Anda di halaman 1dari 120

BUPATI SUMENEP

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI SUMENEP


NOMOR TAHUN 2019
TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN SUMENEP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMENEP,

Menimbang : a. bahwa untuk tetap menjamin terwujudnya


pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Sumenep yang optimal dan efektif,
perlu adanya Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. bahwa Peraturan Bupati Sumenep Nomor 101 Tahun
2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumenep
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bupati
Sumenep Nomor 101 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Kabupaten Sumenep tidak sesuai lagi dengan
kondisi saat ini sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Bupati Sumenep tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Sumenep.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun


1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 75, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3851);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Republik Indonesia 01 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Nomor
6398);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4712);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5340);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5155);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2014 Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5533);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif
Pimpinan dan Anggota Dewan perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 106);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6322);
16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2012 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah Kedua
kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
310);
19. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang Perjalanan Dinas
Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri,
dan Pegawai Tidak Tetap;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 547);
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1213);
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 130 Tahun 2018 tentang Kegiatan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Kelurahan dan
Pemberdayaan di Kelurahan;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 03
Tahun 2008 tentang Pokok–Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Sumenep Tahun 2008 Nomor 15).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI SUMENEP TENTANG PEDOMAN


PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH KABUPATEN SUMENEP
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Sumenep;
2. Bupati adalah Bupati Sumenep;
3. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Sumenep;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut DPRD, adalah DPRD Kabupaten Sumenep;
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disebut APBD, adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Sumenep;
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD atau Organisasi Perangkat Daerah
yang selanjutnya disingkat OPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang, yang juga
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah meliputi
Sekretariat Daerah/Badan/Dinas/
Inspektorat/Sekretariat DPRD/Satuan Polisi Pamong
Praja/Kecamatan;
7. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah Bupati Sumenep yang karena jabatannya
mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah;
8. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
Sekretaris Daerah;
9. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya disebut SKPKD, adalah Perangkat Daerah
pada Pemerintah Daerah selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang, yang juga
melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah Kepala Badan Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sumenep yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan bertindak sebagai Bendahara Umum
Daerah;
11. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
BUD adalah Kepala Badan Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sumenep yang
bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum
Daerah;
12. Kuasa BUD adalah Pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan tugas Bendahara Umum Daerah;
13. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat
UPT adalah Unit Pelaksana Tugas Teknis pada
SKPD/OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sumenep;
14. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA,
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran perangkat daerah;
15. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut
KPA, adalah pejabat yang diberikan kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi perangkat
daerah;
16. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut
PPKo, adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran
belanja daerah;
17. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD/OPD yang
selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD/OPD;
18. PPK Pembantu di Kelurahan adalah pejabat yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan di
kelurahan
19. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya
disebut PPTK adalah pejabat yang ditunjuk oleh
PA/KPA pada SKPD/OPD dengan surat perintah,
yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
20. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang adalah
pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan barang
milik daerah pada Kepala SKPD/OPD selaku
Pengguna Barang;
21. Pengurus Barang Pengguna adalah pejabat yang
secara administratif bertanggung jawab kepada
Kepala SKPD/OPD selaku Pengguna Barang;
22. Pengurus Barang Pembantu adalah pejabat yang
secara administrasi bertanggung jawab kepada
Kepala SKPD/OPD selaku Pengguna Barang melalui
Kepala UPT selaku Kuasa Pengguna Barang.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan Daerah
dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD/OPD;
24. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah pejabat
fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan Daerah
dalam rangka pelaksanaan APBD;
25. Pembantu Bendahara Penerimaan adalah Pegawai
Negeri Sipil yang membantu pelaksanaan tugas
Bendahara Penerimaan;
26. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD
pada SKPD/OPD;
27. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat
fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD;
28. Pembantu Bendahara Pengeluaran adalah Pegawai
Negeri Sipil yang membantu pelaksanaan tugas
Bendahara Pengeluaran;
29. Pejabat Pengadaan adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang
bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing;
30. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disingkat UKPBJ adalah unit kerja di Pemerintah
Daerah yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan
Barang/Jasa;
31. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia;
32. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disingkat PjPHP adalah pejabat administrasi/ pejabat
fungsional/personel yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa;
33. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disingkat PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa;
34. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas
intern yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat
yang melakukan pengawasan melalui audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
pemerintah;
35. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD/OPD
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih
kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai
dengan misi SKPD/OPD;
36. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh SKPD/OPD sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada program tersebut
dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya berupa personil, barang modal
termasuk peralatan dan tekhnologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau ke semua jenis sumber
daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa pada jangka waktu tertentu dalam batas
anggaran yang tersedia;
37. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan
dari suatu program atau keluaran yang diharapkan
dari suatu kegiatan;
38. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program
dan kebijakan;
39. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-
kegiatan dalam satu program;
40. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program
yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
yang terukur;
41. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
daerah;
42. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening
tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan
oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan;
43. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-
SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan,
belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna
Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran pada
Sekretariat Daerah;
44. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat
perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
perubahan anggaran oleh Pengguna Anggaran atau
Kuasa Pengguna Anggaran pada Sekretariat Daerah;
45. Pengadaan barang/jasa pemerintah daerah adalah
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
SKPD/OPD yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa;
46. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang
selanjutnya disingkat RUP adalah daftar rencana
Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan
oleh Perangkat Daerah;
47. Kerangka Acuan Kerja yang selanjutnya disingkat
KAK adalah Petunjuk teknis yang akan
dilaksanakan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan dan penyedia barang/jasa dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai beban kerja yang
menjadi tanggungjawabnya;
48. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya
disebut SPP, adalah dokumen yang diterbitkan oleh
pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiatan/Bendahara Pengeluaran untuk mengajukan
permintaan pembayaran;
49. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran untuk permintaan uang
muka kerja yang bersifat pengisian kembali
(revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung;
50. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran Iangsung;
51. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
tambahan uang persediaan guna melaksanakan
kegiatan SKPD/OPD yang bersifat mendesak dan
tidak dapat digunakan untuk pembayaran Iangsung
dan uang persediaan;
52. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS
adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak
kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan
pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan;
53. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut
SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA
untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana atas
beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran
SKPD/OPD;
54. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang
selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan sebagai UP untuk mendanai kegiatan
operasional kantor sehari-hari;
55. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan
yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD
yang dananya dipergunakan untuk mengganti UP
yang telah dibelanjakan;
56. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang
Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD
karenakebutuhan dananya melebihi dari jumlah pagu
UP yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
57. Surat Perintah Membayar Langsung yang
selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PA/KPA untuk penerbitan SP2D atas
beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga;
58. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya
disebut SP2D, adalah dokumen yang digunakan
sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh
BUD berdasarkan SPM;
59. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP, adalah
sejumlah uang tunai yang disediakan untuk
SKPD/OPD dalam melaksanakan kegiatan
operasional sehari-hari;
60. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah
dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan
dibayarkan sekaligus;
61. Biaya Riil (At Cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah;
62. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat
SPD adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA
dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap,
dan Pihak Lain;
63. Tim Penggerak PKK untuk selanjutnya disingkat TP
PKK adalah fasilitator, perencana, pelaksana
pengendali dan penggerak pada masing-masing
tingkat pemerintahan untuk terlaksananya program
PKK yang merupakan mitra kerja pemerintah, dan
organisasi kemasyarakatan/ lembaga
kemasyarakatan lainnya;
64. Gabungan Organisasi Wanita untuk selanjutnya
disingkat dengan GOW adalah sekumpulan organisasi
wanita di Kabupaten Sumenep bergerak menjunjung
tinggi harkat dan martabat wanita dan
profesionalisme perempuan dalam pembangunan
daerah yang tergabung dalam satu organisasi induk
yang merupakan organisasi kemasyarakatan/
lembaga kemasyarakatan lainnya;
65. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Sumenep yang
selanjutnya disingkat dengan DWP Kabupaten
Sumenep adalah organisasi perempuan yang
berperan aktif dan strategis yang merupakan mitra
kerja pemerintah dalam pembangunan di Kabupaten.
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Pasal 2

(1) Pedoman Pelaksanaan APBD terdiri atas :


a. Kebijakan Umum;
b. Organisasi Pengelola Kegiatan dan Keuangan;
c. Pengelolaan Keuangan Daerah;
d. Standar Biaya;
e. Bentuk-bentuk Dokumen.
(2) Pedoman Pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan Bupati ini.

Pasal 3

(1) Setiap SKPD/OPD di lingkungan Pemerintah


Kabupaten Sumenep dalam pelaksanaan program
kerja dan kegiatan, wajib berpedoman pada
Pedoman Pelaksanaan APBD ini.
(2) Penggunaan dana Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Bantuan Operasioal Sekolah (BOS) dan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat mengacu pada
pedoman pelaksanaan APBD atau diatur dengan
peraturan tersendiri atau sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka


Peraturan Bupati Sumenep Nomor 101 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Sumenep (Berita Daerah
Kabupaten Sumenep Tahun 2018 Nomor ) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Bupati Nomor 57 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Bupati Sumenep Nomor 101 Tahun 2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Daerah Kabupaten Sumenep (Berita Daerah
Kabupaten Sumenep Tahun 2018 Nomor ), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5

Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal


2 Januari 2020.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Sumenep.

Ditetapkan di : Sumenep
pada tanggal : 21 Desember 2018

BUPATI SUMENEP

Dr. KH. A. BUSYRO KARIM, M.Si


LAMPIRAN : Peraturan Bupati Sumenep
Nomor : Tahun 2019
Tanggal :

BAB I
KEBIJAKAN UMUM

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah membuka peluang dan kesempatan yang sangat
luas bagi daerah untuk dapat mengembangkan dan membangun
daerahnya sendiri sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut,
sehingga membawa konsekwensi bagi daerah untuk dapat
mempertanggungjawabkan penggunaan sumber dana yang ada secara
efektif, efesien, ekonomis dan transparan bagi upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat umum.
Dari Undang-Undang tersebut ditindaklanjuti oleh Pemerintah
dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011, yang menjelaskan bahwa penyusunan
anggaran harus memenuhi asas transparansi dan prinsip anggaran
berdasarkan prestasi kerja.
Untuk dapat memenuhi penganggaran berdasarkan prestasi kerja
hal yang wajib dilakukan oleh pemerintah daerah adalah menyusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum APBD
(KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), yang
ditindaklanjuti oleh SKPD/OPD dengan menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai dasar penyusunan APBD.
Penyusunan RKA-SKPD didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal,
Analisa Standar Belanja (ASB), Standar Harga dan Petunjuk Tehnis
Penyusunan APBD yang fungsi sebagai Otorisasi, Perencanaan,
Pengawasan, Alokasi, distribusi dan Stabilisasi.

B. Pokok-Pokok Kebijakan Keuangan Daerah


B.1. Kebijakan Pendapatan
Kebijakan pendapatan daerah Kabupaten Sumenep diarahkan
melalui upaya peningkatan kapasitas fiskal, sebagai pencerminan
dari kesungguhan pemerintah daerah melakukan pemberdayaan
sumber-sumber potensi daerah untuk mewujudkan otonomi yang
didasarkan kepada penguatan keuangan daerah.
Indikasi realisasi dan kontribusi pendapatan daerah dapat
dijadikan referensi sebagai dasar pertimbangan penganggaran
pendapatan, yang didasarkan pada potensi, manfaat dan
kemampuan pencapaiannya, yaitu :
a. untuk perencanaan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus
mempertimbangkan penerimaan tahun lalu, tahun berjalan,
potensi dan asumsi pertumbuhan ekonomi yangdapat
mempengaruhi jenis penerimaan, obyek dan rincian obyek
penerimaan;

I.1.
b. peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) diprioritaskan pada
intensifikasi dan ekstensifikasi dengan mengantisipasi beban
ekonomi pada masyarakat dan dunia usaha, yang disesuaikan
dengan kondisi ekonomi daerah dan kemampuan masyarakat.
Kebijakan pengelolaan PAD dilakukan melalui pembinaan,
pengendalian dan pengawasan, penyederhanaan prosedur
administrasi pajak dan retribusi daerah serta peningkatan
reward mutu pelayanan publik;
c. untuk pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atau
penyertaan modal selalu dievaluasi serta diikuti restrukturisasi
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sehingga dapat
meningkatkan profit, pelayanan publik dan kontribusinya pada
pendapatan asli daerah (PAD);
d. untuk strategi dan evaluasi pencapaian pendapatan asli daerah
(PAD) serta masalah dan tantangan operasionalnya selalu
dikoordinasikan dengan SKPD/OPD penghasil sehingga dapat
mengetahui perkembangan dan prediksi kemampuan
realisasinya;
e. untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi target
penerimaan dana perimbangan harus ditingkatkan koordinasi
dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
khususnya untuk pembagian hasil sumber daya alam, minyak
dan gas. Selain perlu peningkatan sosialisasi dan evaluasi
pemungutan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan serta sumber dana perimbangan lainnya;
f. untuk hibah yang diterima dalam bentuk uang harus
dianggarkan dalam APBD dan didasarkan atas naskah
perjanjian antara Pemerintah Daerah dan Pemberi Hibah;
g. untuk sumbangan yang diterima dari organisasi/lembaga
tertentu atau pihak ketiga harus dianggarkan dalam APBD;
h. perlu adanya Koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pengusaha dalam upaya meningkatkan lain-lain
pendapatan daerah.

B.2. Kebijakan Belanja


Kebijakan belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan
anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil (prestasi
kerja) dari input yang telah direncanakan, bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, yang
didasarkan pada :
a. belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan;
b. belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial;
c. belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja
yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang
direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas
efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran;

I.2.
d. penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD/OPD dalam
rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang
menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran
belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD/OPD harus
terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

B.2.1. Belanja DPRD


a. anggaran DPRD merupakan satu kesatuan dengan
APBD oleh karena itu harus juga bersifat terbuka dan
transparan serta diperlakukan sama dengan belanja
perangkat daerah lainnya dengan mentaati asas efisien,
efektif, ekonomis, kepatutan dan kewajaran;
b. anggaran DPRD dianggarkan secara terpisah dengan
Sekretariat DPRD kecuali belanja penunjang kegiatan
DPRD, dan tidak dapat dianggarkan pada anggaran
SKPD/OPD lainnya.

B.2.2. Belanja Bupati dan Wakil Bupati


Penyediaan anggaran Bupati dan Wakil Bupati harus
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang mencerminkan prinsip kesahajaan, efisien
dan terarah.

B.2.3. Belanja Pegawai


a. harus ada antisipasi penyediaan belanja pegawai (gaji
pokok dan tunjangan) serta untuk mengantisipasi
adanya tambahan pegawai dan kenaikan gaji yang
ditetapkan pemerintah;
b. dapat diberikan tambahan perbaikan penghasilan bagi
pegawai guna meningkatkan motivasi kerja yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah,
berdasarkan beban kerja, tempat bertugas, kondisi
kerja, kelangkaan profesi dan prestasi kerja;
c. dalam rangka efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
biaya pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
didasarkan pada kebutuhan riil bagi aparat terkait
dalam pemungutan dan pembinaan pajak daerah,
dapat diberikan insentif maksimal 5% dari realisasi
pendapatan tersebut;
d. penyediaan anggaran iuran kesehatan bagi pegawai
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e. khusus pelaksana kegiatan dapat diberikan honor
disesuaikan dengan beban kegiatan dan kemampuan
keuangan daerah.

B.2.4. Belanja Bunga


Diperuntukkan untuk membayar pelunasan bunga atas
pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

B.2.5. Belanja Subsidi


Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk
membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

I.3.
B.2.6. Belanja Hibah
Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan
untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah.

B.2.7. Belanja Bantuan Sosial


a. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa
uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial;
b. resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis
ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana
alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial
akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam
kondisi wajar.

B.2.8. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota


dan Pemerintahan Desa
Belanja bagi hasil merupakan bagi hasil atas pendapatan
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Contoh : bagi hasil pajak provinsi untuk kabupaten/kota,
bagi hasil pajak kabupaten/kota ke kabupaten/kota
lainnya, bagi hasil pajak kabupaten/kota untuk
pemerintahan desa, bagi hasil retribusi ke pemerintahan
desa, dan bagi hasil lainnya.

B.2.9. Belanja Bantuan Keuangan kepada


Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa.
Belanja bantuan keuangan diberikan kepada daerah lain
dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.
Contoh : bantuan keuangan provinsi kepada kabupaten/
kota/desa, bantuan keuangan kabupaten/kota untuk
pemerintahan desa.

B.2.10. Belanja Barang dan Jasa


a. pengadaan barang dan jasa harus mengutamakan
produksi barang dalam negeri yang dihasilkan
pengusaha kecil dan menengah;
b. pengadaan barang dan jasa dapat jelas peruntukannya
pada masing-masing kegiatan yang dianggarkan dengan
berpedoman pada standar harga yang ditetapkan;
c. SKPD/OPD, diminta membuat daftar inventaris barang
baik barang yang bersifat habis pakai ataupun tidak
habis pakai;

I.4.
d. tata cara (sistem dan prosedur) pengadaan barang dan
jasa mengacu kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

B.2.11. Belanja Perjalanan Dinas


a. perjalanan dinas untuk kegiatan harus didasarkan
pada kepentingan kegiatan tersebut;
b. standar harga uang harian, biaya transport, uang
representasi dan biaya penginapan mengacu kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B.2.12. Belanja Pemeliharaan


a. belanja pemeliharaan merupakan kegiatan yang bersifat
rutin dan tidak menambah manfaat dari aset tersebut;
b. lebih diprioritaskan untuk aset sarana dan prasarana
umum.

B.2.13. Belanja Modal


a. belanja modal digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan;
b. kegiatan investasi diprioritaskan pada
kegiatan yang dapat menyerap tenaga kerja
dan meningkatkan roda perekonomian
masyarakat.

B.2.14. Belanja Tidak Terduga


a. belanja tidak terduga digunakan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang-ulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang
tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun
sebelumnya yang telah ditutup;
b. belanja tidak terduga hanya bersifat penyedian dana
(tidak wajib untuk dihabiskan/dibelanjakan) yang
dianggarkan pada Badan Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.

B.3. Pembiayaan
1) Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah dapat
melakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modal
kepada bank perkreditan rakyat milik pemerintah daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2) Harus ada perhitungan yang akurat tentang hutang dan piutang
pemerintah daerah pada pihak ketiga.

I.5.
BAB II
ORGANISASI PENGELOLA KEGIATAN DAN KEUANGAN

A. Personil Pengelola Kegiatan dan Keuangan SKPD


1. Setiap kegiatan pada SKPD/OPD dilaksanakan oleh personil
pengelola kegiatan antara lain :
a. PA dan/atau KPA;
b. PPK;
c. PPTK;
d. PPKo;
e. Pejabat Pengadaan; dan
f. Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP/PPHP).
2. Fungsi penatausahaan keuangan dan pelaksanaan tugas-tugas
kebendaharaan pada SKPD/OPD dilaksanakan oleh PPK, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu.
3. SKPD/OPD yang melaksanakan kegiatan hibah dan bantuan sosial
berupa uang menunjuk PPK Pembantu PPKD dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu PPKD.
4. Fungsi penatausahaan dan pengelolaan barang dilaksanakan oleh
Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang
Pengguna.
5. Untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dapat di bentuk Tim
Pelaksana Kegiatan.

B. Pengguna Anggaran/PA
1. Kepala SKPD/OPD selaku PA sebagaimana dimaksud mempunyai
tugas:
a. menyusun RKA-SKPD dan DPA-SKPD;
b. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban anggaran belanja;
c. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain
dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan;
d. menetapkan perencanaan pengadaan;
e. menetapkan dan mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
(RUP) paling kurang di Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SIRUP);
f. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
g. menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang
gagal;
h. menjawab sanggah banding peserta tender pekerjaan
konstruksi;
i. melaksanakan anggaran SKPD/OPD yang dipimpinnya;
j. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
k. menandatangani SPM;
l. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;
m. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD/OPD yang
dipimpinnya;
n. menetapkan PPTK;
o. menetapkan PPK, PPKo, Pejabat Pengadaan, Panitia/Pejabat
Pemeriksa Hasil Pekerjaan, Penyelenggara Swakelola, Tim
Teknis, Tim Juri/Tim Ahli untuk pelaksanaan melalui
Sayembara/Kontes, Pembantu Bendahara Penerimaan
dan/atau Pembantu Bendahara Pengeluaran;

II.1.
p. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal;
q. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
1. Tender/ Penunjukan Langsung/ E-purchasing untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di
atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
r. mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD/OPD yang dipimpinnya;
s. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
t. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD/OPD
yang dipimpinnya kepada Bupati Sumenep melalui PPKD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
u. melakukan pemeriksaan kas yang dikelola bendahara
pengeluaran/bendahara penerimaan minimal 3 bulan sekali
dengan membuat berita acara pemeriksaan kas;
v. melaksanakan tugas-tugas PA lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Bupati;
w. bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
2. PA dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 huruf b sampai dengan huruf m kepada KPA. Pelimpahan
kewenangan menandatangani SPM kepada KPA sebagaimana huruf k
hanya untuk menandatangani SPM-LS dan SPM-TU.
3. PA dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 huruf b sampai dengan huruf c kepada PPKo.

C. Kuasa Pengguna Anggaran/KPA


1. KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan
oleh Bupati atas usul PA.
2. Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 ditetapkan oleh Bupati atas usul PA.
3. KPA sebagaimana dimaksud pada angka 1 bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada PA.

D. Pejabat Penatausahaan Keuangan/PPK


1. PPK melaksanakan fungsi tata usaha keuangan, melaksanakan
fungsi pengujian atas suatu tagihan serta melaksanakan anggaran
yang dimuat dalam DPA, DPPA, dan DPA-L SKPD.
2. PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil/PNS;
b. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas.
3. PPK sebagaimana dimaksud pada angka 1 mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang
disampaikan oleh bendahara pengeluaran dengan
diketahui/disetujui oleh PPTK dan PPKo;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji
dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran;

II.2.
c. melakukan verifikasi SPP (ketersediaan/kode anggaran);
d. menyiapkan dan membuat SPM;
e. melakukan verifikasi dan pengesahan atas bukti transaksi
penerimaan dan pengeluaran;
f. menandatangani surat penyataan telah meneliti kelengkapan SPP
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran SKPD/OPD;
g. melaksanakan akuntansi SKPD/OPD;
h. menyiapkan dan menyusun laporan keuangan SKPD/OPD.
4. PPK Pembantu di Kelurahan bertugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang
disampaikan oleh bendahara pengeluaran pembantu dengan
diketahui/disetujui oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-TU yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran pembantu;
c. melakukan verifikasi SPP;
d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan.
5. PPK dilarang merangkap sebagai pejabat dan pegawai yang bertugas
melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan/atau PPTK.
6. PPK Pembantu PPKD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata
usaha keuangan PPKD di SKPD, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. berstatus sebagai PNS Daerah Kabupaten Sumenep;
b. serendah-rendahnya pangkat/golongan (Pengatur Muda /IIa);
c. tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
d. tidak ditunjuk sebagai Pejabat Pengelola Keuangan SKPD.

E. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/PPTK


1. PPTK mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan;
d. membantu PPKo dalam melaksanakan kegiatan pengadaan
barang/jasa (apabila diminta oleh PPKo dan disetujui oleh
PA/KPA).
2. Menyiapkan dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada angka
1 huruf c meliputi dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen
administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
diantaranya :
a. menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaaan barang/jasa
untuk disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran dalam
rangka pengajuan permintaan pembayaran;
b. mengetahui dan menyetujui dokumen SPP-LS untuk pengadaaan
barang/jasa untuk disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran
dan PPK dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran.
3. PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas kepada
PA/KPA.

F. Pejabat Pembuat Komitmen/PPKo


1. Persyaratan untuk ditetapkan sebagai PPKo yaitu:
a. memiliki integritas dan disiplin;
b. menandatangani Pakta Integritas;

II.3.
c. memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas
PPKo;
d. berpendidikan paling rendah Sarjana Strata Satu (S1) atau
setara; dan
e. memiliki kemampuan manajerial level 3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada Angka 1 huruf
d tidak dapat terpenuhi, persyaratan Sarjana Strata Satu (S1) dapat
diganti dengan paling rendah golongan III/a atau disetarakan dengan
golongan III/a.
3. Dalam hal tidak terdapat pegawai yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Angka 1, PA/KPA dapat merangkap
sebagai PPKo.
4. Dalam hal terjadi pergantian PPKo, dilakukan serah terima jabatan
kepada pejabat yang baru.
5. PPKo memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
rancangan kontrak; Harga Perkiraan Sendiri (HPS); besaran
uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia, jaminan
pengadaan barang/jasa, sertifikat garansi;
c. mendokumentasikan data riwayat dan informasi pendukung
dalam rangka penyusunan HPS;
d. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
e. menetapkan tim pendukung; tim atau tenaga ahli;
f. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
g. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
h. mengendalikan Kontrak;
i. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada
PA/KPA;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan;
l. menilai kinerja Penyedia;
m. melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang diserahkan
oleh Penyedia Barang/Jasa;
n. menandatangani Berita Acara Serah Terima.
6. PPKo juga dapat melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari
PA/KPA meliputi :
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja;
b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran belanja yang telah ditetapkan.
7. PPKo dapat dibantu Tim Teknis dan/atau tim pendukung.
8. Honorarium Tim Teknis dan/atau tim pendukung dapat diberikan
untuk pekerjaan yang bersifat kompleks atau minimal 10
paket/kegiatan pengadaan langsung.
9. PPKo tidak boleh dirangkap oleh:
a. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara;
b. Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan untuk paket
Pengadaan Barang/Jasa yang sama; atau
c. PjPHP/PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.

II.4.
10. PPKo dalam melaksanakan tugas dilarang :
a. mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa
apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia
anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas
anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBD;
b. menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan
Barang/Jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang
menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilaksanakan/dikerjakan di beberapa lokasi/daerah masing-
masing.

G. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu


1. Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pada SKPD/OPD.
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu dapat ditunjuk berdasarkan
pertimbangan besaran SKPD/OPD, besaran jumlah uang yang
dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali
dan pertimbangan objektif Iainnya.
3. Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam
melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada SKPD/OPD dibantu
oleh pembantu bendahara pengeluaran.
4. Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas;
c. tidak menduduki jabatan struktural kecuali personil dalam satu
SKPD/OPD terbatas.
5. Bendahara Pengeluaran Pembantu PPKD harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. PNS Daerah Kabupaten Sumenep;
b. serendah-rendahnya pangkat/golongan (Pengatur Muda /IIa);
c. tidak sedang menjalani huluman disiplin;
d. tidak ditunjuk sebagai Pejabat Pengelola Keuangan SKPD;
e. tidak menduduki jabatan struktural.
6. Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada angka 1
adalah pejabat fungsional.
7. Bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggungjawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.
8. Bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak
langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin
atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro
pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan
Iainnya atas nama pribadi.
9. Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:
a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu)
bulan, bendahara pengeluaran tersebut wajib memberikan surat
kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan
pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas
tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan
dengan diketahui kepala SKPD/OPD;

II.5.
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga)
bulan, harus ditunjuk pejabatbendahara pengeluaran dan
diadakan berita acara serah terima;
c. apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum
juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang
bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari
jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu
segera diusulkan penggantinya.

H. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu


1. Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada
SKPD/OPD.
2. Bendahara Penerimaan Pembantu dapat ditunjuk dalam hal obyek
pendapatan daerah tersebar berdasarkan pertimbangan kondisi
geografis wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin
membayar kewajibannya langsung pada badan, lembaga keuangan
atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi bendahara penerimaan.
3. Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam
melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada SKPD/OPD dapat
dibantu oleh pembantu bendahara penerimaan.
4. Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada
angka 3 melaksanakan fungsi sebagai pembuat dokumen
penerimaan.
5. Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas.
6. Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah
pejabat fungsional.
7. Bendahara penerimaan secara fungsional bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.
8. Bendahara penerimaan baik secara langsung maupun tidak
langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin
atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro
pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan
Iainnya atas nama pribadi.
9. Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:
a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu)
bulan, bendahara pengeluaran tersebut wajib memberikan surat
kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan
pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas
tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan
dengan diketahui kepala SKPD/OPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga)
bulan, harus ditunjuk pejabatbendahara pengeluaran dan
diadakan berita acara serah terima;

II.6.
c. apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum
juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang
bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari
jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu
segera diusulkan penggantinya.

