Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi kelautan dan

pertanian yang cukup luas maka suda selayaknya apabila Indonesia disebut negara

agraris. Perekonomian bangsa Indonesia sebagian besar tertumpu pada pertanian

tererutama bagi mereka yang hidup di desa. Perikanan sebagai salah satu sub sektor

pertanian merupakan bagian yang cukup dominan di Indonesia. Sebagian besar

masyarakat bermukim dan bekerja di sekitar pantai, baik sebagai nelayan, peternak

ikan maupun buruh industri yang berada di sekitarnya. Dengan semakin

berkembangnya teknologi penangkapan ikan dan jumlah nelayan, maka tangkapan

yang diperoleh semakin besar. Hal ini bisa mengakibatkan overfishing, yaitu

penangkapan ikan yang terus menerus dalam jumlah yang semakin meningkat

sehingga bisa mengakibatkan penurunan populas ikan laut.

Mengingat efek overfishing ini bisa berdampak buruk dalam jangka

panjang, sehingga saat ini dikembangkan perikanan tambak untuk memenuhi

permintaan yang semakin meningkat sesuai dengan jumlah penduduk dan

meningkatnya perekonomian masyarakat. Perikanan saat ini telah diusahakan di

sekitar pesisir pantai utara, bali sampai aceh dengan produk dengan produk yang

dihasilkan iakn bandeng dan udang. Udang sebagai komoditi ekspor telah memberi

masukan devisa negara sehingga menempatkan indonesia sebagi lima besar eksportir

udang dunia. Adapun pasokan udang 27% dari hasil tangkapan laut sedangkan 63%

dari perikanan tambak.

Dengan semakin besarnya permintaan akan udang, maka harga di pasaran

semakin tinggi, sehingga memacu petani tambak untuk mengembangkan tambak


udang secara itensif dan secara semi itensif. Tambak budidaya udang tersebut

menggunakan padat penebaran yang tinggi yaitu antara 300.000 sampai 600.000

benur udang / Ha / musim tanam. Permintaan akan benur yang besar tersebut tak

mungkin bisa tercukupi dari tangkapan alam. Apalagi saat ini habitat dari benur

semakin berkurang akibat penebangan hutan bakau, rusaknya karang dan terjadinya

polusi laut.

Untuk mengatasi hal ini telah diusahakan panti pembenihan udang baik itu

sekalah besat maupun kecil yang tersebar dari berbagai daerah. Panti pembenihan ini

telah mampu memasok kekurangan benur yang dibutuhkan oleh petani tambak.

Namun pada kenyataan yang ada pada musim-musim tertentu terjadi keterbatasan

produksi benur. Hal ini tidak saja diakibatkan oleh tidak seimbangnya antara

permintaan dan persediaan yang ada, tapi masalah teknis dan menejemen usaha yang

masih kurang.

Masalah teknis merupakan masalah yang kompleks karena adanya

keterkaitan diantara persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan untuk

pemeliharaan benur antara lain penentuan lokasi, mutu air yang sesuai persyaratan,

pengaturan aerasi, kemampuan teknis perawatan dan kebutuhan sarana dan prasarana

yang lain. Keadaan cuaca di Indonesia cukup memepengaruhi pada pembenihan

udang terutama pada musim penghujan. Bagi pengusaha pembenihan udang untuk

mengatasi perbedaan suhu pada musim kemarau lebih muda dari pada keadaan musim

penghujan. Pada musim kemarau dengan panas yang cukup tingi bisa diatasi dengan

membuks draght light ( sinar matahari tidak masuk ) dan menyiram permukaan dragh

light dan permukaan dinding bak dengan air bisa membuat suhu normal kembali.

Pada musim penghujan kendala suhu ini cukup suli untuk diatasai, apalagi pada

beberapa setadia larva persaratan tertentu yaitu :

- Perubahan suhu pada stadia nauplius sampai mysis tidak lebih dari ± 0,5 oC
- Sinar matahari tidak boleh masuk dengan bebas karena bisa mengakibatkan bloming

plankton.

- Suhu maksimum 33 oC dan suhu minimum 28 oC, unuk suhu di Indonesi suhu

maksimum bisa dicapai dalam waku cepat pada saat matahari cerah walapun pada

musim penghujan. Sedangkan suhu minimum akan terjadi bila hujan turun beberapa

hari secara terus menerus

Persaratan yang ada tersebut pembenihan sudah diusahakan untuk diatasim

diantaranya dengan memberikan pemanas pada permukaan, tapi hal ini tidak efektif

karna panas yang diserap oleh air tidak mencapai dasar bak. Penggunaan lampu

pemanas tidak diperkenankan karna sinar yang ada bisa mengakibatkan bloming

plankton. Pemanas air juga tak mungkin digunakan karna air adalah habitat dari

larva bila terkena panas yang berlebih bisa mengakibatkan kematian.

Dalam hal ini penulis berusaha membuat pemanas yang bisa dimanfaatkan

tanpa menggangu kehidupan larva yaitu dengan memeberikan pemans pada udarah

setelah keluar dari blower yang akan digunakan untuk areasi. Dengan cara ini panas

yang diberikan bisa dibatasi sesuai suhu yang diinginkan, selain itu panas yang

diberikan bisa mencapai dasar bak sehingga bisa mempermudah peroses oksidasi

gas-gas dari sistem makanan yang berada di dasar kolam. Mungkin dengan cara ini

permasalahan suhu pada sistem perawatan larva bisa sedikit diatasi.Dari uraian

latarbelakang tersebut diatas maka peneliti mebuat judul tugas akhir yaitu

Perencanaan Perpindahan Panas Pada Pembenihan Udang Windu Sistem

Back Yard (Hatchery Sekalah Rumah Tangga) Di Desa Petis Duduk

Sampeyan Gresik

1.2. Rumusan Masalah


Keadaan cuaca di Indonesia cukup memepengaruhi pada pembenihan udang

terutama pada musim penghujan. Bagi pengusaha pembenihan udang untuk

mengatasi perbedaan suhu pada musim kemarau lebih muda dari pada keadaan musim

penghujan. Pada musim kemarau dengan panas yang cukup tingi bisa diatasi dengan

membuks draght light ( sinar matahari tidak masuk ) dan menyiram permukaan dragh

light dan permukaan dinding bak dengan air bisa membuat suhu normal kembali.

Pada musim penghujan kendala suhu ini cukup suli untuk diatasai, apalagi pada

beberapa setadia larva persaratan tertentu yaitu :

- Perubahan suhu pada stadia nauplius sampai mysis tidak lebih dari ± 0,5 oC

- Sinar matahari tidak boleh masuk dengan bebas karena bisa mengakibatkan

bloming plankton.

- Suhu maksimum 33 oC dan suhu minimum 28 oC, unuk suhu di Indonesi suhu

maksimum bisa dicapai dalam waku cepat pada saat matahari cerah walapun pada

musim penghujan. Sedangkan suhu minimum akan terjadi bila hujan turun

beberapa hari secara terus menerus

Persaratan yang ada tersebut pembenihan sudah diusahakan untuk diatasim

diantaranya dengan memberikan pemanas pada permukaan, tapi hal ini tidak efektif

karna panas yang diserap oleh air tidak mencapai dasar bak. Penggunaan lampu

pemanas tidak diperkenankan karna sinar yang ada bisa mengakibatkan bloming

plankton. Pemanas air juga tak mungkin digunakan karna air adalah habitat dari larva

bila terkena panas yang berlebih bisa mengakibatkan kematian.

Dalam hal ini penulis berusaha membuat pemanas yang bisa dimanfaatkan

tanpa menggangu kehidupan larva yaitu dengan memeberikan pemans pada udarah

setelah keluar dari blower yang akan digunakan untuk areasi. Dengan cara ini panas

yang diberikan bisa dibatasi sesuai suhu yang diinginkan, selain itu panas yang

diberikan bisa mencapai dasar bak sehingga bisa mempermudah peroses oksidasi gas-
gas dari sistem makanan yang berada di dasar kolam. Mungkin dengan cara ini

permasalahan suhu pada sistem perawatan larva bisa sedikit diatasi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa proses perpindahan panas anara udara

areasi dengan air unuk mendapa keadaan suhu yang diinginkan. Analisa yang lain

adalah perpindahan panas antara pemanas dengan udara yang dihembuskan oleh

blower sera kerugian-kerugian dari pipa penerus, sehingga bisa direncanakan daya

maksimum dari pemanas dan blower yang dibutuhkan.

Pemanas ini bertujuan untuk mengatasi perubahan suhu yang terjadi pada

musim penghujan terutama pada bulan desember, januari dan februari,karnah telah

diusahakan dengan memeberikan sisem pemanas yang lain tapi idak efektif.

1.4. Batasan Masalah

Pemanas bertujuan untuk mensetabilkan suhu air sehingga berada pada

kondisi antara 28 oC - 32 oC, dengan suhu maksimum udara tidak lebih dari 33 oC,

suhu air diusahakan setabil mencapai maksimum 32 oC.

Pembahasn masalah yang dilakukan meliputi perhitungan daya panas yang

dibutuhkan dengan cara menganalisa panas yang dibutuhkan oleh air, kerugian-

kerugian dari pipa ke lingkungan, perpindahan panas antara air dan gelembung udara,

perpindahan panas antara pemanas dengan udara hembusan blower.

Perencanaan komponen utama pemanas ini adalah type pemanas yang

digunakan dan cara perpindahan panas yang terjadi sehingga tidak menggaggu

aktivitas dari larva. Ada pun perencanaan blower tak dilakukan karna sudah

dilakukan penelitian oleh teknisi perikanan sesuai dengan udara yang dibutuhkan (

oksigen terlarut ) oleh larva mulai dari fase nauplius sampai post larva.

