Presus GBS
Presus GBS
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
20120310090
Telah dipresentasikan
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. E
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Domas
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan kaki kiri tiba-tiba terasa lemas setelah
selesai berenang. Tidak ada riwayat trauma dan tidak demam. Pasien diberikan terapi manitol
namun keadaannya belum membaik. Keesokan hari nya pasien mengeluh kedua kaki nya
tidak bisa digerakkan dan tidak bisa untuk berjalan. Kedua tangan masih bisa digerakkan dan
tidak dikeluhkan lemas oleh pasien. Keluhan sakit kepala, mual, muntah disangkal oleh
pasien. Kemudian pasien diberikan terapi steroid dan keesokan harinya mulai membaik.
Pasien merasakan kaki nya sudah mulai dapat digerakkan. Keluhan kesemutan, kebas, dan
penurunan sensorik disangkal oleh pasien.
Riwayat keluhan yang sama disangkal oleh pasien. Riwayat demam tinggi dalam jangka
waktu lama disangkal oleh pasien, riwayat sakit asma atau sesak nafas atau batuk pilek dalam
waktu lama disangkal oleh pasien. Riwayat diare atau nyeri perut disangkal oleh pasien.
Adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama disangkal oleh pasien
Saat ini pasien tinggal dengan kedua orangtua nya dan masih bersekolah namun tidak
mengikuti kegiatann tambahan dikarenakan orangtua nya mengkhawatirkan kondisi
kesehatan nya.
Anamnesis Sistem
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : cukup
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4M6V5 = 15
d. Vital Sign : TD 110/60 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,7 °C
e. Status Generalis
- Kepala : normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
- Leher : Trakea di tengah, limfonoduli tidak teraba, JVP tidak meningkat
- Thorax
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ditemukan cardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD : Vesikuler
ST : Tidak ada
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas : superior : edema (-) akral hangat
Inferior : edema (-) akral hangat
f. Status Neurologis
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Tidak dilakukan
N II (Optikus)
Daya penglihatan N N
Pengenalan warna N N
Medan penglihatan N N
N III (Okulomotorius)
Ptosis - -
Gerakan bola mata ke
Superior N N
Inferior N N
Medial N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung + +
Reflek kornea + +
N IV (Troklearis)
Gerak bola mata ke lateral bawah N N
Diplopia - -
Strabismus - -
N V (Trigeminus)
Menggigit N N
Membuka mulut N N
N VI ( Abdusens)
Gerakan mata ke lateral N N
N VII (Facialis)
Kerutan kulit dahi N N
Kedipan mata N N
Mengerutkan dahi N N
Mengerutkan alis N N
Menutup mata N N
Sudut mulut N N
N VIII (Akustikus)
Mendengar suara + +
Mendengar detik arloji + +
N IX (Glosofaringeus)
Tidak dilakukan
N X (Vagus)
Denyut nadi 88x/ menit 88x/menit
Bersuara + +
N XI (Asesorius)
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu eutrofi eutrofi
N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah N N
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah + +
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi
ANGGOTA GERAK
Inspeksi :
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Drop hand : -/- Drop foot : -/-
Pitcher hand : -/- Kontraktur : -/-
Claw hand : -/- Warna :N
Udem : (-)
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut
Bosch, SGB merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai adanya paralisis flasid
yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnyanya
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu Idiopathic
Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending Paralysis, dan Landry Guillain Barre
Syndrome.
II. SEJARAH
kali menulis tentang penyakit ini, sedangkan istilah Landry ascending paralysis
kejadian infeksi akut. Pada tahun 1916, Guillain, Barre dan Strohl menjelaskan
tentang adanya perubahan khas berupa peninggian protein cairan cerebrospinal (CCS)
tanpa disertai peninggian jumlah sel. Keadaan ini disebut sebagai disosiasi
Lambert dan Murder mengatakan bahwa untuk menegakkan diagnosa SGB selain
III. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, kejadian pada semua musim. Dowling dkk
mendapatkan frekuensi tersering pada akhir musim panas dan musim gugur dimana
orang/ tahun, negara barat sekitar 1-2% kasus/ 100.000 orang/tahun. Bisa terjadi
disemua tingkatan usia mulai dari anak anak sampai dewasa,sering pada anak anak
dan remaja (China),dan sering pada orang tua > 70 tahun (pada negara barat). Lebih
sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit keturunan .tidak dapat menular
lewat kelahiran ,terinfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS, bisa
timbul seminggu atau dua seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau
tenggorokkan.1
IV. ETIOLOGI
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan penyakit yang
mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain: 3,4
1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
5. Penyakit sistemik
a. Keganasan
b. Systemic Lupus Erithematous
c. Tiroiditis
d. Penyakit Addison
SGB seringkali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insiden kasus
SGB yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56%- 80%, yaitu 1 sampai 4
minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran nafas atas atau infeksi
gastrointestinal.
