Anda di halaman 1dari 17

SURAT PENGANTAR

Nomor:

Kepada YTH

Bapak Direktur RS NU Jombang

di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

No Jenis Surat Banyaknya Keterangan


1 Laporan dan analisa audit clinical 1 bendel Mohon diberikan
pathway semester I 2019 UTL
2 Audit clinical pathway semester I 2019 1 bendel Untuk diketahui

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, 17 Juli 2019

Ketua Tim Clinical Pathway

dr. Nanda Permatasari


SURAT PENGANTAR

Nomor:

Kepada YTH

Bapak Direktur RS NU Jombang

di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

No Jenis Surat Banyaknya Keterangan


1 Laporan dan analisa audit clinical 1 bendel Mohon diberikan
pathway semester II 2020 UTL
2 Audit clinical pathway semester II 2020 1 bendel Untuk diketahui

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, 20 Januari 2020

Ketua Tim Clinical Pathway

dr. Nanda Permatasari


LAPORAN

AUDIT CLINICAL PATHWAY

SEMESTER 2 TAHUN 2018

RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR SIDOARJO

2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga dapat menyusun laporan audit clinical pathway. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, karena dengan bimbingan beliaulah kita
dapat melaksanakan misi Islam melalui pelayanan kesehatan.

Wassaalamu'alaikum wr.wb.

Jombang, 17 Juli 2019

KetuaTim Clinical Pathway


LAPORAN

AUDIT CLINICAL PATHWAY

I. PENDAHULUAN

Clinical pathway adalah dokumen perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang


merangkum setiap langkah yang dilakukan pada pasien mulai masuk rumah sakit sampai keluar
rumah sakit berdasar standar pelayanan medis, standar asuhan keperawatan, dan standar
pelayanan kesehatan lainnya yang berbasis bukti yang dapat diukur. Tujuan dari pada clinical
pathway menurut Chang et al., 2000; Cheah, 2000;Kirkman-Liff, Huijsman, Griten, & Brink, 1997;
Luc, 2000; Panella et al., 2003; Uzark, mempunyai kesamaan yaitu meningkatkan kepuasan
pasien, meningkatkan kualitas pelayanan dan menurunkan lama hari rawat.

Tim penyusun clinical pathway RS Nahdlatul Ulama Jombang terdiri atas komite medis, perawat,
apoteker, dan ahli gizi, yang disesuaikan dengan Pedoman Praktik Klinis (PPK) yang ada. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Romeyke dan Stummer , bahwa penyusunan
clinical pathway bagi penyedia layanan terdapat pada tingkat proses inti, yaitu dokter spesialis,
perawat, terapis, dan staf keperawatan.

Menutur Wijayanti FER, 2016, proritas pemilihan clinical pathway yang digunakan adalah high
risk, high volume, high cost, dan problem prone. Oleh karena nya, dipilih 5 clinical pathway yang
di audit berdasarkan kriteria tersebut, yaitu:

1. GEA

2. TB

3. Typhoid

4. DHF

5. Pneumonia

Audit clinical pathway dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Juni 2019.
Dengan implementasi clinical pathway, diharapkan mutu pelayanan menjadi lebih baik, adanya
kepastian rencana tatalaksana pasien, mengurangi lengh of stay pasien dan mengontrol biaya.
Secara umum hal itu berarti mengurangi beban biaya rumah sakit maupun membuka peluang
bagi pasien untuk masuk ke rumah sakit. Turn over yang cepat dengan length of stay yang relatif
rendah membuka akses bagi penerima manfaat layanan kesehatan lainnya.
II. LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN CLINICAL PATHWAY (CP ) DI RS
NAHDLATUL ULAMA JOMBANG

A. Persentase Jenis Clinical Pathway

1. DHF (275 kasus = 51%)


2. GEA (156 kasus = 28,9%)
3. Pneumonia (12 kasus = 2,2%)
4. Typhoid (48 kasus = 8,9%)
5. TB (48 kasus = 8,9%)

Persentase Jenis Clinical Pathway

GEA
TB
Typhoid
DHF
Pneumonia

B. Persentase Kepatuhan Pelaksanaan Clinical Pathway

Diagnosis Persentase Kepatuhan Pelaksaan Clinical

Pathway

GEA 75% = 117 kasus

TB 92% = 44 kasus

Typhoid 65% = 31 kasus


DHF 66% = 181 kasus

Pneumonia 69% =

C. Persentase Varian Berdasarkan Diagnosa

Varian

Dx Awal Asesmen Klinis Pemeriksaan Tindakan Terapi


penunjang

8
9 27 28 45

1. GE
Varian

Varian

Dx Awal Asesmen Klinis 0 Pemeriksaan Tindakan 0 Terapi


penunjang 38

0
20

2. CVA
Dx Awal Asesmen Klinis 0 Pemeriksaan Tindakan 0 Terapi 13
penunjang

0
11

3. Typhoid

Varian

Dx Awal Asesmen Klinis 0 Pemeriksaan Tindakan 0 Terapi 8


penunjang

0
4
4. DHF (anak)

Varian

Dx Awal Asesmen Klinis 0 Pemeriksaan Tindakan 0 Terapi 2


penunjang

0
4

D. Perbandingan Hasil Kepatuhan Pelaksanaan Cinical Pathway


Tahun 2018 Semester 1 dan Semester 2

1. Sectio caesaria

Persentase Kepatuhan Clinical Pathway Tahun 2018

Semester 1 Semester 2

60% 82%
2. GE

Persentase Kepatuhan Clinical Pathway Tahun 2018

Semester 1 Semester 2

60% 73,63%
3. Typhoid

Persentase Kepatuhan Clinical Pathway Tahun 2018

Semester 1 Semester 2

60% 76%

4. DHF (anak)

Persentase Kepatuhan Clinical Pathway Tahun 2018

Semester 1 Semester 2

53,63% 70%
E. Perbandingan Jumlah Varian Sebelum Pelaksanaan Cinical
Pathway CVA

Dx Awal Ass Klinis Px Penunjang Tindakan Terapi

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum S

3 0 2 0 13 11 0 0 13 1
III. ANALISA

Hasil audit klinis terhadap kepatuhan pelaksaan clinical pathway tahun 2018 semester 2 secara
umum menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan clinical pathway
semester 1. Kepatuhan pelaksanaan clinical pathway mencapai angka diatas 70%.

Pada Sectio caesar kepatuhan pelaksanaan clinical pathway naik 22% yang awalnya hanya 60%
pada semester 2 ini mencapai 82%. Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi jika dibandingkan
dengan diagnosis lainnya, karena pendokumentasian clinical pathway lebih disiplin dan
terorganisir serta clinical pathway yang dilaksanakan pada semester 2 telah mengalami revisi
dan perbaikan dari hasil audit clinical pathway di semester 1.

Pada diagnosis GE kepatuhan pelaksanaan clinical pathway naik 13,63% dari data di semester 1
kepatuhan hanya 60% sedangkan di semester 2 mencapai 73,63%. Pada diagnosis Typhoid
kepatuhan pelaksanaan clinical pathway naik 16% dari data di semester 1 kepatuhan hanya 60%
sedangkan di semester 2 mencapai 76%. Terdapat kenaikan kepatuhan pada diagnosis GE dan
typhoid meskipun tidak signifikan karena pada pasien dewasa, usia pasien yang kebanyakan> 40
tahun sehingga DPJP masih mengadviskan untuk dilakukan cek laboratorium lengkap (DL, LFT,
RFT, GDA, dll) untuk mencari apakah ada kemungkinan penyakit lain yang mendasari keluhan
pasien. Pada diagnosis DHF (anak) kepatuhan pelaksanaan clinical pathway naik 16,37% dari
data di semester 1 kepatuhan hanya 53,63% sedangkan di semester 2 mencapai 70%. Varian
yang terjadi terbanyak pada saat terapi, oleh karena kondisi- kondisi tertentu anak, seperti
masih menggunakan popok sehingga timbul ruam kulit dan mengarah ke infeksi saluran kencing
dan kondisi khusus lainnya. Varian yang muncul akan digunakan sebagai dasar perbaikan clinical
pathway yang akan

dilaksanakan pada tahun berikutnya.

Sedangkan pada diagnosis CVA, clinical pathway baru dilaksanakan pada semester 2, hasil
menunjukkan kepatuhan pelaksanaan clinical pathway sebesar 63,07%. Angka kepatuhan
tersebut dapat dikatakan sebagai awal yang baik mengingat baru pertama dilakukan, variasi
yang timbul juga dapat menjadi dasar perbaikan clinical pathway yang akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya. Jika dibandingkan

dengan sebelum adanya clinical pathway sudah terjadi penurunan varian meskipun tidak
signifikan.

IV. KENDALA YANG DIHADAPI

1. Pengisian clinical pathway masih belum 100% dilaksakan saat


awal pasien masuk.

2. Banyaknya kondisi khusus pasien menimbulkan banyaknya varian


yang muncul.

3. Kendala teknis seperti ketersediaan form clinical pathway di


ruangan, kedisiplinan perawat menyediakan dan mengingatkan
DPJP untuk mengisi clinical pathway masih kurang.

4. Clinical pathway belum dijadikan panduan utama dalam proses


perawatan pasien.

5. Clinical pathway perlu dilakukan evaluasi mengikuti perubahan


terbaru sesuai hasil kesepakatan antara professional pemberi
asuhan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kepatuhan pelaksanaan clinical pathway tahun 2018 semester
2 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan semester
1, secara keseluruhan kepatuhan mencapai >70%. Peningkatan
kepatuhan pelaksaan clinical pathway akibat dari adanya
perbaikan clinical pathway di semester 1.

2. Hasil audit clinical pathway yang baru dilaksanakan di semester


2 menunjukkan kepatuhan 63,07% dari hasil tersebut perlu
dilakukan evaluasi clinical pathway mengikuti perubahan
terbaru sesuai hasil kesepakatan antara professional pemberi
asuhan.

B. Saran

1. Agar pelaksanaan clinical pathway berjalan maksimal


diperlukan sosialisasi berulang kepada unit maupun DPJP.

2. Clinical pathway merupakan rencana kolaboratif pelayanan


kesehatan yang terdiri dari multidisiplin yaitu dokter, perawat,
ahli gizi, laboratorium, farmasi yang terdokumentasi dalam
formulir yang telah ditetapkan oleh rumah sakit oleh
karenanya perlu dilakukan audit dan evaluasi dari clinical
pathway yang dapat dijadikan panduan bersama. Clinical
pathway akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
berfokus pada pasien, menurunkan lama hari rawat, efisiensi
dan efektivitas rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijayanti FER, Lamsudin R, Wajdii F. Analisis clinical pathway dengan


BPJS antara RS negeri dan RS swasta Surakarta: Universitas
Muhammadiyyah Surakarta; 2016

2. Romeyke T. Stummer H. Clinical pathway as instrument for risk and


cost management in hospitals. GJHS. 2012; 4(2). DOI:
10.5539/gjhs.v4n2p50.

Anda mungkin juga menyukai