1.5. Methodologi Penulisan


Metode yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah

a. Interviw dan observasi

Sebelum penulisan telah dilakukan observasi langsung kelapangan dengan melihat

dan ikut terjun langsung guna mengumpulkan data dan melakukan wawancara

dengan teknisi lapangan guna memperkuat analisa yang dilakukan. Observasi ini

dilakukan pada pembenihan udang

b. Studi Listeratur

Selain analisa di lapangan juga dilakukan studi listeratur untuk mencari titik temu

(kesesuaian) dengan proses di lapangan. Dalam penulisan ini di perlukan literatur-

literatur sebagai dasar teori untuk acuan menganalisa hal-hal yang diperlukan

dalam perhitungan perencanaan pemanas pada pembenihan udang.

c. Analisa dan pembahasan

Analisa dilakukan dengan mencari titik temu antara teori dari literatur dengan

masalah-masalah yang timbul dilapangan sehingga dapat dicari penyelesaian yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmia dan dapat memperbaiki proses

pengolahan pembenihan udang.

1.6. Sistematik Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,

permasalahan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematian tugas akhir.

BAB II MACAM-MACAM PEMANAS

Pembahasan macam pemanas ini meliputi pengartian pemanas, jenis pemanas yang

digunakan, sistem pemanas yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung

maupun tak langsung, dan pemanfaatan energi untuk pemanas.


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dasar teori membahas proses pengelolahan pada pembenihan udang yaitu penentuan

lokasi,sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan hidup larva. Selain itu juga

menunjukan prinsip-prinsip perpindahan panas yang terjadi baik secara konduksi

konveksi maupun radiasi .

BAB IV PERENCANAAN PEMANAS

Dalam hal ini membahas tentang batasan yang harus dipenuhi dalam perencanaan,

perhitungan dalam perpindahan panas yang terjadi, perencanaan daya pemanas yang

dibutuhkan dan type pemanas yang biasa digunakan dengan baik sesuai kebutuhan

bagi media larva udang.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh di lapngan yang berhubungan

dengan pengelolahan pembenihan udang serta hasil analisa dari perencanaan yang

dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada dilapangan dan saran-saran.


BAB II

MACAM-MACAM PEMANAS

2.1. Pengertian Pemanas

Perpindahan panas ( heat transfer ) adalah perpindahan energi sebagi hasil

dari perbedaan temperatur. Perpindahan ini bisa terjadi dalam media diam atau pun

bergerak boleh pada, cair dan gas. Istilah konduksi digunakan untuk menyatakan

perpindahan panas yang terjadi melintasi media diam.

Istilah konveksi digunakan untuk menyatakn perpindahan panas yang terjadi

antara suatu permukaan dengan fluida yang bergerak ketika berada pada perbedaan

temperatur. Bentuk yang lain adalah radiasi yaitu semua permukaan pada temperatur

hingga memancarkan energi dalam gelombang magnetik

Jadi pemanas adalah suatu alat yang bisa membangkitkan panas baik dengan

perpindahan panas konduksi, konveksi maupun radiasi, sehingga bisa dimanfaatkan

untuk memanaskan media lainya.

Perinsip kerja pemanas ini adalah memindahkan pans dari suatu media (

media pembangkit ) kedalam media lainya. Ada pun bentuk perpindahan panas ini

bisa secara langsung dan tak langsung. Pemindah panas langsung yaitu perpindahan

panas dari media pembangkit langsung pada media lainya, sedangkan pemindah pans

tak langsung yaitu perpindahan panas dari media pembangkit dengan bantuan

pemindah panas bom bisa dimanfaatkan untuk memanaskan media lainya.

Pengunaan alat pemanas ini antara lain untuk sistem pembangkit tenaga,

industri kimia, pemans air, pemanas ruang, kondensor, seterika dan lain sebagainya.
Perinsip kerja alat pemans adalah berdasarkan pada keseimbangan energi

dan massa serta perpindahan panas total.

2.2. Jenis-jenis Pemanas

Jenis pemans yang kemungkinan digunakan dalam perencanaan pemanas

pada usaha pembenihan udang ini harus memenuhi persaratan yang sesuai bagi media

hidup dari pada larva udang tersebut.

Ada pun persaratan dari pada larva udang tersebut adalah :

a. Pemans tidak menimbulkan perubahan suhu secara mendadak terutama pada fase

nouklius sampai mysis. Perubahan suhu yang mendadak tidak lebih 0,5 celcius.

b. Pemanas tidak memancarkan cahaya ( apabila di tempatkan diatas media hidup

larva udang )karena bisa mempengaruhi kondisi air, selain itu juga bisa

mengakibatkan bloomingplankton.

c. Pemanas mampu di oprasikan menaikkan untuk suhu antara 28 celcius sampai 32

celcius yang bekerja secara setabil sehingga tidak menimbulkan perubahan

temperatur secara mendadak.

d. Pemanas tidak menimbulkan bau, rasa maupun zat kimia yang bisa mempengaruhi

kehidupan larva udang.

e. Pemans bisa dioprasikan dengan mudah, kalau mungkin bisa di oprasikan oleh

praktisi perikanan bukan praktisi teknik.

2.3. Perpindahan Panas

Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan

temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu

konduksi, konveksi, dan radiasi.

2.3.1. Konduksi Konduksi


merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang

bertemperatur rendah di dalam medium yang bersinggungan langsung. Jika pada

suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi perpindahan panas serta energi

dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, sehingga dapat

dikatakan bahwa energi akan berpindah secara konduksi, laju perpindahan kalornya

dinyatakan sebagai:

q= -k.A. ∂T / ∂x

Dimana : q = laju perpindahan kalor (W) ߲

∂T ∂x = gradien suhu perpindahan kalor

K = konduktifitas thermal bahan (W/m.K)

A = luas bidang perpindahan kalor (m2 )

Gambar 2.1 Perpindahan panas konduski dari udara hangat ke kaleng minuman

dingin melalui dinding aluminum kaleng

2.3.2. Konveksi Konveksi


merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan berdekatan dengan

fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan pengaruh konduksi dan

aliran fluida.

Gambar 2.2. Perpindahan panas dari plat panas

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kecepatan fluida yang mengalir di

permukan plat panas mempengaruhi temperatur disekitar permukaan plat

tersebut. Laju perpindahan kalor secara konveksi dapat dinyatakan sebagai

q= h.A(Ts -T∞)

Dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K)

A = luas penampang (m2 )

Ts = temperatur plat (K)

Tɷ = temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan (K)

2.3.3. Radiasi

Radiasi, merupakan perpindahan energi karena emisi gelombang elektromagnet

(atau photons)
Gambar 2.3. Perpindahan panas secara radiasi

Holman menjabarkan laju perpindahan kalor secara radiasi dapat dinyatakan

sebagai :

q= ε . A . σ(Ts 4 - Tsur 4 )

Dimana : ε = emisivitas ;sifat radiasi pada permukaan

A = luas permukaan (m2 )

σ = konstanta Stefan-Boltzman (5,67.108 W/m2 .K4 )

Ts 4 = temperatur absolute permukaan (K4 )

Tsur 4 = temperatur sekitar (K4 )

2.4. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)

Heat Exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan

panas antara dua atau lebih fluida. Banyak jenis Heat Exchanger yang dibuat dan

digunakan dalam pusat pembangkit tenaga, unit pendingin, unit produksi udara,

proses di industri, sistem turbin gas, dan lain lain. Dalam heat exchanger tidak terjadi

pencampuran seperti dalam halnya suatu mixing chamber. Dalam radiator mobil

misalnya, panas berpindah dari air yang panas yang mengalir dalam pipa radiator ke

udara yang mengalir dengan bantuan fan.

Hampir disemua heat exchanger, perpindahan panas didominasi oleh konveksi

dan konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh
dinding. Perpindahan panas secara konveksi sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri

heat exchanger dan tiga bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynold, bilangan

Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar konveksi yang terjadi dalam suatu double-

pipe heat exchanger akan berbeda dengan cros- flow heat exchanger atau compact

heat exchanger atau plate heat exchanger untuk berbeda temperatur yang sama.

Sedang besar ketiga bilangan tak berdimensi tersebut tergantung pada kecepatan

aliran serta property fluida yang meliputi massa jenis, viskositas absolut, panas jenis

dan konduktivitas panas. (Cengel, 2003)

Alat penukar kalor (Heat Exchanger) secara tipikal diklasifikasikan

berdasarkan susunan aliran (flow arrangement) dan tipe konstruksi. Penukar kalor

yang paling sederhana adalah satu penukar kalor yang mana fluida panas dan dingin

bergerak atau mengalir pada arah yang sama atau berlawanan dalam sebuah pipa

berbentuk bundar (atau pipa rangkap dua). Pada susunan aliran sejajar (parallel-flow

arrangement) yang ditunjukkan gambar 1(a) fluida panas dan dingin masuk pada

ujung yang sama, mengalir dalam arah yang sama dan keluar pada ujung yang sama.

Pada susunan aliran berlawanan (counter flow arrangement) yang ditunjukkan

gambar 1(b), kedua fluida tersebut pada ujung yang berlawanan, mengalir dalam arah

yang berlawanan, dan keluar pada ujung yang berlawanan.

Gambar 2.4. Aliran Fluida pada Heat Exchanger


2.5. Tipe-tipe Heat Exchanger

1) Double pipe heat exchanger (Penukar panas pipa rangkap)

Salah satu jenis penukar panas dengan susunan pipa ganda. Dalam

jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau searah arah

aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang

annular dan cairan lainnya dalam pipa.

Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang

dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.

Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di

dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis

ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang

tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas

jenis shell and tube heat exchanger.

Gambar 2.5 Double pipe heat exchanger

2) Shell and tube heat exchanger ( Penukar panas cangkang dan buluh )

Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri

perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana di

dalamnya terdapat suatu bundle (berkas) pipa dengan diameter yang relative

kecil. Satu jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya

mengalir di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell. Alat penukar panas

cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara
parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ).

Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain

mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua

ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel.

Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar

panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat

turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun

pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah

beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus

diatur.

Gambar 2.6. Shell and tube heat exchanger

3) Plate and frame heat exchanger

Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus,

bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang

penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan

oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi

empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain

mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat

Gambar 4.7 Plate and frame heat exchanger

2.6. Alat Penukar Panas Shell and Tube

Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis shell and tube

akan dibahas beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada konstruksi heat

exchanger.

2.6.1. Komponen STHE ( Shell and Tube Heat Exchanger)

Komponen-komponen atau bagian-bagian pembentuk STHE terdiri dari shell

(selubung/cangkang), shell cover (penutup shell pada ujung), tubes (pipa),

channel (saluran), channel copper(penutup saluran), tubesheet (pelat pengikat

pipa).
Gambar 5. Jenis shell berdasarkan TEMA

2.6.2. Baffle Alat Penukar Panas

STHE merupakan alat penukar panas yang mahal, maka dari itu STHE

memerlukan suatu pemeliharaan yang benar agar bisa tahan lama. Untuk keperluan

tersebut maka pada STHE dipasang baffle atau sekat dan juga disebut penahan yang

berfungsi antara lain :

1. Sebagai pengikat, penopang atau penahan tube bundle

2. Sebagai pencegah agar tube tidak bergetar dan tidak melengkung

3. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida di dalam shell


Tipe baffle ada dua macam, yaitu bentuk plat (plate) dan bentuk batang

(rod). Bentuk plat dapat dibagi lagi sebagai segmen tunggal (single segmental),

segmen ganda (double segmental) dan segmen tripel (triple segmental).

Bila dalam STHE menggunakan single phase fluids ( fluida yang fasenya

tetap) direkomendasikan menggunakan horizontal baffle cut, sebab akan

mengurangi endapan/deposit pada dasar shell, sebaliknya untuk two shell pass lebih

baik menggunakan vertical baffle cut karena akan memudahkan fabrikasi. (Luqman

Buchori, 2011)

2.6.3. Susunan dan Jumlah Tube

Diameter dalam tube merupakan diameter dalam actual dalam ukuran inch

dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat diubah dari berbagai jenis logam,

seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel, aluminium perunggu, aluminium

dan stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam

bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara

umum digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin

besar bilangan BWG, maka semakin tipis tubenya.

Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah :

1. Square pitch

2. Triangular pitch

3. Square pitch rotated

4. Triangular pitch with cleaning lanes (Kern, 1980)


Gambar 2.8 Jenis-Jenis Tube Pitch

2.7. Perancangan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube

Sebelum mendesain alat penukar kalor, dibutuhkan data dari laju aliran,

temperature masuk dan temperature keluar dan tekanan operasi kedua fluida.

Data ini dibutuhkan terutama untuk fluida gas jika densitas gas tidak

diketahui. Untuk fluida berupa cairan, data tekanan operasi tidak terlalu

dibutuhkan karena sifat-sifatnya tidak banyak berubah apabila tekanannya

berubah. Langkah- langkah yang biasa dilakukan dalam merencanakan atau

mendesain alat penukar kalor adalah :

1. Penentuan heat duty (Q) yang diperlukan penukar kalor yang

direncanakan harus memenuhi atau melebihi syarat ini.

2. Menentukan ukuran (size) alat penukar kalor dengan perkiraan yang

masuk akal untuk koefisien perpindahan kalor keseluruhannya.

3. Menentukan fluida yang akan mengalir di sisi tube atau shell. Biasanya

sisi tube direncanakan unuk fluida yang bersifat korosif, beracun,


bertekanan tinggi, atau bersifat mengotori dinding. Hal ini dilakukan

agar lebih mudah dalam proses pembersihan atau perawatannya.

4. Menentukan ukuran shell. Langkah ini dilakukan setelah kita mengetahui

jumlah tube yang direncanakan. Kemudian perkirakan jumlah pass dan

tube pitch yang akan digunakan.

5. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan jumlah baffle dan jarak

antar baffle yang akan digunakan. Biasanya baffle memiliki jarak yang

seragam dan minimum jaraknya 1/5 dari diameter shell tapi tidak kurang

dari 2 inchi.

6. Langkah yang terakhir adalah memeriksa kinerja dari alat penukar kalor

yang telah direncanakan. Hitung koefisien perpindahan panas di sisi

tabung dan sisi shell. Hitung factor pengotornya apakah sesuai dengan

standar yang diizinkan, dan penurunan tekanan di sisi tube dan shell.

(Bizzy dan Setiadi, 2013)


BAB III

ANALISA PERHITUNGAN HEATER


BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN HEATER

4.1. Batasan-batasan Dalam Perencanaan Pemanas

Berdasarkan analisa lapangan dan literatur yang ada persyaratan

mengenai adaptasi larva pada pantai pembenihan udang telah ditentukan yaitu

- Temperatur media udang harus stabil antara 28 oC sampai 33 oC.

- Perubahan suhu tidak boleh lebih dari 0,5oC pada masa neuplius sampai

mysis (melebihi kemampuan adaptasi).

- Tidak terkena sinar matahari secara berlebihan, karena bisa menimbulkan

blooming (pertumbuhan plankton yang berlebihan), sehingga

mengganggu pertumbuhan larva udang. Jadi atap dibuat dari bahan yang

tipis dan agak terang (sedikit tembus pandang, misalnya terpal plastic

warna biru).

- Ketinggian air diantara 80 cm sampai 1 m.

Dengan adanya tersebut membuat perencanaan menjadi terbatas,

karena kalor yang diberikan tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah
o
ditentukan, yaitu 33 C.Apabila panas yang diberikan melebihi batas

maksimal bisa mengakibatkan kematian pada larva.

4.2. Kerugian-kerugian Yang terjadi Pada Bak Pembenihan

Kerugian yang terjadi sebagian besar apabila pada musim hujan dan

kecepatan angina yang cukup tinggi hal ini dikarenakan atap pada bak

pembenihan terbuat dari bahan polimer yang tipis dan langsung bersentuhan

dengan fluida yang ada disekitar misalnya angina dan hujan.


Untuk itu dalam perencanaan ini bak dibuat dalam suatu riangan dengan

atas dari polimer yang tembus sinar dan dinding dalam keadaan terbuka.Jadi

kerugian yang hilang dari bak pembelian hanya terjadi karena angina pada

atap dan dinding serta kebocoran dan kerugian yang hilang pada dasar bak.

Gambar 4.1. Bak pembenihan udang dan atap pelindung

1. Bak Pembenihan

2. Atap bak dari plastic warna gelap

3. Atap Pelindung

4. Tiang Penyangga

Dari data yang ada kecepatan angin berkisar paling cepat antara 3,4 m/s,

hal ini disebabkan karena bak pembenihan ini berada disekitar rumah

penduduk. Temperatur terendah yang pernah terjadi 25 oC pada saat hujan

turun beberapa hari tanpa henti. Dengan temperature yang maksimal 33 oC,

maka kerugian yang terjadi sebesar :

Skematik : ε Te = 33oC
Taur = 25oC
L = 1,7 m
T~ = 25 oC

V~ = 3,4 m/s

Asumsi :

1. Sifat-sifat bahan konstan dan seragam

2. Kondisi steady state dengan Rex = 5.105

3. Sifat angin sama dengan sifat udara jenuh

4. Plat sangat tipis sehingga diabaikan

Sifat-sifat :

Udara jenuh Tf = 302 K maka didapat sifat sifat udara jenuh pada tabel

perpindahan panas.

ρ=1,177 kg/m3 Cp = 1,0057 Kj/Kg K

μ = 1,8462.10-5kg/m3 ϒ= 15,95 m2/s

K = 26,4 . 10-9 W/m oR Pr = 0,706

Analisa :

a. Bilangan Reynold kritis :

ρ V~𝑋𝑐
Rex,c = = 5. 105
μ

ρ.V.L
Maka Rel = μ

𝑘𝑔
1,177 3 .4 𝑚/𝑠 .1,7 𝑚
𝑚
= 1,8462.10−5 𝑘𝑔/𝑚𝑠

= 4,336 . 105
Dan Rex,c> RoL maka aliran yang terjadi adalah Laminer.

Untuk mencari h dapat digunakan :


1/2
Nul = ℎ𝐾.𝐿 = 0,664 . 𝑅𝑒𝐿 . 𝑃𝑟 1/3

= 0,664 (4,335.105 )1/2 . 0.7061/9

= 389,6

𝑁
ℎ̅ = 𝑢𝑙𝐿 . 𝑘

3896.6 . 26.10−9 𝑊⁄𝑚 𝐶


= 1,7 𝑚

= 6,045 𝑤/𝑚2 𝐶

Kalor yang hilang karena kerugian atap adalah

Q=
2atap = 2 .h . A (𝑇𝑠 − 𝑇~ )

= 2.6,045 𝑤/𝑚2 oC . 1,7 m . 7 m (33-25)oC

= 1.142,40 W

Kerugian akibat radiasi atap dimana temperatur T sel 33 C + 273

K = 306 K dan temperatur lingkungan 25 C + 273 K = 298 K adalah :

q = 2.α.ε.A (𝑇𝑠 − 𝑇~ )

𝑤2
= 2. 0,94. 5,67.10−8 𝑚 𝑘 4 . 1,7𝑚. 7𝑚 (306 − 298)𝐾
= 709,29 W

b. Kerugian yang terjadi pada dinding samping

Dia asumsikan temperatur air dalam keadaan konstan yaitu 33


o
C.Jadi temperatur dinding bagian dalam sebesar 33 oC.