Kemungkinan timbulnya sindrom guillain barre syndrom pada demam tyfoid perlu
lebih diketahui dan disadari. Khususnya di indonesia dimana demam tyfoid masih
penderita SGB. Namun secara mikroskopik tampak adanya infiltrasi sel mononuclear di
Meskipun penyakit ini sering didahului oleh bermacam-macam penyakit, namun patologi
yang ditemukan sama pada semua pasien GBS. Infiltrasi perivenula terdiri atas limfosit
berukuran kecil sampai sedang, makrofag dan sedikit sel PMN pada stadium awal
penyakit. Namun pada stadium lanjut ditemukan adanya sel plasma dan sedikit sel mast.
Limfosit yang berukuran kecil sampai sedang akan mudah untuk keluar dari vena masuk
ke dalam parenkim saraf. Limfosit yang berukuran besar akan mengalami transformasi
Daerah yang terinflamasi akan diinfiltrasi sel mononuclear kemudian akan terjadi
demielinisasi segmental. Pada mulanya yang terlihat hanya limfosit saja, tapi setelah 2-3
lamella myelin terpisah dan mencerna membran yang terpisah. Destruksi myelin
berlangsung progresif ke arah lokasi sentral nucleus sel schwann. Dengan mikroskop
cahaya dapat terlihat myelin yang terputus dan berbentuk ovoid juga makrofag yang
mencerna myelin.5
Leukosit PMN juga tampak pada lesi yang hebat, mungkin sebagai respons dari jaringan
yang nekrotik. Pada kasus dengan degenerasi wallerian yang luas, dalam sel cornu
anterior dapat terlihat central chromatolysis. Sedang pada keadaan degenerasi axonal
VI. PATOGENESIS
Patogenesis Sindrom Guillain-Barre sampai saat ini masih belum jelas. Tetapi
bersifat imunologik,1-3 Infeksi viral atau infeksi gabungan virus dan bakteri yang
mendahului penyakit ini sering memberi kesan adanya respons yang diperantarai oleh
sel. Patologi SGB yaitu inflamasi sel T di perivenula, mendukung patogenesis SGB
diperantarai sel. Respons yang diperantarai sel dimulai dengan presentasi antigen
interferon dan TNF yang akan mengaktifkan makrofag, dengan akibat destruksi sel
sel B sehingga menghasilkan antibodi. Kompleks antigen dan antibodi tersebut akan
Jadi dalam keadaan ini aktivasi komplemen berpartisipasi secara langsung atau secara
2. Adanya auto antibodi atau kekebalan seluler terhadap sistem saraf tepi.
3. Didapatnya penimbunan kompleks antigen antibodi pada pembuluh saraf tepi
VII. KLASIFIKASI
Yang merupakan jenis GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering
Atau sindroma paralitik Cina: menyerang nodus motorik ranvier dan sering terjadi
di cina dan meksiko. Hal ini disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang
Mirip dengan AMAN , juga menyerang aksoplasma saraf perifer, namun juga
Merupakan varian GBS yang jarang terjadi dan bermanifestasi sebagai paralysis
desendens, berlawanan dengan jenis GBS yang biasa terjadi. Umumnya mengenai
otot otot okuler pertama kali dan terdapat trias gejala yakni: oftalmoplegia,
ataksia, dan arefleksia. Terdapat antibody Anti GQ1b pada 90% kasus.
5. Acute panautonomia
Merupakan varian GBS yang paling jarang: dihubungkan dengan angka kematian
diikuti fase remisi dan relaps. Lesi luas dan irregular terutama pada batang otak
seperti pons, midbrain, dan medulla spinalis. Meskipun gejalanya berat namun
Gangguan autonom terlihat pada lebih dari 50%, gangguan otonomik biasanya
bermanifestasi sebagai takikardi tetapi bisa menjadi gangguan yang lebih serius yaitu
- Hiporefleksi
- Relative simetris
mempersarafi lidah dan otot otot ektraokuler atau saraf otak lain.
timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks refleks tendon dan
didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi
Kelemahan ascenden dan simetris. Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari
anggota gerak atas. Kelemahan otot paroximal lebih dulu terjadi dari otot distal,
Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegi dan gangguan
berkembang dari kelemahan nervus cranial, seringkali kelemahan nervus fasial atau
pasien SGB inap membutuhkan ventilator mekanik karena kelemahan otot respirasi
atau orofaringeal.
c. Gangguan sensorik biasanya ringan bisa paresthesi, baal, atau sensasi sejenis.
VII,VI,V,IX, dan X)
Mengikuti gejala sensorik , khas : mulai dari tungkai , ascenden ke lengan – 10%
seridaknya 50% pasien dan biasanya bilateral – reflek: hilang/pada sebagian besar
kasus.
b. Abnormalitas sensorik
Klasik : parestesi terjadi 1-2 hari sebelum kelemahan , glove & stocking sensation,
simetris, tak jelas batasnya – nyeri bisa berupa mialgia otot panggul, nyeri
c. Disfungsi otonom
- retensi urin
b. Fase laten
c. Fase progresif
- Dimulai dari onset (mulai terjadi kelumpuhan yang bertambah berat sampai
maksimal
polyradiculoneurophatty (CIDP)
d. Fase plateau
e. Fase penyembuhan
- Beberapa bulan.
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LCS
Disosiasi sitoalbumin
Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 gr/L , tanpa
Gambaran poliradikuloneuropati
Pada EMG kecepatan hantar saraf melambat dan respon F dan H abnormal
menonjol, kelemahan otot bagian distal, jarang mengenai otot pernafasan, saraf
kranialis atau saraf otonom. Pada LP tidak ada kenaikan protein liquor.2
2. Miastenia Gravis
Kelemahan otot terutama yang sering digunakan seperti otot bola mata, otot –
otot untuk menelan, berbicara. Tidak ada keluhan sensorik. Tes prostigmin membaik.
Kelemahan otot pada pagi hari sehabis bangun tidur. Tidak ada keluhan
sensorik yang diakibatkan oleh kadar kalium serum yang rendah. Dengan infuse KCl
4. Transverse Myelitis
Kelemahan otot terjadi setinggi lesi ke bawah dan tidak pernah mengenai otot
wajah dan orofaring. Biasanya refleks menghilang bila terjadi spinal shock. Gejala
sensoris biasanya segmental sesuai dengan lesi. Terjadi inkontineasia urin yang
Terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah minum obat. Ganguan
pernafasan terjadi sebelum timbulnya kelemahan otot. Juga sering terjadi ptosis dan
6. Polymyositis
Sering terjadi kelemahan pada leher dan tubuh,namun tidak dijumpai adanya
gangguan sensorik. Refleks biasanya normal tapi bisa sedikit menurun. Tidak
ditemukannya disfungsi otonom juga jarang melibatkan saraf cranial. Sering dijumpai
fenomena Raynauds dan terjadi rash. Tidak ada kenaikan protein LCS. Pada EMG
ditemukan fibrilasi.8
7. Vasculitis Neuropathy
Terjadi demam, gejala sensoris yang terjadi asimetris begitu juga kelemahan
yang terjadi asimetris. Jarang mengenai saraf cranial, tapi bila mengenai saraf tersebut
8. Poliomyelitis
Kelemahan otot tidak simetris dan sering terdapat atrofi otot. Dijumpai adanya
demam tapi jarang terjadi gangguan sensorik. Pada LCS ditemukan pleositosis.8
9. Rabies
Ada demam dan gangguan sensoris biasanya unilateral. Otot kaki lemas tetapi
asimetris. Refleks pada tangan normal. Paresis bulbar tipe spasme, asimetris dan
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara umum
bersifat simtomatik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri,
perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa)
cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi khusus adalah
imunitas (imunoterapi).6,8
a. Kortikosteroid
b. Plasmafaresis
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang
c. Pengobatan imunosupresan
selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap
- azathioprine
- cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit
kepala.4,6,8
XIII. PROGNOSIS
penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil penderita dapat bertahan dengan gejala sisa.
95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan
plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset, progresifitas penyakit lambat dan
Umur tua
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian
penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain:
3. Mardjono M, Sidharta P, Neurologi Klinis Dasar, Edisi VIII, Jakarta : Dian Rakyat,
2000.
4. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology 8th Ed. USA : McGraw
Hill, 2005.
5. Menkes JH, Sarnat HB, Moser FG. Child Neurology 6th Ed. London : Williams &
Wilkins, 2000.