I. Pejabat Pengadaan
1. Persyaratan untuk ditetapkan sebagai Pejabat Pengadaan yaitu :
a. merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur
Sipil Negara/personel lainnya yang memiliki Sertifikat
Kompetensi okupasi Pejabat Pengadaan
b. memiliki integritas dan disiplin; dan
c. menandatangani Pakta Integritas.
2. Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Pengadaan tidak terikat
tahun anggaran dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Pejabat Pengadaan tidak boleh merangkap sebagai :
a. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara; atau
b. PjPHP/PPHP/PPKo untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang
sama.
4. Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas :
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung;
b. melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. melaksanakan Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung
untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai HPS paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah); atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
5. Khusus Pengadaan Barang/Jasa melalui E-Purchasing dengan nilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan atau Pejabat yang ditetapkan
oleh Kepala UKPBJ Kabupaten Sumenep.

J. Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan


1. Persyaratan untuk ditetapkan sebagai PjPHP/PPHP yaitu :
a. memiliki integritas dan disiplin;
b. memiliki pengalaman di bidang Pengadaan Barang/Jasa;
c. memahami administrasi proses pengadaan barang/jasa; dan
d. menandatangani Pakta Integritas.
2. PjPHP/PPHP tidak boleh dirangkap oleh Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar (PPSPM), Bendahara, PPKo dan Pejabat
Pengadaan untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
3. PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
4. PPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

II.7.
K. Pokja Pemilihan
1. Pokja Pemilihan atau Pejabat Pengadaan/Pejabat yang
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa melalui E-Purchasing
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala UKPBJ Kabupaten
Sumenep.
2. Persyaratan untuk ditetapkan sebagai Pokja Pemilihan yaitu :
a. merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur
Sipil Negara/personel lainnya yang memiliki Sertifikat
Kompetensi okupasi Pokja Pemilihan;
b. memiliki integritas dan disiplin;
c. menandatangani Pakta Integritas; dan
d. dapat bekerja sama dalam tim.
3. Anggota Pokja Pemilihan tidak boleh merangkap sebagai:
a. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara; atau
b. PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
4. Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi, Tender Cepat, dan
Penunjukan Langsung;
5. Pokja Pemilihan memiliki tugas :
a. melakukan persiapan pemilihan Penyedia yang meliputi :
1) reviu dokumen persiapan pengadaan;
2) penetapan metode pemilihan Penyedia; metode kualifikasi;
persyaratan kualifikasi penyedia; metode evaluasi penawaran;
metode penyampaian dokumen penawaran;
3) penyusunan dan menetapkan jadwal pemilihan; dan
penyusunan Dokumen Pemilihan.
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
untuk katalog elektronik; dan
c. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
1) Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai
Pagu Anggaran paling banyak Rp.100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah); dan
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
6. Anggota Pokja Pemilihan beranggotakan 3 (tiga) orang dan dapat
ditambah sepanjang berjumlah gasal berdasarkan pertimbangan
kompleksitas pekerjaan.

L. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang


1. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang membantu tugas Kepala
SKPD/OPD selaku Pengguna Barang.
2. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang ditetapkan oleh Bupati
atas usul Kepala SKPD/OPD;
3. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang berwenang dan
bertanggung jawab :
a. menyiapkan rencana kebutuhan dan penganggaran barang
milik daerah pada Pengguna Barang;
b. meneliti usulan permohonan penetapan status penggunaan
barang yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah;

II.8.
c. meneliti pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang
dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang
Pembantu;
d. menyusun pengajuan usulan pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerahberupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan
barangmilik daerahselain tanah dan/atau bangunan;
e. mengusulkan rencana penyerahan barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna
Barang dan sedang tidak dimanfaatkan oleh pihak lain;
f. menyiapkan usulan pemusnahan dan penghapusan barang
milik daerah;
g. meneliti laporan barang semesteran dan tahunan yang
dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang
Pembantu;
h. memberikan persetujuan atas Surat Permintaan Barang (SPB)
dengan menerbitkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB)
untuk mengeluarkan barang milik daerahdari gudang
penyimpanan;
i. meneliti dan memverifikasi Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
setiap semester dan setiap tahun;
j. melakukan verifikasi sebagai dasar memberikan persetujuan
atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah; dan
k. meneliti laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan
oleh Pengurus Barang Pengguna dan/atau Pengurus Barang
Pembantu.

M. Pengurus Barang Pengguna dan Pengurus Barang Pembantu


1. Pengurus Barang Pengguna
a. Pengurus Barang Pengguna ditetapkan oleh Bupati atas usul
Kepala SKPD/OPD selaku Pengguna Barang.
b. Pengurus Barang Pengguna secara administratif bertanggung
jawab kepada Pengguna Barang dan secara fungsional
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Sekretaris
Daerah selaku Pengelola Barang melalui Kepala BPPKAD selaku
Pejabat Penatausahaan Barang.
c. Pengurus Barang Pengguna berwenang dan bertanggung jawab :
1) membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan
penganggaran barang milik daerah;
2) menyiapkan usulan permohonan penetapan status
penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban
APBD dan perolehan lainnya yang sah;
3) melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik
daerah;
4) membantu mengamankan barang milik daerahyang berada
pada Pengguna Barang;
5) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan
DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan;

II.9.
6) menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah
berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain;
7) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan
penghapusan barang milik daerah;
8) menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;
9) menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan
nota permintaan barang;
10) mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Pejabat
Penatausahaan Barang Pengguna;
11) menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran
Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita acara
penyerahan barang;
12) membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan
tahunan;
13) memberi label barang milik daerah;
14) mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat
Penatausahaan Pengguna Barang atas perubahan kondisi
fisik barang milik daerah berdasarkan pengecekan fisik
barang;
15) melakukan stock opname barang persediaan;
16) menyimpan dokumen, antara lain: foto copy/salinan
dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan
asli/foto copy/salinan dokumen penatausahaan;
17) melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan
barang Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah;
dan
18) membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang
disampaikan kepada Pengelola Barang melalui Pengguna
Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna
Barang.
d. Pengurus Barang Pengguna dilarang melakukan kegiatan
perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau
bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan
tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBD.
2. Pengurus Barang Pembantu
a. Pengurus Barang Pembantu ditetapkan oleh Bupati atas usul
Kepala UPT selaku Kuasa Pengguna Barang melalui Kepala
SKPD/OPD selaku Pengguna Barang.
b. Pembentukan Pengurus Barang Pembantu dilakukan
berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban
kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya.
c. Pengurus Barang Pembantu berwenang dan bertanggungjawab:
1) menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan
penganggaran barang milik daerah;
2) menyiapkan usulan permohonan penetapan status
penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban
APBD dan perolehan lainnya yang sah;
3) melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik
daerah;
4) membantu mengamankan barang milik daerah yang berada
pada Kuasa Pengguna Barang;

II.10.
5) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan
DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan;
6) menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah
berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kuasa
Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak
lain;
7) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan
penghapusan barang milik daerah;
8) menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;
9) menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan
nota permintaan barang;
10) mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Kuasa
Pengguna Barang;
11) menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah
Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita
acara penyerahan barang;
12) membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan
tahunan;
13) memberi label barang milik daerah;
14) mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat
Penatausahaan Pengguna Barang melalui Kuasa Pengguna
Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah
pengecekan fisik barang;
15) melakukan stock opname barang persediaan;
16) menyimpan dokumen, antara lain: foto copy/salinan
dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan
asli/ foto copy /salinan dokumen penatausahaan;
17) melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan
barang Kuasa Pengguna Barang dan laporan barang milik
daerah; dan
18) membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang
disampaikan pada Pengguna Barang melalui Kuasa
Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan
Pengguna Barang dan Pengurus Barang Pengguna.
d. Pengurus Barang Pembantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut yang
anggarannya dibebankan pada APBD.

N. Tim Pelaksana Kegiatan


1. Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan antara lain sebagai
berikut :
a. mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;
b. bersifat koordinatif yang mengharuskan melibatkan unsur
SKPD/OPD lainnya;
c. bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
d. merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada
pejabat negara/pegawai negeri disamping tugas pokoknya sehari-
hari; dan
e. dilakukan secara selektif, efektif dan efisien.

II.11.
2. Tim Pelaksana Kegiatan sebagaimana angka 1 yang bersifat lingkup
kabupaten, ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati.
3. Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk oleh SKPD/OPD, ditetapkan
dalam Surat Keputusan Kepala SKPD/OPD.
4. Jumlah anggota Tim Pelaksana Kegiatan disesuaikan dengan
kebutuhan dan/atau peraturan perundangan/petunjuk teknis,
dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi.

O. Pengelola Kegiatan Lainnya


1. Narasumber
Adalah PNS/TNI/Polri/Non PNS yang berkompeten di bidangnya
yang memberikan informasi/pengetahuan kepada pegawai negeri
lainnya/masyarakat dalam kegiatan Seminar/Rapat Koordinasi/
Sosialisasi/Diseminasi/Bimbingan Teknis/Workshop/Rapat Kerja/
Sarasehan/ Simposium/ Lokakarya/Focus Group Discussion/
kegiatan sejenis, termasuk untuk kegiatan diklat/pelatihan.
2. Moderator
Adalah PNS/Non PNS yang ditunjuk oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan tugas sebagai moderator pada kegiatan Seminar/
Rapat Koordinasi/Sosialisasi/Diseminasi/Bimbingan Teknis/
Workshop/ Rapat Kerja/ Sarasehan/ Simposium/ Lokakarya/ Focus
Group Discussion/ kegiatan sejenis, termasuk untuk kegiatan
diklat/pelatihan.
3. Pembawa Acara
PNS/Non PNS yang ditunjuk oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan tugas memandu acara pada kegiatan Seminar/Rapat
Koordinasi/Sosialisasi/Diseminasi/Bimbingan Teknis/Workshop/
Rapat Kerja/Sarasehan/Simposium/ Lokakarya/Focus Group
Discussion/kegiatan sejenis, termasuk untuk kegiatan
diklat/pelatihan.
4. Rohaniwan
PNS/Non PNS yang ditunjuk oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan tugas membaca doa pembuka/penutup pada kegiatan
Seminar/Rapat Koordinasi/Sosialisasi/Diseminasi/Bimbingan
Teknis/ Workshop/ Rapat Kerja/ Sarasehan/ Simposium/
Lokakarya/ Focus Group Discussion/ kegiatan sejenis, termasuk
untuk kegiatan diklat/pelatihan dan pengambilan sumpah pada
kegiatan pelantikan.
5. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
a. Tim Teknis adalah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau tim
yang ditetapkan untuk membantu, memberi masukan dan
melaksanakan tugas tertentu dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa;
b. Tim pendukung adalah tim yang dibentuk dalam rangka
membantu untuk urusan yang bersifat administrasi/ keuangan
kepada PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan;
c. Tim atau tenaga ahli adalah tim ahli atau perorangan yang
mempunyai keahlian dan kemampuan untuk memberi masukan
dan penjelasan kepada Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terkait
dengan keahliannya;
d. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan
kegiatan secara Swakelola.

II.12.
6. Tenaga Pengelola Teknis Bangunan Gedung Negara :
a. Tenaga Pengelola Teknis Bangunan Gedung Negara adalah
tenaga pengelola teknis yang bersertifikat bertugas membantu
pengelolaan kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di
bidang administratif;
b. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya
wajib memberikan bantuan tenaga pengelola teknis bangunan
gedung negara kepada SKPD/OPD yang melaksanakan kegiatan
pembangunan bangunan gedung negara;
c. Bangunan Gedung Negara dimaksud adalah bangunan gedung
untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah
dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari
dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah;
d. tugas pokok dan kewenangan Tenaga Pengelola Teknis Bangunan
Gedung Negara disampaikan dalam Surat Penugasan oleh Kepala
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya
untuk kemudian ditetapkan oleh PA/KPA sebagai tugas pokok
dan kewenangan Tenaga Pengelola Teknis Bangunan Gedung
Negara.

P. Ketentuan Lainnya
Dalam hal Personil Pengelola Kegiatan dan Keuangan berhalangan,
dibedakan sebagai berikut :
1. Untuk PA/KPA :
a. berhalangan tetap (dimutasi/pensiun/meninggal dunia), ditunjuk
Pelaksana Tugas (Plt) sebagai Kepala SKPD/OPD oleh Bupati
untuk menjalankan tugas sebagai PA/KPA;
b. berhalangan sementara (kunjungan ke daerah atau ke luar
negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus,
menunaikan ibadah haji, sakit, cuti, atau alasan lainnya):
1) Ditunjuk Pelaksana Harian (Plh) sebagai Kepala SKPD/OPD
oleh Bupati untuk menjalankan tugas sebagai PA/KPA;
2) Apabila melebihi 7 (tujuh) hari kerja dan belum ditunjuk
Plh, maka PA/KPA harus memberikan surat kuasa kepada
pejabat yang ditunjuk untuk melakukan tugas-tugas atas
tanggung jawab yang diberi kuasa dengan diketahui Bupati
dan diadakan Berita Acara Serah Terima.
2. Untuk Pengelola Kegiatan dan Keuangan selain PA/KPA, apabila:
a. berhalangan tetap (dimutasi/pensiun/meninggal dunia) ditunjuk
pengganti oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
b. berhalangan sementara (kunjungan ke daerah atau ke luar
negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus,
menunaikan ibadah haji, sakit, cuti, atau alasan lainnya) dapat
ditunjuk pengganti oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundangan berlaku.

II.13.
BAB III
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah


1. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan
dan manfaat untuk masyarakat.
2. Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintregasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

B. Hal-Hal Teknis Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan APBD


1. DPA-SKPD, DPA-PPKD, DPPA-SKPD, DPPA-PPKD, Surat Penyediaan
Dana (SPD) dan Anggaran Kas merupakan Dokumen yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja
dan pembiayaan SKPD/OPD dan PPKD
2. Pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya.
3. Pelampuan dari pengeluaran setinggi tingginya, dapat dilakukan
apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan
tunjangan pegawai negeri sipil, bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang, kewajiban
pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang telah jatuh
tempo serta pengeluaran yang mendesak diluar kendali pemerintah
daerah.
4. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar
jenis belanja serta pergeseran antar obyek belanja dalam jenis
belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-
SKPD.
5. Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja
berkenaan dapat dilakukan atas persetujuan PPKD.
6. Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan
dilakukan atas persetujuan Sekretaris Daerah.
7. Pergeseran anggaran dilakukan dengan cara mengubah Peraturan
Bupati tentang penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD.
8. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar
jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan
daerah tentang APBD.
9. Untuk penggunan Belanja Tidak Terduga yang dilaksanakan
sebelum Perubahan APBD, pada saat Perubahan APBD, dana yang
digunakan harus dibuatkan RKA sesuai dengan peruntukannya,
dapat berupa belanja tidak langsung (hibah,bantuan dll) atau berupa
belanja langsung yang dialokasikan pada SKPD/OPD pelaksana.
10. Untuk penggunaan Belanja Tidak terduga yang dilaksanakan setelah
Perubahan APBD, penggunaan dana tersebut akan dicatat pada
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
11. Untuk kegiatan yang dananya bersumber dari dana Dekonsentrasi
atau pembantuan, baik dari Pusat maupun dari propinsi, yang akan
melalui APBD, tetapi masih belum tertampung dalam APBD, untuk
pelaksanaannya harus merubah dulu Peraturan Bupati tentang
Penjabaran APBD, dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD.

III.1
12. Satu bulan sebelum masa anggaran berakhir, wajib disiapkan SK
Bupati tentang Pejabat yang akan menjadi Pengelola Keuangan
Daerah.
13. Penetapan Pagu UP/GU dapat berubah, apabila pengesahan APBD
tidak tepat waktu, dimana pada awal tahun menggunakan pagu
berdasarkan Perbup Penggunaan APBD tahun sebelumnya dan
apabila Perda APBD disahkan, penetapan pagu disesuaikan dengan
plafon pagu yang baru sesuai dengan Perda APBD tahun berjalan.
14. Jika penetapan APBD Tahun Anggaran berkenan tidak tepat waktu,
pengeluaran belanja daerah diprioritaskan pada Belanja yang
bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib berdasarkan Tahun
Anggaran sebelumnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati
setelah mendapat persetujuan Gubernur.
15. Pemeliharaan sebesar 5% harus direalisasikan pada tahun anggaran
berkenaan.

C. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-KPD/PPKD) dan Dokumen


Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA-SKPD/PPKD)
B.1. Mekanisme Penyusunan DPA-SKPD/PPKD dan DPPD–
SKPD/PPKD
a. PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Perda
APBD/PAPBD ditetapkan, memberitahukan kepada SKPD/OPD
untuk membuat DPA–SKPD/PPKD atau DPPA-SKPD/PPKD;
b. SKPD/OPD menyerahkan DPA–SKPD/PPKD atau DPPA-
SKPD/PPKD kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja
terhitung setelah pemberitahuan disampaikan PPKD;
c. TAPD kemudian melakukan verifikasi terhadap DPA–
SKPD/PPKD bersama Kepala SKPD/OPD paling lama 15 (lima
belas) hari kerja sejak Perda APBD/PAPBD ditetapkan dan
ditandatangani oleh semua TAPD dalam berita acara;
d. Berdasarkan verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan DPA–
SKPD/PPKD atau DPPA-SKPD/PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah;
e. DPA–SKPD/PPKD atau DPPA-SKPD/PPKD yang telah disahkan,
oleh PPKD disampaikan kepada SKPD, Inspektorat dan BPK
paling lama 7 (tujuh) hari sejak disahkan;
f. DPA-SKPD/PPKD atau DPPA-SKPD/PPKD digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala SKPD/OPD selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

B.2. Penyusunan DPAL - SKPD


a. pelaksanaan kegiatan lanjutan didasarkan pada DPA-SKPD
yang telah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan
SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya;
b. untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD,
Kepala SKPD/OPD menyampaikan laporan akhir realisasi
pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan
kepada PPKD paling lambat pertengahan bulan Desember tahun
anggaran berjalan;
c. jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD setelah
terlebih dahulu dilakukan pengujian sebagai berikut:
1) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan Surat Penyediaan
Dana (SPD) dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan
yang bersangkutan;

III.2
2) Sisa Surat Penyediaan Dana (SPD) yang belum diterbitkan
SPP, SPM atau SP2D; atau
3) SP2D yang belum diuangkan.
d. DPAL-SKPD yang telah disahkan dapat dijadikan dasar
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian
pembayaran;
e. pekerjaan yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL memenuhi
kriteria keterlambatan penyelesaian pekerjaan diakibatkan bukan
karena kelalaian pengguna anggaran/barang atau Penyedia
Barang/Jasa, namun karena akibat dari force major;
f. penganggaran yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL
memenuhi hasil temuan BPK.

B.3. Alur Pengerjaan DPA – SKPD/PPKD dan DPPA – SKPD/PPKD


a. DPA/DPPA - SKPD terdiri dari :
1) DPA/DPPA - SKPD 1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan pendapatan
atau penerimaan SKPD dalam tahun perencanaan.
2) DPA/DPPA - SKPD 2.1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan kebutuhan
belanja tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang
direncanakan
3) DPA/DPPA - SKPD 2.2.1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan belanja
langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan.
4) DPA/DPPA - SKPD 2.2.
Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan
kegiatan SKPD/OPD yang dikutip dari setiap formulir RKA-
SKPD 2.2.1.

b. DPA/DPPA - PPKD hanya terdapat pada SKPKD, terdiri dari :


1) DPA/DPPA - PPKD 1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan pendapatan
dari dana perimbangan dan Hibah SKPKD dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
2) DPA/DPPA - PPKD 2.1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan kebutuhan
belanja tidak langsung dari belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga SKPKD
dalam tahun anggaran yang direncanakan.
3) DPA/DPPA - PPKD 3.1
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan penerimaan
pembiayaan dalam tahun anggaran yang direncanakan.
4) DPA/DPPA - PPKD 3.2
Digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan
pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.

D. Anggaran Kas
D.1. Mekanisme Penyusunan Anggaran Kas
a. PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Perda
APBD/PAPBD ditetapkan, memberitahukan kepada SKPD/OPD
untuk membuat DPA–SKPD/PPKD atau DPPA- SKPD/PPKD dan
Anggaran Kas;

III.3
b. berdasarkan DPA–SKPD/PPKD atau DPPA- SKPD/PPKD yang
telah dibuat, SKPD/OPD kemudian menyusun rancangan
anggaran kas;
c. SKPD/OPD menyerahkan anggaran kas kepada PPKD paling
lambat 6 (enam) hari kerja terhitung setelah pemberitahuan
disampaikan PPKD.
d. PPKD mengotorisasi Rancangan Anggaran Kas SKPD/OPD dan
kemudian diserahkan kepada TAPD;
e. TAPD bersama dengan Kepala SKPD/OPD memverifikasi
rancangan DPA-SKPD/PPKD atau DPPA- SKPD/PPKD
berdasarkan per-KDH penjabaran, paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak ditetapkannya per-KDH Penjabaran;
f. berdasarkan verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan DPA–
SKPD/PPKD atau DPPA- SKPD/PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah;
g. Anggaran Kas Pemerintah Daerah digunakan dalam proses
pembuatan penyediaan dana, dengan syarat :
1) Penyediaan Anggaran Kas berdasarkan penerimaan daerah;
2) Anggaran Kas Per Triwulan/Surat Penyediaan Dana (SPD)
adalah batas tertinggi pengeluaran selama 1 (satu) triwulan;
3) Sisa/saldo triwulan Surat Penyediaan Dana (SPD) dapat
diakumulasikan pada triwulan berikutnya;
4) Untuk Program/Kegiatan yang dananya dibiayai secara
khusus, maka pencairannya harus menyesuaikan dengan
ketersediaan dana/transfer.
h. Rekening yang direncanakan melalui mekanisme LS :
1) Belanja Gaji dan Tunjangan;
2) Belanja yang dikerjasamakan/kontraktual.
i. Rekening belanja lainnya untuk penentuan mekanisme LS atau
UP/GU/TU menyesuaikan dengan kebutuhan SKPD/OPD dan
peraturan yang berlaku.
j. Anggaran Kas dapat bergeser, dengan ketentuan :
1) Memiliki dasar hukum yang jelas;
2) Terjadi force major;
3) Pergeseran LS ke UP/GU harus dengan persetujuan
Sekretaris Daerah;
4) Pergeseran UP/GU ke LS, pergeseran antar bulan harus
dengan persetujuan BUD.

D.2. Mekanisme penggeseran anggaran kas.


a. Pergeseran anggaran kas per triwulan harus dengan
persetujuan BUD.
b. Pembagian anggaran kas ke dalam UP/GU dan LS dilakukan
sebagai pedoman dalam penentuan besaran UP. Apabila dalam
pelaksanaannya ada pergeseran anggaran kas dari GU ke LS
atau sebaliknya diperkenankan tanpa melalui persetujuan BUD.

D.3. Rencana Penerimaan Pendapatan dan Pembiayaan


a. Rencana Penerimaan Pendapatan
1) Triwulan I : 25 %
2) Triwulan II : 25 %
3) Triwulan III : 25 %
4) Triwulan IV : 25 %

III.4
Kecuali dana perimbangan ataupun dana lain yang bersifat
khusus, rencana penerimaan disesuaikan dengan petunjuk
teknis dari pendapatan terkait.
b. Rencana Penerimaan Pembiyaan
Rencana realisasi Penerimaan Pembiayaan disesuaikan kondisi
penerimaan.
D.4. Rencana Anggaran Kas per Triwulan setiap SKPD/OPD
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung untuk Belanja Pegawai
1) Triwulan I : 30 %
2) Triwulan II : 30 %
3) Triwulan III : 20 %
4) Triwulan IV : 20 %
Untuk belanja pegawai yang bersifat khusus seperti Tunjangan
sertifikasi guru dan Tambahan Penghasilan Guru, realisasinya
disesuaikan dengan petunjuk teknis dan realisasi
pendapatannya.
Belanja Tidak Langsung untuk Belanja Bantuan Keuangan,
Subsidi, Hibah dan Bantuan Keuangan bagi desa serta belanja
tidak terduga :
1) Triwulan I : 25 %
2) Triwulan II : 25 %
3) Triwulan III : 25 %
4) Triwulan IV : 25 %
Untuk untuk Belanja Bantuan Keuangan, Subsidi, Hibah dan
Bantuan Keuangan bagi desa serta belanja tidak terduga yang
bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan riil daerah dan
petunjuk teknis yang ada.
Rencana anggaran kas belanja tidak langsung per triwulan
dapat berubah menyesuaikan kebutuhan SKPD/OPD dan akan
dievaluasi oleh tim yang ditunjuk Bupati dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah.
Untuk belanja yang dibiayai dari sumber dana yang bersifat
khusus seperti DAK, dan Bantuan Provinsi, disesuaikan dengan
petunjuk teknis masing-masing sumber dana terkait dan
realisasi yang diterima Pemerintah Daerah serta kegiatan yang
bersifat khusus dapat disesuaikan dengan kebutuhan riil
kegiatan tersebut
b. Belanja Langsung
1) Triwulan I : ≤ 20 %
(tidak melampaui ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah)
2) Triwulan II : 30 %
3) Triwulan III : 35 %
4) Triwulan IV : 15 %
Rencana anggaran kas belanja langsung per triwulan
disesuaikan kebutuhan SKPD/OPD dan akan dievaluasi oleh
tim yang ditunjuk Bupati dengan mempertimbangkan
ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah.
Untuk belanja yang dibiayai dari sumber dana yang bersifat
khusus seperti DAK, dan Bantuan Provinsi, disesuaikan dengan
petunjuk teknis masing-masing sumber dana terkait dan
realisasi yang diterima Pemerintah Daerah serta kegiatan yang
bersifat khusus dapat disesuaikan dengan kebutuhan riil
kegiatan tersebut.

III.5
c. Prosentase anggaran kas sebagaimana huruf a dan b dapat
berubah disesuaikan dengan kebutuhan SKPD/OPD dan
kondisi keuangan daerah.
d. Sanksi keterlambatan penyerapan anggaran ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Daerah.
e. Pengeluaran Pembiayaan
Rencana realisasi Pengeluaran Pembiayaan disesuaikan kondisi
kebutuhan realiasasi.

D.5. Pengisian Anggaran Kas


a. diisi oleh BUD/Kuasa BUD untuk Anggaran Kas Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumenep;
b. diisi oleh PA/KPA SKPD/OPD untuk Anggaran Kas SKPD/OPD;
c. prosentase per triwulan merupakan akumulasi dari seluruh
kegiatan yang ada di SKPD/OPD.

E. Surat Penyedian Dana (SPD)


Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah Surat Penyediaan Dana, yang
dibuat oleh BUD dalam rangka manajemen kas daerah. Surat
Penyediaan Dana (SPD) digunakan untuk menyediakan dana bagi tiap-
tiap SKPD/OPD dalam periode waktu tertentu. Informasi dalam Surat
Penyediaan Dana (SPD)menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan
tetapi tidak dibuat Surat Penyediaan Dana (SPD) untuk setiap kegiatan
secara tersendiri.
Untuk mengakomodasi belanja atas kegiatan yang sifatnya wajib dan
mengikat dan dapat dilaksanakan sebelum DPA-SKPD disahkan, PPKD
selaku BUD membuat Surat Penyediaan Dana (SPD)-nya tanpa
menunggu DPA disahkan.
Langkah-langkah teknis penyusunan Surat Penyediaan Dana (SPD) :
1. Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen
kas menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD).
2. Jumlah Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan akumulasi dari
Surat Penyediaan Dana (SPD) sebelumnya.
3. Surat Penyediaan Dana (SPD) disiapkan oleh kuasa BUD untuk
ditandatangani oleh PPKD.
4. Kuasa BUD menyiapkan rancangan Surat Penyediaan Dana (SPD)
segera setelah menerima Rancangan DPA-SKPD/PPKD atau DPPA-
SKPD/PPKD dan Anggaran Kas SKPD/OPD. Kuasa BUD menyiapkan
Rancangan Surat Penyediaan Dana (SPD) berdasarkan DPA-
SKPD/PPKD atau DPPA-SKPD/PPKD dan Anggaran Kas Pemerintah
Daerah. Rancangan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang telah dibuat,
diserahkan kepada PPKD untuk diotorisasi dan ditandatangani oleh
PPKD.
5. Rancangan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang dibuat itu akan berisi
jumlah penyediaan dana yang dibutuhkan, baik untuk mengisi Uang
Persediaan (UP), Ganti Uang Persediaan (GU), Tambah Uang
Persediaan (TU), dan pembelian barang dan jasa, modal, maupun
penggajian dan tunjangan (LS).
6. Setelah PPKD meng-otorisasi rancangan Surat Penyediaan Dana
(SPD) (rangkap dua), PPKD menyerahkan Surat Penyediaan Dana
(SPD) kepada PA/KPA.
7. Dokumen pertama diserahkan kepada PA/KPA yang akan dipakai
sebagai dasar dalam pembuatan SPP.
8. Dokumen kedua dibuat sebagai arsip oleh PPKD.

III.6
9. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan Surat
Penyediaan Dana (SPD) atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan Surat Penyediaan Dana (SPD).
10. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) dapat dilakukan perbulan,
pertriwulan, atau persemesteran sesuai dengan ketersedian dana
yang ada.

F. Ketentuan Lain Dalam Pelaksanaan Anggaran


F.1. Untuk memperlancar pelaksanaan APBD sebelum tahun anggaran
berkenan, Bupati selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Daerah (Pemegang Kekuasaan PKD) menetapkan
keputusan tentang :
a. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat
Penyedian Dana (SPD);
b. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah
Membayar (SPM);
c. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat
Pertanggungjawaban (SPJ);
d. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D);
e. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
f. Pejabat Lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
F.2. Dalam menunjuk pegawai sebagai Pengelola Keuangan Daerah
perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
a. PNS Daerah Kabupaten Sumenep;
b. diusulkan oleh Kepala SKPD/OPD;
c. serendah-rendahnya menduduki golongan II (kecuali
ditentukan lain dalam peraturan ini);
d. tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
e. tidak ditunjuk sebagai bendahara yang dananya bersumber
dari APBN.
F.3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang telah ditetapkan tidak
boleh rangkap jabatan dalam pengelolaan keuangan daerah.
F.4. Penyedian belanja untuk suatu pengeluaran kegiatan, apabila
melebihi pagu yang ditetapkan dalam triwulan, dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Bupati, yang disesuaikan dengan
kondisi keuangan daerah.

G. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah


1. Semua Penerimaan Daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum
Daerah.
2. Bendahara Penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke
Rekening Kas Umum Daerah selambat-lambatnya dalam waktu
1(satu) hari kerja.
3. Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas
setoran dimaksud.
4. SKPD/OPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
5. SKPD/OPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima
dan/atau kegiatannya berdampak pada Penerimaan Daerah, wajib
mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.
6. Penerimaan SKPD/OPD yang merupakan Penerimaan Daerah tidak
dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran, kecuali
SKPD/OPD yang berstatus BLUD.

III.7
7. Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara
langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah,
asuransi dan/atau pengadaan barang/jasa termasuk penerimaan
bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan
dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan Penerimaan
Daerah.
8. Semua Penerimaan Daerah, sebagaimana dimaksud di atas, apabila
berbentuk uang harus segera disetor ke Kas Umum Daerah dan yang
berbentuk barang menjadi milik/aset daerah dicatat sebagai
Inventaris Daerah.
9. Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan
membebankan pada pendapatan yang bersangkutan untuk
pengembalian pendapatan yang terjadi dalam tahun yang sama,
sedangkan untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak
terduga pengembalian sebagaimana dimaksud harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah.
10. Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.
11. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun tidak
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan selama
periode berjalan.

H. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah


1. Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
2. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat
dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
ditetapkan dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah, kecuali
belanjayang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.
3. Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat
Penyediaan Dana (SPD)yang telah ditetapkan, dan/atau DPA-SKPD
atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Surat Penyediaan
Dana (SPD).
4. Kesalahan atas pengeluaran belanja yang terjadi pada tahun berjalan
dikoreksi pada akun belanja yang bersangkutan sedangkan
kesalahan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya akan
dikoreksi pada pendapatan lain-lain.
5. Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah dibebankan pada APBD.
6. Pemerintah Kabupaten Sumenep dapat memberikan tambahan
penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah berdasarkan
pertimbangan yang objektif sesuai indikator yang ditetapkan oleh
Bupati dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah
danmemperoleh persetujuan DPRD sesuai peraturan perundang-
undangan.
7. Bendahara Pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan
(PPh)dan pajak lain wajib menyetorkan seluruh penerimaan
potongan dan pajak yang dipungutnya ke Rekening Kas Negara pada
bank pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan
sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai
peraturan perundang-undangan.

III.8
8. Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan
berdasarkanSPM yang diterbitkan oleh PA/KPA, yang
pembayarannya dilakukan dengan penerbitan SP2D oleh Kuasa
BUD.
9. Penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau
jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.
10. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD/OPD, kepada PA/KPA
dapat diberikan UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.
11. Jumlah UP pada setiap SKPD/OPD ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
12. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari UP
yangdikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan
oleh PA/KPA;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum
dalamperintah pembayaran.
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
13. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari PA/KPA
apabila persyaratan sebagaimana dimaksud di atas tidak dipenuhi.
14. Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab secara pribadi atas
pembayaran yang dilaksanakan.
15. Bupati dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk
keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD/OPD.
16. Bendahara Pengeluaran membuka rekening giro pada Bank yang
ditunjuk sebagai Kas Daerah berdasarkan pada Keputusan Bupati
tentang pengangkatan dan penetapan Bendahara Pengeluaran
tersebut.
17. Setiap Bendahara Pengeluaran wajib untuk menyerahkan nomor
rekening gironya kepada PPKD.
18. Setelah tahun anggaran berakhir, PA/KPA dilarang menerbitkan
SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.
19. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah.

I. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah


1. Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD.
2. Semua penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dilakukan
melalui Rekening Kas Umum Daerah.
3. Dana Cadangan:
a. jumlah Pendapatan Daerah yang disisihkan untuk pembentukan
dana cadangan dalam tahun anggaran yang bersangkutan sesuai
dengan jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
b. pemindahbukuan jumlah Pendapatan Daerah yang disisihkan yang
ditransfer dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Dana
Cadangan dilakukan dengan Surat Perintah Pemindahbukuan oleh
Kuasa BUD atas persetujuan PPKD;
c. pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas
Umum Daerah dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan
kegiatan, setelah jumlah dana cadangan yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Daerah tentang pembentukan dana
cadangan yang berkenaan mencukupi;

III.9
d. pemindahbukuan dana cadangan sebagaimana dimaksud di atas
paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang digunakan untuk
mendanai pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
pembentukan dana cadangan;
e. pemindahbukuan dana cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah
transfer dari dana cadangan dilakukan dengan surat perintah
pemindahbukuan oleh Kuasa BUD atas persetujuan PPKD sebesar
pembentukan dana cadangan, sedangkan bunganya masuk ke
Pendapatan Asli Daerah, setelah terlebih dahulu masuk ke
rekening penerima pembiayaan transfer dari dana cadangan.
4. Penjualan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan:
a. penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan
sesuai peraturan perundang-undangan;
b. pencataan penerimaan atas penjualan kekayaan daerah
didasarkan pada bukti penerimaan yang sah.
5. Pinjaman Daerah:
a. penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman
yang akan diterima dalam tahun anggaran berkenaan sesuai
dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman;
b. penerimaan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dibukukan
dalam nilai rupiah;
c. pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus
dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan
pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh
kewajiban Pemerintah Kabupaten Sumenep yang harus
diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan;
d. pelaksanaan pengeluaran pembayaran pokok utang dan pemberian
pinjaman daerah dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan
oleh PPKD;
e. pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan
Keputusan Bupati atas persetujuan DPRD;
f. penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah didasarkan pada
perjanjian pemberian pinjaman daerah sebelumnya, untuk
kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan kewajiban lainnya
yang menjadi tanggungan pihak peminjam.
6. Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Sumenep:
a. penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Sumenep dapat
dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun
anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah
tentang penyertaan modal daerah berkenaan;
b. pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal
Pemerintah Daerah dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan
oleh PPKD.

J. Penatausahaan Keuangan Daerah


J.1. Prosedur Penatausahaan Bendahara Penerimaan
J.1.a. Ketentuan Umum
1) PPKD menyerahkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) Daerah yang
telah diterbitkan kepada Bendahara Penerimaan untuk
keperluan melakukan verifikasi pada saat penerimaan
pendapatan;

III.10
2) Pengguna Anggaran menyerahkan Surat Ketetapan Retribusi
(SKR) yang telah diterbitkan kepada Bendahara Penerimaan
untuk keperluan melakukan verifikasi pada saat penerimaan
pendapatan;
3) Wajib Pajak/Wajib Retribusi menyerahkan uang (setoran
pajak/retribusi). Bendahara Penerimaan kemudian melakukan
verifikasi penerimaan uang dengan SKP Daerah/SKR yang
bersangkutan. Setelah melakukan verifikasi, Bendahara
Penerimaan mengeluarkan Surat Tanda Bukti
Pembayaran/Bukti Lain yang Sah;
4) Bendahara penerimaan SKPD/OPD menerima pembayaran
sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP)
daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR dari wajib
pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang
berada dalam pengurusannya. Bendahara Penerimaan
SKPD/OPD mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah
yang telah ditetapkan;
5) Bendahara Penerimaan SKPD/OPD kemudian membuat Surat
Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah (STS) untuk
diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi;
6) Bendahara Penerimaan kemudian melakukan penyetoran
kepada bank disertai STS. STS yang telah diotorisasi oleh
bank kemudian diterima kembali oleh Bendahara Penerimaan
untuk kemudian menjadi bukti pembukuan;
7) Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan
SKPD/OPD harus disetor ke Rekening Kas Umum Daerah
paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan
menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS).

J.1.b. Mekanisme Penerimaan dan Penyetoran PAD ke Rekening Kas


Umum Daerah
1) Mekanisme/tata cara penerimaan PAD
a) wajib bayar PAD menyetor kepada Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu/Kasir
Penerimaan masing-masing SKPD/OPD yang
bersangkutan, dengan menggunakan uang tunai maupun
warkat (cek,giro,bilyet termasuk lalu lintas giro dan kartu
kredit/debet);
b) untuk menampung penyetoran dengan menggunakan bilyet
giro (transfer bank), PA/KPA dapat mengajukan izin
membuka rekening penerimaan pada Bank yang ditunjuk
sebagai Kas Daerah kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah;
c) Bank yang ditunjuk sebagai Kas Daerah pada hari yang
sama dengan saat penerimaan transfer atau selambat-
lambatnya pada hari kerja berikutnya menyampaikan bukti
transfer kepada Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu SKPD/OPD yang bersangkutan
untuk dibuatkan STS;
d) Rekening Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu SKPD/OPD dioperasikan sebagai rekening
bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya setiap hari
disetor ke Rekening Kas Umum daerah;

III.11
e) penyetoran melalui warkat diakui sah setelah divalidasi
oleh Bank yang ditunjuk sebagai Kas Daerah;
f) wajib bayar dan penerima setoran (Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu, Kasir dan
Bank yang ditunjuk sebagai Kas Daerah) wajib memberikan
keterangan yang jelas mengenai jenis setoran tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Mekanisme/tata cara penyetoran penerimaan PAD
a) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
wajib menyetorkan seluruh penerimaannya ke Rekening
Kas Umum Daerah dengan menggunakan Surat Tanda
Setoran (STS) dan Slip Setoran (dalam jangka waktu 1x24
jam);
b) untuk kondisi geografi yang sulit dijangkau dengan
komunikasi dan transportasi (wilayah kepulauan
disesuaikan dengan jadwal ketersediaan transportasi dan
ketersediaan Kantor Cabang Bank yang ditunjuk sebagai
Kas Daerah), dapat menyetorkan hasil pemungutannya ke
Rekening Kas Umum Daerah lebih dari 1 (satu) hari;
c) pada hari yang sama dengan saat penerimaan tunai, bukti
transfer atau pengakuan Bank yang ditunjuk sebagai Kas
Daerahatas pembayaran dengan menggunakan Warkat
Bendahara Penerimaan Pembantu berkewajiban
menyetorkan seluruh hasil penerimaan ke Rekening Kas
Umum Daerah, menggunakan surat tanda setoran dan slip
setoran yang dirinci menurut kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek.

J.1.c. Pertanggungjawaban Penerimaan PAD pada SKPD/OPD


1) Bendahara Penerimaan Pembantu mencatat penerimaan dan
penyetoran dalam :
a) Buku Kas Umum Penerimaan;
Pencatatan pada Buku Kas Umum dilaksanakan dan
ditutup setiap hari.
b) Buku Pembantu Penerimaan per rincian obyek
penerimaan;
Buku Pembantu Penerimaan per rincian obyek dibukukan
setiap hari dan ditutup setiap bulan;
c) Rekapitulasi Penerimaan Harian;
Rekapitulasi Penerimaan Harian dibukukan setiap hari per
obyek dan ditutup setiap bulan.
2) BendaharaPenerimaanPembantu mempertanggungjawabkan
PAD yang menjadi kewenangannya kepada Bendahara
Penerimaan, terdiri dari:
a) Tindasan Buku Kas Umum;
b) Tanda Bukti Penerimaan;
c) Surat Tanda Setoran;
d) Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH).
3) Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi, analisis
dan kebenaran pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Pembantu dan dibuatkan RPH dan Laporan
pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan SKPD/OPD;
4) Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada PA/KPA
melalui PPK;

III.12
5) PPK melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban
bendahara penerimaan;
6) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban beserta RPH pada
Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPPKAD) paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

J.1.d. Ketentuan Lain


1) Ketentuan teknis lebih lanjut tentang mekanisme/tata cara
penerimaan dan penyetoran serta pertanggungjawaban
penerimaan PAD diatur dalam keputusan Kepala SKPD/OPD
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Bagi SKPD/OPD yang tidak menunjuk/memiliki Bendahara
Penerimaan apabila terdapat penerimaan PAD maka tugas
Bendahara Penerimaan dirangkap oleh Bendahara
Pengeluaran.

J.1.e. Restitusi (pengembalian penerimaan)


Restitusi adalah pengembalian penerimaan atas kelebihan
pembayaran penerimaan khususnya penerimaan PAD, yang
sifatnya berulang (tahun berjalan) dan tidak berulang (tahun lalu).
J.1.e.1) Restitusi Pajak dan Retribusi dan Lain-lain PAD yang Sah
Sifatnya Berulang (Tahun Berjalan)
Restitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak
dan retribusi dan Lain-lain PAD yang sah yang sifatnya
berulang (tahun berjalan) dapat diminta kembali oleh wajib
pajak/retribusi atau adanya kelebihan pembayaran lain-lain
PAD yang sah dengan mengajukan permohonan tertulis pada
PA/KPA SKPD/OPD terkait, dengan prosedur sebagai berikut :
a) wajib pajak/retribusi atau pihak ketiga mengajukan
permohonan tertulis kepada PA/KPA SKPD/OPD terkait
melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu dengan menggunakan form surat permohonan
beserta lampirannya, yaitu :
i. foto copy jati diri yang berlaku;
ii. foto copy tanda lunas pembayaran.
b) surat permohonan beserta lampirannya dikirim Badan
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPPKAD);
c) Selambat-lambatnya 6 (enam) hari sejak diterimanya
permohonan secara lengkap, BPPKAD menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)/Surat
Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar (SKRDLB) atau
Surat Keterangan Lebih Bayar Lain-lain PAD yang Sah,
yang ditindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Keputusan
Restitusi, yang dibuat rangkap 2 :
i. lembar 1 : Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (BPPKAD);
ii. lembar 2 : SKPD/OPD terkait.
d) berdasarkan surat keputusan restitusi beserta dokumen
pendukung, BPPKAD menerbitkan Surat Penyedian Dana
(SPD) dan dikirim kepada SKPD/OPD terkait;

III.13
e) berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), Bendahara
Pengeluaran SKPD/OPD terkait akan membuat SPP-LS,
menggunakan kode rekening dengan Surat Penyediaan
Dana (SPD) yaitu rekening pendapatan pajak/retribusi
atau Lain-lain PAD yang sah;
f) berdasarkan SPP LS, PPK-SKPD akan membuat SPM LS
yang setelah ditandatangani oleh PA/KPA akan dikirim ke
BPPKAD, kemudian BPPKAD akan menguji kelengkapan
dokumen SPP LS, bila telah sesuai akan diterbitkan SP2D
LS.

J.1.e.2) Restitusi Pajak dan Retribusi dan Lain-lain PAD yang Sah
Sifatnya Tidak Berulang (Tahun Lalu)
Restitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak
dan retribusi sifatnya tidak berulang (untuk kelebihan
pendapatan tahun sebelumnya), dengan prosedur sebagai
berikut:
a) Wajib pajak/retribusi mengajukan permohonan tertulis
kepada Pengguna Anggaran SKPD/OPD terkait melalui
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
dengan menggunakan form surat permohonan beserta
lampirannya, yaitu :
i. foto copy jati diri yang berlaku;
ii. foto copy tanda lunas pembayaran.
b) Surat permohonan beserta lampirannya dikirim Badan
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPPKAD);
c) Selambat-lambatnya 6 (enam) hari sejak diterimanya
permohonan secara lengkap, BPPKAD menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)/ Surat
Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar (SKRDLB), atau
Surat Keterangan Lebih Bayar Lain-lain PAD yang Sah,
yang ditindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Keputusan
Restitusi, yang dibuat rangkap 2 :
i. lembar 1 : Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset (BPPKAD);
ii. lembar 2 : SKPD/OPD terkait.
d) Berdasarkan surat keputusan restitusi beserta dokumen
pendukung, BPPKAD menerbitkan Surat Penyediaan Dana
(SPD);
e) Berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), Bendahara
Pengeluaran PPKD membuat SPP-LS, menggunakan kode
rekening dengan Surat Penyediaan Dana (SPD) yaitu
rekening belanja tidak terduga;
f) Berdasarkan SPP-LS, PPK-PPKD akan membuat SPM-LS
yang setelah ditandatangani oleh PPKD, bila telah sesuai
akan diterbitkan SP2D LS.

III.14
J.2. Prosedur Penatausahaan Bendahara Pengeluaran
J.2.a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
J.2.a.1) SPP Uang Persedian (SPP-UP)
SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran setiap awal tahun anggaran untuk permintaan
uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali tanpa
pembebanan pada kode rekening tertentu yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung.
Dokumen SPP-UP terdiri dari :
a) surat pengantar SPP-UP Bendahara Pengeluaran kepada
PA/KPA;
b) ringkasan SPP-UP, yang ditandatangani Bendahara
Pengeluaran;
c) foto copy Surat Bupati tentang besaran uang persediaan.

J.2.a.2) SPP Ganti Uang Persedian (SPP-GU)


SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persedian
sebesar uang yang telah di SPJ-kan pada waktu tertentu yang
tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Dokumen SPP-GU terdiri dari :
a) surat pengantar SPP-GU Bendahara Pengeluaran kepada
PA/KPA, yang disertai dengan rincian penggunaan dana;
b) ringkasan SPP-GU, yang ditandatangani Bendahara
Pengeluaran;
c) rincian penggunaan (SPJ sebelumnya) atau laporan
pertanggungjawaban uang persediaan sebelumnya;
d) lampiran lain yang diperlukan (fotocopy rekening koran,
buku penutupan kas, bukti surat tanda setor pengembalian,
bukti setor pajak, buku kas umum/BKU dan lain-lain).

J.2.a.3) SPP Ganti Tambahan Uang Persedian (SPP-TU)


SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persedian
guna melaksanakan kegiatan SKPD/OPD yang bersifat
mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran
langsung dan uang persedian.
Dokumen SPP-TU terdiri dari :
a) surat pengantar SPP-TU Bendahara Pengeluaran kepada
PA/KPA, yang disertai dengan rincian penggunaan dana TU;
b) ringkasan SPP-TU, yang ditandatangani Bendahara
Pengeluaran;
c) suratpersetujuan BUD;
d) surat pertanggungjawaban TU paling lama 1 (satu) bulan
sudah disampaikan kepada BUD, kecuali untuk kegiatan
yang masanya lebih 1 (satu) bulan;
e) sisa dana TU harus dikembalikan ke Kas Daerah bersamaan
dengan penyetoran Surat Pertanggungjawaban.

J.2.a.4) SPP Langsung (SPP-LS)


SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung atas
dasar bentuk Kontrak dengan memperhatikan nilai kontrak,
jenis barang/jasa, metode pemilihan Penyedia dan/atau resiko
pekerjaan sesuai ketentuan peraturan perundangan.

III.15
Bentuk Kontrak terdiri atas :
a) Bukti pembelian/pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang
digunakan sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar
oleh PPKo untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya
dengan nilai paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah). Contoh bukti pembelian/pembayaran antara lain
faktur/bon/invois, setruk, dan nota kontan.
b) Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda
bukti transaksi pembayaran yang ditandatangani oleh
penerima uang/Penyedia dengan berbagai ketentuan
pembayaran untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya
dengan nilai paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
c) Surat Perintah Kerja (SPK)
Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana
secara tertulis antara kedua belah pihak tentang suatu
perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh
hak dan melaksanakan kewajiban. Surat Perintah Kerja
digunakan untuk :
i. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
ii. Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan nilai paling banyak Rp.200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah); dan
iii. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling
banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
d) Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis
antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang
memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban.
Surat Perjanjian digunakan untuk:
i. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
nilai paling sedikit di atas Rp.200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah); dan
ii. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit
di atas Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
e) Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam
pelaksanaan pengadaan melalui E-purchasing atau
pembelian melalui toko daring.
Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan
pengaturan Kontrak yang lebih rinci atau
diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam
proses pembayaran maka Surat Pesanan dapat
ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.

III.16
Dokumen SPP-LS terdiri dari :
a) SPP-LS untuk Pengadaan Barang/Jasa
(1) Pengadaan barang/jasa s/d Rp.50.000.000 (lima
puluh juta rupiah)
(a) Surat permohonan oleh PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) disetujui PPKo/PA/KPA selaku
Pejabat Penandatangan Kontrak dan PA/KPA;
(b) Nota Pencairan Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK;
(c) Surat Permintaan Pembayaran Langsung
Barang/Jasa ditandatangani oleh PPTK dan
Bendahara terdiri atas :
i. surat pengantar;
ii. ringkasan kegiatan;
iii. rincian penggunaan dana.
(d) Bukti pembelian/pembayaran/kuitansi dari
Penyedia Barang/Jasa;
(e) Untuk transaksi yang dilakukan secara tunai
melampirkan kuitansi pembayaran bermaterai
ditandangani oleh Bendahara dan Penyedia
Barang/Jasa (sesuai peraturan perundangan
berlaku), atau bukti transfer (notice) untuk
transaksi yang dilakukan secara non tunai.
Untuk pembayaran listrik/air/telpon/internet
/BBM/barang yang dibeli secara online dibayar
non tunai melalui internet banking atau dengan
mekanisme SP2D LS ke pihak penyedia atau
melampirkan bukti pembayaran ke rekening
dimaksud untuk pembayaran secara tunai.
(f) Faktur Pajak (apabila diperlukan, sesuai peraturan
perundangan berlaku);
(g) E-billing pajak (apabila diperlukan, sesuai
peraturan perundangan berlaku);
(h) Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan dari PPKo
kepada PA/KPA (apabila pekerjaan telah selesai
100%);
(i) Rekapitulasi pendistribusian barang dan tanda
terima barang (khusus barang cetak yang
didistibusuikan);
(j) Surat Keputusan Bupati tentang penerima dan
besaran bantuan sosial atau hibah (khusus
pengadaan barang/jasa yang diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga dalam kegiatan bantuan
sosial atau hibah);
(k) Bukti pembayaran pajak katering (khusus
pengadaan konsumsi);
(l) Bukti pembayaran pajak hotel (khusus Pengadaan
jasa sewa hotel)

(2) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa


lainnya s.d. Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah); dan jasa konsultansi s.d. Rp. 100.000.000
(seratus juta rupiah)

III.17
(a) Surat permohonan oleh PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) disetujui PPKo/PA/KPA selaku
Pejabat Penandatangan Kontrak dan PA/KPA;
(b) Surat rekomendasi oleh PPTK bahwa kegiatan
telah dilaksanakan;
(c) Nota Pencairan Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA dan PPTK;
(d) Surat Permintaan Pembayaran Langsung
Barang/Jasa ditandatangani oleh PPTK dan
Bendahara terdiri atas :
i. surat pengantar;
ii. ringkasan kegiatan;
iii. rincian penggunaan dana.
(e) Bukti Kontrak yang ditandatangani Pejabat
Penandatanganan Kontrak (PA/KPA/PPKo)
(SPK/Surat Perjanjian/Surat Pesanan);
(f) Kuitansi pembayaran bermaterai ditandangani oleh
Bendahara dan Penyedia Barang/Jasa (sesuai
peraturan perundangan berlaku);
Untuk pembayaran listrik/air/telpon/internet
/BBM/barang yang dibeli secara online dibayar
non tunai melalui internet banking atau dengan
mekanisme SP2D LS ke pihak penyedia atau
melampirkan bukti pembayaran ke rekening
dimaksud untuk pembayaran secara tunai.
(g) Faktur Pajak (apabila diperlukan, sesuai peraturan
perundangan berlaku);
(h) E-billing pajak(apabila diperlukan, sesuai
peraturan perundangan berlaku);
(i) Keterangan kepemilikan rekening dari
Bank/Referensi Bank (diutamakan Bank
Pemerintah) Penyedia Barang/Jasa yang masih
berlaku;
(j) Berita Acara Pemeriksaan Barang/Hasil Pekerjaan,
ditandatangani oleh PPKo dan Penyedia
Barang/Jasa (sesuai prosentase progres pekerjaan
0 s.d. 100%);
(k) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
ditandatangani oleh PPKo dan Penyedia
Barang/Jasa (sesuai prosentase progres pekerjaan
0 s.d. 100%);
(l) Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan dari PPKo
kepada PA/KPA (apabila pekerjaan telah selesai
100%);
(m) Berita Acara Pembayaran oleh PPTK dan PPKo;
(n) Rekapitulasi pendistribusian barang dan tanda
terima barang (khusus barang cetak yang
didistibusikan);
(m) Surat Keputusan Bupati tentang penerima dan
besaran bantuan sosial atau hibah (khusus
pengadaan barang/jasa yang diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga dalam kegiatan bantuan
sosial atau hibah).

III.18
(n) Bukti pembayaran pajak katering (khusus
pengadaan konsumsi);
(o) Bukti pembayaran pajakhotel (khusus Pengadaan
jasa sewa hotel)
(o) Lampiran lain yang diperlukan.

(3) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa


lainnya dengan nilai diatas Rp. 200.000.000 (dua
ratus juta rupiah), dan untuk jasa konsultansi
dengan nilai diatas Rp. 100.000.000 (seratus juta
rupiah)
(a) Surat permohonan oleh PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) disetujui PPKo/PA/KPA selaku
Pejabat Penandatangan Kontrak dan PA/KPA;
(b) Surat rekomendasi oleh PPTK bahwa kegiatan
telah dilaksanakan;
(c) Nota Pencairan Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK;
(d) Surat Permintaan Pembayaran Langsung
Barang/Jasa ditandatangani oleh PPTK dan
Bendahara terdiri atas :
i. surat pengantar;
ii. ringkasan kegiatan;
iii. rincian penggunaan dana.
(e) Bukti Kontrak yang ditandatangani Pejabat
Penandatanganan Kontrak (PA/KPA/PPKo) dan
Penyedia Barang/Jasa (Surat Perjanjian/Surat
Pesanan);
(f) Kuitansi pembayaran bermaterai ditandangani oleh
Bendahara dan Penyedia Barang/Jasa (sesuai
peraturan perundangan berlaku);
Untuk pembayaran listrik/air/telpon/internet
/BBM/barang yang dibeli secara online dibayar
non tunai melalui internet banking atau dengan
mekanisme SP2D LS ke pihak penyedia atau
melampirkan bukti pembayaran ke rekening
dimaksud untuk pembayaran secara tunai.Faktur
Pajak (apabila diperlukan, sesuai peraturan
perundangan berlaku);
(g) E-billing pajak(apabila diperlukan, sesuai
peraturan perundangan berlaku);
(h) Keterangan kepemilikan rekening dari Bank/
Referensi Bank (diutamakan Bank Pemerintah)
Penyedia Barang/Jasa yang masih berlaku;
(i) Berita Acara Pemeriksaan Barang/Hasil Pekerjaan,
ditandatangani oleh PPKo dan Penyedia
Barang/Jasa (sesuai prosentase progres pekerjaan
0 s.d. 100%);
(j) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
ditandatangani oleh PPKo dan Penyedia
Barang/Jasa (sesuai prosentase progres pekerjaan
0 s.d. 100%);

III.19
(k) Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan dari PPKo
kepada PA/KPA (apabila pekerjaan telah selesai
100%);
(l) Berita Acara Pembayaran oleh PPTK dan PPKo;
(m) Rekapitulasi pendistribusian barang dan tanda
terima barang (khusus barang cetak yang
didistibusikan);
(p) Surat Keputusan Bupati tentang penerima dan
besaran bantuan sosial atau hibah (khusus
pengadaan barang/jasa yang diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga dalam kegiatan bantuan
sosial atau hibah).;
(q) Bukti pembayaran pajak katering (khusus
pengadaan konsumsi);
(r) Bukti pembayaran pajakhotel (khusus Pengadaan
jasa sewa hotel);
(n) Lampiran lain yang diperlukan.

(4) Kelengkapan Lampiran Lainnya


(a) Untuk Dokumen SPP-LS Jasa Konsultansi
1. Invoice (bukti kehadiran dari tenaga konsultan
sesuai pentahapan waktu pekerjaan; bukti
penyewaan/pembelian alat penunjang; bukti
pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam
surat penawaran, dll) untuk jenis kontrak waktu
penugasan;
2. Berita Acara Penyerahan Hasil Pengadaan
Barang/Jasa, ditandatangani oleh PA/KPA dan
PPKo (apabila pekerjaan telah selesai 100%);
3. Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan oleh
PPKo dan Penyedia Barang/Jasa (khusus Serah
Terima II/Final Hand Over,apabila diperlukan).
Setiap pembayaran harus dipotong angsuran uang
muka dan/atau denda (apabila ada), sesuai
mekanisme yang berlaku.

(b) Untuk Dokumen SPP-LS Pekerjaan Kontruksi


1. Laporan Kemajuan Pekerjaan pelaksanaan
(sesuai tahapan pembayaran termyn dalam
kontrak);
2. Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan
ditandatangani oleh PPKo dan Penyedia
Barang/Jasa (khusus Serah Terima II/Final
Hand Over) ;
3. Khusus Serah Terima I (Provisional Hand Over),
pembayaran 5% (biaya pemeliharaan) dapat
dibayarkan sekaligus dengan ketentuan :
a) menyampaikan jaminan pemeliharaan
dengan nilai dan jangka waktu yang
ditentukan dalam tanda bukti perjanjian;
b) pekerjaan telah selesai 100%;
c) Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan
tetap dibuat pada batas waktu masa
pemeliharaan.

III.20
4. Uang muka dapat diberikan sesuai peraturan
perundang-undangan berlaku dengan
menyampaikan :
a) Berita acara persetujuan pembayaran uang
muka;
b) Jaminan/Bank Garansi uang muka yang
diberikan oleh bank umum.
Setiap pembayaran harus dipotong angsuran uang
mukadan/atau denda (apabila ada), sesuai
mekanisme yang berlaku.

b) SPP LS untuk Pengadaan Tanah


(1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP).
(2) Nota Pencairan Dana (NPD), yang ditandatangani oleh
PA/KPA dan PPTK.
(3) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran dan
PPTK kepada PA/KPA, yang disertai dengan rincian
penggunaan dana.
(4) Surat Permintaan Pembayaran Langsung barang dan
jasa, yang ditandatangani oleh PPTK dan Bendahara
PengeluaranSurat Pengantar SPP LS.
(5) Berita Acara Musyawarah Penetapan Ganti Rugi
Lahan/Tanah.
(6) Fotocopy Sertifikat Kepemilikan Tanah.
(7) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Pemilik Tanah.
(8) Fotocopy Kartu Keluarga Pemilik Tanah.
(9) Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah yang
sudah diregister oleh Camat.
(10) Kajian/Perkiraan (appraisal) harga dari Juru Taksir
Tanah.
(11) Kuitansi bermaterai yang ditandatangani oleh PA/KPA,
PPTK, Bendahara Pengeluaran serta Pemilik tanah
yang sah.
(12) E-billing pajak.
(13) Lampiran lain yang diperlukan.

c) SPP LS untuk pengeluaran Transfer ke Dana


Cadangan/Dana Deposito dan Penyertaan Modal
(1) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran PPKD
ke PPKD.
(2) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPKD.
(3) Perda/Perbup/Keputusan Bupati.
(4) Persetujuan Bupati.
(5) Lampiran lain yang diperlukan.

d) SPP LS untuk pengeluaran Pembayaran Pokok Hutang


(1) Salinan Surat Penyediaan Dana (SPD).
(2) Surat Pengantar SPP LS.
(3) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran PPKD
ke PPKD.
(4) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPKD.

III.21
(5) Perda/Perbup/Keputusan Bupati.
(6) Skedul Pembayaran hutang.
(7) Persetujuan Bupati.
(8) Lampiran lain yang diperlukan.

e) Dokumen SPP-LS untuk Asuransi


(a) SPP LS Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional
1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP);
2) Nota Pencaiaran Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK;
3) Surat Pengantar SPP LS Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional yang ditandatangani oleh
PA/KPA;
4) SPP LS Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional;
5) Rincian SPP Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional
yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;
6) Surat Pernyataan Pengajuan SPP Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional;
7) Daftar pengunaan/klaim Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional;
8) Daftar Rekapitulasi Iuran BPJS/JKK/JKM
9) Lampiran lain yang diperlukan.

f) Dokumen SPP-LS untuk Honor


(1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP).
(2) Nota Pencaiaran Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK.
(3) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran dan
PPTK kepada PA, yang disertai dengan rincian
penggunaan dana.
(4) Surat Permintaan Pembayaran Langsung Honor, yang
ditandatangani oleh PPTK dan Bendahara
Pengeluaran.
(5) SK penerima Honor.
(6) Rekapitulasi daftar penerima honor disertai nomer
rekening penerima honoryang ditandatangani oleh
PA/KPA, PPTK/Kabid dan Bendahara Pengeluaran.
(7) E-billing PPh.

g) Dokumen SPP-LS untuk Lembur


(1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP).
(2) Nota Pencaiaran Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK.
(3) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran dan
PPTK kepada PA/KPA, yang disertai dengan rincian
penggunaan dana.
(4) Ringkasan Kegiatan pencairan dan Rincian
Penggunaan Dana yang ditandatangani PPTK dan
Bendahara Pengeluaran.

III.22
(5) Surat Permintaan Pembayaran Langsung Lembur,
yang ditandatangani oleh PPTK dan Bendahara
Pengeluaran.
(6) Surat Perintah Kerja Lembur yang diajukan oleh
PPTK/Kabid.
(7) Persetujuan Kerja Lembur yang ditandatangani oleh
PA/KPA.
(8) Absensi dan daftar lembur yang ditandatangani oleh
PPTK/Kabid.
(9) Rekapitulasi Daftar PenerimaBiaya Lembur disertai
nomer rekening penerima biaya lemburyang
ditandatangani oleh PA/KPA, PPTK dan Bendahara
Pengeluaran.
(10) Rekapitulasi Daftar Biaya makan minum Lembur
disertai nomer rekening penerima biaya makan
minum lemburyang ditandatangani oleh PA/KPA,
PPTK/Kabid dan Bendahara Pengeluaran.
(11) E-billing PPh.

h) Dokumen SPP-LS untuk Pembayaran Hutang


1) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPK.
2) Salinan Surat Penyediaan Dana (SPD).
3) Perda/Perbup/SK atau surat perjanjian hutang.
4) Skedung Pembayaran hutang.
5) Rekapitulasi jumlah dana yang sudah terrealisasi.
6) Lampiran Lain yang Diperlukan.

i) Dokumen SPP-LS untuk Bantuan Sosial /Hibah/Bantuan


Keuangan/Belanja.
(1) Surat Permohonan pencairan dari Kepala SKPD/OPD
terkait sesuai ketentuan yang berlaku
(2) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) kalau
berbentuk hibah.
(3) Peraturan Bupati Sumenep/SK Bupati Sumenep
tentang penerima bantuan (nama penerima, alamat
dan besaran bantuan).
(4) Persetujuan Bupati (dalam bentuk disposisi) seuai
ketentuan yang berlaku.
(5) Foto copy Nomor Rekening Penerima.
(6) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran
kepada PPKD.
(7) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPKD.
(8) Foto copy DPA/DPA-Perubahan kegiatan terkait.

j) Dokumen SPP-LS untuk Belanja Tidak Terduga.


(1) Surat Permohonan pencairan dari Kepala SKPD/OPD
terkait.
(2) Persetujuan Bupati (dalam bentuk disposisi).
(3) Jumlah dana yang akan direalisasikan, yang
ditandatangani oleh Kepala SKPD/OPD terkait.
(4) Surat Laporan kejadian Korban Bencana Alam dari
Tagana diketahui Camat dan Kepala Desa setempat
dan foto lokasi kejadian untuk belanja tidak terduga.

III.23
(5) Surat Permohonan Belanja Tidak Terduga untuk
korban bencana alam dari SKPD/OPD terkait kepada
Bupati Sumenep.
(6) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran
kepada PPKD.
(7) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPKD.

k) Dokumen SPP-LS untuk Belanja Hibah Kepada


Pemerintah Lainnya.
(1) Surat Keputusan/intruksi Pemerintah untuk
Pengalokasian Anggaran Hibah kepada Pemerintah
Lainnya
(2) Peraturan Bupati Sumenep/Keputusan Bupati
Sumenep tentang penerima Hibah (nama Penerima,
alamat dan besaran hibah) sesuai ketentuan yang
berlaku
(3) Persetujuan Bupati (dalam bentuk disposisi)
(4) Surat Pengantar SPP-LS Bendahara Pengeluaran
kepada PPKD.
(5) Surat Pernyataan Pengajuan SPP-LS, yang
ditandangani oleh PPKD.

l) SPP LS Gaji
SPP gaji adalah Dokumen yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran untuk permintaan pembayaran gaji yang
dokumennya disiapkan oleh pengurus gaji (Bendahara
pembantu untuk gaji), yang terdiri dari :
(a) SPP LS Gaji dan Tunjangan
1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP);
2) Nota Pencaiaran Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK;
3) Surat Pengantar SPP Gaji oleh bendahara
pengeluaran ke PA;
4) Rincian SPP Gaji yang ditandatangani oleh
Bendahara Pengeluaran;
5) Daftar Gaji (Daftar Gaji Perorangan, Rekap Gaji Per
Ruang Golongan, Rekap Gaji Per Golongan, Lembar
Pengesahan yang ditandatangani oleh PA/KPA,
Bendahara Pengeluaran dan Pembuat Daftar Gaji);
6) E-billing PPh 21;
7) Perubahan Gaji wajib dilampiri dengan bukti-bukti
dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan
seperti :
i. SK Pengangkatan CPNS/PNS;
ii. SK Kenaikan Pangkat;
iii. SK Kenaikan Gaji Berkala;
iv. SK Jabatan Struktural;
v. SK Jabatan Fungsional;
vi. Penyesuaian Masa Kerja;
vii. Surat Keterangan Kematian;
viii. Surat Keterangan Ahli Waris;
ix. Surat Keputusan Pindah;

III.24
x. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT);
xi. model C/KP4 (termasuk lampirannya) untuk
keperluan Tunjangan Keluarga;
xii. Surat Keputusan Lainnya yang mempengaruhi
pelaksanaan Penggajian.

(b) SPP LS Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional


1) Surat permohonan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membuatkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP);
2) Nota Pencaiaran Dana (NPD), yang ditandatangani
oleh PA/KPA dan PPTK;
3) Surat Pengantar SPP LS Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional;
4) SPP LS Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional;
5) Rincian SPP Asuransi/Jaminan Kesehatan Nasional
yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;
6) Surat Pernyataan Pengajuan SPP Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional;
7) Daftar pengunaan/klaim Asuransi/Jaminan
Kesehatan Nasional;
8) Daftar Rekapitulasi Iuran BPJS/JKK/JKM.

(c) SPP LS Belanja Penunjang Operasional Pimpinan


DPRD
(1) Surat pengantar SPP LS Belanja Penunjang
Operasional Pimpinan DPRD;
(2) SPP SPP LS Belanja Penunjang Operasional
Pimpinan DPRD;
(3) Rincian SPP Belanja Penunjang Operasional
Pimpinan DPRD;
(4) Rekapitulasi jumlah dana yang sudah terealisasi;
(5) Lampiran lain yang diperlukan.

(d) SPP LS Belanja Tunjangan Komunikasi Intensif


Pimpinan dan Anggota DPRD
(1) Surat Pengantar SPP LS Belanja Tunjangan
Komunikasi intensif Pimpinan dan Anggota DPRD;
(2) SPP LS Belanja Tunjangan Komunikasi Intensif
Pimpinan dan Anggota DPRD;
(3) Rincian SPP Belanja Tunjangan Komunikasi Intensif
Pimpinan dan Anggota DPRD;
(4) Rekapitulasijumlah dana yang sudah terealisasi;
(5) Lampiran lain yang diperlukan.

(e) SPP LS Belanja Penunjang Operasional KDH/WKDH


(1) Surat pengantar SPP LS Belanja Penunjang
Operasional KDH/WKDH;
(2) SPP LS Belanja Penunjang Operasional
KDH/WKDH;
(3) Rincian SPP Belanja Penunjang Operasional
KDH/WKDH;
(4) Rekapitulasi jumlah dana yang sudah terealisasi;
(5) Lampiran lain yang diperlukan.

III.25
(f) SPP LS Upah Pungut Pajak Daerah
(1) Nota Pencairan Dana (NDP) dari PPTK ke Pengguna
Anggaran, untuk internal SKPD/OPD;
(2) Surat Permohonan PPTK ke Bendahara
Pengeluaran, untuk internal SKPD/OPD;
(3) Surat Pengantar SPP LS Belanja Upah Pungut Pajak
Daerah;
(4) SPP LS Belanja Upah Pungut Pajak Daerah;
(5) SK Bupati tentang Penerima Pajak Daerah;
(6) Rincian SPP Daftar Penerima Upah Pungut Pajak
Daerahdisertai nomor rekening penerima;
(7) Kuitansi bermaterai untuk masing-masing penerima
upah pungut pajak daerah;
(8) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh, yang ditandatangani
oleh Bendahara Pengeluaran.

J.2.b. Surat Permintaan Membayar (SPM)


Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
(a) Prosedur penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)
Penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
1) PPK-SKPD menerima SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS
yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran;
2) PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-
GU/SPP-TU/SPP-LS;
3) PPK-SKPD mencatat SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS
yang diterima ke dalam register SPP-UP/SPP-GU/SPP-
TU/SPP-LS;
4) Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-
TU/SPP-LS dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD
menyiapkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS untuk
ditandatangani oleh PA/KPA;
5) Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-
TU/SPP-LS dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPK-
SKPD menolak untuk menyiapkan SPM-UP/SPM-
GU/SPM-TU/SPM-LS dan selanjutnya mengembalikan
SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS kepada Bendahara
Pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki;
6) PA/KPA menerbitkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS
paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak
diterimanya pengajuan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS
yang dinyatakan lengkap dan sah;
7) PA/KPA melalui PPK-SKPD mengembalikan SPP-UP/SPP-
GU/SPP-TU/SPP-LS paling lambat 1 (satu) hari kerja
sejak diterimanya SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS yang
bersangkutan;
8) PPK-SKPD mencatat penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-
TU/SPM-LS ke dalam register penerbitan SPM;
9) PPK-SKPD mencatat penolakan SPP-UP/SPP-GU/SPP-
TU/SPP-LS yang diterima ke dalam register penolakan
SPP;

III.26
10) Penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS terdiri
atas 3 (tiga) lembar, yang terdiri :
- Lembar 1 dan 2 dikirim ke BPPKAD;
- Lembar 2 akan kembali ke PPK-SKPD setelah dibubuhi
cap “Telah diterima” oleh BPPKAD sebagai arsip PPK-
SKPD.
- Lembar 3 sebagai arsip Bendahara Pengeluaran;
(b) Setelah tahun anggaran berakhir, Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dilarang menerbitkan SPM yang
membebani tahun anggaran berkenaan.

J.2.b.1) SPM – UP
SPM UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan sebagai uang persedian dan untuk mendanai
kegiatan, dilampiri dengan :
a) Surat pengantar SPM UP;
b) SPM UP yang ditandatangani PA/KPA;
c) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
d) Surat pernyataan pengajuan SPM UP;
e) Foto copy surat bupati tentang uang persediaan;
f) Checklistpenelitian kelengkapan Dokumen penerbitan SPM
UP;
g) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan keabsahan
dokumen yang diteliti sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

J.2.b.2) SPM – GU
SPM GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan untuk mengganti uang persedian yang telah
dibelanjakan, dilampiri dengan :
a) Surat pengantar SPM GU;
b) SPM GU yang ditandatangani PA/KPA;
c) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
d) Surat pernyataan pengajuan SPM GU;
e) SPJ Fungsional per kegiatan;
f) Pengesahan SPJ UP/GU bulan sebelumnya;
g) Checklist penelitian kelengkapan Dokumen penerbitan SPM
GU;
h) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan keabsahan
dokumen yang diteliti sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

J.2.b.3) SPM – TU
SPM TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena
kebutuhan dana melebihi dari jumlah batas pagu uang
persedian yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan,
dilampiri dengan :
a) Surat pengantar SPM TU;
b) SPM TU yang ditandatangani PA/KPA;
c) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
d) Rincian rencana penggunaan TU;
e) Surat pernyataan pengajuan SPM TU;

III.27
f) Checklist penelitian kelengkapan Dokumen penerbitan SPM
TU.
g) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan keabsahan
dokumen yang diteliti sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

J.2.b.4) SPM – LS
SPM LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, terdiri
dari :
a) Dokumen SPM LS untuk belanja pegawai, pengadaan
barang/jasa dan Modal, dilampiri dengan :
(1) Surat pengantar SPM LS;
(2) SPM LS yang ditanda tangani oleh PA/KPA;
(3) Surat pernyataan tanggungjawab PA/KPA;
(4) Surat pernyataan pengajuan SPMLS;
(5) Checklist kelengkapan penerbitandokumen SPM LS.
(6) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan
keabsahan dokumen yang diteliti sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b) Dokumen SPM Gaji, dilampiri dengan :
(1) Surat pengantar SPM gaji;
(2) SPM Gaji yang ditanda tangani oleh PA/KPA;
(3) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
(4) Surat pernyataan pengajuan SPMLS;
(5) Checklist kelengkapan penerbitandokumen SPM LS.
(6) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan
keabsahan dokumen yang diteliti sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
c) Dokumen SPM bantuan sosial dan hibah, dilampiri
dengan :
(1) Surat pengantar SPM LS;
(2) SPM LS yang ditanda tangani oleh PA/KPA;
(3) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
(4) Surat pernyataan pengajuan SPM LS;
(5) Checklist kelengkapan penerbitandokumen SPM LS.
(6) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan
keabsahan dokumen yang diteliti sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

d) dokumen SPM LS Bantuan Keuangan/Subsidi dan dan


belanja tidak terduga
(1) Surat pengantar SPM LS;
(2) SPM LS yang ditanda tangani oleh PA/KPA;
(3) Surat pernyataan pengajuan SPM LS;
(4) Checklist kelengkapan penerbitandokumen SPM LS.
(5) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan
keabsahan dokumen yang diteliti sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

J.2.c. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)


Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D
adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana
yang diterbitkan oleh BUD/Kuasa BUD berdasarkan SPM baik
SPM UP/GU/TU/LS/Gaji. Dengan ketentuan sebagai berikut:

III.28
1) PPKD/Kuasa BUD menerima SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-
LS yang diajukan oleh PA/KPA ;
2) PPKD/Kuasa BUD mencatat SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-
LS yang diterima ke dalam register SPM-UP/SPM-GU/SPM-
TU/SPM-LS ;
3) PPKD/Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM-
UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS;
4) Satu SP2D hanya untuk satu SPM, dilampiri dengan :
a) Surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA;
b) SPM UP/GU/TU/LS/Gaji;
c) Checklist tentang laporan kelengkapan Dokumen SPM yang
ditandatangani PPK atau PPK-SKPKD;
d) Surat Pernyataan PPK tentang kelengkapan dan keabsahan
dokumen yang diteliti sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
e) Surat Pernyataan PA/KPA, bahwa dana yang tersedia
digunakan sesuai dengan peruntukannya dan bahwa
checklist tentang laporan kelengkapan Dokumen SPM dan
SPP sebagai bukti pengeluaran yang sah sesuai dengan
yang telah di check list;
f) Faktur pajak dan E-billing sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
g) Berita acara penerimaan barang untuk belanja modal
swakelola.
h) Salinan Keputusan Bupati untuk belanja barang yang
diserahkan kepada masyarakat
i) Referensi Bank tahun berjalan apabila diperlukan.
j) untuk SPM-LS kontraktual harus melampirkan fotocopy
SPK.
k) Untuk SPM-GU melampirkan SPJ Fungsional per kegiatan.
5) Jika kelengkapan dokumen SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-
LS dinyatakan lengkap dan sah, PPKD/Kuasa BUD
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ;
6) Jika kelengkapan dokumen SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-
LS dinyatakan tidak lengkap dan sah, maka PPKD/Kuasa BUD
menolak untuk menerbitkan SP2D dan selanjutnya
mengembalikan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS kepada
PA/KPA untuk dilengkapi dan diperbaiki, paling lambat 1
(satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM;
7) PPKD/Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 (dua)
hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-
UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS yang dinyatakan lengkap dan
sah ;
8) PPKD/Kuasa BUD mencatat penerbitan SP2D yang diterima
kedalam register penerbitan SP2D ;
9) PPKD/Kuasa BUD mencatat penolakan SP2D yang diterima
kedalam register penolakan SP2D ;
10) Penerbitan SP2D terdiri atas 5 (lima) lembar, yang terdiri :
- Lembar1untuk BPPKAD (Arsip BUD);
- Lembar2untuk bank yang ditunjuk;
- Lembar 3 untuk Bendahara Pengeluaran SKPD/OPD
- Lembar 4 untuk Kuasa BUD dilengkapi SPM;
- Lembar 5untuk Kuasa BUD ( sebagai lampiran register
SP2D);

III.29
11) Prosedur Koreksi Kesalahan SP2D :
a) Koreksi kesalahan adalah tindakan untuk melakukan
pembetulan terhadap kesalahan yang terjadi atas transaksi
yang telah dilakukan.Kesalahan dapat berupa kesalahan
pembebanan kode rekening, kesalahan pembebanan
program/kegiatan,kesalahan dalam jumlah nominal
transaksi yang dilakukan ataupun penetapan jenis dan
jumlah pajak;
b) Apabila terdapat kesalahan pada dokumen transaksi, maka
pihak yang bertanggung jawab atas penerbitan dokumen
transaksi membuat surat/nota dinas berserta dokumen
pendukung kepada Pengguna Anggaran yang berisi rincian
koreksi. Pengguna Anggaran akan meneliti isi dari
surat/nota dinas yang diajukan. Apabila Pengguna
Anggaran mengotorisasi/menyetujui surat/nota dinas
tersebut, maka PPK-SKPD akan menyiapkan bukti
memorial yang telah ditandatangani oleh Pengguna
Anggaran, selanjutnya bukti memorial beserta dokumen
pendukungnya diserahkan kepada SKPKD dalam hal ini
adalah BPPKAD cq. Bidang Akuntansi dengan tembusan
Bidang Perbendaharaan untuk dilakukan pengujian;
c) Berdasarkan pengesahan bukti memorial tersebut
SKPD/OPD dapat membuat jurnal koreksi atau melakukan
pembetulan SPM dan SP2D. Bila SKPKD cq. Bidang
Akuntansi tidak mengesahkan bukti memorial tersebut,
maka SKPD/OPD tidak diperkenankan untuk membuat
jurnal koreksi atau pembetulan SPM. Dokumen asli dari
bukti memorial tersebut disimpan oleh PPK-SKPD, dan
salah satu tembusannya diarsip oleh PPKD cq Bidang
Akuntansi.
12) Prosedur Pencairan SP2D :
a) Setelah SP2D dicetak, oleh BUD/Kuasa BUD SP2D
tersebut dibuatkan Daftar Penguji rangkap 3 (tiga), yaitu
untuk arsip BUD, tanda terima SP2D serta dikirim ke
bank;
b) Selanjutnya SP2D diserahkan oleh BUD/Kuasa BUD ke
Bank Jatim;
c) Sebelum dicairkan dari rekening kas daerah, petugas Bank
akan melakukan pencocokan antara SP2D dengan Daftar
Penguji, baru setelah benar akan dicairkan.
13) Prosedur Pembatalan/Penarikan SP2D :
a) Prosedur Pembatalan SP2D
(1) SKPD/OPD mengajukan surat permohonan pembatalan
SP2D atas SP2D yang telah tercetak tetapi belum
ditukar (belum dicairkan dari rekening Kas Daerah)
kepada Kepala BPPKAD selaku BUD.
(2) Berdasarkan surat permohonan pembatalan tersebut
Bidang Akuntansi melakukan jurnal koreksi atas SP2D.
b) Prosedur Penarikan SP2D
(1) BUD melakukan penarikan SP2D dari SKPD/OPD
melalui surat pemberitahuan penarikan SP2D kepada
Kepala SKPD/OPD.
(2) Berdasarkan surat pemberitahuan penarikan SP2D
tersebut Bidang Akuntansi melakukan jurnal koreksi
atas SP2D.

III.30
J.2.d. Mekanisme Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana
Bendahara Pengeluaran
J.2.d.1) Pencairan Dana UP
a) berdasarkan Keputusan Bupati tentang Uang Persediaan
Bendahara Pengeluaran membuat SPP-UP untuk diajukan
kepada PPK;
b) PPK meneliti dokumen SPP-UP, setelah dinyatakan sah dan
lengkap, diterbitkan SPM-UP yang ditandatangani oleh
PA/KPA, paling lambat 2 (dua) hari sejak diterimanya
dokumen SPP-UP;
c) dokumen SPM-UP diajukan ke BPPKAD, untuk diteliti
kelengkapannya dan keabsahannya, selanjutnya
diterbitkan SP2D sebagai dasar pencairan dana UP di
Bank, paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya dokumen
SPM-UP.

J.2.d.2) Pelaksanaan Belanja Untuk Penggunaan Uang Persediaan


a) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan mengajukan
permohonan dana dengan mengisi Nota Pencairan Dana
(NPD) untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, melalui
PPK-SKPD ;
b) Berdasarkan Nota Pencairan Dana (NPD) tersebut,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
memberikan memo persetujuan kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
mengeluarkan dana sejumlah persetujuan yang diberikan
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran pada
PPTK ;
c) Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib mengarsip
dokumen-dokumen yang terkait dengan pengeluaran
belanja untuk kegiatan tersebut. Selanjutnya PPTK
memberikan dokumen-dokumen pelaksanaan belanja
sebagai dasar Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu dalam Surat Pertanggungjawaban
(SPJ);
d) Dalam rangka penggunaan UP secara non tunai,
mekanisme pelaksanaan mengikuti ketentuan yang telah
diatur pada Peraturan Bupati Sumenep tentang
implementasi transaksi non tunai.

J.2.d.3) Pertanggungjawaban Dana UP/GU dan Pencairan Dana GU


a) Bendahara pengeluaran wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan Uang Persediaan /Ganti Uang
Persediaan/Tambahan Uang Persediaan baik secara
administratif maupun fungsional;
b) Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang
persediaan, dokumen laporan pertanggungjawaban
mencakup :
- Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Kas Umum;
- Laporan SPJ Administratif dan Fungsional;
- Laporan Pertanggungjawaban UP;
- Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara;
- Register penutupan kas.

III.31
c) Buku kas umum dimaksud ditutup setiap bulan dengan
sepengetahuan dan persetujuan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
d) Untuk mempercepat dan mempermudah pelaksanaan
program dan kegiatan, Bendahara Pengeluaran Pembantu
mengirimkan Dokumen SPJ secara langsung kepada
kepada Bendahara Pengeluaran, paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya;
e) Bendahara Pengeluaran merekap SPJ dari Bendahara
Pengeluaran Pembantu, kemudian hasil rekap SPJ dikirim
kepada PPK, paling lambat tanggal 8 bulan berikutnya;
f) PPK memverifikasi dokumen SPJ dan membuat
pengesahan SPJ yang dikirimkan ke BPPKAD selambat-
lambatnya tanggal 10;
g) Berdasarkan Pengesahan SPJ dari PPK, Bendahara
Pengeluaran membuat SPP-GU kepada PA/KPA melalui
PPK;
h) PPK meneliti dokumen SPP-GU, setelah dinyatakan lengkap
diterbitkan SPM-GU yang ditandatangani oleh PA/KPA,
paling lambat 2 (dua) hari sejak diterimanya dokumen SPP-
GU;
i) Dalam hal Dokumen SPM-GU dinyatakan tidak lengkap
dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut
melebihi pagu anggaran, BPPKAD menerbitkan surat
penolakan SPM, untuk selanjutnya diserahkan kepada
SKPD/OPD terkait, untuk dilakukan penyempurnaan
paling lama 1 (satu) hari sejak diterimanya SPM-GU;
j) BPPKAD meneliti pagu anggaran rekening belanja pada
pengesahan SPJ yang diterima setelah dinyatakan tidak
melampaui pagu anggaran maka diterbitkan rincian
penggunaan SP2D GU;
k) Permohonan Ganti Uang/GU diajukan per kegiatan.

J.2.d.4) Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana TU


a) PA/KPA mengajukan permohonan Tambahan Uang (TU)
beserta rincian penggunaan TU kepada kepada PPKD;
b) pengajuan permohonan Tambahan Uang (TU) maksimal 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan;
c) berdasarkan persetujuan permohonan tambahan uang dari
BPPKAD selaku PPKD, bendahara pengeluaran membuat
SPP-TU kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD;
d) PPK-SKPD meneliti dokumen SPP-TU, setelah dinyatakan
lengkap diterbitkan SPM-TU yang ditandatangani oleh
PA/KPA, paling lambat 2 (dua) hari sejak diterimanya
dokumen SPP-TU;
e) kemudian dokumen SPM-TU diajukan ke BPPKAD, untuk
diteliti kelengkapannya dan keabsahannya, selanjutnya
diterbitkan SP2D sebagai dasar pencairan dana TU di
Bank, paling lama 1 (satu) hari sejak diterimanya dokumen
SPM-TU;
f) dalam hal dokumen SPM-TU dinyatakan tidak lengkap
dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut
melebihi pagu anggaran, BPPKAD menerbitkan surat
penolakan SPM, untuk selanjutnya diserahkan kepada
SKPD/OPD terkait, untuk dilakukan penyempurnaan;

III.32
g) dalam hal dokumen SPM-TU dinyatakan tidak lengkap
dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut
melebihi pagu anggaran, BPPKAD menerbitkan surat
penolakan SPM, untuk selanjutnya diserahkan kepada
SKPD/OPD terkait, untuk dilakukan penyempurnaan
paling lama 1 (satu) hari sejak diterimanya SPM-TU;
h) dalam hal dana TU tidak habis digunakan, maka sisa dana
TU harus disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah pada
bulan berkenaan,kecuali :
(1) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;
(2) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang
telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di
luar kendali PA/KPA.
i) penggunaan dana TU harus dipertanggungjawabkan secara
terpisah dengan SPJ-GU, namun penyampaian
pertanggungjawabannya bersamaan dengan SPJ-GU, dan
SPJ TU harus dilampiri dengan bukti setor TU;
j) untuk mempercepat dan mempermudah pelaksanaan
program dan kegiatan, Bendahara Pengeluaran Pembantu
mengirimkan Dokumen SPJ-TU secara langsung kepada
kepada Bendahara Pengeluaran, paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya;
k) Bendahara Pengeluaran merekap SPJ-TU dari Bendahara
Pengeluaran Pembantu, kemudian hasil rekap SPJ-TU
dikirim kepada PPK, paling lambat tanggal 8 bulan
berikutnya;
l) PPK memverifikasi dokumen SPJ dan membuat
pengesahan SPJ yang dikirimkan ke BPPKAD selambat-
lambatnya tanggal 10.

J.2.d.5) Mekanisme Pengajuan Uang Panjar


a) Nota Dinas Pelaksana Kegiatan (misal kasi) kepada PPTK
(misal Kabid), perihal permohonan uang panjar;
b) Surat Permintaan Dana PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran tentang pengajuan uang panjar, harus ada
persetujuan PA/KPA;
c) Nota Pencairan Dana (NPD), yang ditandatangani oleh
PA/KPA dan PPTK;
d) uang panjar maksimum di SPJ-kan sampai dengan akhir
bulan berkenaan diterimanya panjar;
e) dalam hal uang panjar tidak habis digunakan, olah PPTK
uang panjar tersebut harus disetor kembali kepada
bendahara pengeluaran maksimal akhir bulan berkenaan;
f) dalam hal SPJ yang disetor nilai nominalnya melebihi uang
panjar, bendahara pengeluaran langsung dapat mengganti
kekurangan uang panjar tersebut, apabila uang persediaan
masih ada.

J.2.d.6) Pencairan Dana LS


a) berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), PPTK
menyiapkan Dokumen SPP-LS belanja pegawai/ pengadaan
barang/jasa dan/belanja modal untuk disampaikan
kepada Bendahara Pengeluaran/Pengeluaran Pembantu
dalam rangka SPP-LS;

III.33
b) SPP-LS diajukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada PPK;
c) PPK meneliti dokumen SPP-LS, setelah dinyatakan lengkap
diterbitkan SPM-LS yang ditandatangani oleh PA/KPA,
paling lambat 2 (dua) hari sejak diterimanya dokumen SPP-
LS;
d) kemudian dokumen SPM-LS diajukan ke BPPKAD, untuk
diteliti kelengkapannya dan keabsahannya, selanjutnya
diterbitkan SP2D sebagai dasar pencairan dana LS di
Bank, paling lama 1 (satu) hari sejak diterimanya dokumen
SPM-LS;
e) dalam hal Dokumen SPM-LS dinyatakan tidak lengkap
dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut
melebihi pagu anggaran, BPPKAD menerbitkan surat
penolakan SPM, untuk selanjutnya diserahkan kepada
SKPD/OPD terkait, untuk dilakukan penyempurnaan
paling lama 1 (satu) hari sejak diterimanya SPM-LS.

J.2.d.7) Penyetoran Sisa Dana GU, TU dan Jasa Giro Rekening


Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
Dalam hal dana GU dan TU tidak habis digunakan selama
tahun anggaran berjalan maka sisa dana tersebut harus
disetorkan kembali ke Rekening Kas Umum Daerah paling
lambat tanggal 31 Desember tahun berjalan atau disesuaikan
dengan penutupan BKU SPJ bulan Desember.

K. Tata Cara Pengelolaan Rekening Kas Pemerintah Daerah Rekening


Bendahara Umum Daerah, SKPD/OPD dan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD)
K.1. Rekening Bendahara Umum Daerah
a. Bupati Sumenep menunjuk Bank Umum yang sehat sebagai
pemegang rekening kas daerah untuk menyimpan Uang Daerah
yang berasal dari penerimaan daerah dan untuk membiayai
pengeluaran daerah;
b. penunjukan bank yang sehat sebagai pemegang rekening kas
daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a. ditetapkan dengan
Keputusan Bupati;
c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Daerah membuka rekening Kas Umum Daerah
pada Bank Umum yang ditunjuk Bupati sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
d. pembukaan Rekening Kas Umum Daerah sebagaimana dimaksud
pada huruf c. dimuat dalam perjanjian antara Bendahara Umum
Daerah dengan Bank Umum yang ditunjuk;
e. perjanjian sebagaimana dimaksud pada hurufd. sekurang-
kurangnya mencakup:
1) jenis pelayanan yang diberikan;
2) mekanisme pengeluaran/penyaluran dana melalui bank;
3) pelimpahan penerimaan dan saldo rekening pengeluaran ke
Rekening Kas Umum Daerah;
4) pemberian bunga/jasa giro/bagi hasil atas saldo rekening;
5) pemberian imbalan atas jasa pelayanan;
6) kewajiban menyampaikan laporan;
7) sanksi berupa denda dan/atau pengenaan bunga yang harus
dibayar karena pelayanan yang tidak sesuai dengan perjanjian;
dan

III.34
8) tata cara penyelesaian perselisihan.
f. perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf d. disesuaikan
dengan ketentuan yang Bank Pemegang Rekening Kas Daerah;
g. Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening penerimaan
pada Bank Umum yang ditunjuk oleh Bupati untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran
daerah;
h. Rekening sebagaimana dimaksud pada huruf g. dioperasikan
sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya
dilimpahkan ke Rekening Kas Umum Daerah sekurang-kurangnya
sekali sehari pada akhir hari kerja sebagaimana yang ditetapkan
dalam perjanjian dengan Bank Umum bersangkutan;
i. dalam hal kewajiban pelimpahan sebagaimana dimaksud pada
huruf h. secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari, Bupati
melalui Bendahara Umum Daerah mengatur pelimpahan secara
berkala yang diatur dalam perjanjian antara Bendahara Umum
Daerah dengan Bank yang bersangkutan;
j. Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening pengeluaran
pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Bupati untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan operasional pengeluaran daerah;
k. Rekening sebagaimana dimaksud pada hurufg. dioperasikan
sebagai rekening yang menampung pagu dana untuk membiayai
kegiatan/pengeluaran kas pemerintah daerah sesuai rencana
pengeluaran;
l. Bendahara Umum Daerah dapat menentukan saldo minimal yang
ada pada rekening pengeluaran sebagaimana yang di huruf g;
m. jumlah saldo minimal seperti bagaimana pada huruf l. dimuat
dalam perjanjian antara Bendahara Umum Daerah dengan Bank
Umum yang ditunjuk;
n. pemindahbukuan dana dari Rekening Kas Umum Daerah pada
Bank Umum ke Rekening Bendahara maupun pihak ketiga
dilakukan atas perintah Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah.

K.2. Rekening Bendahara Pengeluaran/Penerimaan SKPD/OPD


a. Pengguna Anggaran melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu SKPD/OPD dapat membuka rekening
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
SKPD/OPD.
b. Pengguna Anggaran melalui Bendahara Pengeluaran membuka
rekening bendahara pengeluaran SKPD/OPD untuk menampung
Gaji dan Tunjangan Pegawai dan Uang Persediaan (UP) beserta
tambahan uang persediaan (TU) SKPD/OPD dalam rangka
pelaksanaan program dan kegiatan.
c. setelah mendapat persetujuan dari pengguna anggaran, Kuasa
pengguna anggaran melalui bendahara pengeluaran pembantu
dapat membuka rekening bendahara pengeluaran pembantu
untuk menampung pelimpahan uang persediaan (UP)/tambahan
uang persediaan (TU) dari bendahara pengeluaran SKPD/OPD.
d. pembukaan rekening sebagaimana hurufa, b dan c harus
mendapat rekomendasi dari Bendahara Umum Daerah.

K.3. Rekening Milik Badan Layanan Umum Daerah


a. Pemimpin BLUD melalui Melalui Pejabat Keuangan BLUD dapat
membuka rekening BLUD pada bank yang ditunjuk oleh Bupati;

III.35
b. Pemimpin BLUD melalui bendahara penerimaan BLUD dapat
membuka rekening penerimaan BLUD;
c. Pemimpin BLUD melalui bendahara Pengeluaran BLUD dapat
membuka rekening Pengeluaran BLUD;
d. Rekening sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c
digunakan dalam pengelolaan Penerimaan BLUD yang bersumber
dari :
1) Jasa layanan;
2) Hibah;
3) Hasil kerjasama dengan pihak lain;
4) APBN; dan
5) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
e. Pembukaan rekening sebagaimana huruf a, b dan c harus
mendapat rekomendasi dari Bendahara Umum Daerah.

K.4. Bunga dan/atau Jasa Giro serta Biaya Pelayanan


a. Pemerintah Daerah memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas
dana yang disimpan pada Umum yang ditunjuk.
b. jenis dana, tingkat bunga dan/atau jasa giro sebagaimana
dimaksud pada hurufa. serta biaya sehubungan dengan pelayanan
yang diberikan oleh bank umum ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Bupati dengan Bank yang ditunjuk.
c. bunga/jasa giro yang diterima pemerintah disetor ke rekening Kas
penerimaan/Rekening Kas Umum Daerah.

K.5. Perencanaan Kas, Pengelolaan Kelebihan dan Kekurangn Kas


a. Bupati melalui Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab
untuk membuat perencanaan kas (cash flow) dan menetapkan
Saldo Kas Minimal (SKM) untuk Rekening Kas Umum Daerah dan
Jumlah Saldo pengisian untuk rekening pengeluaran;
b. Saldo Kas Minimal Rekening Kas Umum Daerah adalah sejumlah
kas yang disediakan di Rekening Kas Umum Daerah yang
berfungsi untuk menjaga ketersediaan dana atas pengeluaran
pemerintah daerah yang tak terduga;
c. besaran saldo rekening Kas pengeluaran sebagaimana yang
dimaksud pada hurufa. disesuaikan dengan Anggaran Kas
Pemerintah Daerah dan/atau dengan pertimbangan lain;
d. kelebihan Kas merupakan suatu kondisi saat terjadinya dan/atau
diperkirakan saldo Rekening Kas Umum Daerah melebihi
kebutuhan pengeluaran Daerah dan dengan memperhatikan Saldo
Kas Minimal (SKM);
e. saat terjadi kelebihan kas, Bendahara Umum Daerah dapat
memanfaatkan kelebihan kas tersebut untuk menambah
Pendapatan Asli Daerah;
f. pemanfaatan sebagaimana yang dimaksud pada hurufe,
Bendahara Umum Daerah dapat menempatkan Uang Daerah pada
Bank Sentral/Bank Umum yang menghasilkan bunga dalam
bentuk deposito;
g. pemanfaatan dalam bentuk deposito seperti pada huruff.
pemindahbukuannya dilakukan langsung dari Rekening Kas
Umum Daerah;
h. apabila Bendahara Umum Daerah tidak membuka rekening
Penerimaan, Deposito yang telah jatuh tempo, pokok beserta
bunganya akan langsung dipindahbukukan kerekening Kas
Umum Daerah;

III.36
i. apabila Bendahara Umum Daerah membuka rekening
penerimaan, Deposito yang telah jatuh tempo, Pokok Depositonya
akan langsung dipindahbukukan ke rekening Kas Umum Daerah,
sedangkan Untuk Bunga Deposito akan ditransfer ke Rekening
Penerimaan;
j. ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan Uang Daerah pada
Bank Umum dalam bentuk deposito diatur dengan Peraturan
Bupati tersendiri;
k. kekurangan Kas merupakan suatu kondisi saat terjadinya
dan/atau diperkirakan saldo Rekening Kas Umum Daerah lebih
kecil dari kebutuhan pengeluaran Daerah pada periode tertentu
setelah diperhitung kan dengan saldo awal dan Saldo Kas Minimal
(SKM);
l. pengelolaan Kekurangan Kas dilakukan dengan melakukan
penarikan dari rekening penempatan pada bank Umum;
m. penarikan sebagaimana dimaksud pada pasal diatas harus
berpedoman pada perjanjian antara bendahara umum daerah
dengan bank tentang penempatatan uang daerah.

III.37
BAB IV
STANDAR BIAYA

Standar Biaya adalah biaya setinggi-tingginya dari suatu


barang/jasa/honorarium/biaya perjalanan dinas dan hal-hal lain yang
diperlukan untuk memperoleh keluaran tertentu dalam rangka penyusunan
anggaran berbasis kinerja.

1. Honorarium Pengelola Kegiatan dan Keuangan


a. Honorarium pengelola kegiatan dan keuangan dihitung berdasarkan
total anggaran belanja SKPD/OPD adalah :
1) PA;
2) KPA pada Sekretariat Daerah;
3) Pejabat Penatausahaan Keuangan/Pembantu PPK;
4) Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
b. Honorarium pengelola kegiatan dan keuangan dihitung berdasarkan
total anggaran belanja langsung SKPD/OPD adalah :
1) KPA diluar Sekretariat Daerah;
2) PPTK dan/atau PPKo;
3) Bendahara Pengeluaran Pembantu;
4) Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang/Pengurus Barang
Pengguna/Pembantu;
5) Pejabat Pengadaan.
c. Honorarium Tim Teknis/Tim pendukung dihitung berdasarkan total
belanja pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan;
d. Khusus honor pengelola keuangan Pengguna Anggaran SKPD jumlah
anggaran belanja yang dikelola termasuk jumlah belanja hibah,
bantuan sosial dan bantuan keuangan yang anggarannya berada pada
SKPKD.
e. Untuk honor pengelola keuangan di SKPKD yang digunakan adalah
Honor yang paling besar (apabila merangkap jabatan).
f. Bagi PA/KPA/PPK/PPTK yang merangkap sebagai PPKo, hanya
mendapat satu honor dari nilai honor yang lebih tinggi;

TABEL 1
Honorarium Pengelola Kegiatan dan Keuangan
(000 Rupiah/Bulan)
JUMLAH ANGGARAN BELANJA YANG DIKELOLA
NO URAIAN s.d. 1 >1 m >2m >7 m >15 m
> 30 m
miliar s.d. 2 m s.d. 7 m s.d. 15 m s.d. 30 m
1 Pemegang Kekuasaan PKD 5.000
2 Koordinator PKD 4.000
3 Pejabat PKD (PPKD) 3.250
4 Kuasa BUD 2.750
5 Pengguna Anggaran (PA) 600 800 950 1050 1150 1250
6 Kuasa PA di Sekretariat Daerah 600 800 950 1050 1150 1250
7 Kuasa PA diluar Sekretariat Daerah 500 700 750 800 850 900
10 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 450 650 700 750 800 850
11 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) 450 650 700 750 800 850
12 PPK Pembantu di Kelurahan 300 500 550 600 650 700
13 Pembantu PPK 200 275 325 375 425 475
14 Bendahara Pengeluaran 400 400 450 500 550 600
15 Bendahara Pengeluaran Pembantu 250 325 375 425 475 525
16 Pembantu Bendahara Pengeluaran 200 275 325 375 425 475
17 Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang 225 300 350 400 450 500
18 Pengurus Barang Pengguna 225 300 350 400 450 500
19 Pengurus Barang Pembantu 150 225 275 325 375 425

IV.1
TABEL 2
Honorarium Pengelola Keuangan Kuasa PPKD

URAIAN HONOR
NO Bendahara Pengeluaran PPK Pembantu
ANGGARAN PENERIMA
Pembantu PPKD PPKD
1 s.d 100.000.000 s.d 10 penerima 50.000 50.000
s.d 100.000.000 > 10 - 50 penerima 100.000 75.000
s.d 100.000.000 > 50 - 100 penerima 150.000 125.000
s.d 100.000.000 > 100 penerima 200.000 175.000
2 > 100.000.000 s.d 500.000.000 s.d 10 penerima 150.000 125.000
> 100.000.000 s.d 500.000.000 > 10 - 50 penerima 200.000 150.000
> 100.000.000 s.d 500.000.000 > 50 - 100 penerima 250.000 175.000
> 100.000.000 s.d 500.000.000 > 100 penerima 300.000 200.000
3 > 500.000.000 s.d 1.000.000.000 s.d 25 penerima 200.000 150.000
> 500.000.000 s.d 1.000.000.000 > 25 - 100 penerima 250.000 175.000
> 500.000.000 s.d 1.000.000.000 > 100 - 200 penerima 300.000 200.000
> 500.000.000 s.d 1.000.000.000 > 200 penerima 350.000 225.000
4 > 1.000.000.000 s.d 5.000.000.000 s.d 50 penerima 250.000 200.000
> 1.000.000.000 s.d 5.000.000.000 > 50 - 150 penerima 300.000 225.000
> 1.000.000.000 s.d 5.000.000.000 > 150 - 250 penerima 350.000 250.000
> 1.000.000.000 s.d 5.000.000.000 > 250 penerima 400.000 275.000
5 > 5.000.000.000 500.000 400.000

TABEL 3
Honorarium Bendahara Penerimaan/
Bendahara Penerimaan Pembantu/Pembantu Bendahara Penerimaan

(000 Rupiah/Bulan)
JUMLAH PENDAPATAN YANG DITERIMA
NO URAIAN 35jt s.d. >50jt s.d. >100jt s.d. >500 jt >1M s.d. > 10M s.d. >50M s.d. >100M
50jt 100jt 500 jt s.d. 1 M 10M 50M 100M
1 Bendahara Penerimaan 100 200 250 300 350 450 550 650
2 Bendahara Penerimaan Pembantu - - - 250 300 350 450 550
3 Pembantu Bendahara Penerimaan - - - 250 300 350 450 550
Catatan :
SKPD/OPD dapat mengajukan Bendahara Penerimaan apabila nilai target
pendapatan SKPD/OPD minimal Rp.35.000.000,00/tahun dan diluar
penerimaan dari dana revolving.

TABEL 4
Honorarium Tim Pengadaan Barang/Jasa
(000 Rupiah/Bulan)
JUMLAH ANGGARAN BELANJA YANG DIKELOLA
NO URAIAN s.d. 1 >1 m >2m >7 m >15 m
> 30 m
miliar s.d. 2 m s.d. 7 m s.d. 15 m s.d. 30 m
1 Pejabat Pembuat Komitmen 500 700 750 800 850 900
2 Tim Teknis/Tim pendukung 250 300 350 400 450 500
3 Pejabat Pengadaan 150 250 400 550 600 650

IV.2
TABEL 5
Honorarium Tim/Pejabat Teknis dan Tim Pendukung Pengadaan
Barang/Jasa dan Pejabat Pengelola Teknis Bangunan Gedung

(000 Rupiah)

KET
NO URAIAN SAT HONORARIUM
(Nilai Pagu)

Tenaga Ahli Pengadaan


1 OP 200 >1-5 m
Barang/Jasa PPKo
KETUA SEKRETARIS ANGGOTA
Tim Ahli Pengadaan
4 OP 300 250 200 >5m
Barang/Jasa PPKo
5 Penyelenggara Swakelola OB 300 250 200
300 >200-500jt
Pejabat Pengelola Teknis 400 >500-1m
6 OP
Bangunan Gedung Negara 500 400 300 >1m-5m
600 500 400 >5m
Catatan :
Tim Pengelola Teknis Bangunan Gedung Negara dapat dibentuk dengan
ketentuan Nilai Pekerjaan >1-5m oleh 3 (tiga) orang; >5m oleh 5 (lima)
orang.

2. Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan


a. honorarium yang diberikan kepada Tim Pelaksana Kegiatan meliputi:
1) Honorarium Kesekretariatan dengan sumber dana DAK, JKN,
BOS, DD/ADD, DBHCHT, Pajak Rokok;
2) Honorarium TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah);
3) Honorarium Forpimda (Forum Pimpinan Daerah);
4) Honorarium Operasi Gabungan Satuan Polisi Pamong Praja;
5) Honorarium EX OFFICIO tanggap darurat bencana;
6) Honorarium BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai);
7) Honorarium Koordinasi dan Evaluasi Penyaluran BBM, Gas, dan
energi baru terbarukan;
8) Honorarium Kegiatan TPTGR (Tuntutan Perbendaharaan dan
Tuntutan Ganti Rugi);
9) Honorarium Kegiatan Penanganan Kasus (Inspektorat);
10) Honorarium Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak dan Retribusi;
11) Honorarium untuk Operasi Gabungan Penyandang Masalah
Kesejahteraan sosial (PMKS);
12) Honorarium untuk Pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK);
13) Honorarium untuk Pengurus Dharma Wanita;
14) Honorarium untuk Pengurus Gabungan Organisasi Wanita
(GOW);
15) Honorarium untuk Pelaksanaan Ujian Nasional (Diknas);
16) Honorarium untuk Kegiatan Tim Badan Pertimbangan Jabatan
dan Kepangkatan (BAPERJAKAT);
17) Honorarium untuk kegiatan Tim PANSEL Jabatan Pratama;
18) Honorarium untuk Kegiatan Seleksi CPNS;
19) Honorarium untuk Kegiatan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD);
20) Honorarium untuk Kegiatan Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah-Cipta Karya (BKPRD-CK);

IV.3
21) Honorarium untuk Kegiatan Sapu Bersih Pungutan Liar (SABER
PUNGLI);
22) Honorarium untuk Kegiatan Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID);
23) Honorarium untuk Kegiatan Tim Penghapusan Aset;
24) Honorarium untuk Tim Penyelenggara Pengadaan Barang/Jasa;
25) Honorarium untuk Kegitatan Tim Pelaksanaan Musyawarah
Pelaksanaan (MUSRENBANG)/RKPD;
26) Honorarium Pilkades;
27) Honorarium Penyusunan Juknis APBD.
b. Pembentukan Tim/Panitia khusus ASN diluar ketentuan huruf a,
evaluasi terhadap urgensi, efektivitas, jumlah dan anggota
Tim/Panitia, dan besaran honorarium diverifikasi oleh TAPD dan
ditetapkan dalam Keputusan Bupati;
c. Honorarium pelaksana kegiatan yang dananya bersifat Khusus
ataupun pendampingan dana dari Pusat/Provinsi diperuntukkan bagi
OPD yang menjadi Sekretariat Tetap (Koordinator);
d. Honorarium yang dananya bersifat khusus, pencairannya disertakan
foto copy Juknis terkait (hanya lembar yang mengatur mengatur
tentang pemberian honor dimaksud);
e. Pada honorarium Tim Pelaksana Kegiatan untuk jumlah Anggota yang
berasal dari Internal OPD (staf) maksimal sebanyak 5 (lima) orang.
Apabila jumlah anggota lebih dari 5 (lima) orang, harus persetujuan
TAPD.

TABEL 6
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan
(Surat Keputusan Bupati)

(dalam Rupiah)
NO URAIAN HONORARIUM KETERANGAN
1 Pembina (Bupati) 2.000.000 Orang/bulan
2 Pengarah (Wakil Bupati) 1.500.000 Orang/bulan
Penanggung Jawab
3 550.000 Orang/bulan
(Sekretaris Daerah)
4 Koordinator (Asisten Sekda) 500.000 Orang/bulan
5 Wakil Koordinator (Staf Ahli) 450.000 Orang/bulan
6 Ketua (Kepala SKPD/OPD) 400.000 Orang/bulan
7 Wakil Ketua 350.000 Orang/bulan
8 Sekretaris 300.000 Orang/bulan
9 Anggota 250.000 Orang/bulan
Catatan:
Struktur dan besaran honorarium diluar ketentuan di atas ditetapkan
dengan Keputusan Bupati tersendiri setelah mendapat persetujuan TAPD.

TABEL 7
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan/Peneliti
(dalam Rupiah)
NO URAIAN HONORARIUM KETERANGAN
1 Koordinator Peneliti 300.000 Orang/bulan
2 Sekretariat Penelitian 250.000 Orang/bulan
3 Peneliti Utama (Mak 4 jam/hari) 25.000 Orang/jam
4 Peneliti (Mak 4 jam/hari) 20.000 Orang/jam
5 Pengolah Data 750.000 Orang/Penelitian
6 Petugas Survey 2.500 Orang/Responden
7 Pembantu Lapangan 25.000 Orang/hari

IV.4
Catatan:
Untuk kegiatan yang bersifat khusus, Tim/Panitia pelaksana kegiatan/
peneliti tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi riil yang ada, yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

TABEL 8
Honorarium Penyelenggara Ujian
(dalam Rupiah)
NO URAIAN HONORARIUM KETERANGAN
Penyusun/Pembuatan Bahan
1 20.000 Naskah/Pelajaran
Ujian
2 Pemeriksa Hasil Ujian 250 Peserta/mata ujian
3 Pengawas Ujian 100.000 Orang/kegiatan

TABEL 9
Honorarium Pengelola Kegiatan Lainnya dalam rangka Seminar/
Rapat Koordinasi/Sosialisasi/Diseminasi/Bimbingan Teknis/
Workshop/Rapat Kerja/Sarasehan/Simposium/Lokakarya/Focus Group
Discussion/Diklat/Kegiatan Lainnya
(dalam Rupiah)
NO URAIAN HONORARIUM KETERANGAN
1 Pakar/Praktisi/Pembicara/Narasumber Pemerintah Pusat/Provinsi :
a. Menteri/Pejabat setingkat
Menteri/Pejabat Negara 1.700.000 Orang/jam
Lainnya
b. Pejabat Eselon I/Fungsional
1.400.000 Orang/jam
Ahli Utama
c. Pejabat Eselon II/ Fungsional
1.000.000 Orang/jam
Ahli Madya
d. Pejabat Eselon III/ Fungsional
900.000 Orang/jam
Ahli Muda ke bawah
2 Pakar/Praktisi/Pembicara/Narasumber Pemerintah Kabupaten/Kota :
a. Pejabat Eselon II a 800.000 Orang/jam
b. Pejabat Eselon II b/ Fungsional
600.000 Orang/jam
Ahli Utama
c. Pejabat Eselon III ke bawah/
400.000 Orang/jam
Fungsional Ahli Madya
d. Staf / Fungsional Ahli Muda ke
300.000 Orang/jam
bawah
3 Pakar/Praktisi/Pembicara/Narasumber Non PNS
a. Pusat 1.500.000 Orang/jam
b. Provinsi 1.000.000 Orang/jam
c. Kabupaten/Kota 500.000 Orang/jam
4 Moderator 200.000 Orang/jam
Pembawa Acara/Rohaniwan/
5 150.000 Orang/kegiatan
Pembaca Doa
6 Pengantar Surat 50.000 Orang/kegiatan
7 Petugas Kebersihan 50.000 Orang/hari
8 Petugas Pengamanan 50.000 Orang/hari
9 Tenaga Paramedis 75.000 Orang/kegiatan
10 Reporter 75.000 Orang/kegiatan
11 Kameramen 75.000 Orang/kegiatan
12 Dirijen 200.000 Orang/kegiatan
13 Instruktur Keterampilan/Keahlian 150.000 Orang/jam
14 Petugas Medis 100.000 Orang/hari
15 Petugas Elekton 300.000 Orang/kegiatan
16 Petugas Piket 50.000 Orang/hari

IV.5
17 Instruktur Olah Raga/Senam 150.000 Orang/kegiatan
18 Pelatih cabang olahraga 750.000 Orang/kegiatan
19 Juri/wasit Lomba/pertandingan 200.000 Orang/pertandingan
20 Official Kontingen 750.000 Orang/kegiatan
Catatan :
a. besaran honorarium di luar ketentuan di atas, diatur dengan
Keputusan Bupati tersendiri;
b. kepada narasumber dari luar Kabupaten Sumenep, dapat diberikan
bantuan transport setinggi-tingginya :
1) dalam Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 1.600.000,00.
2) luar Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 3.500.000,00.
c. honorarium narasumber dan moderator dapat diberikan dengan
ketentuan:
1) narasumber/moderator berasal dari luar SKPD/OPD; atau
2) narasumber/moderator berasal dari SKPD/OPD sepanjang peserta
berasal dari luar SKPD/OPD.
d. satuan jam yang digunakan :
1) Untuk kegiatan diklat adalah 45 (empat puluh lima) menit.
2) Untuk kegiatan selain diklat adalah 60 (enam puluh) menit.

3. Biaya Lembur
a. pekerjaan yang belum dapat diselesaikan dalam jam kerja dapat
diselesaikan dengan cara lembur dan diberikan uang lembur;
b. uang makan lembur diberikan 1 (satu) kali setelah bekerja lembur
paling sedikit 2 (dua) jam berturut-turut;
c. waktu untuk lembur dibatasi maksimal 3 (tiga) jam dalam sehari dan
15 (lima belas) jam dalam seminggu (tidak termasuk hari libur);
d. pada hari libur, waktu lembur dibatasi 8 (delapan) jam;
e. lembur harus dilengkapi dengan Surat Tugas dari PA/KPA;
f. lembur harus menyampaikan Laporan Singkat Hasil Lembur;
g. Penganggaran uang lembur diperuntukkan pada BAPPEDA,
BPPKAD, BKPSDM, Inspektorat dan OPD lainnya yang
melaksanakan fungsi pelayanan publik.

TABEL 10
Uang Lembur dan Uang Makan Lembur
(dalam Rupiah)
ESELON STAF
NO KETERANGAN II III IV V PNS NON
PNS
1 Uang Lembur 20.000 17.000 13.000 10.000 10.000 8.000
2 Uang Makan Lembur 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

4. Biaya Hidangan
a. Makan Minum Harian
Hanya untuk penyediaan minum pegawai, maksimal
Rp.3.000,00/hari/ orang.
b. Makan Minum Seminar/ Rapat Koordinasi/ Sosialisasi/
Diseminasi/ Bimbingan Teknis/ Workshop/ Rapat Kerja/
Sarasehan/ Simposium/ Lokakarya/Focus Group Discussion/
Diklat/ Kursus/ Penataran/ Kegiatan Lainnya :
1) Nasi kotak maksimal Rp.25.000,00/kotak/orang.
2) Kue/snack kotak maksimal Rp. 15.000,00/kotak/orang
(kue/snack dan minuman).

IV.6
c. Makan Minum Tamu :
1) Makan minum prasmanan tamu VIP (Presiden/Wakil
Presiden/Menteri/Pejabat setingkat Menteri/Gubernur/Wakil
Gubernur) maksimal Rp. 250.000,00/orang.
2) Makan minum prasmanan tamu VIP (Walikota/Wakil
Walikota/Bupati/Wakil Bupati/Pejabat Eselon I/Pejabat
setingkat) maksimal Rp.75.000,00/orang.
3) Makan minum prasmanan tamu lainnya maksimal
Rp. 50.000,00/orang.
4) Nasi tumpeng maksimal Rp. 400.000,00/10 orang.
5) Kue/snack prasmanan/kotak maksimal Rp.15.000,00/orang
(termasuk minuman).

5. Biaya Jahit Seragam


Biaya jahit seragam merupakan bantuan ongkos jahit seragam yaitu :
a. pakaian PDH, paling tinggi Rp.125.000,00/stel;
b. pakaian PDL/PSH, paling tinggi Rp.175.000,00/stel;
c. full dress, paling tinggi Rp. 750.000,00/stel.

6. Biaya Sewa Tempat


Untuk kegiatan Seminar/Rapat Koordinasi/Sosialisasi/Diseminasi/
Bimbingan Teknis/Workshop/Rapat Kerja/Sarasehan/Simposium/
Lokakarya/Focus Group Discussion/Pendidikan dan Pelatihan/
Kegiatan Sejenis menggunakan ruang-ruang pertemuan /fasilitas milik
Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Apabila tidak dapat menggunakan ruang-ruang pertemuan/fasilitas
Pemerintah (kapasitas tidak memadai/jadwal bersamaan), dapat
menggunakan fasilitas umum dengan biaya sewa yaitu :
1) Ruangan Besar (kapasitas diatas 100 orang), maksimal
Rp.4.500.000,00/hari.
2) Ruangan Kecil (kapasitas s/d 100 orang), maksimal
Rp.2.000.000,00/hari.
3) Gedung Pertemuan, maksimal Rp.5.500.000,00/hari.

7. Biaya Pemeliharaan Rutin


Untuk pemeliharaan rutin gedung negara dan kendaraan dinas
disesuaikan dengan kemampuan anggaran dari masing-masing
SKPD/OPD.
Biaya pemeliharaan dibuktikan dengan menggunakan metode atcost
(sesuai bukti pengeluaran).
a. Biaya Pemeliharaan Dan Operasional Kendaraan Dinas
Biaya pemeliharaan dan operasional kendaraan dinas merupakan
biaya yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan biaya
pemeliharaan dan operasional kendaraan dinas yang digunakan
untuk mempertahankan kendaraan dinas agar tetap dalam kondisi
normal dan siap pakai sesuai dengan peruntukannya, antara lain
untuk :
1) Biaya bahan bakar (selain perjalanan dinas).
2) Biaya pembelian ban (1x/tahun).
3) Biaya penggantian oli (4x/tahun).
4) Biaya service rutin (2x/tahun).
5) Biaya penggantian onderdil lainnya.
Biaya ini belum termasuk biaya pengurusan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) yang besarannya mengacu pada ketentuan yang
berlaku.

IV.7
b. Biaya Pemeliharaan Gedung/Bangunan Negara
Disesuaikan dengan kemampuan anggaran dan kebutuhan
pemeliharaan masing-masing SKPD/OPD.

8. Biaya Pendidikan dan Pelatihan


Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah pendidikan dan pelatihan/
kursus/ penataran/ bimbingan teknis/ sarasehan.
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1) Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah dapat diberikan kepada
peserta sebanyak 1 (satu) kali sesuai ketentuan Standar Biaya
Perjalanan Dinas apabila lokasi kegiatan di luar daerah.
2) Biaya Perjalanan Dinas Dalam Daerah dapat diberikan apabila
peserta tidak berasal dari SKPD/OPD penyelenggara.
3) Uang harian diklat berlaku sejak hari kedua pelaksanaan
sebesar:
a. Diklat kedinasan di luar daerah (luar Jawa Timur) sebesar
Rp.300.000/hari;
b. Diklat kedinasan di luar daerah (dalam Jawa Timur) sebesar
Rp.200.000/hari;
c. Diklat kedinasan di dalam daerah sebesar Rp. 75.000/hari.
4) SKPD/OPD penyelenggara dapat memberikan uang saku kepada
peserta, untuk kegiatan di dalam daerah paling tinggi sebagai
berikut :
a. peserta dari wilayah daratan sebesar Rp. 75.000,00/hari;
b. peserta dari wilayah kepulauan di Kecamatan Gayam, Ra’as,
Nonggunong, Giligenting, Pulau Giliyang dan Pulau Gililabak
sebesar Rp. 150.000,00/hari;
c. peserta dari wilayah kepulauan di Kecamatan Arjasa,
Kangayan, Sapeken dan Masalembu sebesar Rp. 250.000,00/
hari.

b. Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS)


1) Apabila kegiatan diselenggarakan di Wilayah Kabupaten Sumenep
maka peserta dapat diberikan uang saku (berlaku sebaliknya)
yaitu:
a) Wilayah Kepulauan :
(1) Wilayah Kecamatan Masalembu, paling tinggi
Rp.300.000,00/orang/kegiatan.
(2) Wilayah Kecamatan Sapeken, Arjasa, Kangayan, paling
tinggi Rp.200.000,00/orang/kegiatan.
(3) Wilayah Kecamatan Gayam, Ra’as, Nonggunong paling
tinggi Rp.150.000,00/orang/kegiatan.
(4) Wilayah Kecamatan Giligenting, Pulau Giliyang dan Pulau
Gililabak paling tinggi Rp.100.000,00/orang/kegiatan.
(5) Apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dilokasi
kepulauan, paling tinggi Rp.50.000,00/orang/kegiatan.
b) Wilayah Daratan, paling tinggi Rp. 50.000,00/orang/kegiatan.
2) SKPD/OPD penyelenggara dapat memberikan tambahan uang
saku kepada peserta Rp. 30.000,00/orang/kegiatan/hari.
3) Uang harian diklat berlaku sejak hari kedua pelaksanaan
sebesar:
a. Diklat kedinasan di luar daerah (luar Jawa Timur) sebesar
Rp.200.000/hari;
b. Diklat kedinasan di luar daerah (dalam Jawa Timur) sebesar
Rp.100.000/hari;

IV.8
Pemberian uang saku yang melebihi standar, dapat dilakukan
dengan menggunakan SK Bupati tersendiri, dan mencantumkan
besaran nominalnya.

TABEL 11
Honorarium Personil Pendukung Diklat

(dalam Rupiah)
NO URAIAN HONORARIUM KETERANGAN
1 Petugas Monitoring 350.000 Orang/bulan
2 Petugas Ujian Diklat 8.000 Orang/materi ujian
3 Pendukung OL 350.000 Orang/hari
4 Pendamping OL 300.000 Orang/hari
5 Pendamping Out Bound 100.000 Orang/hari
Catatan :
Untuk honorarium yang bersifat khusus ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

9. Biaya Perjalanan Dinas


a. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Pelaksanaan Perjalanan Dinas disesuaikan dengan kebutuhan
riil. Perjalanan dinas dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) orang
kecuali:
a) ditentukan lain dalam undangan;
b) Inspektorat yang melakukan pemeriksaan;
c) hal khusus dengan persetujuan Sekretaris Daerah.
2) Biaya perjalanan dinas diberikan dengan komponen antara lain
uang harian, biaya transport (tiket/retribusi/bbm), biaya
penginapan, uang representasi.
3) Perjalanan dinas luar daerah maksimal :
a) 2 (dua) hari apabila menggunakan moda transportasi udara;
b) 3 (tiga) hari apabila menggunakan moda transportasi
darat/laut;
c) batasan waktu perjalanan dinas luar daerah dapat melebihi
ketentuan angka 3 huruf a dan b apabila dilampiri dengan
jadwal kegiatan/undangan yang sah/bukti keadaan force
majeur (contoh : faktor cuaca yang tidak memungkinkan
beroperasinya kapal laut/pesawat/kereta dll).
4) Perjalanan dinas ke luar daerah (luar Provinsi Jawa Timur) yang
undangannya 1 (satu) hari dapat dihitung 3 (tiga) hari yaitu dari
1 (satu) hari sebelum hari pelaksanaan sampai dengan 1 (satu)
hari setelah hari pelaksanaan.
5) Perjalanan dinas ke luar daerah (dalam Provinsi Jawa Timur
diluar Pulau Madura) yang undangannya 1 (satu) hari dapat
dihitung 2 (dua) hari yaitu dari 1 (satu) hari sebelum hari
pelaksanaan atau 1 (satu) hari setelah hari pelaksanaan.
6) Biaya Perjalanan Dinas diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Tingkat A untuk Sekretaris Daerah;
b) Tingkat B untuk Pejabat Eselon IIB;
c) Tingkat C untuk Pejabat Eselon III;
d) Tingkat D untuk Pejabat Eselon IV;
e) Tingkat E untuk Staf;
f) Tingkat F untuk Non PNS;

IV.9
g) Perjalanan dinas untuk Pejabat Fungsional diatur sebagai
berikut :
(1) Pejabat Fungsional Utama mengacu kepada ketentuan
Tingkat B;
(2) Pejabat Fungsional Madya mengacu kepada ketentuan
Tingkat C;
(3) Pejabat Fungsional Muda/Pertama/Terampil mengacu
kepada ketentuan Tingkat D.
7) Bagi Non PNS yang melaksanakan perjalanan dinas untuk
keperluan SKPD/OPD, dapat diberikan biaya perjalanan dinas
yang dibebankan pada rekening Belanja Perjalanan Dinas atau
Belanja Jasa Transportasi dan Akomodasi atau Belanja Kursus
Pelatihan dan Bimbingan Teknis.
8) Kegiatan perjalanan dinas yang menggunakan jasa Penyedia
Barang/Jasa dianggarkan dalam belanja jasa transportasi dan
akomodasi.
9) Belanja jasa Transportasi dan Akomodasi yang menggunakan
jasa Penyedia Barang/Jasa sebagaimana angka 6 terdiri dari
biaya transportasi, penginapan dan konsumsi, operasional
lainnya, tidak termasuk uang harian. Uang harian pelaksana
perjalanan dinas dalam Belanja jasa Transportasi dan Akomodasi
paling tinggi sebesar satuan Uang Harian Diklat Luar/Dalam
Daerah.
10) Biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan sebelum perjalanan
dinas dilaksanakan sesuai rincian perjalanan dinas. Apabila
biaya perjalanan dinas dibayarkan sebelum pelaksanaan
perjalanan dinas, namun batal dilaksanakan atau terdapat
kelebihan maka uang tersebut harus dikembalikan ke kas
bendahara pengeluaran secara non tunai atau disetor ke
rekening bendahara pengeluaran (maksimal 3 hari);
11) Uang perjalanan dinas yang dikembalikan ke kas daerah
meliputi :
a) Seluruhnya; atau
b) Sebagian, jika sudah memesan transport atau penginapan
dengan melampirkan surat pemesanan/notice dan surat
pernyataan pelaksana tentang alasan pembatalan yang
bersifat rasional dan diketahui oleh pengguna anggaran;
12) Biaya perjalanan dinas dirinci sebagai berikut:
a) Uang harian, BBM, uang taksi ditransfer ke pelaksana
perjalanan dinas;
b) Biaya penginapan ditransfer ke penyedia/pelaksana;
c) Biaya transport ditransfer ke penyedia/pelaksana.
13) Terhadap biaya penginapan dan biaya transport berupat tiket
pesawat dan/atau kereta api yang ditransfer kepada pelaksana,
harus melampirkan bukti pembayaran non tunai yang
dibayarkan dari pelaksana ke penyedia.
14) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas tidak sesuai, berlaku
ketentuan sebagai berikut :
a) melebihi jumlah hari yang ditetapkan dalam SPD, pejabat
yang berwenang dapat mempertimbangkan tambahan uang
harian dan biaya penginapan sepanjang kelebihan tersebut
bukan disebabkan kesalahan/kelalaian pejabat/pegawai
bersangkutan;

IV.10
b) kurang dari jumlah hari yang ditetapkan dalam SPD, maka
pejabat/pegawai yang bersangkutan wajib menyetorkan
kembali kelebihan biaya perjalanan dinas yang diterimanya.
15) Setiap pengajuan biaya perjalanan dinas harus dilampirkan :
a) Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang ditandatangani PA/KPA;
b) Surat Perintah Tugas (SPT) yang ditandatangani oleh pejabat
di atasnya (Bupati/Wakil Bupati, Sekretaris Daerah/Asisten,
PA/KPA);
c) Rincian Perjalanan Dinas;
d) Laporan Hasil Perjalanan Dinas;
e) Bukti pendukung penerimaan Biaya Perjalanan Dinas antara
lain :
(1) Luar Daerah meliputi :
(a) Kuitansi penerimaan perjalanan dinas secara
lumpsum meliputi :
i. Uang harian;
ii. Uang representasi (Tingkat A);
iii. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan/atau
sesuai Rincian Perjalanan Dinas (realisasi);
iv. Tol Suramadu (apabila keluar wilayah Madura);
v. Biaya taksi;
vi. Biaya penginapan sebesar 30% dari Satuan Biaya
Penginapan Perjalanan Dinas Luar Daerah di kota
tempat tujuan (apabila tidak menginap di hotel).
(b) Bukti pembayaran secara at cost meliputi :
i. Biaya tiket moda transportasi umum
(Pesawat/Kereta/ Bus/Kapal Laut/Travel dll);
ii. Retribusi (Airport tax/Tol/parker dll); dan
iii. Kuitansi/nota/bill penginapan apabila menginap
di hotel.
(2) Dalam Daerah meliputi :
(a) Kuitansi penerimaan perjalanan dinas secara
lumpsum meliputi :
i. Uang harian;
ii. Uang representasi;
iii. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) sesuai rincian
perjalanan dinas (realisasi);
iv. Biaya penginapan.
(b) Bukti pembayaran secara at cost meliputi :
i. Biaya tiket moda transportasi umum
(Pesawat/Kereta/Bus/Kapal Laut/Travel dll); dan
ii. Retribusi (Airport tax/Tol/parker dll).
f) Apabila tidak ada bukti biaya tiket/retribusi maka dijelaskan
dalam Rincian Biaya Perjalanan Dinas (Realisasi).
16) Khusus Pengemudi/Sopir cukup melampirkan Surat Perintah
Tugas (SPT) dan bukti penerimaan sesuai honorarium sopir pada
Satuan Biaya Bahan Bakar Minyak/BBM. Biaya BBM/Retribusi
dapat diberikan pada pengemudi/sopir.
17) Khusus perjalanan dinas ke luar negeri, standar biaya dan
ketentuan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang
Standar Biaya Tahun Anggaran berkenaan serta peraturan
perundang-undangan berlaku.

IV.11
18) Untuk Perjalanan Dinas Sekretaris Daerah yang
mengikutsertakan istri, diatur ketentuan sebagai berikut :
a) fasilitas yang diberikan sama dengan Sekretaris Daerah
meliputi biaya transport dan akomodasi;
b) untuk pertanggungjawabannya harus dibuktikan dengan
undangan yang menyebutkan hadir bersama istri/petunjuk
pimpinan /pernyataan yang bersangkutan;
c) mendapatkan uang harian, dan segala bukti atas penggunaan
biaya transport dan biaya akomodasi merupakan
kelengkapan SPJ.
19) Biaya Perjalanan Dinas untuk istri Sekretaris Daerah yang
berkaitan dengan kegiatan TP-PKK, GOW, DWP disetarakan
dengan Tingkat B.
20) Biaya Perjalanan Dinas untuk selain istri Bupati/Wakil
Bupati/Sekretaris Daerah yang berkaitan dengan kegiatan TP-
PKK, GOW, DWP disetarakan dengan Tingkat E.
21) Surat Perintah Tugas (SPT) bagi anggota TP-PKK, GOW, DWP
ditandatangani oleh Ketua.
22) Surat Perintah Tugas (SPT) bagi Ketua TP-PKK, Ketua GOW,
Ketua DWP ditandatangani oleh Kepala SKPD/OPD.
b. Uang Harian
1) Uang harian diberikan untuk perjalanan dinas luar daerah atau
perjalanan dinas dalam daerah sesuai Satuan Uang Harian
Perjalanan Dinas;
2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam angka 1),
terhitung sejak berangkat dari tempat kedudukan (kantor) ke
tempat tujuan hingga kembali ke tempat kedudukan;
3) Perjalanan dinas dalam daerah dari wilayah Kecamatan daratan
ke wilayah Kecamatan kepulauan diberikan uang harian sesuai
satuan uang harian Perjalanan Dinas dalam daerah dan berlaku
sebaliknya;
4) Perjalanan dinas dalam daerah yang dilaksanakan dalam lingkup
wilayah kerjanya dan/atau wilayah pulau tersebut berlaku uang
harian perjalanan dinas dalam daerah wilayah daratan;
5) Perjalanan dinas dalam daerah kurang dari 3 (tiga) jam atau
jarak minimal 10 (sepuluh) km tidak dapat diberi uang harian.

TABEL 13
Satuan Uang Harian Perjalanan Dinas Luar Daerah

(000 Rupiah)

NO. WILAYAH SAT A B C D E F


1 Luar Provinsi Jawa Timur OH 1500 1150 1050 950 850 700
Dalam Provinsi Jawa Timur
2 OH 1000 800 750 650 550 450
diluar Pulau Madura
3 Dalam Pulau Madura OH 700 600 500 450 400 350

IV.12
TABEL 14
Satuan Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Daerah

(000 Rupiah)

NO. WILAYAH SAT A B C D E F G


1 Kecamatan Masalembu OH 600 500 475 450 400 350 300
Kecamatan Sapeken, Arjasa,
2 OH 500 450 425 400 350 300 250
Kangayan
Kecamatan Gayam, Raas,
3 OH 450 400 400 375 325 275 225
Nonggunong
Kecamatan Giligenting, Pulau
4 OH 375 325 325 300 250 200 175
Giliyang, Pulau Gililabak
Wilayah Daratan ≥ 3 s.d. 4
5 OH 75 75 75 75 75 75 75
jam / jarak min. 10 km
6 Wilayah Daratan ≥ 4 jam OH 160 160 160 160 160 160 160
c. Uang Representasi
Uang representasi sebagai bagian dari biaya perjalanan dinas hanya
diberikan kepada Sekretaris Daerah, Asisten dan Staf Ahli Bupati.

TABEL 15
Satuan Uang Representasi

(dalam Rupiah)

Sekretaris Asisten dan Staf Ahli


NO. WILAYAH SAT
Daerah Bupati
1 Luar Daerah OH 150.000 100.000

2 Dalam Daerah ≥ 4 jam OH 75.000 50.000

d. Biaya Penginapan
1) Biaya penginapan diberikan apabila tidak disediakan penginapan
oleh penyelenggara dengan menggunakan metode atcost (sesuai
bukti pengeluaran).
2) Biaya penginapan diberikan setinggi-tingginya sesuai Satuan
Biaya Penginapan.
3) Besarnya biaya penginapan dihitung berdasarkan akumulasi dari
pelaksana perjalanan dinas.
4) Dalam perjalanan dinas luar daerah tidak menggunakan fasilitas
hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang
bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% dari
satuan biaya penginapan perjalanan dinas luar daerah di kota
tempat tujuan.
5) Biaya penginapan dalam daerah diberikan apabila perjalanan
dinas membutuhkan waktu untuk menginap, khusus di wilayah
Kecamatan Masalembu; Sapeken, Arjasa, Kangayan Gayam,
Ra’as, Nonggunong, Giligenting, dan Pulau Giliyang serta Pulau
Gililabak.
6) Biaya penginapan dalam daerah dibuktikan dengan kuitansi yang
ditandatangani pelaksana perjalanan dinas berdasarkan Satuan
Biaya Penginapan Perjalanan Dinas Dalam Daerah Wilayah
Kepulauan.

IV.13
7) Apabila Sekretaris Daerah, bersama-sama ajudan/pendamping,
maka ajudan/pendamping tersebut dapat menggunakan
hotel/penginapan yang sama dan dapat melebihi satuan biaya
penginapan dengan tetap memperhatikan asas efektifitas dan
efisiensi.
8) Apabila Ibu Ketua DWP beserta Ajudan/Pendamping dapat
menggunakan hotel/penginapan yang sama dan dapat melebihi
satuan biaya penginapan dengan memperhatikan asas efektivitas
dan efisiensi.
9) Bagi Wakil Ketua TP-PKK, Wakil Ketua GOW, Wakil Ketua DWP
sampai dengan jenjang Anggota dapat menyesuaikan dalam
penggunaan hotel/penginapan sesuai dengan tingkatannya.

TABEL 16
Satuan Biaya Penginapan Perjalanan Dinas Luar Daerah

(dalamRibu Rupiah)

BIAYA PENGINAPAN
NO. PROVINSI SAT.
A B C D E F
1. ACEH OH 3.526 2.025 1.294 556 500 450
2. SUMATERA UTARA OH 1.518 1.350 1.100 530 430 350
3. RIAU OH 3.119 2.700 1.650 852 750 600
4. KEPULAUAN RIAU OH 1.854 1.625 1.037 792 692 580
5. JAMBI OH 3.337 2.100 1.212 580 500 400
6. SUMATERA BARAT OH 3.332 2.525 1.353 650 600 500
7. SUMATERA SELATAN OH 3.083 1.563 1.571 861 775 625
8. LAMPUNG OH 2.067 1.925 1.140 580 480 425
9. BENGKULU OH 1.628 1.600 1.546 630 550 450
10. BANGKA BELITUNG OH 2.838 2.675 1.957 622 590 425
11. BANTEN OH 2.373 1.788 1.000 718 640 480
12. JAWA BARAT OH 2.755 2.575 1.006 570 525 500
13. D.K.I. JAKARTA OH 1.490 1.200 992 730 610 500
14. JAWA TENGAH OH 1.480 1.380 954 600 550 460
15. D.I. YOGYAKARTA OH 2.695 2.495 1.384 845 775 660
16. JAWA TIMUR
OH 1.605 1.370 1.076 664 590 490
(Diluar Kabupaten Sumenep)
17. BALI OH 1.946 1.810 990 910 810 660
18. NUSA TENGGARA BARAT OH 2.648 2.494 1.418 580 525 480
19. NUSA TENGGARA TIMUR OH 1.493 1.433 1.335 550 475 380
20. KALIMANTAN BARAT OH 1.538 1.480 1.125 538 480 380
21. KALIMANTAN TENGAH OH 3.391 2.775 1.160 659 590 520
22. KALIMANTAN SELATAN OH 3.316 2.955 1.500 540 475 400
23. KALIMANTAN TIMUR OH 2.188 2.025 1.507 804 750 625
24. KALIMANTAN UTARA OH 2.188 2.025 1.507 804 750 625
25. SULAWESI UTARA OH 2.290 2.050 924 782 670 570
26. GORONTALO OH 2.549 2.325 1.431 764 680 590
27. SULAWESI BARAT OH 2.581 2.381 1.075 704 654 570
28. SULAWESI SELATAN OH 1.550 1.385 1.020 732 680 530
29. SULAWESI TENGAH OH 2.027 1.825 1.567 951 880 735
30. SULAWESI TENGGARA OH 2.059 1.875 1.297 786 630 550
31. MALUKU OH 3.240 2.925 1.048 667 625 580
32. MALUKU UTARA OH 3.175 2.735 1.073 600 530 480
33. PAPUA OH 3.818 3.112 2.521 829 785 725
34. PAPUA BARAT OH 3.212 3112 2.056 718 685 625

IV.14
Catatan :
Besaran biaya penginapan yang melebihi standar biaya yang ditentukan,
dapat ditanggung bersama perserta perjalanan dinas, apabila dalam 1 (satu)
kamar menginap lebih dari 1 (satu) orang.

TABEL 17
Satuan Biaya Penginapan Perjalanan Dinas Dalam Daerah
Wilayah Kepulauan

(dalam Rupiah)

NO. URAIAN SAT A B/C D/E/F

1 Biaya Penginapan Dalam Daerah OH 250.000 200.000 150.000

e. Biaya Transport
1) Fasilitas Transportasi Umum
Fasilitas transportasi umum sesuai tabel berikut :

TABEL 18
Fasilitas Transportasi Umum

MODA TRANSPORTASI
NO. URAIAN Pesawat
Kapal Laut Kereta Api/Bus Lainnya
Udara
2 Tingkat B Ekonomi Kelas I B Eksekutif At cost
3 Tingkat C Ekonomi Kelas II A Eksekutif At cost
4 Tingkat D Ekonomi Kelas II A Eksekutif At cost
5 Tingkat E/F Ekonomi Kelas II A Eksekutif At cost

2) Biaya Transport
a) biaya transport diberikan untuk pengganti biaya tiket,
retribusi, BBM dan sewa kendaraan;
b) tiket moda transportasi umum (Pesawat/Kereta/Bus/Kapal
Laut/Travel/dll), Retribusi (Airport tax/Tol/Penyeberangan/
parkir/dll), bukti sewa kendaraan (surat pernyataan pembuat
SPT dan kuitansi) merupakan kelengkapan SPJ;
c) apabila perjalanan dinas luar daerah menggunakan moda
transportasi umum (Pesawat/Kereta/Bus/Kapal Laut/Travel/
dll), dan di tempat tujuan menggunakan taksi, dapat
diberikan biaya taksi (sesuai Satuan Biaya Taksi) sebagai
berikut :
(1) untuk perjalanan dinas 1 (satu) hari diberikan biaya taksi
sebanyak 2 (dua) kali.
(2) untuk perjalanan dinas lebih dari 1 (satu) hari diberikan
biaya taksi sebanyak 4 (empat) kali.
Dalam hal PNS sebagai pelaksana perjalanan dinas bersama-
sama, Biaya Taksi diberikan 1 (satu) kali per 2 (dua) orang.
d) Untuk pengganti biaya BBM dari tempat kedudukan ke
tempat tujuan diatur dalam Satuan Biaya BBM.
Apabila tempat tujuan (Kota/Kabupaten) tidak ada/bukan
pusat kota, maka diberikan biaya/tambahan bahan bakar
minyak (BBM) sebagai pengganti biaya transport :
(1) Mobil = 1 Ltr per 8 Km.
(2) Sepeda Motor = 1 Ltr per 20 Km.

IV.15
e) Untuk kebutuhan BBM kendaraan dinas jabatan dalam
melaksanakan perjalanan dinas disesuaikan dengan
kebutuhan riil dan dibuktikan dengan bukti
pembelian/pembayaran.
f) Perjalanan Dinas dapat menggunakan kendaraan pribadi
dengan diberikan biaya sesuai huruf d).
g) biaya sewa kendaraan (Satuan Biaya Sewa Kendaraan) dapat
diberikan apabila perjalanan dinas tidak dapat menggunakan
kendaraan dinas/operasional di SKPD/OPD masing-masing
atau kapasitas kendaraan dinas/operasional tidak dapat
memuat seluruh pelaksana perjalanan dinas tidak termasuk
biaya Sopir dan BBM. Kelengkapan SPJ diatas melampirkan
bukti kontrak/kuitansi dan copy STNK.

TABEL 19
Satuan Biaya Sewa Kendaraan untuk Perjalanan Dinas
(dalam Rupiah)
NO JENIS KENDARAAN SATUAN HARGA SEWA
1 Bus Besar Unit/Hari 4.500.000
2 Bus Sedang Unit/Hari 2.500.000
3 Mini Bus Unit/Hari 1.500.000
4 Roda Empat Unit/Hari 400.000

TABEL 20
Satuan Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Honorarium Sopir

JARAK BBM MOBIL HONORARIUM


NO KABUPATEN/KOTA
TEMPUH/KM (PP) / LITER SOPIR (Rp.)
1 PAMEKASAN 52 13 125.000
2 SAMPANG 85 22 125.000
3 BANGKALAN 147 37 175.000
4 SURABAYA 175 54 250.000
5 GRESIK 193 59 250.000
6 SIDOARJO 198 60 250.000
7 LAMONGAN 220 65 300.000
8 MOJOKERTO 224 66 300.000
9 PASURUAN 235 69 300.000
10 JOMBANG 254 74 300.000
11 MALANG 264 76 300.000
12 KEDIRI 269 78 300.000
13 PROBOLINGGO 274 79 300.000
14 BATU 275 79 300.000
15 TUBAN 278 80 300.000
16 BOJONEGORO 283 81 300.000
17 NGANJUK 294 84 300.000
18 LUMAJANG 320 90 325.000
19 TULUNGAGUNG 329 93 325.000
20 BLITAR 342 96 325.000
21 MADIUN 344 96 325.000
22 NGAWI 356 99 325.000
23 TRENGGALEK 361 101 325.000
24 MAGETAN 368 102 325.000
25 JEMBER 372 103 325.000

IV.16
26 PONOROGO 373 104 325.000
27 SITUBONDO 389 108 325.000
28 BONDOWOSO 396 109 325.000
29 PACITAN 451 123 350.000
30 BANYUWANGI 463 126 350.000

Catatan:
a. honorarium pengemudi/sopir termasuk uang makan;
b. perjalanan dinas dilakukan lebih dari sehari, Sopir dapat diberikan
fasilitas dengan standar sama dengan staf (atcost) dan per harinya
diberikan honorarium sopir.

TABEL 21
Satuan Biaya Taksi Perjalanan Dinas Luar Daerah

(dalam Rupiah)

NO. PROVINSI SATUAN BIAYA


1. ACEH Orang / Kali 123.000
2. SUMATERA UTARA Orang / Kali 232.000
3. RIAU Orang / Kali 94.000
4. KEPULAUAN RIAU Orang / Kali 137.000
5. JAMBI Orang / Kali 147.000
6. SUMATERA BARAT Orang / Kali 190.000
7. SUMATERA SELATAN Orang / Kali 128.000
8. LAMPUNG Orang / Kali 167.000
9. BENGKULU Orang / Kali 109.000
10. BANGKA BELITUNG Orang / Kali 90.000
11. BANTEN Orang / Kali 446.000
12. JAWA BARAT Orang / Kali 166.000
13. D.K.I. JAKARTA Orang / Kali 256.000
14. JAWA TENGAH Orang / Kali 90.000
15. D.I. YOGYAKARTA Orang / Kali 118.000
16. JAWA TIMUR Orang / Kali 194.000
17. BALI Orang / Kali 159.000
18. NUSA TENGGARA BARAT Orang / Kali 231.000
19. NUSA TENGGARA TIMUR Orang / Kali 108.000
20. KALIMANTAN BARAT Orang / Kali 135.000
21. KALIMANTAN TENGAH Orang / Kali 111.000
22. KALIMANTAN SELATAN Orang / Kali 150.000
23. KALIMANTAN TIMUR Orang / Kali 450.000
24. KALIMANTAN UTARA Orang / Kali 218.000
25. SULAWESI UTARA Orang / Kali 138.000
26. GORONTALO Orang / Kali 240.000
27. SULAWESI BARAT Orang / Kali 313.000
28. SULAWESI SELATAN Orang / Kali 145.000
29. SULAWESI TENGAH Orang / Kali 165.000
30. SULAWESI TENGGARA Orang / Kali 171.000
31. MALUKU Orang / Kali 240.000
32. MALUKU UTARA Orang / Kali 215.000
33. PAPUA Orang / Kali 431.000
34. PAPUA BARAT Orang / Kali 182.000

IV.17
10. Standar dan Satuan Biaya Pembangunan Gedung Negara
a. Pengertian
1) Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk
keperluan dinas yang menjadi barang milik negara atau daerah
dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana
APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
2) Pembangunan Bangunan Gedung Negara adalah kegiatan
mendirikan Bangunan Gedung Negara yang diselenggarakan
melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan
bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.
3) Bangunan Gedung Negara dengan klasifikasi sederhana
merupakan bangunan gedung dengan teknologi dan spesifikasi
sederhana meliputi:
a) bangunan gedung kantor dan bangunan gedung negara lainnya
dengan jumlah lantai sampai dengan 2 (dua) lantai;
b) bangunan gedung kantor dan bangunan gedung negara lainnya
dengan luas sampai dengan 500 m (lima ratus meter persegi);
dan
c) Rumah Negara meliputi Rumah Negara Tipe C, Tipe D, dan Tipe
E.
4) Bangunan Gedung Negara dengan klasifikasi tidak sederhana
merupakan bangunan gedung dengan teknologi dan spesifikasi
tidak sederhana meliputi:
a) bangunan gedung kantor dan bangunan gedung negara lainnya
dengan jumlah lantai lebih dari 2 (dua) lantai;
b) bangunan gedung kantor dan bangunan gedung negara lainnya
dengan luas lebih dari 500 m (lima ratus meter persegi); dan
c) Rumah Negara meliputi Rumah Negara Tipe A dan Tipe B.
5) Bangunan Gedung Negara klasifikasi khusus merupakan :
a) Bangunan Gedung Negara yang memiliki persyaratan khusus,
serta dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan
penyelesaian atau teknologi khusus;
b) Bangunan Gedung Negara yang mempunyai tingkat kerahasiaan
tinggi untuk kepentingan nasional;
c) Bangunan Gedung Negara yang penyelenggaraannya dapat
membahayakan masyarakat disekitarnya; dan/atau
d) Bangunan Gedung Negara yang mempunyai resiko bahaya
tinggi.
6) Bangunan Gedung Negara klasifikasi bangunan khusus
sebagaimana dimaksud di atas meliputi:
a) istana negara;
b) rumah mantan jabatan presiden dan/atau mantan wakil
presiden;
c) rumah jabatan menteri;
d) wisma negara;
e) gedung instalasi nuklir;
f) gedung yang menggunakan radio aktif;
g) gedung instalasi pertahanan;
h) bangunan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
penggunaan dan persyaratan khusus;
i) gedung terminal udara, laut, dan darat;
j) stasiun kereta api;

IV.18
k) stadion atau gedung olah raga;
l) rumah tahanan dengan tingkat keamanan tinggi (maximum
security);
m) pusat data;
n) gudang benda berbahaya;
o) gedung bersifat monumental;
p) gedung cagar budaya; dan
q) gedung perwakilan negara Republik Indonesia.
7) Prosentase Komponen Biaya Pembangunan Bangunan Gedung
Negara sesuai tabel Prosentase Komponen Biaya Pembangunan
Gedung Negara pada Peraturan Bupati ini.
8) Khusus Biaya Konstruksi Fisik dengan nilai > 2,5 miliar mengacu
pada rincian Daftar Biaya Komponen Kegiatan Pembangunan
Gedung Negara Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
9) Hal-hal lain mengenai ketentuan bangunan gedung negara
(spesifikasi, luas ruang, standar, dan lain-lain) mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

b. Prosentase Komponen Biaya Pembangunan

TABEL 22
Prosentase Komponen Biaya Pembangunan
Bangunan Gedung Negara Klasifikasi Sederhana

BIAYA
KONSTRUKSI
0 250 500 1.000 >2.500 >5.000 >10.000 >25.000 >50.000 >100.000 >250.000
FISIK
s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. >500.000
(juta rupiah)
250 500 1.000 2.500 5.000 10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 500.000
KOMPONEN
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PERENCANAAN 18,11 15,03 12,39 10,23 9,28 7,81 6,83 4,88 3,29 2,08
1. KONSTRUKSI 18,11 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1,80
(dalam %) 15,03 12,39 10,23 9,28 7,81 6,83 4,88 3,29 2,08 1,80
PENGAWASAN 10,59 9,15 7,72 6,47 5,41 4,49 4,03 3,63 2,48 1,59
2
KONSTRUKSI 10,59 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1,49
. (dalam %) 9,15 7,72 6,47 5,41 4,49 4,03 3,63 2,48 1,59 1,49
PENGELOLAAN 14,00 10,00 6,75 4,20 2,85 1,90 1,20 0,80 0,54 0,36
3
KEGIATAN 14,00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0,25
. (dalam %) 10,00 6,75 4,20 2,85 1,90 1,20 0,80 0,54 0,36 0,25

IV.19
TABEL 23
Prosentase Komponen Biaya Pembangunan
Bangunan Gedung Negara Klasifikasi Tidak Sederhana

BIAYA
0 >100.00
KONSTRUKSI
s.d. 250 500 1.000 >2.500 >5.000 >10.000 >25.000 >50.000 0 >250.000 >500.000
FISIK
250 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(juta rupiah)
500 1.000 2.500 5.000 10.000 25.000 50.000 100.000 250.00 500.000
KOMPONEN
0
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PERENCANAAN 19,80 16,61 13,97 11,81 10,83 9,33 8,28 6,04 4,02 2,55
1. KONSTRUKSI 19,80 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2,32
(dalam %) 16,61 13,97 11,81 10,83 9,33 8,28 6,04 4,02 2,55 2,32
MANAJEMEN 28,57 24,43 20,69 17,73 14,97 10,47 7,34 4,89 3,25 2,03
2. KONSTRUKSI 28,57 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1,36
(dalam %) atau 24,43 20,69 17,73 14,97 10,47 7,34 4,89 3,25 2,03 1,36
PENGAWASAN 21,08 18,20 15,37 12,88 10,76 7,62 5,13 3,50 2,39 1,50
3. KONSTRUKSI 21,08 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 1,10
(dalam %) 18,20 15,37 12,88 10,76 7,62 5,13 3,50 2,39 1,50 1,10
PENGELOLAA 16,00 11,25 7,75 5,10 3,36 2,24 1,42 0,95 0,64 0,40
4. N KEGIATAN 16,00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0,28
(dalam %) 11,25 7,75 5,10 3,36 2,24 1,42 0,95 0,64 0,40 0,28

TABEL 24
Prosentase Komponen Biaya Pembangunan
Bangunan Gedung Negara Klasifikasi Khusus

BIAYA
0 >250.0
KONSTRUKSI
s.d. 250 500 1.000 >2.500 >5.000 >10.000 >25.000 >50.000 >100.000 00
FISIK >500.00
250 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(juta rupiah) 0
500 1.000 2.500 5.000 10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 500.00
KOMPONEN
0
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PERENCANAAN 21,45 18,04 15,16 12,87 11,90 10,35 9,32 6,90 4,60 2,96
1. KONSTRUKSI 21,45 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2,75
(dalam %) 18,04 15,16 12,87 11,90 10,35 9,32 6,90 4,60 2,96 2,75
MANAJEMEN 15,74 13,23 11,29 9,64 8,71 7,56 6,82 4,60 3,14 2,90
2. KONSTRUKSI 15,74 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 2,73
(dalam %) 13,23 11,29 9,64 8,71 7,56 6,82 4,60 3,14 2,90 2,73
PENGELOLAAN 16,00 11,25 7,75 5,10 3,35 2,22 1,42 0,95 0,64 0,41
3. KEGIATAN 16,00 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd 0,28
(dalam %) 11,25 7,75 5,10 3,35 2,22 1,42 0,95 0,64 0,41 0,28

TABEL 25
Prosentase Komponen Biaya Pembangunan
Non Bangunan Gedung Negara

(juta rupiah)

BIAYA KONSTRUKSI FISIK


>100.00 >250.00
s.d. >2.500 >5.000 >10.000 >25.000 >50.000
0 0
2.50 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
KOMPONEN s.d. s.d.
0 5.000 10.000 25.000 50.000 100.000
KEGIATAN 250.000 500.000

PERENCANAAN 4,65 3,90 3,28 2,82 2,44 2,16 1,94


1. KONSTRUKSI 5,40 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 3,90 3,28 2,82 2,44 2,16 1,94 1,80
PENGAWASAN 3,27 2,73 2,27 1,92 1,65 1,43 1,26
2. KONSTRUKSI 3,60 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 2,73 2,27 1,92 1,65 1,43 1,26 1,18
4,20 2,85 1,90 1,20 0,80 0,50 0,28
PENGELOLAAN KEGIATAN
3. (dalam %)
3,00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
2,85 1,90 1,20 0,80 0,50 0,28 0,18

IV.20
11. Biaya Pelayanan Kesehatan bagi Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan
DPRD dan Anggota DPRD
a. penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNS
dibebankan pada APBD dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Bupati/Wakil Bupati,
Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS,
tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD;
c. pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS
hanya diberikan kepada Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota
DPRD;
d. pengembangan pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa
pelayanan medical check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun, termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua anak) dalam
rangka pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk
program dan kegiatan pada SKPD/OPD yang secara fungsional
terkait dan dilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerah
setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.

IV.21
BAB V
BENTUK-BENTUK DOKUMEN

A. FORMAT PENGAJUAN SPP-LS


1. Contoh Surat Permohonan PPTK Untuk Belanja Barang dan Jasa

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMENEP
Kode Pos...................

SURAT PERMOHONAN PPTK

Saudara Bendahara Pengeluaran, berdasarkan disposisi dari


Pengguna Anggaran mohon untuk dibuatkan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) untuk :
Program : .................................................................................
Kegiatan : .................................................................................
Kode Rekening : x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx Rp. xxx.xxx.xxx,-
Jumlah Rp. xxx.xxx.xxx,-(.......Rupiah )

Untuk pembayaran ..............................Tahun Anggaran....................

Mengingat telah dilaksanakannya kegiatan diatas, bersama ini kami


Lampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Bukti Pembayaran (SPJ) sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
keadaan lengkap dan benar.
2. Dokumen SPJ dilengkapi dengan dokumen pendukung lainnya (bukti
setor pajak dll).
3. Apabila dikemudian hari dokumen tersebut tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku saya bertanggungjawab atas kelengkapan
dokumen tersebut.

Demikian atas kerjasamanya saya sampaikan terima kasih.

Sumenep, .......................................
PA/KPA/PPKo Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Selaku
Pajabat Penandatangan Kontrak

(__________________________) (__________________________)
NIP. ...................................... NIP. ......................................

ACC
PA/KPA

V.1.
2. Contoh Surat Permohonan PPTK Untuk Gaji, TPP dan
Honorarium (Non Pengadaan Barang dan Jasa)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMENEP
SUMEK AR
Kode Pos...................

SURAT PERMOHONAN PPTK

Saudara Bendahara Pengeluaran, berdasarkan disposisi dari


Pengguna Anggaran mohon untuk dibuatkan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) untuk :
Program : .................................................................................
Kegiatan : .................................................................................
Kode Rekening : x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx Rp. xxx.xxx.xxx,-
Jumlah Rp. xxx.xxx.xxx,-(.......Rupiah )

Untuk pembayaran ...................................Tahun Anggaran ....................

Mengingat telah dilaksanakannya kegiatan diatas, bersama ini kami


Lampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
4. Bukti Pembayaran (SPJ) sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
keadaan lengkap dan benar.
5. Dokumen SPJ dilengkapi dengan dokumen pendukung lainnya (bukti
setor pajak dll).
6. Apabila dikemudian hari dokumen tersebut tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku saya bertanggungjawab atas kelengkapan
dokumen tersebut.

Demikian atas kerjasamanya saya sampaikan terima kasih.

Sumenep, .......................................
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
ACC
PA/KPA

__________________________
NIP. ......................................

V.2.
3. Nota Pencairan Dana (NPD)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


NOTA PENCAIRAN DANA (NPD)
Nomor : /LS/20.....

BENDAHARA PENGELUARAN
SKPD : .....................................
Supaya mencairkan dana kepada :
1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan : .....................................
2. Program : .....................................
3. Kegiatan : .....................................
4. Nomor DPA/DPAL/DPPA-SKPD : .....................................
5. Tahun Anggaran : .....................................
6. Jumlah Dana Yang Diminta : Rp. ............................,-
(.....................................)
Pembebanan pada kode rekening :
Akumulasi
Pencairan
No. Anggaran Pencairan Sisa
Kode Rekening Uraian Saat ini
Urut (Rp.) Sebelumnya (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
2. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
3. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
4. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx

JUMLAH xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx


Potongan-potongan :
PPN Rp. xxx.xxx.xxx
PPh Rp. xxx.xxx.xxx
Jumlah yang diminta : xxx.xxx.xxx
Potongan : xxx.xxx.xxx
Jumlah yg dibayarkan : xxx.xxx.xxx
(.............................)
Sumenep, .......................................
PA/ KPA Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(__________________________) (__________________________)
NIP. ...................................... NIP. ......................................

V.3.
B. FORMAT PENGAJUAN SPP-UP/GU (TUNAI)
1. Contoh Surat Permintaan Dana PPTK Untuk Pengadaan Barang
dan Jasa

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMENEP
SUMEK AR
Kode Pos...................

SURAT PERMINTAAN DANA

Mengingat telah dilaksanakannya kegiatan ...................... pada


Bagian/Bidang ................................, maka kami mengajukan
permintaan dana kepada bendahara pengeluaran sebesar Rp.
xxx.xxx.xxx,- (.............................................................rupiah) dengan
rincian sebagai berikut :

Kode Rekening : x.xx.xx.xx.xx.5.2.x. Belanja Barang dan Jasa


Rp.xxx.xxx.xxx,-
Jumlah Rp. xxx.xxx.xxx,-

Demikian atas kerjasamanya saya sampaikan terima kasih.

Sumenep, .......................................
PA/KPA/PPKo Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Selaku
Pajabat Penandatangan Kontrak

(__________________________) (__________________________)
NIP. ...................................... NIP. ......................................

ACC
PA/KPA

V.4.
2. Contoh Surat Permintaan Dana PPTK Untuk Perjalanan Dinas
(Non Pengadaan Barang dan Jasa)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMENEP
SUMEK AR
Kode Pos...................

SURAT PERMINTAAN DANA

Mengingat telah dilaksanakannya kegiatan ............................ pada


Bagian/Bidang ..................................., maka kami mengajukan
permintaan dana kepada bendahara pengeluaran sebesar Rp.
xxx.xxx.xxx,- (.............................................................rupiah) dengan
rincian sebagai berikut :

Kode Rekening : x.xx.xx.xx.xx.5.2.x. Belanja Barang dan Jasa


Rp.xxx.xxx.xxx,-
Jumlah Rp. xxx.xxx.xxx,-

Demikian atas kerjasamanya saya sampaikan terima kasih.

Sumenep, .......................................
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

ACC
PA/KPA

__________________________
NIP. ......................................

V.5.
3. Nota Pencairan Dana (NPD)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


NOTA PENCAIRAN DANA (NPD)
Nomor : /GU/20.....

BENDAHARA PENGELUARAN
SKPD : .....................................
Supaya mencairkan dana kepada :
1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan : .....................................
2. Program : .....................................
3. Kegiatan : .....................................
4. Nomor DPA/DPAL/DPPA-SKPD : .....................................
5. Tahun Anggaran : .....................................
6. Jumlah Dana Yang Diminta : Rp. ............................,-
(.....................................)
Pembebanan pada kode rekening :
Akumulasi
Pencairan
No. Anggaran Pencairan Sisa
Kode Rekening Uraian Saat ini
Urut (Rp.) Sebelumnya (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
2. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
3. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
4. x.xx.xx.xx.xx.5.2.x.xx.xx ...................... xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx

JUMLAH xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx


Potongan-potongan :
PPN Rp. xxx.xxx.xxx
PPh Rp. xxx.xxx.xxx
Jumlah yang diminta : xxx.xxx.xxx
Potongan : xxx.xxx.xxx
Jumlah yg dibayarkan : xxx.xxx.xxx
(...........................)
Sumenep, .......................................
PA/ KPA Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(__________________________) (__________________________)
NIP. ...................................... NIP. ......................................

V.6.
C. CONTOH DAFTAR RINCIAN PENGELUARAN

DAFTAR RINCIAN PENGELUARAN


Kegiatan : ....................................................
Kode Rekening : ....................................................
Rincian Obyek : ....................................................
Bulan : Maret 20.....

PPH Nama Nama Bank &


Tgl.
JUMLAH NPWP Rekanan/ Rekanan/ Rekening Bank
NO TANGGAL URAIAN Penyetoran PPN
PENGELUARAN
Pajak PPH 21 PPH 22 PPH 23 Pelaksana /Bendahara Pelaksana/ Rekanan/
Bendahara Pelaksana

Bank Jatim
1 28 Maret 20..... Biaya ATK, Kertas dll 1.200.000 - - - - - Toko ..........
(018........)
2

JUMLAH TOTAL 1.200.000

Sumenep, Maret 20.....

Mengetahui Yang Mengkompuler


PPTK Bidang/Bagian
PA/KPA ..................................

.................................... ................................
NIP................................ NIP.............................

V.7.
A. KUITANSI PEMBAYARAN TUNAI

Kwitansi No. _________

Sudah terima dari : Bendahara Pengeluaran SKPD .............................

Jumlah Uang : Seratus Ribu Rupiah

Untuk Pembayaran : Belanja Alat Tulis Kantor, Kegiatan ................


(Nota terlampir)

Jumlah : Rp. 100.000,-

Sumenep, Maret 20.....


Lunas dibayar, Yang Menerima,
BENDAHARA PENGELUARAN

(Nama Terang) .............................


NIP. .........................

V.8.
B. BERITA ACARA PENERIMAAN BARANG OLEH PENGURUS BARANG
PENGGUNA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. ..................... Fax. ......
SUMENEP
MM
UU
SS EE
KKAA
RR

Kode Pos...................

BERITA ACARA PENERIMAAN BARANG


Nomor : 027/ /435.xxx/20.....

Pada hari ini, .................. tanggal................. .bulan..................


tahun.................., kami yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ............................................
NIP. : ............................................
Jabatan : Pengurus Barang Pengguna........................(SKPD)

Telah Menerima Barang untuk keperluan kegiatan ......................


(kode rekening x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.xx.xx) berupa :
No. Nama Barang Volume Satuan Harga Satuan Total Harga

Jumlah Rp. ...............


terbilang : ...............................

Demikian untuk menjadi maklum.

Sumenep, ................ 20.....


Yang menyerahkan, Yang menerima,
Kabid/Kasubag...... Pengurus Barang Pengguna
Selaku PPTK

(Nama Terang) (Nama Terang)


NIP .................................... NIP ....................................

Mengetahui:
PA/ KPA

(Nama Terang)
NIP ....................................

V.9.
C. BERITA ACARA PENERIMAAN BARANG DARI PENGURUS BARANG
PENGGUNA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. ......
SUMENEP
SUMEK A R

Kode Pos...................

BERITA ACARA PENYERAHAN/ PENERIMAAN BARANG


Nomor : 027/ /435.xxx/20.....

Telah terima barang dari Pengurus Barang Pengguna .................


untuk keperluan kegiatan .............................. (kode rekening
x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.xx.xx).

Adapun barang yang diterima antara lain :


No. Nama Barang Volume Satuan Harga Satuan Total Harga

Jumlah Rp. ..............


terbilang : ...............................

Demikian Berita Acara Penyerahan/Penerimaan Barang ini dibuat


dan ditandatangani untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sumenep, ..................20.....
Yang menyerahkan, Yang menerima,
Pengurus Barang Pengguna PPTK Bidang......

(Nama Terang) (Nama Terang)


NIP .................................... NIP ....................................

Mengetahui/Menyetujui :
Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang..........(SKPD)

(Nama Terang)
NIP ....................................

V.10.
D. NOTA PERMINTAAN BARANG DARI PPTK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. ..................... Fax. ......
SUMENEP
SUMEK A R

Kode Pos...................

NOTA PERMINTAAN BARANG


Nomor : 028/ /435.201.7/2017
Tanggal : ..................... 201..
Bidang : ..............................
Perihal : Permintaan Barang

Dalam rangka pelaksanaan Kegiatan


Penghapusan Barang Inventaris dan Pakai Habis serta
Penanganan Masalah Secara Khusus kami sampaikan
permintaan barang sebagai berikut :
Harga Satuan Total Harga
No. Nama Barang Jumlah
(Rp.) (Rp.)

Jumlah Rp. ..............

Demikian untuk menjadi maklum..

PPTK Bidang......

(Nama Terang)
NIP ....................................

V.11.
E. SURAT PERMINTAAN BARANG DARI PENGURUS BARANG PENGGUNA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. ..................... Fax. ......
SUMENEP
SUMEK A R

Kode Pos...................

SURAT PERMINTAAN BARANG

Berdasarkan Nota Permintaan Barang Nomor : Tanggal :


untuk pelaksanaan Kegiatan ......................... kami sampaikan permintaan
barang sebagai berikut :

Harga Satuan Total Harga


No. Nama Barang Jumlah
(Rp.) (Rp.)

Jumlah Rp. ..............

Demikian untuk menjadi maklum.

Sumenep,.................20..
Pengurus Barang Pengguna

(Nama Terang)
NIP ....................................

V.12.
F. FORMAT SPJ PERJALANAN DINAS
1. Surat Perintah Tugas

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. ..................... Fax. ......
SUMEK A R
SUMENEP
Kode Pos...................

SURAT PERINTAH TUGAS


Nomor : 094/ //435..../III/20.....

Dasar : 1. (contoh : undangan rapat kerja ......)

2. (contoh : disposisi Kepala SKPD................................)

MEMERINTAHKAN

Kepada : 1. Nama : ...............................................


NIP. : ...............................................
Pangkat/ Golongan : ...............................................
Jabatan : ...............................................
2. Nama : ...............................................
NIP. : ...............................................
Pangkat/ Golongan : ...............................................
Jabatan : ...............................................
3. Nama : ...............................................
NIP. : ...............................................
Pangkat/ Golongan : ...............................................
Jabatan : ...............................................

Untuk melakukan perjalanan dinas ke .......... tanggal 3 Maret 20.....


pada acara ............ di ........................
Demikian surat tugas ini dibuat untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.

Dikeluarkan di : Sumenep
pada tanggal : 2 Maret 20.....
(Kepala Daerah/SKPD/Unit
Kerja/Pimpinan)

..................................
Pangkat/ Golongan
NIP. .............................

V.13.
2. Surat Perjalanan Dinas (SPD)-Halaman Depan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. ..................... Fax. ......
SUMENEP
SUMEK AR
Kode Pos...................

Nomor : 094/ / /435..../III/20...


Lembar ke : 1

SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)

1. Pejabat berwenang yang Pengguna Anggaran/Kuasa


mengeluarkan SPD Pengguna Anggaran .........
2. Pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas :
NAMA : ..............................................
NIP. : ..............................................

3. Jabatan, Pangkat, dan Golongan dari Pegawai yang diperintah :


a. Pangkat/ Golongan : ..............................................
b. Jabatan/ Instansi : ..............................................

4. Maksud Perjalanan Dinas ..............................................

5. Alat Angkutan ..............................................


6. a. Tempat berangkat a. ..............................................
b. Tempat tujuan b. ..............................................
c. ..............................................
7. a. Lamanya perjalanan dinas a. ....... hari
b. Tanggal berangkat b. ..............................................
c. Tanggal kembali c. ..............................................
8. Pengikut : Nama Pangkat/Golongan Jabatan / Instansi
1.
2.
3.
4.
5.
9. Pembebanan Anggaran
a. SKPD a. ..............................................
b. Kode rekening b. ..............................................
10. Keterangan lain-lain

Sumenep, ..... Maret 20.....


PA/ KPA

..........................................
Pangkat/ Golongan
NIP. ....................................

V.14.
3. Surat Perjalanan Dinas (SPD)-Halaman Belakang

I. Berangkat dari : ..........................


Ke : ..........................
Pada Tanggal : ..........................

PA/KPA

...............................................
NIP. ...........................................
II. Tiba di : .......................... Berangkat dari : ..........................
Pada : .......................... Ke : ..........................
Tanggal Pada Tanggal : ..........................

Kepala Kepala

............................................... ...............................................
NIP. ........................................... NIP. ...........................................
III. Tiba di : .......................... Berangkat dari : ..........................
Pada : .......................... Ke : ..........................
Tanggal Pada Tanggal : ..........................

Kepala Kepala

............................................... ...............................................
NIP. ........................................... NIP. ...........................................
IV. Tiba di : .......................... Berangkat dari : ..........................
Pada : .......................... Ke : ..........................
Tanggal Pada Tanggal : ..........................

Kepala Kepala

............................................... ...............................................
NIP. ........................................... NIP. ...........................................
V. Tiba di : .......................... Telah diperiksa dengan keterangan
Pada : .......................... bahwa perjalanan tersebut atas
Tanggal perintahnya dan semata-mata
untuk kepentingan jabatan dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.

PA/KPA PA/KPA

............................................... ...............................................
NIP. ........................................... NIP. ...........................................
VI. Catatan Lain-lain
VII. PERHATIAN :
Pengguna Anggaran yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan
perjalanan dinas, parapejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba,
serta bendahara pengeluaran bertanggungjawab berdasarkan peraturan-
peraturan Keuangan Negara apabila negara menderita rugi akibat kesalahan,
kelalaian dan kealpaannya.

V.15.
4. Rincian Biaya Perjalanan Dinas
a. Rincian Rencana Biaya Perjalanan Dinas (apabila diberikan
biaya perjalanan sebelum pelaksanaan)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMEK AR
SUMENEP
Kode Pos...................

RINCIAN RENCANA BIAYA PERJALANAN DINAS

Lampiran SPD Nomor :


Tanggal :

Nama Bank & Nomor


No. Perincian Biaya Jumlah Keterangan
Rekening Bank
1. Uang Harian
2. Biaya BBM Sumenep-Malang PP
3. Tiket Transportasi Traveloka
4. Tiket penginapan Traveloka (hotel)
dst.
Jumlah Rp.
Terbilang

Sumenep, 02 Maret 20.....


Telah dibayar sejumlah Telah menerima jumlah uang sebesar
Rp. …………...…………………….... Rp. …………...……………………....

BENDAHARA, Yang Menerima,

(...........................................) (...........................................)
NIP. ...................................... NIP. .....................................

V.16.
b. Rincian Biaya Perjalanan Dinas (Realisasi)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


SKPD : ..................................................................
Jalan. ..................... Telp. .....................Fax. .....................
SUMEK A R
SUMENEP
Kode Pos...................

RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS (REALISASI)

Lampiran SPD Nomor :


Tanggal :
Nama Bank & Nomor
No. Perincian Biaya Jumlah Keterangan
Rekening Bank
1. Uang Harian
2. Biaya BBM Sumenep-Malang PP
3. Tiket Transportasi Traveloka
4. Tiket penginapan Traveloka (hotel)
dst.
Jumlah Rp.
Terbilang

Sumenep, 05 Maret 20.....


Telah dibayar/menerima* sejumlah Telah menerima/membayar* jumlah uang
Rp. …………...…………………….... sebesar
Rp. …………...……………………....

BENDAHARA, Yang Menerima,

(...........................................) (...........................................)
NIP. .................................... NIP. ....................................

PERHITUNGAN BIAYA PERJALANAN DINAS RAMPUNG

Ditetapkan sejumlah : Rp. …………...……………………....


Yang telah dibayar semula : Rp. …………...……………………....
Sisa kurang/lebih : Rp. …………...……………………....

Mengetahui,
PA/ KPA,

(...........................................)
NIP. ...............................

*Coret yang tidak perlu

V.17.
5. Laporan Perjalanan Dinas

LAPORAN PERJALANAN DINAS

1. Dasar : SPT Nomor : 094/ /435..../III/20....


Tanggal ...............................................

2. Maksud dan Tujuan : ............................................................

3. Waktu Pelaksanaan : Tanggal ...............................................

4. Nama Petugas : ............................................................


NIP. ............................................................

5. Daerah tujuan/Instansi : ............................................................


yang dikunjungi

6. Hadir dalam Pertemuan : ............................................................

7. Petunjuk/Arahan : ............................................................

8. Masalah/Temuan : ............................................................

9. Saran Tindakan : ............................................................

10. Lain-lain : ............................................................

Sumenep, ..................................

Staf Kepala/Staf

(Nama Petugas) (Nama Petugas)

V.18.
G. CONTOH BENTUK KONTRAK/SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
1. Contoh Kontrak (SPK)

[kop surat satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen]

SATUAN KERJA : ____________________________


SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : _______________

Nama Pejabat Penandatangan


_______________
Kontrak:
Nama Penyedia: _______________

NOMOR DAN TANGGAL SURAT UNDANGAN


PENGADAAN LANGSUNG:
______________________________________________
PAKET PENGADAAN : ________
NOMOR DAN TANGGAL BERITA ACARA HASIL
PENGADAAN LANGSUNG :
______________________________________________
SUMBER DANA: [sebagai contoh, cantumkan ”dibebankan atas DIPA/DPA
__________ Tahun Anggaran ____ untuk mata anggaran kegiatan __________

Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebesar


Rp__________ (_______________________ rupiah).
Jenis Kontrak _______________________
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN:_______________ (__________) hari
kalender/bulan/tahun
Untuk dan atas nama __________ Untuk dan atas nama Penyedia
PA/KPA/PPKo (selaku pejabat __________
penandatangan kontrak)
[tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini
[tanda tangan dan cap (jika salinan untuk proyek/satuan kerja Pejabat Pembuat
asli ini untuk Penyedia maka Komitmen maka rekatkan materai Rp 6.000,- )]
rekatkan materai Rp 6.000,- )]
[nama lengkap]
[jabatan]
[nama lengkap]
[jabatan]

SYARAT UMUM
SURAT PERINTAH KERJA

1. LINGKUP PEKERJAAN
Penyedia yang ditunjuk berkewajiban ............................... (dst)

2. (Dst) ....................................

V.19.
2. Contoh Cover SPK

V.20.
3. Contoh Ringkasan Kontrak

V.21.
4. Contoh Nota Dinas PPKo ke Pejabat Pengadaan Untuk Usulan
Kebutuhan Barang untuk paket s/d 50 juta

Kop Surat Satuan Kerja PPKo

NOTA DINAS

Kepada : Sdr. Pejabat Pengadaan Dinas/Badan/Bagian ..................


Dari : Pejabat Pembuat Komitmen Dinas/Badan/Bagian..............
Tanggal : Januari 20...
Nomor : 027 / / 435....... / 20...
Sifat : Penting
Lampiran : -
Perihal : Usulan Kebutuhan Barang/Jasa lainnya

Sehubungan dengan telah masuknya waktu pelaksanaan


pengadaan Barang/Jasa lainnya sesuai dengan Anggaran Kas/RUP :
Kegiatan :
Sub Kegiatan :
Pekerjaan :
Kode Rekening :
Kode RUP :
Bersama ini kami mengajukan usulan untuk melaksanakan
pengadaan barang/jasa lainnya sebagai berikut :

No. Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

Demikian untuk menjadi maklum. Atas perhatian dan


kerjasamanya disampaikan terima kasih.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Nama ..........................................
Pangkat/Gol
NIP. .............................................

V.22.
5. Contoh Nota Pemesanan Pejabat Pengadaan untuk paket s/d 50
juta

Kop Surat Satuan Kerja PPKo

NOTA PEMESANAN BARANG/JASA LAINNYA

Kepada : ....................(penyedia)
Perihal : Pemesanan Barang/jasa ------------------------

Pada hari ini tanggal ...... bulan ..... tahun ......, dalam
rangka pelaksanaan Kegiatan [Nama Kegiatan] kami
sampaikan pemesanan barang sebagai berikut :
No Nama Barang Jumlah
1. .............. .....

2. .............. .....

Penyerahan pemesanan barang paling lambat 7 (tujuh)


hari sejak nota pemesanan barang ini disampaikan dan
pembayaran dilakukan setelah serah terima barang dengan
Pejabat Pembuat Komitmen.

Demikian untuk menjadi maklum.

PEJABAT PENGADAAN

(Nama Terang)
NIP. ...................................

V.23.
H. CONTOH KERANGKA ACUAN KERJA
a. Pengadaan Barang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PEKERJAAN : (Pengadaan barang) ……………………………….......

1. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG :


Nama organisasi yang menyelenggarakan /melaksanakan
pengadaan barang :
Satker/SKPD : ………………………………..
PA/KPA : ………………………………..
PPKo : ………………………………..

2. LATAR BELAKANG :
…………………………………………………………………………………
………………..……………………………………………………………….
…….. ……………………………………………………………………......
(Berisi gambaran umum singkat tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, lokasi pekerjaan, permasalahan terkait dengan
kebutuhan barang yang akan diadakan).

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Maksud pekerjaan/ pengadaan barang
........……………………………………………………………
b. Tujuan
Tujuan pekerjaan/pengadaan barang
........……………………………………………………………

4. TARGET/SASARAN
Target/ sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan barang
adalah ………………………………...............................................
……………………………………………...........................................
……………………………………………….......................................

5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA


a. sumber dana yang diperlukan untuk membiayaipengadaan
barang …….…………………………………………...;
b. total perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan
barang Rp. …………………..........,….(……………………..).

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN Jangka waktu


pelaksanaan pekerjaan/pengadaan barang (kapan barang yang
dimaksud harus sudah ada dilokasi /diserahterimakan) :
……..………hari/bulan, terhitung sejak ………………………......

V.24.
7. PERSYARATAN PENYEDIA JASA
Syarat perusahaan antara lain :
a. memiliki Surat Izin ........... kualifikasi .....................
klasifikasi ...................;
b. telah melunasi pajak tahun terkhir;
c. memiliki ..................................................... (sesuai
kebutuhan).

8. TENAGA AHLI/TERAMPIL
Tenaga ahli/terampil yang diperlukan untuk
pemasangan/penggunaan/pengoperasian barang yang
diadakan ……… (apabila diperlukan).

9. PERALATAN/MATERIAL
Peralatan/material yang diperlukan untuk pekerjaan
..................... (apabila diperlukan).

10. SPESIFIKASI TEKNIS


Spesifikasi barang yang akan diadakan, meliputi :
a. macam/jenis barang yang akan diadakan;
b. fungsi/kegunaan barang;
c. bahan/material yang digunakan;
d. ukuran/volume/kapasitas barang.

Persyaratan lainnya, meliputi:


a. cara pengangkutan, penimbunan/penyimpanan; (apabila
diperlukan) ;
b. cara pemasangan/pengoperasian/penggunaan (apabila
diperlukan) .

11. PELATIHAN (apabila diperlukan)


a. macam pelatihan (tentang cara mengoperasikan/
menggunakan/ memelihara/ memperbaiki,,………dsb;
b. sasaran pelatihan (calon operator/mekanik,……dsb);
c. maksud dan tujuan diadakannya
pelatihan…………………….;
d. waktu/ lamanya pelatihan……………… (hari/bulan, …..);
e. fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
pelatihan ………………

……………, …………… 20….


PPKo
………………………………………
……………………………………..

…………………………………………
NIP. ...........................................

V.25.
b. Pekerjaan Konstruksi

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PEKERJAAN : (Pekerjaan Konstruksi) ..........………………………...

1. NAMA ORGANISASI PENGADAAN KONSTRUKSI :


Nama organisasi yang menyelenggarakan /melaksanakan
pekerjaan konstruksi :
Satker/SKPD : ………………………………..
PA/KPA : ………………………………..
PPKo : ………………………………..

2. LATAR BELAKANG :
…………………………………………………………………………………
………………..…………………………………………………………………
….. ……………………………………………………………………...
(Berisi gambaran umum singkat tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, lokasi pekerjaan, permasalahan terkait dengan
kebutuhan pekerjaan konstruksi)

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Maksud pekerjaan
konstruksi........………………………………………………………..
b. Tujuan
Tujuan pekerjaan
konstruksi........………………………………………………………..

4. TARGET/SASARAN
Target/ sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan konstruksi
adalah ……………………………….………………………………….......
……………………………………………….........................................

5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA


a. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan
konstruksi …….……………………………………………………..;
b. total perkiraan biaya yang diperlukan untuk pekerjaan
konstruksi Rp. ……………………….,….(……………………..).

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi: …….…
hari/bulan, terhitung sejak ……………… (termasuk waktu yang
diperlukan untuk pemeliharaan pekerjaan konstruksi).

7. RUANG LINGKUP,LOKASI PEKERJAAN,FASILITAS PENUNJANG


a. ruang lingkup/batasan lingkup pengadaan pekerjaan
konstruksi ………………..;
b. lokasi pengadaan pekerjaan konstruksi/pekerjaan
konstruksi yang akan dilaksanakan …………………..;

V.26.
c. fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/PPK
…………………………………… (apabila diperlukan).

8. PERSYARATAN PENYEDIA JASA


Syarat perusahaan antara lain :
a. memiliki Surat Izin Usaha Jasa/Pekerjaan Konstruksi
kualifikasi .....................;
b. telah melunasi pajak tahun terakhir;
c. memiliki .............................................. (sesuai kebutuhan).

9. TENAGA AHLI/TERAMPIL
Tenaga ahli/terampil yang diperlukan untuk
pemasangan/penggunaan/pengoperasian barang yang diadakan
…...........…… (apabila diperlukan)

10. PERALATAN/MATERIAL
Peralatan/material yang diperlukan untuk pekerjaan
..................... (apabila diperlukan).

11. SPESIFIKASI TEKNIS


Spesifikasi barang yang akan diadakan, meliputi :
a. macam/jenis barang yang akan diadakan;
b. fungsi/kegunaan barang;
c. bahan/material yang digunakan;
d. ukuran/volume/kapasitas barang.
Persyaratan lainnya, meliputi:
a. cara pengangkutan, penimbunan/penyimpanan; (apabila
diperlukan) ;
b. cara pemasangan/pengoperasian/penggunaan (apabila
diperlukan) .

12. PELATIHAN (apabila diperlukan)


a. macam pelatihan (tentang cara mengoperasikan/
menggunakan/ memelihara/memperbaiki,,………dsb;
b. sasaran pelatihan (calon operator/mekanik,……dsb);
c. maksud dan tujuan diadakannya pelatihan…………………….;
d. waktu/lamanya pelatihan……………… (hari/bulan, …..);
e. fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
pelatihan………………………..

……………, …………… 20….


PPKo
………………………………………
……………………………………..

………………………………………
NIP. ........................................

V.27.
c. Pengadaan Jasa Lainnya

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PEKERJAAN : (Pengadaan Jasa Lainnya)…………………………........
1. NAMA ORGANISASI PENGADAAN JASA LAINNYA :
Nama organisasi yang menyelenggarakan /melaksanakan
pengadaan jasa lainnya :
Satker/SKPD : ………………………………..
PA/KPA : ………………………………..
PPK : ………………………………..

2. LATAR BELAKANG :
……………………………………………………………………………………
(Berisi gambaran umum singkat tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, lokasi pekerjaan, permasalahan terkait dengan
kebutuhan pengadaan jasa lainnya).

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Maksud pengadaan jasa lainnya ........… ……………
b. Tujuan
Tujuan pengadaan jasa lainnya. ........… …………….

4. TARGET/SASARAN
Target/ sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan jasa lainnya
adalah ………………… ……………………….. ………………….........

5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA


a. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan
jasa lainnya …….……………………………………………………....
b. total perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan jasa
lainnya Rp. ……………………….,….(……………………..).

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pengadaan jasa lainnya:
……………hari/bulan, terhitung sejak …………… (termasuk waktu
yang diperlukan untuk pemeliharaan pengadaan jasa lainnya,
apabila ada).

7. RUANG LINGKUP, LOKASI PEKERJAAN, FASILITAS PENUNJANG


a. ruang lingkup/batasan lingkup pengadaan pekerjaan
konstruksi …………………………………..……………….........;
b. lokasi pengadaan pengadaan jasa lainnya yang akan
dilaksanakan…………...............;
c. fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/PPK
…………. (apabila diperlukan).

8. PERSYARATAN PENYEDIA JASA


Syarat perusahaan antara lain :
a. memiliki Surat Izin Usaha Jasa/Pengadaan jasa lainnya
kualifikasi .....................;

V.28.
b. telah melunasi pajak tahun terakhir;
c. memiliki .......................... (sesuai kebutuhan).

9. TENAGA AHLI/TERAMPIL
Tenaga ahli/terampil yang diperlukan meliputi :
a. tingkat pendidikan minimal tenaga terampil yang dibutuhkan;
b. pengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis/sesuai
bidang yang dibutuhkan;
c. jumlah tenaga terampil yang dibutuhkan;
d. waktu penugasan sesuai ketentuan;
e. dan lain-lain.

10. PERALATAN/MATERIAL
Peralatan/material yang diperlukan untuk pekerjaan ................
(apabila diperlukan).

11. SPESIFIKASI TEKNIS


Spesifikasi yang diperlukan, meliputi:
a. spesifikasi teknis untuk bahan/material dan peralatan yang
diperlukan, harus memenuhi standar yang ditetapkan;
b. hasil yang dapat diproduksi/diselesaikan harus memenuhi
standar/kualitas sesuai yang ditetapkan;
c. dan lain-lain.

12. METODA KERJA


Metoda kerja yang harus dilakukan oleh Penyedia Jasa Lainnya
dalam melaksanakan pekerjaan, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, antara lain meliputi:
a. kemajuan/hasil pekerjaan yang harus dapat diselesaikan
dalam sehari dengan menggunakan tenaga terampil yang
tersedia;
b. persyaratan dalam menggunakan bahan/material, peralatan
yang diperlukan terkait dengan target yang ditetapkan;
c. dan lain-lain.

13. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Laporan yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa Lainnya,
meliputi :
a. laporan harian;
b. laporan mingguan;
c. laporan bulanan.
Isi laporan menyangkut tentang kemajuan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, penggunaan bahan/material serta peralatan yang
digunakan dan kendala dan pemecahan masalah yang
dilakukan.

……………, …………… 20….


PPKo
……………………………………..

…………………………………………
NIP. ...........................................

V.29.
d. Pengadaan Jasa Konsultansi

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PEKERJAAN : (Pengadaan Jasa Konsultansi) ……………………………
1. NAMA ORGANISASI PENGADAAN JASA KONSULTANSI :
Nama organisasi yang menyelenggarakan /melaksanakan
pengadaan jasa konsultansi :
Satker/SKPD : ………………………………..
PA/KPA : ………………………………..
PPK : ………………………………..

2. LATAR BELAKANG :
……………………………………………………………………………………
……………..…………………………………………………………………….
……………………………………………………………………...................
(Berisi gambaran umum singkat tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, lokasi pekerjaan, permasalahan terkait dengan
kebutuhan pengadaan jasa konsultansi)

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Maksud pengadaan jasa
konsultansi........………………………………………………………..
b. Tujuan
Tujuan pengadaan jasa
konsultansi........………………………………………………………..

4. TARGET/SASARAN
Target/ sasaran yang ingin dicapai dalam pengadaan jasa
konsultansi adalah ……………………………….………………………..
………………………………………………...........................................

5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA


a. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan
jasa konsultansi …….………………………………………....;
b. total perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan jasa
konsultansi Rp. ……………………….,….(……………………..).

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi:
……..……… hari/bulan, terhitung sejak ………………… (dapat
berupa laporan hasil studi, hasil penyusunan desain atau
laporan pengawasan konstruksi, dsb).

V.30.
7. RUANG LINGKUP, LOKASI PEKERJAAN, FASILITAS PENUNJANG
a. ruang lingkup/batasan lingkup pengadaan pekerjaan
konstruksi ………………..……….;
b. lokasi pengadaan pengadaan jasa konsultansi yang akan
dilaksanakan……………………;
c. fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/PPK
…………. (apabila diperlukan).

8. PERSYARATAN PENYEDIA JASA


Syarat perusahaan antara lain :
a. memiliki Surat Izin Usaha Jasa/Pengadaan jasa konsultansi
kualifikasi ..................... ;
b. telah melunasi pajak tahun terakhir;
c. memiliki .......................... (sesuai kebutuhan).

9. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN


Tenaga ahli yang diperlukan meliputi :
a. tingkat pendidikan minimal tenaga terampil yang dibutuhkan;
b. pengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis/sesuai
bidang yang dibutuhkan;
c. jumlah tenaga terampil yang dibutuhkan;
d. waktu penugasan sesuai ketentuan;
e. dan lain-lain.

10. PERALATAN/MATERIAL
Peralatan/material yang diperlukan untuk pekerjaan ...............
(apabila diperlukan).

11. PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Pendekatan/penghampiran masalah terkait dengan kebutuhan
jasa konsultansi dan metodologi untuk menyelesaikan masalah
terkait dengan pekerjaan Jasa Konsultansi ……………….....

12. SPESIFIKASI TEKNIS


Spesifikasi yang diperlukan, meliputi:
a. spesifikasi teknis untuk bahan/material dan peralatan yang
diperlukan, harus memenuhi standar yang ditetapkan;
b. hasil yang dapat diproduksi/diselesaikan harus memenuhi
standar/kualitas sesuai yang ditetapkan;
c. dan lain-lain.

13. PRODUK YANG DIHASILKAN


Hasil/produk yang akan dihasilkan dari pengadaan jasa
konsultansi ……………………

14. METODA KERJA


Metoda kerja yang harus dilakukan oleh Penyedia Jasa
konsultansi dalam melaksanakan pekerjaan, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, antara lain meliputi:
a. kemajuan/hasil pekerjaan yang harus dapat diselesaikan
dalam sehari dengan menggunakan tenaga terampil yang
tersedia;
b. persyaratan dalam menggunakan bahan/material, peralatan
yang diperlukan terkait dengan target yang ditetapkan;
c. dan lain-lain.

V.31.
15. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Laporan yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa konsultansi,
meliputi :
a. laporan pendahuluan;
b. laporan pertengahan;
c. laporan akhir;
d. laporan bulanan.

……………, …………… 20….


PPKo
………………………………………
……………………………………..

…………………………………………
NIP. ...........................................

BUPATI SUMENEP

Dr. KH. A. BUSYRO KARIM, M.Si

V.32.

Anda mungkin juga menyukai