Plaster bata Plaster


Tso

bangunan
Tsi

K1 K2 K3
𝑉~ 4 𝑚/𝑠
120

𝑇~ 25 °𝐶
150

Asumsi :

1. Keadaan lunak dimana Rey = 5.105

2. Konduksi satu dimensi kearah x

3. Pengaruh radiasi diabaikan

4. Sifat bahan konstan dan seragam

5. Temperatur dinding dalam = temperatur air

Sifat-sifat :

Plaster = 306 K

𝑤2
K = 0,48𝑚 𝑘, ρ = 1440 kg/𝑚3

Cp = 0,84 J/kgK α = 4,0 . 10−7 𝑚3/s

Bata Bangunan T = 306 oK

𝑤2
K = 0,69𝑚 𝑘, ρ = 1600 kg/𝑚3
Cp = 0,84 kj/kgK

Analisa :

ρVL 1,177 kg/𝑚3 .4/𝑚𝑠.1𝑚


Rel = = = 2,55 . 105
μ 1,8462 . 10−5 𝑘𝑔/𝑚𝑠

Dan Rex,c> Rel aliran yang terjadi adalah lamainer.

Koefisien konfeksi rata-rata (ℎ̅) dapat dicari dengan :

̅𝐿
ℎ 1/2
Nul = = 0,664 . 𝑅𝑒𝐿 . 𝑃𝑟 1/9
𝐾

= 0,664 (2,55.105 )1/2 . 0.7061/9

= 238,5

𝑁
ℎ̅ = 𝑢𝑙𝐿 . 𝐾

298,5 . 5.26,4.10−9 𝑊⁄𝑚 𝑜𝐶


= 1𝑚

= 7,882 𝑤/𝑚2 oC

Diagram tahanan thermal untuk system tersebut :

T81 T82 T83

𝑇~1 𝑇~4

R1 R2 R3 R4
Luas permukaan dinding bak bagian samping kiri dan kanan adalah :

A = 2 .1 . 7 m = 14 m

Tahanan Thermal :

𝐿 1,5.10−2
R1 = R3 = 𝐾 = 0,48 𝑊/𝑚 𝐾 = 0,312 𝑚2 𝐾/𝑊
1

𝐿 12.10−2
R2 = 𝐾 = 0,69 𝑊/𝑚 𝐾 = 0,17 𝑚2 𝐾/𝑊
2

𝐿 1
R4 = ℎ = 7,882 𝑊/𝑚2 𝐾 = 0,1268 𝑚2 𝐾/𝑊

Kerugian kalor yang terjadi pada dinding adalah :

𝑇~ 1 −𝑇~ 4 (306 − 298) 𝐾


q= = (0,0312+0,17+0,0312+0,1268)
𝑅 𝑡𝑜𝑡

= 72,79𝑊/𝑚2

c. Kerugian pada dinding depan dan belakang

Dengan type yang sama dengan dinding samping, dinding depan dan

mempunyai tahanan thermal konduksi sama. Perubahan hanya terjadi pada

konveksi dari fluida yang berbeda karena dindingnya lebih panjang.

Plaster bata Plaster

bangunan

Tsi TV

VV
Tso

K1 K2 K3

TV

VV
8m
120

150

Dengan asumsi dan sifat-sifat yang dengan perhitungan sebelumnya

maka dapat dianalisa sebagai berikut :

𝜌𝑉𝐿 1,177 𝑘𝑔 /𝑚3 .4𝑚 /𝑠.3𝑚


Rel = = = 7,65. 105
𝜇 1,8462.10−5 𝑘𝑔/𝑚𝑠

Maka :

Rex,c< 𝑅𝑒 𝑙 Maka aliran yang terjadi adalah Aliran Campuran.

Jadi :

𝑅 5.105 .1,846.10−5 𝑘𝑔/ 𝑚𝑠


Xc= 𝜌𝑒𝑥,𝑐 =
𝑣 1,177 𝑘𝑔 / 𝑚3 .4𝑚 / 𝑠

= 1,96 m

= 1,96 m

Koefisien konveksi rata-rata dapat dicari dengan :

4/5
Nu1 = [0,037.𝑅𝑒𝑙 −871] . Pr1/3

=[0,037.(7,65.105)4/5 –871].0,7061/3

= 902,2

Dengan demikian :
𝑁
ℎ̅° = 𝑢𝑙 𝐿 . 𝑘

902,2 . 26,4 .10−3 𝑊/𝑚 °𝐾


= 3𝑚

= 7,939 W/m2 oK

R1 = R3 = 0,0312 m2 K /W

R2 = 0,17 m2 K /W

1 1
R4 = ℎ =7,939 𝑊 /𝑚2 𝐾 = 0,1259 m2 K / W
𝑜

Diagram tahanan termal untuk dinding :

T81 T82 T83

𝑇~1 𝑇~4

R1 R2 R3 R4

Luas permukaan dinding depan dan belakang adalah :

A= 2 .1,5 m .3 m = 9 m2

Kerugian kalor yang terjadi pada dinding depan dan belakang adalah :

𝑇~1−𝑇~2 ( 306 − 298 )𝐾


q= = ( 0,0312+0,17+0,312+0,1259 )
𝑅𝑡𝑜𝑡
= 22,32 W / m2

q = 22,32 W / m2 . 9 m2 = 200 W

Jumlah kerugian akibat aliran udara seluruhnya adalah :

qtot= ( 1150 + 341,4 + 200 ) W = 1692,4 W

Kerugian lantai dan kebocoran pada air diasumsikan sama dengan kerugian seluruh

dinding yaitu :

q = 341,4 W + 200 W = 541,4 W

4.3. Instalasi Udara Bertekanan Pada Pembenihan Udang

Sebelum perhitungan perpindahan panas dilakukan harus diketahui

sistem instalasi dan cara kerja daripada peralatan pada pembenihan udang

tersebut .

Alur kerja dari instalasi pembenihan adalah udara luar pada tekanan

atmosfir dihisap dengan menggunakan blower dan dihembuskan oleh

membran sehingga menjadi bertekanan . Udara bertekanan bergerak melalui

pipa PVC dengan diameter 3/4 “ kemudian masuk ke pemanas (heater).

Keluar dari heater udara mempunyai temperatur yang lebih tinggi yang

kemudian didistribusikan melalui pipa – pipa kecil yang elastis.Udara

tersebut disemprotkan ke dalam air dengan menggunakan aerator yang

berfungsi untuk membuat gelembung kecil-kecil.Berhubung kebutuhan


aerasi untuk setiap stadia berbeda-beda, maka udara yang keluar diatur

debitnya menggunakan katub yang dipasang pada permukaan pipa PVC.

Gelembung udara yang keluar dari batu aerator mempunyai

temperature yang lebih tinggi daripada temperatur air sehingga akan terjadi

perpindahan panas antara gelembung udara dan air. Jadi yang berfungsi untuk

menaikkan temperature air tersebut adalah gelembung udara. Apabila panas

yang dihasilkan masih kurang bisa digunakan pemanas dengan sistem yang

lain.

a. Perhitungan pemanas yang bersentuhan langsung dengan air .

Sebelum dilakukan perencanaan pemanas terlebih dulu dicari panas yang

dibutuhkan oleh air dan sistem yang digunakan.Perpindahan panas yang

terjadi yang berhubungan langsung dengan air adalah gelembung

udara.Gelembung udara tersebut dengan batas suhu maksimal adalah

33°C, karena bila melebihi bisa berbahaya bagi kehidupan larva.

Data- data yang diperoleh di lapangan :

T = Waktu yang diperlukan udara untuk bergerak sampai permukaan air

setinggi 80 cm adalah 3 detik.

Ti = Temperatur yang diinginkan saat gelembung udara keluar dari batu

aerasi.

L = Ketinggian gelembung udara sampai permukaan air 80 cm

V = Kecepatan gelembung udara

= L / t = 0,8 m / 3s = 0,266 cm / s
Q = Debit udara bertekanan yang dibutuhkan oleh bak pembenihan dengan

volume 25 ton adalah 2,5 m3 / min dengan type blower VB 007

SE.

Analisa perpindahan panas antara gelembung udara dengan air dalam

bak pembenihan.

