klinis yang di sebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,

berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi

bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50

ml/menit,(NANDA NIC –NOC, 2012).

CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif

dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit sehingga terjadi uremia ( retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah), (Brunner & Suddarth,

2001)

B. ETIOLOGI

1. Glumerulonefritis kronik

2. Penyakit ginjal obstruksi dan infeksi

3. Glumerulonefritis lupus

4. Nefrosklerosis hipertensi

5. Nefropati diabetic

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :

1. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria

persisten dan LFG nya yang masih normal yaitu > 90

ml/menit/1,72 m3

2. Stadium II

Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG

antara 60-89 ml/menit/1,73 m3

3. Stadium III

Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73

m3

4. Stadium IV

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73

m3

5. Stadium V

Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3

D. TANDA DAN GEJALA

1. Hematologic

Anemia, gangguan fungsi trombosit, trombositopnia,

gangguan leukosit.

2. Gastrointestinal

Anoreksia, nausea, vomiting, gastritis erosiva

3. Syaraf dan otot

Miopati, ensefalopati metabolic, kelemahan otot.

4. Kulit

Berwarna pucat, gatal-gatal dengan ekssoriasi,

echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.


5. Kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama

jantung, edema.

6. Endokrin

Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolism lemak,

fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki,

gangguan metabolism vitamin D.

E. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron

(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan

yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron

yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi

yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam

keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini

memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut

menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi

berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah

banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.

Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi

lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan

ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-

90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai

kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih

rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368)


Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme

protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)

tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi

setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk

sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala

uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,

2001 : 1448).
F. Patofisioligi Nursing Patway

Bagan pathofisiologinya adalah Sbb:

Glumerulo Obstruksi Nefrotik Nefritis Nefritik


nefritis & infeksi diabetik hipertensi lupus
kronik
Fungsi Iskemi & Angiopati Vasklar. Kerusakan
Glumerulus nefron jar. O2 jar.ginjal jar.nefron
menurun infeksi kurang menurun ginjal

Gagal Ginjal Kronik

Pencernaan Kulit Hematologi Syaraf & Kardiovas Perrnapa


otot kuler an

Ggn.meta Urokrom Anemia,tr Enselopat


bolsme gatal Hipertensi Edema paru
ombositop i,miopi,k , edema
protein, meningkat,e nia elemahan
ureum kskariosis, otot
ureafrost Ekspansi
paru
menurun

Anoreksia, Pucat, Eritropin Nyeri Suplai


mual Rennin AA
kuning, kurang,defst O2
muntah, lebih,art
gatal .besi,hemoli
bau mulut eriskloro
sis,kelemaha
sit,ggn.e
n otot
lektrolit Sesak
nafas
Ggn.int
Resiko
egritas Penurun
cedera
kulit an
Pola
curah
nafas
jantung
Ggn. Nutrisi kurang tdk
dari kebutuhan efektif
tubuh
G. KOMPLIKASI

1. Hipertensi

2. Infeksi traktus urinarius

3. Obstruksi traktus urinarius

4. Gangguan elektrolit

5. Gangguan perfusi ke ginjal

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi (foto polos abdomen) :

Besar ginjal, apakah ada batu ginjal atau obstruksi.

2. Pielografi intravena (PIV) :

Menilai sitem pelviokalises

3. Ultrasonografi (USG) : Menilai besar, bentuk ginjal,

kandung kemih, serta prostat.

4. Renogram : Menilai fungsi ginjal kiri dan kanan.

5. Pemeriksaan radiologi jantung :

Mencari apakah ada kardiomegali, efusi pericardial.

6. Pemeriksaan radiologi tulang :

Mencari oesteodistrofi, metastasik

7. Pemeriksaan radiologi paru : Mencari uremik lung

8. Pemeriksaan pielografi retergrad :

Bila dicurigai obstruksi yang reversible

9. Elektrokardiograf :

Untuk melihat hipertrofi ventrikel kiri

10. Biopsy ginjal

11. Pemeriksaan lab, LED, anemia, ureum dan kreatinin

meningkat, hemoglobin, hiponatremia, hiperkalemia,


hipokalsemia, hiperfosfatemia, peningkatan gula

darah, asidosis metabolok, HCo2 menurun, BE menurun,

dan PaCo2 menurun.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan Medis

Dilakukan tindakan CAPD dengan insersi catheter dengan

peritoneuscope yaitu;

a. Persiapan: dipuasakan 4 jam, H-1 operasi pasien

harus defekasi dan bila obstipasi diberi dulcolax,

pagi hari sebelum operasi dipasang iv, pasien di

cukur rambutnya di kulit abdomen, dan sebelum

berangkat ke ruangan tindakan pasien harus

mengosongkan kandung kemih atau dipasang folley

catheter.

