Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari, 38°C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun. B. Etiologi Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam: Demam itu sendiri Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak). Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati toksik sepintas. Gabungan semua faktor tersebut di atas. Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain. C. Patofisiologi Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi. D. Manifestasi Klinis Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit. Gejalanya berupa: 1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba) 2. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak- anak yang mengalami kejang demam) 3. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik) 4. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit) 5. Lidah atau pipinya tergigit 6. Gigi atau rahangnya terkatup rapat 7. Inkontinensia (mengompol) 8. Gangguan pernafasan 9. Apneu (henti nafas) Setelah mengalami kejang, biasanya: 1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih 2. Terjadi amnesia dan sakit kepala 3. Mengantuk 4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan) F. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk : • Mencegah kejang demam berulang • Mencegah status epilepsi • Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi • Normalisasi kehidupan anak dan keluarga. 1. Penatalaksaan Saat Kejang Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan teratur, kalau perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus diperhatikan. Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara intravena atau rektal, jika diberikan intramuskular absorbsinya lambat. Diazepam rektal dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah dengan dosis diazepam 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg (berat badan < 10 kg) dan 10 mg (berat badan > 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg (anak < 3 tahun) atau dosis 7,5 mg (anak usia > 3 tahun). Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3- 0,5 mg/kg. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1- 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.