Sketsa :

air laut

T~ 28℃ 80 𝑐𝑚

h~

Ti =33℃

Asumsi :

1. Sifat gelembung udara konstan dan seragam .

2. Konduksi satu dimensi kearah radial.

3. Diameter gelembung udara sama besar dan seragam, dimana D = 0,4 cm.

4. Abaikan pertukaran air dan sekeliling .

Sifat-sifat :

Tabel A4 udara jenuh dengan T~ 306 K


𝜌 = 1,1614 kg / m3 ∝= 22,5 .10-6 m2 / s

𝑘 = 26,3 .10-3 . W / mk Cp = 1,00 kj / kg k

𝜇 = 184,6 .10 -7 N s / m2

Tabel A6 Sifat-sifat air jenuh T≈301 °K

𝜇 = 855 .10-6 N s /m2 Cp = 4,179 kj / kg K

∝= 0,147 .10-6 m2 / s K = 613 .10-3 W / m K

𝜌 = 995 kj / kg K Pr = 5,83

Syarat penggunaan rumus dalam konduksi transient adalah :

Bi < 0,1 digunakan method kepasifan bongkah

Bi > 0,1 digunakan method grafik

ℎ .𝐿𝑐
Bi = 𝐾

dimana :

𝑉
Lc = 𝐴
𝑠

V = 4 / 3 𝜋𝑟 3

A = 4 𝜋𝑟 2

4/3 𝜋 𝑟 3
Lc = =r/3
4 𝜋𝑟 2

Sehingga :
ℎ. 𝑟
Bi = 3𝑘

Koefisien konveksi rata (ℎ̅) diperoleh dengan bilangan Nusselt. Untuk

kasus yang berhubungan dengan perpindahan panas dan massa dapat

digunakan korelasi Ranz dan Marshal yaitu :

NuD = 2+0,6 (0,196.103)1/2 (25 (80/0, )-0,7)


𝜌𝑢𝐷 𝑉𝐷
Dimana bilangan Reynold adalah :ReD = = Temperatur akhir
𝜇 𝛾

995 𝑘𝑔 /𝑚3 .0,266 𝑚/𝑠.4.10−3 𝑚


= 855 . 10−6 𝑚 𝑠2 / 𝐾𝑔 𝑚
𝑁 s2 / kg m

= 0, 196 .103

Dan :

NuD = 2+ 0,6 (0,196.103)1/2 (25 (80/0, )-0,7)

= 24,86

Koefisien konveksi rata-rata adalah (ℎ̅) :

𝑁𝑢 24,86 . 613 . 10 𝑊/𝑚 𝐾 −3


ℎ̅= 𝐷𝐷.𝑘~ = 4 . 10−3 𝑚

= 3811 W / mK

Syarat penggunaan methode :

ℎ .𝑟
Bi = = 96,6
3𝑘

Karena Bi > 0,1 maka digunakan methode grafik.

Untuk mendapatkan suhu yang diinginkan maka digunakan grafik temperatur dan
untuk itu dicari nilai nilai sebagai berikut :

𝑘 26,3 .10−3 𝑊/𝑚 𝐾


Bi-1 = = = 0,0034
ℎ𝑟 3811 𝑊/𝑚2 𝐾.2 .10−3

∝𝑡 0,146 .10−6 𝑚2 /𝑠 .3 𝑠
𝜏°2
= (2. 10−3 )2 𝑚2

= 0, 11

Dari grafik akan didapatkan :

𝜃
𝜃𝑖
= 0,4

𝑇−𝑇~
𝑇𝑖− 𝑇~
= 0,4

T= [ 0,4 (𝑇𝑖− T~)] + T~

= [ 0,4 (306−301)] +301 K

= 303°R
gelembung udara saat keluar ke permukaan adalah 30 ℃.

Kalor yang dilepas gelembung udara ke dalam air adalah :

ℎ .𝑟 3811 𝑊/𝑚2 𝐾.2 .10−3 𝑚


Bi = = = 289,8
𝑘 26,3.10−9 𝑊/𝑚𝐾

𝑊 2 10−6 𝑚2
̅ ∝𝑡
ℎ ( 3811 2 ) .02,1468 . . 3𝑠
𝑚 𝐾 𝑠
= 2
𝑘2 10−9 𝑊
(26,3. 𝐾)
𝑚

= 9,247.103

Dari grafik rugi-rugi kalor didapatkan :

𝑞
= 0,9
𝑞𝑜

𝑞́ = 0,9 [𝜌. Cp (Ti - T~)]

= 0,9 [1,1614 kg /m3.1,007 kJ /kg K.(306-301) K]

= 5,26 kj /m3

Bila debit udara dari blower adalah 2,5 m3/min maka kalor yang dilepas oleh

gelembung udara ke air adalah

𝑞"
q= .q = 5,2639 kJ/m3.2,5 m3/min . min /60 s
𝑉

= 219,2 J/s

Kalor yang dilepas gelembung udara ke ruangan di atas air :

°
q= .Cp.∆t
𝑚

= q.𝜌.Cp. (Ti –To)


= 2,55 m3/60s.1,177 kg /m3 .1,0057 kJ/ kgK .(303-301) K .

103 J/kJ .W/J s

= 98,6 W

b. Perpindahan panas antara pipa yang masuk ke dalam air.

Perpindahan panas ini terjadi dari aliran udara dalam pipa sehingga

terjadi konveksi antara udara dan dinding pipa, kemudian terjadi konduksi

dalam pipa sampai permukaan luar.Di luar dinding terjadi konveksi bebas

dengan air.

Data-data yang diketahui :

- Jumlah pipa yang masuk ke dalam air = 240 buah

- Diameter pipa = Di = 0,4 cm dan Do = 0,6 cm

- Suhu udara keluar pipa diinginkan To = 33 ℃

- Kecepatan air yang bergerak di sekeliling pipa = 0,26 m/s

- Suhu fluida luar = T~ = 28 ℃

- Kecepatan udara bertekanan dalam pipa adalah :

𝑄 2,5𝑚3 / 𝑚𝑖𝑛 .𝑚𝑖𝑛/60𝑠


V= 𝐴 = 𝜋/4 .𝐷2 . 240

2,5𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 . 𝑚𝑖𝑛/60𝑠


= 𝜋/4 .(4.10.−3 )2 𝑚2 . 240

= 13,82 m/s
°
= 𝜌.V.A = 1,1614 kg/m3.13,82 m /s.(4.10-3)2 . 3,14
𝑚

= 8,06.10-4 kg/s

Sketsa :

80 cm V~

T~

h~

batu derasi
Asumsi :

1. Temperatur permukaan pipa konstan

2. Abaikan perubahan energi kinetik dan potensial

3. Sifat bahan konstan dan seragam

4. Pengaruh radiasi diabaikan

5. Konduksi satu dimensi

Tabel A4 sifat-sifat udara jenuh pada t = 306 k

𝜇 = 184,6. 10−7 𝑠/𝑚2 𝑐𝑝 = 1,007 𝑘𝑗/𝑘𝑔 𝐾

𝑣 = 15,89. 10−6 𝑚2 /𝑠 𝐾 = 26,3. 10−3 𝑤/𝑚𝐾

𝜌 = 1,1614 𝑘𝑔/𝑚3 𝑃𝑟 = 0,707

1. Koefisien perpindahan panas konveksi dalam pipa

Analisa :

Bilangan Reynold untuk aliran paksa didalam pipa dapat diperoleh dengan cara :
𝜌. 𝑉. 𝐷 𝜌. 𝑉. 𝐷
𝑅𝑒𝐷 = =
𝜇 𝜇

13,8 𝑘𝑔/𝑚2 . 4. 10−3 𝑚


=
15,88. 10−6 𝑚2 /𝑠

= 3,479. 103

Syarat batas :

ReD < 2300 berlaku untuk aliran laminer

ReD < 2300 berlaku untuk aliran turbulent

Jadi didalam pipa terjadi aliran turbulent, sedangkan untuk menentukan bentuk

dari aliran adalah :

𝐿
> 10untuk aliran berkembang penuh.
𝐷𝑖

𝐿 8. 10−1
= = 200
𝐷𝑖 4. 10−9

Jadi di dalam pipa terjadi aliran berkembang penuh.

Dengan menyertakan faktor gesekan, maka persamaan calburn dapat

digunakan :

̅̅̅̅̅̅̅
ℎ𝑖 . 𝐷 4/5
𝑁𝑢𝐷 = = 0,23 . 𝑅𝑒𝐷 . 𝑃𝑟 1/9
𝐾

= 0,023 (3,479.109 )4/5 . 0,7071/8

= 19,95
𝑁𝑢𝐷 . 𝑘
ℎ̅i = 𝐷

𝑁𝑢𝐷 . 𝑘
=
𝐷

13,59 . 26. 10−9 𝑊/𝑚 oK


=
4. 10−9 𝑚

= 91,747 𝑊/𝑚2 oK

2. Koefisien perpindahan konveksi pada aliran luar pipa.

Analisa :

ρVD
𝑅𝑒𝐷 =
μ

𝑘𝑔
995 . 0,266𝑚/𝑠. 6. 10−9 𝑚
= 𝑚3
7,65 . 10−4 𝑘𝑔/𝑚 𝑠

= 2075.8

Untuk menghitung Nusselt dapat digunakan :

̅̅̅
ℎ𝑜 𝐷 𝑚
𝑁𝑢𝐷 = = 𝐶 . 𝑅𝑒𝐷 . 𝑃𝑟 1/9
𝐾

Dimana untuk 𝑅𝑒𝐷 = 40 − 4000 diperoleh C = 0,683 dan m = 0,466.