b. Prosedur operasi

1) Posisi trendelenberg

2) Buat marker di abdomen, desinfeksi dinding

abdomen, anetesi daerah insisi dengan lidocaine

1%, kemudian insisi kulit sepanjang 3 cm.

3) Jaringan lemak dibuka tumpul sampai terlihat

fascia external, sambil pasien menahan nafas

masukan quill guide assembly posisi 30 derajat

kearah coccyx sampai menembus peritoneum

4) Tarik trocar, masukan air menggunakan syrine,

cek meniscus dan pergerakan air sesuai nafas


5) Hubungkan dengan selang insuflaor, masukan udara

sebanyak 1000-1500 ke dalam abdomen

6) Setelah insuflator dilepas masukan scope lewat

canula, arahkan ke rongga pelvic pastikan ada

space dan tidak ada adhesi pada pelvic,

pertahankan posisi quill dengan clem artei.

7) Canula dilepas dengan gerakan pelan berputar,

masukan dilator kecil dan besar setelah

sebelumnya dilubrikasi dengan lignocain gel.

Buat gerakan maju mundur, dilator besar

dipertahankan sambil mempersiapkan teckoff

catheter dimasukan lewat stylet

8) Catheter dilepas, pasang cuff implanter. Pasien

menahan adinding abdomen dan implanter di dorong

sampai cuff menembus fascia. Stylet dan quill

ditarik.

9) Kateter di test. Dibuat marker tempat exite

site, dilakukan anestesi sepanjang daerah

tunnel, tunneler dimasukan dan exite site menuju

daerah insisi lalu kateter disambungkan menuju

tunneler. Kateter dan tunneler ditarik melewati

exite site dan disambung dengan extension

catheter, posisi exite site 2 cm dari kulit

10) Luka insisi di jahit

11) Operasi selesai


2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Tentukan tatalaksana terhadap penyebab CKD

b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan

cairan dan garam

c. Diet tinggi kalori rendah protein

d. Kendalikan hipertensi

e. Jaga keseimbangan elektrolit

f. Mencega dan tatalaksana penyakit tulang akibat

CKD

g. Deteksi dini terhadap komplikasi

h. Kolaborasi dalam tindakan CAPD

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

b. Riwayat kesehatan

c. Pola aktifitas

d. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran : disorientasi, gelisah, letargi,

samnolen sampai koma

2) Kepala : edema muka (orbita),mulut bau khas ureum

3) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada

4) Perut : adanya edema (asites)

5) Ekstrimitas : edema tungkai, spastisitas otot

6) Kulit :sianosis, akral dingin, turgor kulit

menurun
7) Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi

cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan

dalam, dyspnea.

2. DIAGNOSA dan INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b/d berkurangnya suplai O2

a. Tujuan : pola nafas efektif

b. Criteria hasil : pola nafas efektif, tidak ada

ronchi & weezhing, RR: 18 – 20 kali/menit,

syanosis tidak ada

c. Intervesi

1) Auskultasi suara jantung,paru

Rasional; adanya edema paru, kongesti

vaskuler, keluhan dyspneu menunjukan adanya

renal failure.

2) Monitor tanda-tanda vital, catat bila ada

perubahan tekanan

Rasional; hipertensi yang signifikan merupakan

akibat dari gangguan rennin angiotensin dan

aldeosteron.

3) Nilai tingkat kemampuan klien beraktifitas

Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak

lancarnya peredaran darah.

4) Kolaborasi dalam pemeriksaan lab, pemberian

obat.
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan

ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium

a. Tujuan

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa

kelebihan cairan

b. Hasil yang diharapkan

1) Menunjukken perubahan-perubahan berat badan

yang lambat

2) Mempertahankan pembatasan diet dan cairan

3) menunjukakan turgor kulit normal tanpa edema

4) menunjukkan tanda-tanda vital norma

5) menunjukkan tidak adanya distensi vena leher

6) melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas

atau tidak terjadi nafas pendek

7) melakukan hygiene oral dengan sering

8) melaporkan penurunan rasa haus

9) melaporkan berkurangnya kekeringan pada

membrane mukosa mulut

c. Rencana tindakan

1) Kaji status cairan

a) Timbang BB harian

b) Keseimabngan masukan dan haluaran

c) Turgor kulit dan adanya edema

d) Distensi vena leher

e) Tekanan darah, denyaut dan irama nadi


Rasional: Pengkajian merupakan dasar dan

data dasar berkelanjutan untuk memantau

perubahan dan mengevaluasi intervensi

2) Batasi masukan cairan

Rasional:

Pembatasan cairan akan menentukn berat tubuh

ideal, haluaran urin, dan respons terhadap

terapi

3) Identifikasi sumber potensial cairan

Rasional:

Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui

dapat diidentifikasi

4) Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional

dari pembatasan

Rasional:

Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan

keluarga dalam pembatasan cairan

5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan

akibat pembatasan cairan

Rasional:

Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan

terhadap pembatasan diet

6) Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan

sering
Rasional: Hygiene oral mengurangi kekeringan

membrane mukosa mulut

3. Nyeri akut b/d gangguan system syaraf akibat dari

proses penyakit CKD

Tujuan: nyeri berkurang

Kriteria hasil : tekanan darah dalam batas normal

(120/80 mmHg-140/90 mmHg), nadi

normal 60-120 kali/menit,

capillary refill time yang baik.

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri (perubahan, kualitas, lama)

Rasional : perubahan intensitas tidak umum tetapi

dapat menunjukan adanya komplikasi

2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : relaksasi nafas dalam memberikan

istiirahat pada otot-otot sehingga mengurangi

nyeri

3. Beri lingkungan yang nyaman & tenang

Rasional : klien dapaat istirahat yang banyak

4. Observasi nadi & tekanan darah

Rasional : nyeri yang hebat ditandai dengan

peningkatan tekanan darah & nadi

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgesik
Raisonal : analgesik dapat menekan ambang nyeri

sehingga nyeri tidak dirasakan karena tidak

dipersepsikan ke otak

4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d gangguan metabolisme

Tujuan : nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : mempertahankan/meningkatkan BB

Intervensi

1) Kaji/catat pemasukan diet

Rasional: membantu dan mengidentifikasi

defisiensi dan kebutuhan diet.

2) Berikan makan sedikit dan sering

Rasional: meminimalkan anoreksia dan mual

sehubungan dengan status uremik/menurunnya

peristaltic.

3) Berikan pasien atau keluarga makanan/cairan yang

di izinkan dan dorong terlibat dalam pemilihan

menu

Rasional: memberikan pasien tindakan control

dalam pembatasan diet, makanan dari rumah dapat

meningkatkan nafsu makan.

4) Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan

larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan permen

karet dan penyegar mulut.


Rassional: membrane mukosa menjadi kering dan

pecah. Perawtan mulut menyegarka, meminyaki dam

membantu menyegarkan rasa mulut.

5) Timbang berat badan tiap hari

Rasional: perubahan BB dapat menunjukkan

perpindahan keseimbangan cairan.

6) Awasi pemeriksaan laboratorium

Rasional: indicator kebutuhan nutrisi,

pembatasan dan kebutuhan/efektivitas terapi.

5. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan penurunan turgor kulit akumulasi

ureum pada kulit.

Tujuan; tidak terjadi kerusakan integritas

kulit

Criteria hasil: Kulit tidak lecet, klien mampu

mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya

kerusakan integritas kulit.

Intervensi:

1) Kaji keadaan kuliit terhadap kemerahan dan

adanya excoriasi

Rasional; sirkulasi darah yang kurang

menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan

timbulnya dekubitus/ infeksi

2) Ganti posisi tiap 2 jam sekali

Rasional; mengurangi tekanan pada daerah yang

edema.
3) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang

tipis dan menyerap keringat

Rasional; mencegah iritasi kulit, meningkatkan

evaporasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah, Volume 2,Edisi 8. EGC : Jakarta.

Hardhi, Kusuma. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA NIC NOC, Media Hardhy : Yogyakarta.

Smeltzer dan Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawaatan Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Egc: Jakarta

Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.


Media Aeusculapius FKUI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai