Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN


YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Ariana Norma Ningsih P07124215084
Dika Ardiana P07124215089
Euis Baiduri P07124215092
Hani Asmarani P07124215095
Isnu Kurnia Nugrahaeni P07124215100
Mutiara Fatinah P07124215105
Rika Nofitasari P07124215110
Tika Dwi Maemunah P. P07124215116

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN D IV ALIH JENJANG
2015/2016
A. Peta Wilayah dan Gambaran Kecamatan Prambanan
Kecamatan Prambanan merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. yogyakarta. Bagian utara dan timur kecamatan
Prambanan sudah merupakan perbatasan dengan Kabupaten Klaten provinsi Jawa
Tengah, untuk bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Bantul. Sedangkan
untuk bagian barat berbatasan dengan kecamatan Kalasan dan Berbah. Kecamatan
Prambanan berada di wilayah timur dari kabupaten Sleman yang sebagian
merupakan daerah perbukitan, tempat peninggalan purbakala (candi) yang
merupakan pusat budaya wisata dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu
putih.
Luas Wilayah Kecamatan Prambanan yaitu 4.135 ha yang terdiri dari 6 Desa,
meliputi 68 dusun, 162 Rukun Warga dan 382 Rukun Tetangga. Desa di wilayah
Prambanan adalah Desa Sumberharjo, Desa Madurejo, Desa Wukirharjo, Desa
Bokoharjo, Desa Sambirejo, Desa Gayamharjo.Hampir 60% wilayah Kecamatan
Prambanan Sleman berupa daerah pegunungan, selebihnya berupa daerah datar
dan persawahan.
1. Bentang Alam
Kecamatan Prambanan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
merupakan wilayah paling timur dari kabupaten Sleman yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Klaten Jawa Tengah dibagian Timur. Daerah di
Kecamatan Prambanan sebagian besar terdiri dari daerah pegunungan dengan
persentase 60%, selebihnya berupa daerah datar dan persawahan. Serta
tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat budaya wisata
dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.
2. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang ada di Kecamatan Prambanan antara lain:
a) Sumber daya tambang
Kondisi geologi dan geomorfologi wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta yang beragam mengakibatkan terjadinya variasi potensi
geologi yang diwujudkan dalam potensi bahan tambang. Di Kecamatan
Prambanan terdapat sumber daya mineral atau tambang berupa Bahan
Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, serta breksi batu
apung. Lokasi penambangan batu breksi terletak di Dusun Groyokan,
Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan.

b) Tanah
Tanah di kecamatan Prambanan terdiri dari jenis tanah litosol
seluas 2.155 ha dan jenis tanah regosol seluas 1980 ha. Di bagian
timur ke selatan yang meliputi desa bokoharjo dan desa wukirharjo
merupakan deretan perbukitan yang terdapat beberapa candi yang
merupakan tempat wisata cagar budaya dan pemanfaatan tanahnya
hanya untuk perkebunan, jarang untuk pertanian. Didaerah utara ke
arah barat merupakan daerah datar dan persawahan yang digunakan
untuk pertanian.
c) Air
Pemenuhan kebutuhan air di Kecamatan Prambanan berasal dari
beberapa sumber diantaranya sumur – sumur warga setempat, sungai
opak, maupun PDAM yang berasal dari air tanah. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk tingkat penggunaan air di wilayah ini
juga semakin bertambah.
3. Masalah Lingkungan
a) Faktor Alam
Bencana alam adalah suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi di
muka bumi ini. Bencana alam yang terjadi di muka bumi berakibat
kerusakan alam dan lingkungan sekitarnya, sehingga menyebabkan
lingkungan dan alam sekitar menjadi rusak atau lingkungannya sudah
berbeda dengan sebelum bencana tersebut terjadi, dengan kata lain
bentuknya sudah tidak beraturan seperti aslinya.
Bencana yang dapat terjadi di kecamatan Prambanan antara lain
gunung meletus, gempa bumi, kekeringan, angin puting beliung, dan
tanah longsor. Bencana ini terjadi karena berbagai sebab di antaranya
wilayah Indonesia yang dilintasi oleh dua jalur pegunungan yaitu
Pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania yang menyebabkan
banyak gunung berapi. Aktivitas gunung berapi menyebabkan terjadinya
gempa vulkanik, sedangkan pergeseran lempeng benua menyebabkan
gempa tektonik. Bila pusat gempa terjadi di lautan maka akan terjadi
badai tsunami. Iklim di Indonesia menyebabkan angin musim yang
kadang-kadang bisa terjadi angin topan, sedangkan curah hujan yang
terjadi menyebabkan banjir dan tanah longsor.
b) Faktor Manusia
Di Indonesia hampir setiap tahun selalu ada bencana yang
menimpa bangsa Indonesia. Bencana terjadi tidak jauh dari ulah manusia
sendiri atau tidak peduli dengan lingkungan. Bencana terjadi karena
manusia kurang memperhatikan dan memperbaiki alam semesta ini, hal
ini menyebabkan sering terjadinya bencana atau musibah. Indonesia
memiliki hutan-hutan yang begitu banyak, akan tetapi para manusia salah
memanfaatkannya. Dari faktor hutan yang salah menggunakannya saja
sudah menjadi sebab-sebab bencana alam yang akan terjadi. Selain itu,
banyak manusia yang menjadikan kekayaan hutan menjadi lahan usaha,
bisnis, dan lahan mencari sebuah keuntungan. Banyak diantara mereka
yang menggunakan cara-cara yang tidak benar seperti menebang pohon-
pohon yang ada di hutan secara ilegal dan tanpa perizinan dari menteri
kehutanan. Akibat ulah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan dan
kekayaan alam, banyak hutan-hutan yang gundul dan banyak terjadi
pembakaran hutan yang menyebabkan tanah mudah longsor.
Berdasarkan data yang terdapat di BLK (Badan Lintang
Kehutanan) Departemen kehutanan, kerusakan hutan atau bencana alam
yang terjadi di sebabkan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab
yang sering kali menebang hutan secara sembarangan. Akibat ulah
tangan-tangan manusia yang tidak bertangung jawab tersebut maka
Indonesia sering kali mengalami bencana banjir, longsor dan lain-lain.
Banjir terjadi karena hutan yang gundul tidak dapat lagi menyerap air,
tapi ada juga banjir yang disebabkan oleh manusia yang sering
membuang sampah secara sembarangan, sehingga mengakibatkan air
sungai meluap dan menyebabkan banjir. Bencana alam yang terjadi akan
sangat merugikan manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial. Oleh
karena itu, alam yang dimiliki harus dilestarikan dan dijaga dari tangan-
tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, agar generasi yang akan
datang bisa menikmati keindahan alam yang menyimpan banyak potensi.
Maka di dalam individu masing-masing harus memiliki sikap atau rasa
peduli yang kuat terhadap pentingnya dalam menjaga dan melestarikan
alam sekitar. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti :
membiasakan membuang sampah pada tempatnya, memperbanyak
menanam pohon, dan lakukan gotong royong dalam membersihkan
lingkungan.
c) Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Lingkungan
1) Sikap dan perilaku positif masyarakat
Kecamatan Prambanan merupakan salah satu kawasan yang
banyak terdapat peninggalan sejarah, seperti candi-candi. Salah satu
candi yang paling terkenal disekitar kecamatan Prambanan adalah
Candi Roro Jonggrang. Candi tersebut memiliki daya tarik tersendiri,
sehingga banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati
kemegahan candi Prambanan. Wisatawan yang datang tidak hanya
wisatawan domestik, melainkan wisatawan mancanegara. Tanpa
disadari terjadi perubahan budaya yang dialami masyarakat karena
adanya wisatawan asing. Namun hal tersebut tidak begitu besar
dampaknya. Hal ini terbukti bahwa masyarakat masih
mempertahankan budaya yang sudah ada seperti karawitan,
wayangan, kuda lumping, dll. Dalam hal keagamaan, masyarakat di
wilayah Prambanan masih terjaga dengan baik. Hal ini terbukti
dengan masih adanya pengajian rutin. Partisipasi warga mengikuti
pengajianpun sangat baik. Banyak warga yang datang menghadiri
pengajian yang diadakan dengan tempat secara bergiliran.
Di wilayah Prambanan sistem gotong royong masih ada seperti
kerja bakti untuk membersihkan atau memperbaiki lingkungan.
Kerukunan antar warga dapat terjalin dengan adanya gotong royong.
Selain gotong royong, untuk menjaga keamanan desa dilaksanakan
kegiatan ronda dengan sistem jadwal dan tempat bergiliran.
Akulturasi antara agama hindu dan agam islam masih terjaga di
wilayah Prambanan.. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan
kenduri dalam hajatan yang merupakan salah satu bentuk akulturasi
kedua agama tersebut. Kenduri pada zaman dahulu merupakan tradisi
agama Hindu yang digunakan untuk bersembahyang. Namun pada
perjalanannya kenduri digunakan untuk mempermudah penyebaran
agama Islam, agama Islam tidak menghilangkan tradisi seperti
kenduri. Tradisi Kenduri masih dilaksanakan masyarakat Prambanan
baik hajatan untuk menikahkan anak ataupun peringatan orang
meninggal. Bentuk akulturasi lain seperti penentuan hari baik untuk
menikahkan anak, dan juga masih adanya kepercayaan peringatan
orang meninggal seperti 7 hari, 100 hari.
Budaya asli tidak terpengaruh dengan budaya luar yang masuk.
Masyarakat sekitar Prambanan mampu memfilter budaya yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat memiliki rasa cinta dan peduli terhadap kebudayaan
sendiri, tidak langsung menerima masuknya budaya-budaya yang
sekiranya tak pantas untuk diterima. Dengan cara tersebut
kebudayaan asli tidak tercemar dan rusak akibat adanya budaya luar
yang masuk. Namun bagaimanapun juga semua masyarakat tetap
memilki rasa untuk saling menghargai terhadap semua kebudayaan
yang datang dan dirasa baru/belum dikenal.
Kaitannya dengan hal tersebut, masyarakat yang hidup dan berada
di sekitar lokasi pariwisata itu mengalami sebuah perubahan-
perubahan sosial budaya yang negatif yang bisa saja disebabkan
masuknya pengaruh–pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya asli.. Adapun guna mengantisipasi adanya
perubahan sosial budaya yang bersifat negatif maka perlu dilakukan
tindakan preventif dengan cara memberikan sosialisasi terhadap
komponen ataupun sub-sub dalam masyarakat agar memiliki
kesadaran dan semangat yang kuat untuk menjaga dan
mempertahankan kebudayaan yang dianggap pantang untuk
ditinggalkan.
2) Sikap dan perilaku negatif masyarakat
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi
bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke
arah kemunduran. Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-
modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern dan
ekstern. Sebab intern adalah sebab-sebab yang berasal dari dalam
masyarakat, seperti pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
Sebab ekstern adalah sebab yang berasal dari luar masyarakat,
contohnya adanya pengaruh bencana alam dan adanya pengaruh
budaya lain. Diketahui bahwa wilayah Prambanan kaya akan potensi
wisata yang menarik perhatian wisatawan mancanegara. Hal tersebut
tanda disadari memiliki pengaruh terhadap perubahan sosial
masyarakat disekitar daerah wisata. Meskipun budaya lokal masih
tetap terjaga, namun pengaruh budaya asing tetap masih ada. Hal ini
terbukti dengan golongan pemuda yang sudah terkena dampak
modernisasi dan mulai meninggalkan budaya daerah.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, sikap dan perilaku
manusia yang berbeda-beda. Dalam memanfaatkan alam, manusia
terkadang tidak memperhatikan dampak yang ditimbulkan. Perbuatan
manusia yang dapat merusak lingkungan salah satunya adalah
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah,
pencemaran air dan pencemaran suara. Pencemaran udara dapat
berupa sisa pembakaran, asap kendaraan bermotor. Pencemaran
tanah biasanya karena sampah plastik atau sampak anorganik yang
tidak dapat diuraikan didalam tanah, penggunaan pupuk atau obat-
obatan kimia. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya zat-zat
yang tidak dapat diuraikan dalam air seperti detergen, pestisida dan
minyak. Pencemaran suara dapat ditimbulkan dari suara kendaraan
bermotor, mesin-mesin pabrik, dll. Selain pencemaran lingkungan,
degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat
pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan
keseimbangan lingkungan. Manusia sebagai penguasa lingkungan
hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian
lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan
sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini.
Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi
berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa
dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
4. Kondisi Geografis dan Penduduk
Kecamatan Prambanan berada di dataran rendah. Ibukota
Kecamatannya berada pada ketinggian 149 meter diatas permukaan laut.
Kecamatan Prambanan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di
daerah tropis. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Prambanan adalah
33ºC dengan suhu terendah 22ºC. Bentangan wilayah di Kecamatan
Prambanan berupa tanah yang datar, berombak dan sebagian berupa
perbukitan.
Kecamatan Prambanan berbatasan dengan :
Utara : Kecamatan Kalasan
Timur : Kecamatan Prambanan Klaten
Selatan : Kecamatan Piyungan
Barat : Kecamatan Berbah
Kecamatan Prambanan dihuni oleh 13.214 KK. Jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Prambanan adalah 45.244 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki 21.723 orang dan penduduk perempuan 23.521 orang
dengan kepadatan penduduk mencapai 1.063 jiwa/km2. Sebagian besar
penduduk Kecamatan Prambanan adalah Petani. Dari data monografi
kecamatan tercatat 12.960 orang atau 28.65 % penduduk kecamatan
Prambanan bekerja di sektor pertanian.
5. Potensi Ekonomi, Wisata, Pertanian
Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Prambanan antara
lain pasar 1 buah yang sedang direnovasi untuk diperbesar. Sarana kesehatan
di Kecamatan Prambanan terdiri dari Puskesmas Prambanan 1 buah sebagai
puskesmas induk yang terletak di desa Bokoharjo dan terdapat puskesmas
pembantu sebanyak 4 buah yang tersebar di desa Madurejo, wukirsari,
Gayamharjo dan Sambirejo. Selain itu terdapat 1 buah Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Prambanan yang dulunya merupakan puskesmas rawat inap
yang berada di desa Sumberejo.
Kecamatan Prambanan dikenal dari beberapa tinggalan cagar budaya
terutama bangunan candi yang telah mampu mempopulerkan kecamatan ini
baik di tingkat nasional maupun internasional. Tinggalan objek wisata Candi
Prambanan dengan beberapa tinggalan bangunan candi lainnya terkonsentarsi
di Prambanan dan sekitarnya mampu mendatangkan daya tarik wisata di
wilayah tersebut. Sumber daya budaya yang ada ternyata juga dapat
menggerakkan masyarakat dalam hal ini pemanfaatan situasi kondisi wilayah
dengan daya tarik pariwisata candi sebagai sumber mata pencaharian bagi
mereka. Kreativitas masyarakat Prambanan dan sekitarnya dalam
berpartisipasi di sektor pariwisata tampak dari keuleten dan ketrampilan
mereka untuk memanfaatkan peluang pariwisata dengan cara berdagang
cinderamata, membuka pusat oleh-oleh , menjadi guide, juru foto dan usaha
lainnya yang mendukung sektor pariwisata. Masyarakat sekitar area objek
wisata Candi Prambanan juga memanfaatkan peluang pariwisata dengan
berlaku sebagai penyedia fasilitas parwisata lain seperti kamar mandi umum,
hotel, home stay dan tempat parkir jika terjadi luapan pengunjung.
Dari segi ekonomi sektor yang dianggap paling dominan di Kecamatan
Prambanan adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran. Sedangkan yang paling diunggulkan yaitu sektor pariwisata dan
penyewaan jasa dan bangunan.

B. Potensi Bencana Yang Terjadi di Prambanan Sleman Yogyakarta


1. Erupsi Gunung Merapi
Gunungapi Merapi yang terletak di utara Yogyakarta menjadi pusat
perhatian setiap empat – lima tahun sekali. Gunung api ini termasuk
paling sering meletus. Tubuh gunungapi ini terbagi ke dalam empat
wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, serta Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang di Provinsi
Jawa Tengah. Merapi yang menjadi sumber kehidupan ini sekaligus
menjadi ancaman bagi penduduk yang tinggal di 9 kecamatan, 42 desa,
dan 118 dusun yang terletak di sekitar Merapi. Letusan terakhir terjadi
pada akhir Oktober – Desember 2010 lalu, yang dampaknya masih
berlangsung hingga awal tahun 2011. Erupsi yang berlangsung dari
tanggal 25 Oktober hingga awal Desember 2010 itu mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa, 353 orang tewas akibat awan panas. Lebih dari
350.000 orang diungsikan dari wilayah yang rawan di radius 20 Km dari
puncak Merapi. Seach (2010) mencatat bahwa erupsi tahun 2010 ini
adalah yang terbesar dalam 100 tahun terakhir. Sebaran abu vulkanisnya
menyebabkan bandara internasional Adisucipto Yogyakarta ditutup.
Hujan abu vulkanik menerpa wilayah di sekitar Merapi, termasuk kota
Yogyakarta yang berjarak sekitar 25 Km dari Merapi.
2. Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya terletak di
jalur subdaksi lempeng Indo – Australia yang menyusup ke lempeng
Eurasia. Dengan demikian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya merupakan wilayah yang sangat rawan gempa bumi tektonik
maupun vulkanik.Namun, gempa vulkanik getarannya tidak besar dan
sebarannya tidak seluas gempa tektonik. Catatan sejarah menyebutkan
bahwa gempa besar sering terjadi di masa lalu. Pulau Jawa bagian
selatan diguncang gempa bumi yang merusak sebelas wilayah
kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah pada hari Sabtu, 27
Mei 2006 pukul 05.53 pagi. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG;
saat ini Badan Geologi, Klimatologi dan Geofisika – BMKG) mencatat
kekuatan gempa pada 5,9 Skala Richter. Badan Survei Geologi Amerika
Serikat (U.S. Geological Survey) mencatat kekuatan gempa sebesar 6,3
Skala Richter pada kedalaman 10 Km.Gempa itu terjadi karena lempeng
Australia bergerak menunjam di bawah lempeng Eurasia dengan
pergerakan 5 – 7 cm tiap tahunnya. Pada saat itu Episentrum
diperkirakan terdapat di Muara sungai Opak-Oyo yang mereaktivasi
sepanjang badan sungai hingga ke Prambanan yang sekarang disebut
sesar aktif Kali Opak-Oyo.
Pusat gempa terletak di daratan selatan Yogyakarta (7.962°
Lintang Selatan, 110.458° Bujur Timur). Laporan Inter Agency Standing
Committee –IASC (2006) menyebutkan bahwa dua wilayah terparah
adalah Kabupaten Bantul di D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Klaten di
Jawa Tengah. Gempa bumi tersebut mengakibatkan korban tewas
seketika sebanyak 5.744 orang dan melukai lebih dari 45.000 orang.
Sebanyak 350.000 rumah hancur/rusak berat dan 278.000 rumah rusak
sedang/ringan. Dampak gempa ini menyebabkan 1,5 juta orang tidak
memiliki rumah karena rusak atau hancur. Total penduduk terdampak
gempa adalah 2,7 juta jiwa, tiga kali lebih besar daripada jumlah yang
tercatat pada petistiwa gempa-tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004.
Jumlah kerusakan dan kerugian total mencapai 3,1 milyar USD, setara
dengan kejadian gempa di Gujarat dan Kashmir.
Potensi ancaman Gempa Bumi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta diantaranya:
a. Gempa Bumi Tinggi
Kabupaten Bantul merupakan wilayah yang paling luas berpotensi
terkena dampak gempa bumi karena secara fisik berhadapan
langsung dengan samudera Indonesia. Area yang beresiko gempa
tinggi termasuk 500 meter dari kali Opak dan jaluir patahan
perbukitan Baturagung. Wilayah yang termasuk dalam kategori
potensi gempa tinggi adalah sebagian kecamatan kretek, Pundong,
Jetis, Piyungan, Pleret, Banguntapan, Imogiri, dan Prambanan.
b. Gempa Bumi Sedang
Wilayah yang katergori sedang dan rendah adalah jarak 1000 meter
dari sungai besar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seperti
sungai Progo, Opak dan Oyo.
3. Angin
Angin ribut/puting beliung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
hampir terjadi di semua Kabupaten/kota. Biasanya peristiwa angin ribut
dapat dijumpai pada saat musim pancaroba pergantian dari musim
kemarau ke musim hujan. Kejadiannya sangat dipengaruhi tekanan udara
lokal sehingga sangat sulit untuk diprediksi maupun dipantau melalui
citra satelit.
Beberapa kejadian yang dusebabkan angin juga pernah terjadi di
kecamatan Prambanan seperti hujan disertai angin di daerah prambanan
hari selasa tanggal 03 Maret 2015 mengakibatkan banyak pohon yang
tumbang, diantara nya di daerah Klumprit II Rt 02 Wukirharjo
Prambanan Sleman pohon tumbang menimpa rumah beberapa warga. Di
dusun Klumprit I wukirharjo Prambanan akibat angin di serati hujan
kemarin ada beberapa tiang listrik yang patah namun tidak menimbulkan
korban, namun kalau tidak segera di perbaiki akan membahayakan
pengguna jalan. Selain itu di dusun Umbulsari ada beberapa titik pohon
yang tumbang mengenai rumah dan mengakibatkan kerusakan ringan.

4. Tanah Longsor
Ancaman tanah longsor di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
meliputi di empat Kabupaten yaitu Kulon Progo, Kabupaten Gunung
Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman
salah satunya di Kecamatan Prambanan juga rentan terjadi tanah longsor
karena sebagian daerah terdiri dari perbukitan / lereng.
Akibat hujan deras 3 desa atas di Kecamatan Prambanan Kabupaten
Sleman terjadi tanah longsor. Selasa 9 Pebruari 2015 sejak siang di
Wilayah Kecamatan Prambanan mengalami hujan cukup deras hingga
malam hari, akibatnya 3 Desa yaitu Desa Gayamharjo, Wukirharjo dan
Sambirejo terjadi tanah longsor dan runtuhan batu disejumlah titik.
Longsor kerugiaan ditafsir sekitar 18 juta dalam peristiwa ini tidak ada
korban jiwa. Namun jika tidak segera di tangani dan diperbaiki
dikhawatirkan akan menjadi ancaman untuk warga karena terjadinya
longsor susulan.
5. Bencana Kekeringan
Ancaman bencana kekeringan dapat dilihat dari ketersediaan air
untuk kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya termasuk
binatang ternak dan tanaman. Jika kekeringan berlangsung dalam waktu
yang panjang maka akan menimbulkan kerugian harta benda oleh karena
itu harus diwaspadai dan dilakukan tindakanan penanganan . Beberapa
tempat di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman juga sering terjadi
bencana kekeringan dikarenakan beberapa tempat berada didataran tinggi
yang tanahnya tidak mampu menyerap atau menahan cadangan air.
Musim kemarau kebutuhan air bersih sangat penting sekali, dampak
ini dirasakan oleh semua masyarakat khususnya daerah pegunungan di
prambanan, sehingga banyak organisasi atau lembaga yang peduli
terhadap kekeringan yang sedang melanda desa.Musim hujan tak kunjung
datang, dampak dari musim kemarau ini sangat berpengaruh bagi warga
masyarakat khusus nya mereka yang tinggal di daerah pegunungan di
wilayah Prambanan seperti desa Wukirharjo, Gayamharjo, Sambirejo serta
sebagian wilayah Desa Sumberharjo. Banyak lahan pertanian yang
mengering sehingga tidak bisa ditanami tanaman pertanian dan struktur
tanah menjadi mengering. Sementara itu sumber air yang ada di berbagai
daerah pegunungan tersebut sudah sangat menipis sekali bahkan ada
beberapa mata air yang sudah tidak berfungsi karena mengering akibat
musim kemarau tahun ini.
Musim kemarau sangat dirasakan sekali dampaknya bagi warga
masyarakat khususnya padukuhan klumprit I dan Klumprit II, wukirharjo,
prambanan, sleman, ini dikarenakan semakin menipis nya sumber air yang
ada di dusun tersebut. Sumber air yang terdapat diklumprit II merupakan
satu-satunya sumber air yang dipergunakan oleh dua padukuhan yaitu
Klumprit I khususnya Rt 03, 04 dan Klumprit II Rt 01,02,03. Selain
dipergunakan untuk minum dan mandi air juga di pergunakan untuk
minum ternak sehingga kebutuhan air semakin banyak. Warga rela
berjalan kaki sekitar 500 meter sampai 1 km dari klumprit I demi
mendapatkan air. Ada sebagian warga yang sudah mendapatkan air
dengan membeli dengan harga per tangki dengan kapasitas 4000an liter
seharga Rp.110.000. Selain itu musim kemarau juga berdampak pada
tanaman petani di daerah tersebut karena selama musim kemarau tanaman
tidak mendapat kan pengairan sehingga banyak yang mulai kering,
mayaritas petani di daerah tersebut merupakan petani tadah hujan. Dengan
kondisi tersebut harapan dari warga supaya pemerintah bisa mencari solusi
untuk mengatasi kekurangan air selain dengan cara droping air.
C. Kegiatan Manajemen Bencana
1. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi
Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi
bencana terdiri dari program pencegahan dan mitigasi struktural dan
mitigasi non-struktural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan
bencana disusun program peningkatan kapasitas dan kemandirian
masyarakat dalam mengahadapi risiko bencana serta pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana. Dalam tanggap darurat bencana
disusun program penyelenggaran operasi darurat bencana, sedangkan
dalam pemulihan bencana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS


A. Pra Bencana Erupsi Merapi
1. Pencegahan dan 1. Pencegahan dan 1. Penilaian risiko
mitigasi non
Mitigasi Bencana bencana, pemetaan
struktural
Erupsi Merapi daerah kawasan
rawan bencana,
pembuatan peta
resiko dan membuat
simulasi skenario
bencana.
2. Penyelenggaraan
pendidikan
kesehatan,
penyuluhan dan
pelatihan baik secara
konvensional
maupun modern.
2. Pencegahan dan 3. Pelaksanaan penataan
mitigasi strukstural ruang, pembangunan
infrastruktur dan
pengaturan
pembangunan
sehingga
mempermudah
evakuasi saat terjadi
bencana.
2. Kesiapsiagaan 1. Peningkatan kapasitas 1. Menyusun pedoman
Bencana Erupsi masyarakat dalam standara
Merapi membangun budaya penyelamatan diri
aman bencana serta terhadap evakuasi.
kemandirian dalam 2. Pembuatan jalur
menghadapi risiko evakuasi di daerah
bencana. rawan bencana erupsi
merapi menuju titik
kumpul.
2. Pembangunan dan 3. Pembangunan
pememliharaan sarana jaringan informasi
dan prasarana dan komnukasi
kesiapsiagaan kebencanaan terpusat
bencana. dengan pemanfaatan
fasilitas umum
sebagai media
perantara.

B. Penanganan dan Pasca Bencana Erupsi Merapi


1. Tanggap darurat 1. Penyelenggaraan 1. Kajian cepat
bencana Operasi Darurat bencana erupsi
Bencana merapi
2. Pencarian
penyelamatan dan
evakuasi

3. Pemenuhan
kenutuhan dasar
pangan sandang
hunian sementara,
layanan kesehatan,
air bersih dan
sanitasi
4. Pemulihan darurat
fungsi prasarana dan
sarana kritis
2. Pemulihan bencana 2. Penyelenggaraan 5. Pengkajian
rehabilitasi dan kerusakan dan
konstruksi kerugian

6. Penyususan rencana
aksi rehabilitasi
rekonstruksi
7. Pemulihan
prasarana, sarana
public dan
rekonstruksi rumah
warga korban
bencana
8. Pemulihan kesehatan
dan kondisi
psikologis

2. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Gempa Bumi


Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi
bencana terdiri dari program pencegahan dan mitigasi structural dan mitigasi
non structural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana disusun
program peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam
menghadapi risiko bencana serta pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana. Dalam tanggap darurat bencana, disusun penyelenggaraan operasi
darurat bencana, sedangkan dalam pemulihan bencana dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi.

KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS


A. Pra Bencana Gempa Bumi
1. Pencegahan dan 1. Pencegahan dan 1. Penerapan standar
mitigasi bencana mitigasi bangunan aman
gempa bumi nonstructural gempa hingga
ketingkat desa yang
diadopsi dari
Building Code
provinsi
2. Pelaksanaan,
pengawasan dan
evaluasi terhadap
implementasi standar
bangunan aman
gempa dan aturan
tata ruang
2. Pencegahan dan 3. Peningkatan fungsi
mitigasi structural fasilitas public di
daerah rawan
bencana gempa bumi
2. Kesiapsiagaan 3. Peningkatan 4. Menyusun pedoman
bencana gempa kapasitas masyarakat standar
bumi dalam membangun penyelamatan diri
budaya aman terhadap gempa
bencana serta bumi
kemandirian dalam
menghadapi risiko
bencana
5. Pembangunan dan 5. Pembangunan
pemeliharaan sarana jaringan informasi
dan prasarana dan komunikasi
kesiapsiagaan kebencanaan terpusat
bencana dengan pemanfaatan
fasilitas umum
sebagai media
perantara
B. Penanganan Bencana Gempa Bumi
1. Tanggap darurat 1. Penyelenggaraan 1. Kajian cepat bencana
bencana operasi darurat gempa bumi
bencana
2. Pencarian,
penyelamatan, dan
evakuasi
3. Pemenuhan
kebutuhan dasar,
pangan, sandang,
hunian sementara,
pelayanan kesehatan,
air bersih dan sanitasi
4. Pemulihan darurat
fungsi prasarana dan
sarana kritis
2. Pemulihan bencana 3. Penyelenggaraan 5. Pengkajian kerusakan
rehabilitasi dan dan kerugian
rekonstruksi
6. Penyusunan rencana
aksi rehabilitasi
rekonstruksi
7. Pemulihan prasarana
sarana public dan
rekonstruksi rumah
warga korban
bencana
8. Pemulihan
kesehatan dan
kondisi
psikologis
3. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Angin Puting Beliung
Program yang disusun dalam kebijakan pencegahan dan mitigasi
bencana angin putting beliung terdiri dari pencegahan dan mitigasi structural
dan non struktural. Sedangkan dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana
disusun program peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam
menghadapi resiko bencana, pembangunan sarana dan prasarana serta
pembangunan kapasitas teknis aparat pemerintah dalam penanggulangan
bencana. Dalam tanggap darurat bencana disusun program penyelenggaraan
operasi darurat bencana, sedangkan dalam pemulihan bencana dilakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi.

Kebijakan Program Fokus Prioritas


A. Pra Bencana Angin Puting Beliung
1. Pencegahan dan 1. Pencegahan dan 1. Penerapan aturan
Mitigasi Bencana Mitigasi Non Struktural standar bangunan yang
Gempa Bumi memperhitungkan
beban angin khususnya
di daerah yang rawan
2. Menyusun peta rawan
bencana angin putting
beliung berdasarkan
data historis
3. Penghijauan di bagian
atas arah agin untuk
meredam gaya angin
2. Pencegahan dan 4. Peningkatan fungsi
Mitigasi Struktural fasilitas publik di
daerah rawan angin
puting beliung
5. Memangkas ranting
pohon besar dan
menebang pohon yang
sudah rapuh
2. Kesiapsiagaan 3. Peningkatan kapasitas 6. Melakukan sosialisasi
Bencana Angin Puting masyarakat dalam dan pelatihan
Beliung membangun budaya penanganan angin
aman bencana serta putting beliung kepada
kemandirian dalam masyarakat
menghadapi resiko
bencana
4. Pembangunan Kapasitas 5. Pembangunan jaringan
Teknis Aparat informasi dan
Pemerintah dalam komunikasi
Penanggulangan kebencanaan terpusat
Bencana dengan pemanfaatan
media elektronik
sebagai media
perantara
6. Membangunsistem
peringatan dini angin
puting beliung
7. Menyusun rencana
evakuasi bencana angin
puting beliung
B. Penanganan Bencana dan Pasca Bencana Angin Puting Beliung
1. Tanggap Darurat 1. Penyelenggaraan 1. kajian cepat bencana
Bencana Operasi Darurat angin putting beliung
Bencana 2. Pencarian,
penyelamatan dan
evakuasi
3. Pemenuhan kebutuhan
dasar pangan, sandang,
hunian sementara,
layanan kesehatan, ir
bersih dan sanitasi
4. Pemulihan darurat
fungsi sarana dan
prasarana kritis
2. Pemulihan Bencana 2. Penyelenggaraan 5. Pengkajian kerusakan
Rehabilitasi dan dan kerugian
Rekonstruks 6. Penyusunan rencana
aksi rehabilitasi
rekonstruksi
7. Pemulihan prasarana
sarana public dan
rekonstruksi rumah
warga korban bencana
8. Pemulihan kesehatan
dan kondisi psikologis
4. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
Mitigasi longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan
dampak korban dan kerugian fisik dari bencana tersebut. Mitigasi bencana
meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana.Program yang bisa
dilaksanakan dalam kegiatan penanggulangan bencana tanah longsor yaitu
dimulai dari tindaan pencegahan yaitu sebelum bencana terjadi, kesiapsiagaan
saat bencana terjadi, dan recovery atau pemulihan setelah bencana terjadi.

KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS


A. Pra Bencana Tanah Longsor
1. Pencegahan dan Pencegahan dan Mitigasi 1. Melakukan pemetaan
Mitigasi Bencana non struktural yaitu dengan
Tanah Longsor menyajikan informasi
visual tentang tingkat
kerawanan bencana
alam geologi di suatu
wilayah, sebagai
masukan kepada
masyarakat dan atau
pemerintah
kabupaten/kota dan
provinsi sebagai data
dasar untuk
melakukan
pembangunan wilayah
agar terhindar dari
bencana.
2. Melakukan
pemeriksaan dan
penyelidikan dengan
mempelajari penyebab
dan dampak dari suatu
bencana sehingga
dapat digunakan
dalam perencanaan
penanggulangan
bencana dan rencana
pengembangan
wilayah.

3. Melakukan
pemantauan di daerah
rawan bencana, pada
daerah strategis secara
ekonomi dan jasa agar
diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh
pengguna dan
masyarakat yang
bertempat tinggal di
daerah tersebut.

4. Melakukan sosialisasi
dengan memberikan
pemahaman kepada
Pemerintah Provinsi
/Kabupaten /Kota atau
masyarakat umum,
tentang bencana alam
tanah longsor dan
akibat yang
ditimbulkannnya
dengan cara antara
lain, mengirimkan
poster, booklet, dan
leaflet atau dapat juga
secara langsung
kepada masyarakat
dan aparat pemerintah
Pencegahan dan Mitigasi 5. Pelaksanaan
Struktural pembangunan ruang,
pembangunan
infrastruktur dan
pengaturan
pembangnan sehingga
mempermudah
evakuasi saat terjadi
bencana
2. Kesiapsiagaan Peningakatan kapasitas 6. Membuat jalur
Bencana Tanah masyarakat dalam evakuasi yang
Longsor membangun budaya aman menghubungkan
bencana serta kemandirian semua area di dalam
dalam menghadapi resiko daerah yang rawan ke
bencana tanah longsor daerah yang aman
(titik kumpul)

B. Penanganan Bencana dan Pasca Bencana Tanah Longsor


1. Tanggap Darurat Penyelenggaraan Operasi 1. Kaji cepat bencana
Bencana Darurat Bencana tanah longsor

2. Pencarian,
penyelamatan, dan
evakuasi korban
bencana tanah longsor

3. Pemenuhan kebutuhan
dasar pangan,
sandang, hunian
sementara, layanan
kesehatan, air bersih,
dan sanitasi

4. Pemulihan darurat
fungsi prasarana dan
sarana kritis

2. Pemulihan Bencana Penyelenggaraan 5. Pengkajian kerusakan


Rehabilitasi dan dan kerugian
Rekonstruksi
6. Penyusunan rencana
aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi dengan
perbaikan drainase
tanah, modifikasi
lereng, vegetasi
kembali lereg-lereng,
dan membangun
beton-beton yang
menhaan tembok
untuk menstabilkan
hunian. Penguatan
bangunan-bangunan
infrastruktur di daerah
rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan
utama untuk mitigasi
kerusakan yang
disebabkan oleh tanah
longsor, karena
kerentanan untuk
bangunan-bangunan
yang dibangun pada
jalur tanah longsor
hampir 100%.

7. Pemulihan prasarana
sarana publik dan
rekonstruksi rumah
warga korban bencana
8. Pemulihan kesehatan
dan kondisi psikologis

4. Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana Kekeringan


Mitigasi bencana kekeringan pada prinsipnya bertujuan untuk
meminimumkan dampak dan kerugian fisik dari bencana tersebut. Mitigasi
bencana meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi bencana.Program
yang bisa dilaksanakan dalam kegiatan penanggulangan bencana kekeringan
yaitu dimulai dari tindakan pencegahan yaitu sebelum bencana terjadi,
kesiapsiagaan saat bencana terjadi, dan recovery atau pemulihan setelah
bencana terjadi.

KEBIJAKAN PROGRAM FOKUS PRIORITAS


A. Pra Bencana Kekeringan
1. Pencegahan dan 1. Pencegahan dan 2. Penyusunan peraturan pemerintah tentang
mitigasi mitigasi non pengaturan sistem pengiriman data iklim
bencana struktural dari daerah ke pusat pengolahan data.
kekeringan 3. Penyusunan PERDA untuk menetapkan
skala prioritas penggunaan air dengan
memperhatikan historical right dan azas
keadilan.
4. Memberikan sistem reward dan
punishment bagi masyarakat yang
melakukan upaya konservasi dan
rehabilitasi sumber daya air dan hutan/
lahan.

1. Pembentukan pokja dan posko


kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
2. Pencegahan dan 2. Penyediaan anggaran khusus untuk
mitigasi struktural pengembangan/perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawan kekeringan.
3. Pengembangan/perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawan kekeringan

1. Memanfaatkan sumber air yang ada


secara lebih efisien dan efektif.
2. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air
yang masih tersedia sebagai air baku
2. Kesiapsiagaan 1. Peningkatan untuk air bersih.
bencana kapasitas masyarakat 3. Menanam pohon dan perdu sebanyak-
kekeringan dalam membangun banyaknya pada setiap jengkal lahan yang
budaya aman ada di lingkungan tinggal.
bencana serta 4. Kampanye hemat air, gerakan hemat air,
kemandirian perlindungan sumber air
5. Membuat waduk (embung) disesuaikan
dengan keadaan lingkungan.
6. Memperbanyak resapan air dengan tidak
menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
7. Perlindungan sumber-sumber air.
B. Penanganan dan Pasca Bencana Kekeringan
1. Tanggap 1. Penyelenggaraan 1. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor
Darurat Operasi darurat untuk memperoleh air.
Bencana bencana 2. Penyediaan air minum dengan mobil
tangki.
3. Penyemaian hujan buatan di daerah
tangkapan hujan.
4. Penyediaan pompa air.
5. Pengaturan pemberian air bagi pertanian
secara darurat (seperti gilir giring).

2. Pasca 1. Kegiatan 1. Bantuan sarana produksi pertanian.


Bencana pemulihan 2. Bantuan modal kerja.
mencakup 3. Bantuan pangan dan pelayanan medis.
kegiatan jangka 4. Pembangunan prasarana pengairan,
pendek seperti waduk, bendung karet, saluran
pembawa, dll.
5. Pelaksanaan konservasi air dan sumber
air di daerah tangkapan hujan.
6. Penggunaan air secara hemat dan
berefisiensi tinggi.
7. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat
air.
8. Penertiban penggunaan air.

1. Upaya Non Fisik


2. Kegiatan a. Menyusun neraca air regional secara
pemulihan cermat.
mencakup b. Menentukan urutan prioritas alokasi
kegiatan jangka air.
panjang c. Menentukan pola tanam dengan
mempertimbangkan ketersediaan air.
d. Menyiapkan pola operasi sarana
pengairan.
e. Memasyarakatkan gerakan hemat air
dan dampak kekeringan.
f. Menyiapkan cadangan/stok pangan.
g. Menyiapkan lapangan kerja
sementara.
h. Memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan upaya penanganan
kekeringan.
2. Upaya Fisik Darurat
a. Penyemaian hujan buatan di daerah
tangkapan hujan yang mempunyai
waduk/reservoir , sehingga hujan
yang terbentuk airnya dapat
ditampung.
b. Pembuatan sumur pantek, untuk
mendapatkan air.
c. Penyediaan pompa yang movable di
areal dekat sungai atau danau,
sehingga pompa tersebut dapat
dipergunakan secara bergantian untuk
memperoleh air.
d. Operasi penyediaan air minum dengan
mobil tangki untuk memasok air pada
daerah-daerah kering dan kritis.
3. Upaya Fisik Jangka Panjang
a. Pembangunan prasarana pengairan,
seperti waduk, bendung karet, saluran
pembawa, dll.
b. Pelaksanaan konservasi air dan
sumber air di daerah tangkapan hujan.
c. Penggunaan air secara hemat dan
berefisiensi tinggi.
d. Penciptaan alat-alat sanitasi yang
hemat air.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari : Rabu, 8 Oktober 2015


Waktu : Pukul 15.30 – 16.00 WIB
Tempat : Balai Dusun Prambanan
Sasaran : Warga Dusun Prambanan
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

1. Topik
Kekeringan
2. Pokok Bahasan
Pencegahan Kekeringan Untuk Kesejahteraan Bersama
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan semua
warga dapat memahami tentang pencegahan kekeringan.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, warga dapat:
1) Menjelaskan pengertian kekeringan
2) Menjelaskan penyebab kekeringan
3) Menjelaskan gejala kekeringan
4) Menjelaskan akibat kekeringan
5) Melakukan penanggulangan kekeringan
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
5. Media/ Alat
a. Leaflet
b. LCD, laptop, Layar
c. Poster
d. Power Point
e. Video
6. Alokasi dan Analisis Waktu
No. Komunikator Komunikan Waktu
1. Pre interaksi Menjawab salam dan 3 menit
Memberi salam, mendengarkan
memperkenalkan diri,
menjelaskan tema dan tujuan
penyuluhan
2. Isi mendengarkan 15 menit
Menyebarkan leaflet,
menjelaskan materi penyuluhan,
pemutaran video
3. Memberikan kesempatan kepada Mengajukan 5 menit
komunikan untuk bertanya pertanyaan
tentang materi penyuluhan
4. Penutup Menjawab pertanyaan 5 menit
Memberikan pertayaan akhir
sebagai evaluasi
5. Menutup penyuluhan dan Menjawab salam 2 menit
mengucapkan salam

7. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah, membentuk huruf
U.
8. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi yang dapat ditunjukkan oleh para peserta selama penyuluhan:
1) Keikutsertaan/ partisipasi masyarakat
2) Perhatian yang diberikan oleh masyarakat
3) Keaktifan peserta untuk bertanya
b. Evaluasi Akhir
Menanyakan kepada sasaran:
1) Apa yang dimaksud dengan kekeringan?
2) Apa yang menjadi penyebab kekeringan?
3) Bagaimana dampak kekeringan?
4) Bagaimana cara menanggulangi kekeringan?
9. Lampiran Uraian Materi
a. Pengertian Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh
dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lingkungan. Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana
alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama
sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor
(ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan
merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi
normal dari cuaca yang perlu dipahami. Variasi alam dapat terjadi dalam
hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad.
b. Penyebab Kekeringan
1) Akibat Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan
meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b) Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat
tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya
elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah.
Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya
kekeringan.
c) Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan
meteorologi.
d) Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang
memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti:
rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik
dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan
menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
e) Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
2) Akibat Ulah Manusia
Kekeringan tidak taat aturan terjadi karena:
a) Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat
ketidak taatan penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
b) Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat
perbuatan manusia.
c. Gejala Kekeringan
1) Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah
normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
2) Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka
air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan
merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3) Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
d. Dampak Kekeringan
1) Fisik
a) Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b) Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c) Kerusakan spesies tanaman.
d) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
f) Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g) Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari
suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara
cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan
batuan lebih cepat.
2) Non fisik
a) Ekonomi
 Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu,
dan perikanan.
 Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
 Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
 Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
 Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-
biaya energy.
 Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
 Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga
pangan.
 Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait
dengan kekeringan.
 Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya
kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b) Sosial Budaya
 Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut
atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada
dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu
dan batuk.
 Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi,
kelaparan).
 Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau
kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan.
 Konflik di antara penggunan air.
 Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
 Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan
dan bantuan pemulihan.
 Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
 Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
 Kekacauan social, perselisihan sipil.
 Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
 Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan
pemulihan, banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih
keluar negeri.
c) Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan
bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia
yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
e. Pencegahan Kekeringan
1) Pra Bencana
a) Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b) Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai
air baku untuk air bersih.
c) Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal
lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
d) Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e) Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan
dengan plester semen atau ubin keramik.
f) Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g) Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h) Panen dan konservasi air
2) Saat Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan
dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan
kekurangan air dapat dilakukan melalui:
 Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
 Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
 Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
 Penyediaan pompa air.
 Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir
giring).
Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor
terkait antara lain dengan upaya:
 Dampak Sosial:
 Penyelesaian konflik antar pengguna air.
 Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang
mengalami kekeringan.
 Dampak Ekonomi:
 Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk
baru, optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah
tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.
 Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air,
daur ulang pemakaian air.
 Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan
kayu/ hutan melalui diversifikasi usaha.
 Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian
melalui perbaikan sistem pemasaran.
 Mengatasi masalah transportasi air a.l dengan menggunakan
alternatif moda transportasi lain atau melakukan stok bahan pokok.
 Dampak Keamanan:
 Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
 Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam
penggunaan api.
 Dampak Lingkungan:
 Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
 Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
 Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban
pencemaran dengan cara pemeliharaan debit sungai.
 Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air
pada musim kemarau.
 Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui
pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan
yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan
terjadinya pencemaran udara.
 Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan
lahan dengan cara tanpa pembakaran.
3) Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka
panjang akibat bencana kekeringan antara lain:
a) Bantuan sarana produksi pertanian.
b) Bantuan modal kerja.
c) Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet,
saluran pembawa, dll.
e) Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
f) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
g) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
h) Penertiban penggunaan air.

Anda mungkin juga menyukai