𝑁𝑢𝐷 = 0,683 . (2075,8)0,400 . (5,83)1/3

= 42,94

𝑁𝑢𝐷 . 𝐾
ℎ̅𝑖<𝐿> =
𝐷
13,59 . 26.10−9 𝑊/𝑚 𝑜𝐾
= 4.10−9 𝑚

= 91,747 W/𝑚2 oK

𝑁𝑢𝐷 .𝐾
ℎ̅𝑜 = 𝐷

42,9 . 613.10−9 𝑊/𝑚 𝑜𝐾


= 6.10−9 𝑚

= 91,747 W/𝑚2oK

3. Rangkaian Tahanan Thermal

Bahan yang digunakan dipilih Rubber Soft

ρ = 1190 kg/m3

k = 0,13 W/mK

Cp = 2010 J/kg K

Rangkaian tahanan Thermal :

(GBR)

Laju perpindahan panas untuk rangkaian tersebut dapat di nyatakan

dengan :
𝑇~ 1 −𝑇~ 2
qH = 𝑅
1 + 𝑅2 + 𝑅3

dimana :

1 1
𝑅1 = =
𝜋 𝐷 ℎ1 𝐿 𝜋 . 4. 1013 𝑚 . 0,8𝑚 . 91,747 𝑊/𝑚2 𝐾

= 0,668 𝐾 𝑚/𝑊

𝐿𝑛 (𝐷𝑜/𝐷𝑖) 𝐿𝑛 (6/4)
𝑅2 = =
2𝜋𝑘 𝐿 2 . 𝜋 . 0,13 𝑊/𝑚𝐾 . 0,8 𝑚

= 0,392 K/W

1 1
𝑅3 = =
𝜋 𝐷 ℎ𝑜 𝐿 𝜋. 6. 10−3 𝑚. 4387 𝑊 𝐾
𝑚2

= 0,0092 𝐾 𝑚/𝑤

Jadi panas yang dilepas oleh pipa adalah :

𝑇~1 − 𝑇~2 (306 − 301)


𝑞" = =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 0,668 + 0,392 + 0,0092

= 4,674 𝑊

Panas yang dilepas sebanyak pipa plastik yang masuk ke dalam air 240 batang

adalah :

𝑞 = 3,65 𝑊. 240

= 876,04 𝑊
Temperatur masuk pipa (𝑇𝑚𝑖 ) udara bertekanan adalah

∆ 𝑇 𝑇𝑚𝑖 − 𝑇𝑎
𝑞= =
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅1 + 𝑅2

𝑇𝑚𝑖 = 𝑇𝑎 + 𝑞 (𝑅1 + 𝑅2 )

(0,668 + 0,392) 𝐾
= 4,675 𝑤 + 306 𝐾
𝑊

= 4,955 𝐾 + 306 𝐾

= 310,9 𝐾

c. Panas yang dilepas pipa ke ruangan

Dalam suatu bak terdapat 144 batang pipa dengan panjang yang berbeda,

maka diambil panjang rata-rata yaitu 160 cm. Diameter pipa ini sama dengan

diameter pipa yang masuk dalam air. Jadi untuk koefisien konveksi hi sama yaitu

ℎ𝑖 = 91, 747 W/m2K. Karena ruangan tertutup oleh dark light maka dianggap

fluida tidak mempunyai kecepatan sehingga perpindahan hanya terjadi dengan

radiasi. Skema :

Tso

Tmi Tmo Tsur 280C

Assumsi :

1. Keadaan lunak
2. Sifat-sifat konstan dan seragam

3. Tak ada pembangkitan energi dalam

4.

Rangkaian tahanan thermal

Rugi-rugi panas persatuan luas pipa dengan diasumsikan Tso = 400C

𝑞 ′ = 𝜀 𝜎 𝐴 (𝑇𝑠 4 − 𝑇𝑠𝑢𝑟 4 )

= 0,94. 5,67. 10−8 W/m2K4 . 𝜋. 6. 10−9 𝑚. 1,6 𝑚.

(3134 − 3014 )𝐾 4

= 2,23 W

Panas yang dilepas oleh 240 batang pipa adalah :

= 2,23 𝑊. 240 = 535,2 W.

Tahanan thermal

1 1
𝑅1 = = 𝑤
𝜋 𝐷 ℎ1 𝐿 3,14. 4. 10−3 𝑚. 91,747 2 . 1,6 𝑚
𝑚 𝐾

𝐾
0,542
𝑤

Dengan menggunakan kesetimbangan energi maka dapat dicari temperature

udara masuk Tmi .


𝑇 𝑇𝑚𝑖 − 𝑇𝑠
𝑞= =
𝑅 𝑅1 + 𝑅2

𝑇𝑢 = 𝑇𝑠 + 2,232 𝑊 (0,532 + 0,310)K/W

= 313 𝐾 + 1,879 𝐾

= 314, 9 K

Jadi temperatur masuk Tmi adalah 314,9 K

d. Panas yang dilepas oleh pipa distribusi

Diketahui :

Sebuah tabung silinder yang terbuat dari bahan Poly Vinyl

Chlorida yang berfungsi untuk mengalirkan udara dan membagi udara menjadi pipa

kecil-kecil.

Skematis:

Diketahui :

Debit udara bertekanan (Q) = 2,5 m3/in

Diameter pipa dalam (Di) = 3/4” = 1,905 cm


Diameter pipa luar (Do) = 15/16” = 2,3812 cm

Panjang pipa (L) =8m

Kecepatan udara (V) = 146,26 m/s

Bahan pipa dari Polivinyl Acetat

Asumsi :

1. Sifat-sifat konstan dan seragam

2. Kondisi steady state

3. Konduksi satu dimensi ke arah radial

4. Temperatur permukaan pipa konstan

Sifat – sifat :

Sifat udara pada T ≈ 315 K

𝜇 = 192,28. 10−7 𝑁 𝑠/𝑚2 Cp = 1,008 kj/kg K

Pr = 0,705 K = 27,58.10−3 𝑊/

𝑚𝐾

𝜌 = 1,108 𝑘𝑔/𝑚3

Sifat-sifat pipa :

k = 0,100 𝑊/𝑚𝐾

𝜀 = 0,94
Analisa :

𝜌𝑉𝐷
𝑅𝑒𝐷 =
𝜇

1,108 𝑘𝑔/𝑚3 . 146,26𝑚/𝑠.1,905.10−2 𝑚


= 192,28.10−7 𝑘𝑔/𝑚

= 1,6 . 105

Karena 𝑅𝑒𝐷 > 2300 maka aliran yang terjadi adalah turbulent.

𝐿 8𝑚
= = 419,9 > 10, maka aliran yang terjadi berkembang penuh.
𝐷𝑖 1,905.10−2 𝑚

Korelasi perpindahan panas yang sesuai adalah :

ℎ̅ 𝐿 𝐷 4/5
𝑁𝑢𝐷 = = 0,023 . 𝑅𝑒𝐷 . 𝑃𝑟 𝑛
𝐾

Dimana n = 0,4

4
𝑁𝑢𝐷 = 0,023 (1,6. 105 )5 . 0,7050,4

= 292,08

𝑁𝑢𝐷 . 𝐾
ℎ̅𝑖 =
𝐷

292 . 27,58.10−3 𝑊/𝑚 °𝐾


= 1,905.10−2 𝑚

= 422,8𝑊/𝑚2 𝐾

Rangkaian tahanan thermal :


Tahanan Thermal :

1 1
𝑅1 = =
𝜋 𝐷 ℎ1 𝐿 3,14 . 1,905. 10−2 𝑚 . 422,8 𝑊/𝑚2 𝐾 . 8𝑚

= 0,0049 K/W

𝐿𝑛 (𝐷𝑜/𝐷𝑖) 𝐿𝑛(2,3812/1,905)
𝑅2 = =
2𝜋𝐾𝐿 2 . 3,14 . 0,1 𝑊/𝑚𝑘 . 8𝑚

= 0,044 K/W

Dengan menggunakan kesetimbangan maka akan didapatkan :

𝑞𝑖𝑛 = 𝑞𝑜𝑢𝑡

𝑇𝑚𝑖 − 𝑇𝑠𝑜
= 𝜀 𝜎 𝐴 (𝑇𝑠𝑜 − 𝑇𝑠𝑢𝑟 )
𝑅𝑡𝑜𝑡

Dimana 𝑇𝑠𝑜 diasumsikan untuk seluruh permukaan konstan dan

𝑇𝑠𝑜 = 316 K

𝑇𝑚𝑖 = 316 K + [ 0,94 . 5,67 . 10−8 𝑊/𝑚2 𝐾 . 3,14 . 2,3812 . 10−2 𝑚 . 8 𝑚

(3164 − 3014 )𝐾 4 . (0,0049 + 0,044) 𝐾/𝑊

= 316 + 5,2 K
= 321,2 K

Jadi temperature untuk masuk pipa adalah 48,2oC.

Panas yang dilepas oleh radiasi pipa bisa bermafaat untuk memanaskan

ruangan bak pembenihan sehingga dapat meningkatkan suhu lingkungan. Jadi pipa

tidak perlu diberi isolasi karena panas yang dilepas bisa digunakan untuk

mengurangi kehilangan panas dengan konveksi permukaan draft light (atap) dengan

udara sekitar.

e. Perhitungan perencanaan pemanas

Skematik :

Asumsi :

1. Kondisi steady state

2. Konduksi satu dimensi satu arah

3. Sifat-sifat konstan dan seargam

4. Abaikan pertukaran radiasi dengan sekeliling

5. Koefisien konveksi pada permukaan luar seragam (dengan atau tanpa fin)
Sifat-sifat :

Udara pada Ts = 311 K

ϒ = 1,1572 kg/m3 Cp = 1,0075 kj/kg K

Pr = 0,706 K = 27,5 . 10-9 W/mK

ρ = 1,1572 kg/m3

Copper pure = tf = 400 K

Melting point = 1358 K, K = 399 W/mK

Cp = 397 J/kg K

Laju aliran massa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kalor sebesar 1614

W dengan suhu masukan 28 oC adalah :

𝑚3
𝑄 2,5
min . 𝑚𝑖𝑛/60𝑠
V = 𝐴 = (0,15.0,075)−(10.0,03.0,006)−(0,15.0,04)𝑚2

= 12,07 m/s

𝑚̇ = 𝑄 . ρ = 2,5𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 . 1,1572 kJ/m3 . min/60s

= 0,0482kg/s.1,0075kJ/kgK.103J/kJ.Ws/J.(321,2-301)K

= 980,9 W

Kalor yang diperlukan = kalor yang diberikan heater :

2
q = [𝑁. 𝑛𝑓 . ℎ̅. 2𝜋 (𝑟 2𝑐 − 𝑟1 ) + ℎ̅(𝐻 − 𝑁𝑡)(2𝜋𝑟1 )] (𝑇𝑠 − 𝑇~ )
Koefisien konveksi rata-rata (ℎ̅) dapat dicari dengan

𝑝.𝑉.𝐷 𝑉. 𝐷
ReD = =
μ ϒ

12,07 𝑚/𝑠 .4.10−2 𝑚


= 16,99 . 10−8 𝑚2 /𝑠

= 2,841 . 104

1/2 4/5
0,62 . 𝑅𝑒𝐷 . 𝑃𝑟 1/3 𝑚 𝑅𝑒𝐷 5/8
𝑁𝑢𝐷 = 0,3 + [1 + ( ) ]
[1 + (0,4/Pr)2/3 ] 28200

4/5
0,62 . (2,841 . 104 )1/3 2,842.104 5/8
= 0,3 + [1+(0,4/0,706)]
[1 +( ) ]
28200

= 142,7

𝑁𝑢. 𝑘 142,7 . 27,5 . 10−9 𝑊/𝑚 𝐾


ℎ̅ = =
𝐷 4 . 10−2 𝑚

= 98,16 W/mK

Efisiensi fin dapat diperoleh dengan :

𝑡 0,006
𝑟2𝑐 = 𝑟2 + = 0,035 + = 0,038 𝑚
2 2

𝑟2𝑐 0,038 𝑚
= = 1,9
𝑟1 0,02 𝑚

𝑡 0,006
Lc = L + 2 = 0,015 + = 0,018 𝑚
2

Ap = 𝐿𝑐 . 𝑡 = 0,018 𝑚 . 0,006 𝑚 = 1,06 . 10−4 𝑚2

1
ℎ 1/2
2
3/2 988,16𝑊𝑚2 𝐾
𝐿𝑐 (𝑘 𝐴𝑝 ) = 0,018 𝑚 3/2 [393𝑊 ]
.14,06.10−4 𝑚2
𝑚𝑘
= 0,12

Gambar 4.2.

Efisiensi fin ring profile segi empat

(Ref. 1. Hal 157)

Dari gambar diatas efisiensi fin ditetapkan :

𝑛𝑓 = 0,95

Temperatur permukaan pipa untuk menghasilkan panas sebesar 48 oC adalah :

𝑞
Ts = T~ + 2 2
̅[𝑁.𝑛𝑓 . −𝑟
ℎ 2𝜋 (𝑟 2𝑐 1 )+(𝐻−𝑁𝑡 )2𝜋𝑟𝑖 ]

980,9 𝑊
= 301 K + 98,16𝑊/𝑚2 𝐾[10.0,95.2.3,14(0,0382 ]

+[0,15 − 10.0,006) 2.3,14.0,02] 𝑚2


= 301 𝐾 + 125,4 𝐾

= 426,4 𝐾

Bila diestimasikan bahwa 20 % dari kalor yang dihasilkan hilang melalui

ujung pipa dan dinding ruang pemanas, maka kalor yang dibutuhkan pemanas

adalah :

0,8 𝑞𝑖𝑛 = 𝑞𝑜𝑢𝑡

𝑞𝑜𝑢𝑡
𝑞𝑖𝑛 = 0,8

980,9
= 𝑊
0,8

= 1226 W

Daya yang harus diberikan pada pemanas adalah 1226 watt.

4.4. Analisa kalor yang diberikan dan yang dibutuhkan untuk menstabilkan

suhu ruangan

a. Jumlah kalor dalam air

1) Kerugian kalor :

- 2 dinding samping = 341,4 W

- Dinding depan belakang = 200,9 W

- Kerugian lantai dan kebocoran = 541,4 W

Jumlah = 1083 W
2) Kalor yang diberikan pada air

- Gelembung udara = 219,2 W

- Pipa-pipa yang masuk IR = 876,24 W

Jumlah = 1095,44 W

b. Jumlah kalor dalam ruangan diatas air

1) Kerugian kalor pada ruangan

- Konveksi atap = 1150 W

- Radiasi atap = 709,39 W

- Kebocoran 20% dari seluruh

Kerugian atap = 371,8 W

Jumlah = 2231,3 W

2) Kalor yang diberikan pada ruangan

- Pipa-pipa kecil = 525,5 W

- Pipa PVC (pipa distribusi) = 56,2 W

- Sisa panas gelembung udara = 98,6 W

Jumlah = 680,3 W

Dari analisa diatas maka didapat kerugian terbesar terjadi konveksi atap

karena kalor yang keluar lebih besar daripada kalor yang diberikan.
- Kalor dalam air = 𝑞𝑖𝑛 = 1095,44 W

𝑞𝑜𝑢𝑡 = 1083,7 W

= 11,74 W

Jadi kalor yang diberikan pada air masih mempunyai sisa q = 11,74 W.

- Kalor pada ruangan : 𝑞𝑖𝑛 = 680,3 W

𝑞𝑜𝑢𝑡 = 2295,44 W

= -1614,44 W

Jadi kalor yang diberikan pada ruangan di atas permukaan air masih mengalami

sebesar 16,14 W. Dalam mengatasi kekurangan tersebut, maka diaas permukaan air

sebaiknya diberikan pemanas ruangan yang mampu memenuhi kekurangan kalor

yang dibutuhkan sehingga kestabilan temperature ruangan pada suhu diantara 28


o
C sampai 33 oC tercapai tanpa terjadi perubahan suhu yang mendadak (tiba-tiba).

5. Perhitungan ruangan di bawah atap

Kalor yang dibutuhkan untuk menstabilkan suhu ruangan di bawah atap

adalah 1614 W.
Asumsi :

1. Kondisi stedy state

2. Konduksi satu dimensi kea rah radial

3. Sifat-sifat konstan dan seragam

4. Abaikan pertukaran radiasi dengan sekeliling

5. Koefisien konveksi permukaan luar seragam (dengan atau tanpa fin)

Sifat-sifat :

Udara pada tf = 301

ρ = 1,1614 kg/m3 C
p = 1,007 kJ/kgK

v = 15,89 . 10-6 m2/s K = 26,3 . 10-9 W/mK

Pr = 0,707

Copper pure tf = 400 K

Melting point = 1358 K , K = 393 W/mK , Cp = 397 J/kgK

Laju aliran massa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kalor sebesar

1614 W dengan suhu masukan 28 oC adalah :

𝐽
𝑞 1614 𝑊 𝑊𝑠
𝑚̇ = =
𝐶𝑝 (𝑇𝑚𝑜 − 𝑇𝑚𝑖 ) 𝐽
1,007.109 (306 − 301) 𝐾
𝑘𝑔𝐾

= 0,32 kg/s

Kecepatan aliran udara dapat dicari dengan :

𝑚̇ = ρ. 𝑣. 𝐴
Dimana :

A = Luas ruangan heater dikurangi heater beserta siripnya.

A = (0,085.0,15) – (20.0,004.0,04) – (0,15.0,04)

= 3,55.10-9 m2

Jadi :

𝑘𝑔
𝑚̇ 0,32
𝑠
V=ρ = 𝑘𝑔
A 1,1614 9 .3,55.10−9 𝑚2
𝑚

= 77,6 m/s

Koefisien konveksi rata-rata (ℎ̅) 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ ∶

𝑚
𝑉 𝐷 77,6 𝑠 . 0,4 𝑚
5
𝑅𝑒𝐷 = = 2 = 1,9. 10
ϒ 𝑚
15,89. 10−8 𝑠

ℎ̅ 𝐷
𝑁𝑢𝐷 = = 𝐶 𝑅𝑒𝐷 𝑚 𝑃𝑟 1/9
𝐾

Untuk 𝑅𝑒𝐷 = 1.9. 105 didapatkan C = 0,027 dan m = 0,805.

𝑁𝑢𝐷 = 0,027 . (1,9.105 )0,805 . 0.7071/9

= 427

𝑊
𝑁𝑢𝐷 𝑘 427 . 26,3. 10−9 𝑚𝐾
ℎ̅ = =
𝐷 0,04 𝑚

= 280,7 W/𝑚2 𝐾
Efisiensi fin dapat dicari dengan :

𝑡 0,004
𝑟2 𝑐 = 𝑟2 + = 0,04 + = 0,042 𝑚
2 2

𝑟2 𝑐 0,042
= = 2,1
𝑟1 0,02

𝑡 0,004
𝐿𝑐 = 𝐿 + = 0,02 + = 0,022 𝑚
2 2

1/2
3/2
280,7
𝐴𝑝 = 𝐿𝑐 . 𝑡 = 0,022 . ( )
393 . 8,8 .−5

Dari gambar efisiensi fin untuk profil segiempat diperoleh 𝑛 𝑓 = 0,91.

Temperatur permukaan heater untuk menghasilkan panas pada temperature 33 oC

adalah :

𝑞
𝑇𝑠 = 𝑇~ +
ℎ̅ (𝑁𝑛𝑓 2𝜋 (𝑟2 𝐶 2 − 𝑟 2 ) + (𝐻 − 𝑁𝑖 )2𝜋𝑖 𝐽

= 301 K

1614 𝑊
+
𝑊
280,7 [20.0,91.2.3,14 (0, 0422 − 0,022 ) + (0,15 − 20.0,004) 2.3,14.0,02]𝑚2
𝑚2 𝐾

= 301 𝐾 + 34,9 𝐾

= 336 𝐾

Jadi temperatur permukaan heater adalah 630 C.


Bila diestimasikan bahwa kalor yang hilang hanya pada dinding ruang heater

sebesar 5% dan tidak ada panas yang keluar ke lingkungan, maka kalor yang

dibutuhkan pemanas adalah :

0,95q in = q out

qout 1614 𝑊
qίn = = = 1698,9 W
0,95 0,95

Diameter fan bila dibuat diameter 25 cm maka kecepatan udara yang keluar dari

fan adalah:

𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑜𝑢𝑡

𝑚 −9
𝑉2 𝐴2 77,6 𝑠 . 3,55. 10 𝑚2 𝑚
𝑉1 = = 2 = 5,6
𝐴1 0,25 𝑠
3,14 . 4 𝑚2

𝑄𝑖𝑛 = 5,6 𝑚/𝑠 . 3,14/4 . 0,252 𝑚2 = 0,274 𝑚3 /𝑠

4.4. Pengaturan suhu

Karena peralatan ini bekerja dengan batasan-batasan tertentu dengan

perbedaan suhu yang kecil dan dibutuhkan kestabilan shu7, maka sebaiknya

digunakan alat pengatur suhu (thermostat) karena selain praktis juga

mempermudah kerja teknisi dalam mengatur temperatur supaya tetap dalam

keadaan stabil. Kegunaan pengatur suhu (Thermostat) adalah:

- Mengatur batas suhu dalam runagnan baik suhu ruangan maupun suhu air

sebagai media larva udang.


- Mengatur lama pemanas untuk bekerja

- Menghasilkan dan menghidupkan kembali pemanas secara otomatis

Macam-macam type thermostat yan sering digunakan:

a. Type sensing bulb

b. Type bimetal

Dari kedua type tersebut ada kelebihan masing-masing yaitu sensing bulb

lebih baik digunakan untuk temperature yang rendah karena lebioh peka dan

ketelitian tinggi.Sedangkan type bimetal untuk peralatan yang bertemperature

tinggi, sehingga ketelitian kurang bisa dikontrol.

a. Thermostat Sensing Bulb.

1) Pengaturan sensing bulb dengan tonggle.

Thermostat sensing bulb ini bekerja dengan cara menghubungkan pipa kapiler

dari sebuah bulb yang berisi cairan yang mudah sekali menguap (volatile fluid).

Sensing bulb ini dipasang pada ruangan, sedangkan pillpa kapiler

menghubungkan sendsing bulb dengan control pengatur suhu seperti pada

gambar dibawah;
Gambar 4.3.Mekanik dari thermostat sistem ungkit.

(ref. 5, hal 28)

Pada control pengatur suhu, membuka/menutupnya kontak-kontak harus

dalam waktu yan singkt, sebab apabila kontak tersebut membuka dan menutupnya

lambat akan terjadi loncatan bunga api. Loncatan Bungan api akan mempercepat

kerusakan dari konktak itu sendiri. Untuk mendapat gerakan membuka dan

menutup dengan cepat dapat digunakan sistem:

1. System pir /togle

2. System magnit permanent

Proses kerja dari pada sensing bulb

Apabila suhu pada runagan turun , liquid pada sensing bulb akan mengkerut

sehingga bellowstate akan tertekan oleh pir keatas ( karena tekanan dari bellws

mengecil ) akibatnya tonggle menuju tditdik D dan koktak menutup hingga arus

listrik membuat heater bekerja.

Apabila suhu pada runagn naik (memanas), liquid pada sensing bulb

mengembang (menguap) sehingga tekanan bellows akan naik dan mendorong pir

ke bawah, akibatnya tonggle akan menuju titik C dan kontak membuka sehingha

heater berhenti.

2) Pengaturan Dengan Range

Guna membuat pemanasa bisa bekerja sesuai dengan keinginan,

maka temperature yang diinginkan sesuai dengan ange. Pengaturan range akan

memberikan interval suhu/tekanan yang tetap secara otomatis (selisih antara


minimum dan maksimum tetap). Misalnya akan dibuat suhu range 100 maka

dapat dibuat mula-mula unit akan cut in pada 330C dan cut out pada 430C pada

ruangan. Untuk memnetukan temperature yang pasti dalam ruangan sangatlah

sulit dilaksanakan, karena spring dan peralatan yang sesuai dengan dimensi

yang diinginkan sangatlah sulit.

Tapi untuk mengatur kedudukan yang dikehendaki dapat dilakukan

dengan memutar temperature range. Jika baut range diputar masuk maka suhu

kerja akan naik, begitu pula sebaliknya, lihat gambar.

Gambar 4.4.mekanik pengaturan dengan range

(ref. 5, hal 29)

3) Pengaturan Differensial

Pengaturan differensial adalah mengatur lamanya heater untuk

bekerja. Pengaturan differensial dilakukan dengan cara mengatur kedudukan

baut differensial. Baut tersebut bisa berubah kedudukan batang yang

menggerakkan moveble contact, lihat gambar :


Gambar 4.5 Mekanik dari pengaturan differensial

(a) Type Cut in (b) Type Cut Out

(Ref 5, hal. 29)

Ada 3 cara pengaturan differensial

1. Type cut in, yaitu cut in dirubah tanpa merubah cut outnya

2. Type cut out, merubah cut out tanpa merubah cut in nya

3. Double type

Baut differensial dapat mempercepat/memperlambat menutup atau

membukanya kontak karena perubahan kedudukan batang meskipun sedikit

akan besar sekali pengaruhnya terhadap waktu pemutusan atau penyambungan

kontak.

Kemiringan batang akan sangat mempengaruhi terhadap waktu

pemutusan atau membukanya kontak-kontak.pengatuaran differensial ini harus

dengan hati-hati karena perubahan sedikit bisa membuat perubahan suhu yang

besar.
Untuk system yang menggunakan pilpa kapiler seperti ini waktu

pemutusan dan penutupan kontak janganlah terlalu singkat, hendaknya cukup

waktu untuk mencapai keseimbangan.

b. Thermostat Type Bimetal

Thermostat type ini biasanya digunakan untuk unit-unit yang mempunyai

temperature yang besar. Bimetal ini berupa dua buah plat tipis yang digabung

menjadi satu. Kedua buah plat tipis yang digabung menjadi satu. Kedua buah

plat tipis yang digabungk tersebut mempunyai koefisien muai panjang yang

berbeda, sehingga bila terkena panas yang bersamaan logam yang mempunyai

muai panjanglebih besar akan mendorong logam lain yang mempunyai muai

panjang lebih kecil sehingga akan membentuk bengkokan.

Gambar 4.6. Relay Thermal dengan 2 bimetal strips

(ref. 5, hal 33)

Keterangan:

L. Hubungan dengan line

A. Elemen pemanas
B. Bimetal untuk running

C. Bimetal untuk starting pemanas (heater)

Peralatan ini dalam keadaan dingin akan menutup dan bila melebihi panas

yang ditentukan akan terbuka. Sedangkan control ruangan diatur dengan thermostat

sensing bulb. Pada saat start panas dari elemen pemanas akan memutuskan

hubungan L dengan starting heater akibat dari pemuaian bimetal. Peralatan ini

bekerja bila temperature pemanas turun dan bila sudah mencapai batas maksimum,

maka heater akan berhenti dengan sendirinya. Selain itu jua dapat memutuskan

arus, bila arus yang digunakan terlalu besar maka elemen A akan bekerja sehingga

strips bimetal B memutuskan arus. Relay ini disebut dengan safety cut-out.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisa langsung pada proyek pembenihan udang

dan perhitungan berdasarkan literature yang ada, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerugian kalor pada air dalam bak pembenihan tiap detik adalah 1083 W.

2. Kerugian kalor pada ruangan tiap detik adalah sebesar 2231 W.

3. Kalor yang diberikan dari hasil pemanasn oleh heater tiap detik lewat

instansi aerasi adalah:

- Panas yang diberikan pada air sebesar 1095 W

- Panas yang diberikan pada ruangan 680 W

4. Karena kalor yang diberikan pada ruangan masih mengalami kekurangan,

maka diberikan pemanas ruang kemampuan menstabilkan kekurangan

kalo9r untuk mengahsilkan panas yang diinginkan adalah:

- Daya untuk heater instalasi aerasi sebesar 1226 W dengan debit udara

0,041 m3/s.

- Daya untuk heater pemanas ruangan sebesar 1698 W dengan debit udara

fan 0,274 m3/s

Untuk mengoperasikan heater ini diusahakan system otomatis, hal ini

dilakukan guna menjaga kestabilan temperature sesuai dengan

keinginan.Adapun batasan untuk control heater tersebut adalah:


- Batasan control pemanas pada instalasi aerasi yaitu arus listrik oleh 2

peralatan yaitu pada saat suhu air lebih dari 306 K arus akan terputus,

demikian juga bila temperature permukiaan hetaer lebih dari 426 K.

- Batasn kontrtol pemanas pada ruangan yaitu arus listrik akan terputus bila

suhu udara lebih dari 306 K dan suhu permukaan heater dari 336 K.

5.2. Saran-saran

Akibat banyaknya kerugian kalor yang terjadi dari peristiwa

konduksi,konveksi dan radiasi,maka untuk mengurangi kerugian yang terjadi

disarankan :

1. Karena kerugian terbesar terjadi pada atap, terutama pada musim

penghujan. Jadi sebaiknya bak pembenihkan dibuat didalm rumah yang

permanen dengan atap yang tembus cahaya. Untuk sirkulasi udara

sebaiknya tanpa dinding, sedangkan bak ditutup dengan terpal plastic

bila mengalami penurunan.

2. Dinding bak dilindungi dengan cat yang cukup tebal dengan bahan yang

konduktifitasnya rendah (sebagai isolasi).

3. Pada musim hujan sebaiknya bak ditutup rapat pada permukaan

sehingga tak banyak terjadi kebocoran pada lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai