Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KULIAH LAPANGAN SEJARAH LISAN

Eksistensi Pendidikan Formal di Nagari Kinari

Oleh:

Aidila Salma Nupriyah 1710711010

Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas

Padang

2019
Pendidikan Formal Di Kinari

Pada zaman sekarang pendidikan sangatlah penting di kalangan masyarakat

umum. Hal ini dikarenakan pendidikan cenderung menjadi tolak ukur bagi setiap

orang di kalangan masyarakat. bagi mereka yang memiliki pendidikan yang rendah

ataupun tidak mengenyam pendidikan sama sekali cenderung mereka merasa rendah

diri. Akan tetapi sebagian dari mereka bahkan bisa mengantarkan anak-anaknya ke

pendidikan yang lebih tinggi. Pemikiran merekalah yang membuat pandangan

masyarakat kepada mereka menjadi takjub, yakni walaupun pendididkan mereka

rendah bukan berarti anak mereka seperti itu setidaknya anak-anaknya harus lebih

baik dari mereka.

Menurut Ki Hajar Dewantara, yang disebut juga sebagai Bapak Pendidikan

Nasional Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa

yang akan datang.

Dahulunya generasi-generasi minangkabau mengenyam pendidikan tidak di

sekolah formal sebagaimana sekarang ini. Di sini sana menekankan bukan wilayah

minangkabau, tetapi lebih khusus ke suatu daerah kecil yakni nagari Kinari.

Dahulunya mereka lebih mengutamakan pendidikan di surau. Di surau mereka


dibekali ilmu pengetahuna seperti membaca tulisan biasa ataupun iqra’ dan al-qur’an.

Tidak hanya itu mereka juga mempelajari ilmu bela diri, yang kita kenal sebagai silat.

Setelah mendapat ilmu serta mempelajarinya para generasi minang, terutama para

pemudanya pergi merantau.

Sebagaimana yang kita lihat saat ini di Kinari sudah di bangun instansi-

instansi pendidikan formal dari tingkat paud sampai dengan SMP. Bahkan jika yang

dahulunya minat masyarakat dalam mengenyam pendidikan tidak terlalu bertekat.

Namun sekarang kondisinya bertolak belakang, mereka semua berlomba-lomba

dalam mengejar pendidikannya. Bahkan orang tua mereka rela mengorbankan harta

benda nya asalkan pendidikan anak-anak mereka terjamin.

Dulu di Kinari tidak ada tk (taman kanak-kanak), tetapi sekarang sudah ada.

Bahkan sekolah paud pun sudah ada di Kinari. Mungkin instansi pendidikan yang

belum ada di nagari Kinari ini yakni pada tingkat SMA. SMA terdekat dari nagari

Kinari hanya ada di nagari sebelah. Walaupun demikian minat anak-anak di sana

tidak surut untuk menempuh pendidikan mereka, guna memiliki pemikiran yang lebih

maju dan tidak ketinggalan sebagaimana anak seusia mereka.

Tujuan dari pendidikan itu sendiri sangat banyak, salah satunya seperti yang

tercantum dalam undang undang yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara

yang demokratis juga bertanggung jawab.


Di nagari Kinari terdapat empat jorong yakni Jorong Galanggang Tinggi,

Jorong Pamujan, Jorong Bungo Harum, Jorong Tapi Aia. Menurut penjelasan dari

bapak Syaiful1 bahwa sekolah formal di nagari Kinari ada dari tingkat sekolah Paud,

TK, SD, dan SMP.

Gambar 1.

PAUD di jorong Pamujan nagari Kinari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

1
Syaiful seorang kepala jorong di salah satu jorong di nagari Kinari, yakni kepala
jorong Galanggang Tinggi. Berusia 41 Tahun.
Di nagari Kinari hanya ada satu TK (taman kanak-kanak) dan tiga sekolah

Paud. Nama sekolah TK yang ada di nagari Kinari yakni TK Aisyiah yang terletak di

jorong Bungo Harum, nagari Kinari, Kecamatan Bukit Sundi. Sedangkan Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) ada tiga di nagari Kinari ini yaitu Paud restu bunda, terletak

di jorong Galanggang Tinggi dekat lokasi SD N 11 Kinari, Paud di sawah sundi, dan

Paud Harapan Bangsa di jorong Pamujan daerah kecilnya daerah kubu.

Gambar 2,

Salah satu PAUD dan TK di nagari Kinari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Sekolah dasar di nagari Kinari hanya ada empat. Di jorong Galanggang

Tinggi sendiri terdapat dua sekolah dasar yaitu SD N 11 Kinari dan SD N 04 Kinari.

Di jorong Pamujan terdapat satu sekolah dasar yaitu SD N 08 Kinari, yang terletak di

Surau Ateh (atas). Jorong Bungo Harum juga terdapat sekolah dasar, yaitu SD N 17

Kinari yang berada di Sawah Sundi, jorong Bungo Harum. Tiga dari empat jorong

yang ada di nagari Kinari mempunyai sekolah dasar, tetapi hanya jorong Tapi Aia

yang tidak memiliki sekolah dasar.

Gambar 3.

SD N 04 Kinari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Dari keterangan yang saya dapat dari bapak Syaiful, mengenai sekolah formal

yang ada di nagari Kinari jenjang sekolah yang ada di sana hanya sampai sekolah

menengah pertama. Di Kinari ada satu sekolah menenga pertama yakni SMP Negeri 2

Bukit Sundi yang terletak di Sawah Sundi, jorong Bungo Harum, nagari Kinari,

Kecamatan Bukit Sundi, solok. Sedangkan sekolah menengah atas sampai saat ini

belum ada di nagari Kinari. SMA terdekat hanya ada di nagari Muaro Paneh,

Kecamatan Bukit Sundi, solok.

Gambar 4.

Satu-satunya Sekolah Menengah Pertama di Kinari

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Menurut bapak Syaiful tingkat pendidikan di nagari Kinari ini cukup tinggi,

para orang tua di sana saling berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak mereka

supaya tidak ketingalan dari anak-anak seusianya. Bahkan ketika di jenjang kanak-

kanak orang tua di sana berbondong-bondong memasukkan anaknya ke sekolah

PAUD dan TK.

Gambar 5.

Pak Syaiful kepala jorong Galanggang Tinggi

(Sumber : Dokumentasi oleh Enjelika Saputri)


Di PAUD para orang tua berharap anak mereka bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru yang mengarah ke belajar dini, dan siap untu masuk tk. Di tk

sendiri anak-anak mereka diharapkan bisa belajar membaca sehingga ketika masuk

sekolah dasar nanti anak-anak mereka sudah mudah dalam belajar yang lebih rutin

dan tidak hanya bermain saja. Dengan belajar membaca di tk itu mempermudah anak

tersebut di tingkat sekolah dasar.

Begitupun dengan tingkat SMP dan SMA keinginan anak-anak di sana cukup

tinggi untuk melanjutkan sekolah. Bahkan ada yang pergi ke sekolah yang cukup jauh

dari tempat tinggalnya demi mendapatkan sekolah dengan kualitas pendidikan yang

lebih baik. Mereka rela sekolah jauh-jauh demi bersekolah di sekoah favorit. Menurut

bapak Syaiful di Kinari minat untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi

tidak terlalu tinggi.

Akan tetapi jika ada anak yang memiliki keinginan untuk kuliah orangtua nya

sangat mendukung, bahkan mereka rela menjual harta bendanya agar anaknya bisa

mengenyam pendidikan tinggi. Selain itu di Nagari Kinari tingkat solidaritas cukup

tinggi, hal ini dilihat dari jika ada seorang anak ingin melanjutkan ke jenjang yang

lebih tinggi tetapi secara ekonomi keluarganya tidak mampu menyekolahkannya, dan

disinilah terlihat kekeluargaan dari orang Kinari di rantau mereka mau membantu

anak-anak kinari untuk sekolah lebih tinggi.

Selain sekolah di atas di nagari Kinari juga ada sekolah untuk anak yang

berkebutuhan khusus yakni SLB. Sekolah luar biasa (SLB) di Kinari merupakan
sekolah yang berbasis swasta yang didirikan oleh orang Kinari asli yang sudah

pensiun dari pekerjaannya di lembaga pendidikan atau dinas pendidikan. Yayasan ini

didirikan oleh bapak Nasrul2 pada tahun 2012. Nama yayasan SLB ini yakni Yayasan

Bunda Zikrillah.

Gambar 6.

Foto dengan bapak Nasrul

(Sumber : Dokumentasi oleh Muhammad Qinthara)

2
Nasrul merupakan seorang pensiunan di Dinas Pendidikan. Usianya sekarang
berkisar 59 tahun.
Bapak Nasrul mendirikan yayasan SLB termotifasi dengan anak-anak di

nagari Kinari banyak yang agak kurang dari anak yang lain atau yang tidak bisa

bersekolah di sekolah biasa. Bahkan ada anak yang berkebutuhan khusus yang tidak

bisa berjalan dan orang tua nya membiarkan anaknya di rumah, sehingga ia tidak bisa

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Bapak Nasrul berpikir anak-anak ini yang membedakan mereka dari anak-

anak yang lain mungkin dari segi fisik, pikiran mereka, serta daya tangkap mereka,

akan tetapi dari segi pendidikan tidak ada bedanya anak-anak ini juga berhak

mengenyam pendidikan sebagai anak-anak yang lain. Dikarenakan berbagai alasan

itulah beliau mendirikan yayasan tersebut, supaya seluruh anak-anak di Kinari bisa

mendapatkan pendidikan sebagai mana anak seusiannya dan tidak terisolasi dari

dunia luar.

Dana atau biaya yang dikeluarkan oleh pihak yayasan pada awal pendiriannya

berasal dari dana pribadi bapak Nasrul sendiri. Lambat laun beliau baru barusaha

mencari dana, baik itu dari pemerintah sendiri maupun donatur-donatur yang

memungkinkan. Walaupun yayasan SLB ini swasta tetapi terkadang juga ada bantuan

donasi dari pemerintah seperti dana bos, dan juga dana dari beberapa donatur. Bahkan

juga ada bantuan dari KWK (Kerukunan Warga Kinari) yang dari rantau.

Sistem pendidikan di sekolah ini berpedoman pada kurikulum yang sama

dengan sekolah-sekolah negeri biasa yang berasal dari pemerintah. Dari keterangan

ibu Rasmidar dulunya yayasan Bunda Zikrillah ini memiliki program Inklusi.
Program Inklusi yang ada di SLB ini merupakan program pemindahan murid untuk

belajar ke sekolah biasa dua kali seminggu. Murid yang belajar ke SD biasa yakni

muridnya dulunya sering tinggal kelas. Program ini berjalan hanya selama dua tahun,

dikarenakan beberapa hal diberhentikan dan tidak dilanjutkan lagi.

Di sekolah ini muridnya tidak hanya murid yang berkebutuhan khusus saja,

tapi juga anak-anak yang tidak mampu mengenyam pendidikan di sekolah biasa, bisa

dibilang mereka tidak mampu menerima pelajaran itu. Ada juga yang sering tinggal

kelas hingga membuat mereka malas untuk ke sekolah biasa karena usianya tidak

sesuai dengan teman-temannya yang lain, akhirnya masuk sekolah SLB.

Salah satu guru dari SLB yakni buk Rasmidar3 mengatakan bahwa sekolah ini

didirikan untuk anak-anak di nagari Kinari yang berkebutuhan khusus serta anak yang

tidak mampu mengenyam pendidikan di sekolah formal. SLB yang ada di nagari

Kinari ini tidak dipungut biaya sepeser pun kepada orang tua murid, atau bisa

dibilang sekolah ini gratis. Semua fasilitas yang berhubungan dengan kepentingan

sekolah disediakan disediakan seperti pakaian (baju seragam), tas, alat-alat tulis, serta

buku bacaan disediakan di sekolah, bahkan sampai snek diberikan. Setelahnya semua

tergantung kepada orang tua dan murid itu sendiri apakah mau sekolah di sana atau

tidak.

Pada awal yayasan ini didirikan jumlah muridnya sebanyak lima belas orang,

namun tiap tahunnya murid baru yang bertambah agak susah karena pemikiran

3
Rasmidar adalah salah seorang guru di SLB yang ada di Kinari. Beliau sekarang berusia sekitar 48
tahun.
masyarakat terhadap sekolah ini masih kuno yang menganggap sekolah ini tempat

anak yang kurang.

Gambar 7.

Ibu Rasmidar guru SLB

(Sumber : Dokumentasi oleh Feli Kartika Putri)


Jumlah staf dan tenaga pendidik di sekolah ini yakni sebanyak enam orang

guru, lima diantaranya guru dan satu kepala sekolah. Dua orang dari PLB yakni

kepala sekolah dan satu orang guru, dan empat orang lainnya dari umum seperti guru

Bahasa Inggris, Ekonomi. Sejak yayasan ini didirikan sampai sekarang hanya satu

anak yang berhasil melanjutkan ke sekolah biasa. Dari SLB dia pindah ke SMP dan

lanjut ke SMK. Tapi lebih banyak anak di SLB ini yang berhenti dan tidak berlanjut

yang dikarenakan bebdrapa faktor.

Menurut ibuk Rasmidar sebenarnya satu orang guru menangani lima orang

anak, namun karena terkendala oleh kurangnya guru tidak terlaksana. Anak-anak

tersebut dibagi berdasarkan tingkatan. Kalau anak yang tinggal kelas atau agak lemah

daya tangkap atau dikenal dengan istilah “anggraita”, kelas satu sampai kelas tiga

digabung, daksa dengan daksa, sedangkan untuk anak autis sedikit berbeda yakni satu

guru mengajar satu anak.

Bagi sebagian masyarakat di nagari Kinari ini mengannggap bahwa

bersekolah di SLB merupakan hal yang memalukan atau menjadi aib bagi

keluarganya. Maka dari itu orang tua di nagari Kinari lebih baik membiarkan anaknya

tinggal kelas berturut-turut di sekolah biasa bahkan hingga dikeluarkan karena

anaknya tidak mampu mengikuti sistem pembelajaran di sekolah biasa daripada harus

sekolah di SLB. Akibat dikeluarkan dari sekolah dan rasa malu karena sudah lebih

besar dari teman seusiannya, membuat keinginan anak tersebut untuk melanjutkan

sekolah sudah tidak ada lagi. Padahal anaknya sendiri ada yang mau bersekolah di

sini, tetapi karena kendala orang tua terpaksalah mereka hanya diam.
Menurut yang saya ketahui di lapangan SLB ini sangat membutuhkan sebuah

bangunan yang layak untuk proses belajar mengajar yang kondusif. Karena bangunan

yang dipakai untuk menjadi sekolah dan ruang kelas untuk murid SLB adalah rumah

gadang yang dimiliki oleh buk Rasmidar. Rumah gadang tersebut juga ditempati oleh

keluarga buk Rasmidar sendiri.

Oleh karena itu bangunan yang kurang memadai atau kurang kondusif bapak

Nasrul dan buk Rusmidar mencari dana dengan tujuan untuk membangun sekolah

yang lebih layak untuk tempat belajar bagi anak-anak yang sekolah di SLB.

Bangunan yang akan di jadikan sekolah baru bagi mereka sudah ada, namun belum di

gunakan. Ibuk Rasmidar mengatakan bahwa pada tahun ajaran baru bangunan

tersebut baru digunakan.


Gambar 9.

(Sumber : Dokumentasi oleh Feli Kartika Putri)

Anda mungkin juga menyukai