Anda di halaman 1dari 7

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit AN-NISA


Nomor : 057/PER/DIR/III/2015
Tanggal : 31 Maret 2015

KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

1. Pelayanan Kamar Operasi mempunyai visi dan misi yang mengacu pada
visi dan misi rumah sakit.
2. Pelayanan Kamar Operasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit.
3. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi, prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan.
4. Pelayanan Kamar operasi RS AN-NISA dilakukan di hari Senin – Sabtu
pukul 07:00 – 21:00 untuk kasus elektif.
5. Kasus operasi emergency dilayani 24 jam setiap hari.
6. Kamar operasi RS AN-NISA dipimpin oleh Penanggung Jawab Rawat
Khusus yang telah ditunjuk oleh Direktur RS AN-NISA sesuai dengan
kualifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.
7. Semua perawat dan petugas yang bertugas di Kamar Operasi wajib
mempunyai latar belakang pendidikan dan pelatihan, baik eksternal
maupun internal.
8. Setiap petugas atau staf kamar bedah wajib mengikuti pelatihan yang
sudah diprogramkan SDM.
9. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
10. Penyediaan tenaga di Kamar Operasi RS AN-NISA harus mengacu pada
pola ketenagaan.
11. Kamar operasi RS AN-NISA terdiri dari 2 OK Mayor dan 1 OK minor,
dengan dukungan 2 tim bedah untuk OK Mayor, dan 1 asisten bedah
untuk OK minor.
12. OK Minor dapat difungsikan sebagai OK emergency bilamana
dibutuhkan dengan tenaga tambahan sesuai on call.
13. Jenis pelayanan di Kamar Operasi RS AN-NISA terdiri dari Bedah
Umum, Obstetri & Ginekologi, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Mata dan
THT, dengan jenis kasus disesuaikan dengan klinis pasien, jenis
tindakan yang akan dilakukan serta fasilitas yang tersedia di RS AN-
NISA.
14. Dokter operator harus melaksanakan asesmen pra bedah sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
15. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi
mengenai prosedur yang akan dijalani, khususnya prosedur tindakan
pembedahan, dibuktikan dengan terisinya Lembar Edukasi & Informasi
Pasien.
16. Rumah Sakit dan Dokter wajib meminta persetujuan tindakan dari pasien
secara tertulis, dibuktikan dengan Lembar Persetujuan Tindakan.
17. Pelaksanaan persiapan operasi elektif dilakukan di poliklinik rawat jalan
sesuai dengan usia dan kondisi klinis pasien, kecuali ada indikasi klinis
perbaikan kondisi perlu dilakukan di rawat inap.
18. Persiapan operasi emergency dilakukan segera sesuai dengan standar
prosedur operasional.
19. Pendaftaran pasien operasi elektif dilakukan selambat-lambatnya 1 hari
sebelum operasi. Pendaftarkan dilakukan untuk memastikan kesiapan
kelengkapan sebelum operasi, seperti konsul anestes; konfirmasi jadwal
operasi disesuaikan antara jadwal yang tersedia di kamar operasi, jadwal
operator dan anestesi;serta konfirmasi ruang perawatan dan
pembiayaan.
20. Pasien mendapatkan kepastian jadwal operasi jika sudah dilakukan
konsul anestesi dan mendapatkan persetujuan anestesi untuk operasi.
Konsul Anestesi dilakukan di Poli Anestesi atau Visit Pre Operasi di
Ruang Rawat yang dilakukan oleh dokter anestesi. Persetujuan pasien
untuk dibius dibuktikan dengan Lembar Persetujuan Tindakan Anestesi
yang sesuai dengan jenis anestesi yang akan dilakukan, yang terisi
lengkap.
21. Pendaftaran pasien operasi emergency dapat dilakukan kapan pun, dan
operasi emergency dapat menggeser jadwal operasi elektif bila terdapat
jadwal operasi elektif pada kamar operasi yang sama.
22. Pasien masuk rawat inap selambat-lambatnya 6 jam sebelum dilakukan
operasi untuk memastikan prosedur persiapan operasi elektif dilakukan
dengan benar.
23. Untuk operasi mayor, pasien wajib mandi menggunakan chlorhexidine
2%
24. Sebelum masuk kamar operasi,kelengkapan administrasi operasi sudah
siap dan terisi lengkap, yang terdiri dari Asesmen Pra Bedah, Lembar
Edukasi dan Informasi,Lembar Konsul anestesi dan spesialis lain jika
diperlukan, Lembar Persetujuan Tindakan,Lembar Persetujuan Anestesi,
serta sudah dilakukan penandaan lokasi operasi (site marking).
25. Site marking dilakukan dengan memberikan lingkaran di sekitar lokasi
operasi dan wajib dilakukan hanya pada organ yang:
a. memiliki dua sisi (kanan/kiri)
b. Struktur multiple seperti jari-jari, dan
c. memiliki level seperti tulang belakang
26. Setiap pasien yang akan dioperasi dilakukan serah terima antara
perawat dari ruangan sebelumnya ke perawat ruang operasi, yang
meliputi:
a. Identifikasi pasien
b. Diagnosis
c. Jenis operasi
d. Informed Consent
e. Lokasi Operasi
f. Riwayat penyakit yang dapat menjadi perhatian baik operator
maupun anestesi
g. Persiapan operasi serta antisipasi kemungkinan resiko komplikasi
bedah maupun bius
27. Setiap pasien operasi harus dilakukan checklist keselamatan pasien
(surgical safety checklist). Checklist keselamatan pasien adalah suatu
program dalam upaya menurunkan komplikasi pembedahan dan
anestesi. Checklist keselamatan pasien terdiri dari sign in, time out dan
sign out.
28. Pelaksanaan Surgical Safety Checklist dibuat dalam panduan tersendiri.
29. Penadaan lokasi operasi harus dilakukan oleh operator bedah, pada
kasus operasi sisi (laterality), struktur multipel ( jari-jari) atau level
multiple.
30. Cuci tangan bedah wajib dilakukan sebelum tindakan operasi, dengan
menggunakan air steril, sabun khusus bedah, dan alcohol. Cuci tangan
dilakukan selama ±3-5 menit sesuai dengan standar prosedur
operasional, untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi atau
infeksi luka operasi, setelah itu dilakukan pemakaian jas steril dan
sarung tangan steril oleh setiap orang yang ikut dalam tindakan
pembedahan.
31. Pembersihan area operasi dilakukan dengan menggunakan cairan
chlorhexidine 2% dan diikuti dengan betadine setelah pasien dalam
pengaruh obat bius. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi bakteri dan infeksi luka operasi.
32. Seluruh tim bedah dan tim anestesi, termasuk dokter resuscitator bayi
pada operasi seksio caesaria, wajib hadir saat dilakukan time out.
33. Bila ada perluasan tindakan operasi, operator harus memberikan
informasi kepada penanggung jawab pasien (keluarga) sebelum
perluasan operasi dilakukan dan penanggung jawab pasien harus
menanda tangani informed consent.
34. Penundaan operasi karena kondisi pasien atau perubahan jadwal dari
operator, anestesi atau jadwal kamar operasi, harus segera
diinformasikan ke pasien dan keluarga.
35. Pembatalan operasi karena kondisi pasien atau perubahan jadwal dari
operator, anestesi atau jadwal kamar operasi, harus segera
diinformasikan ke pasien dan keluarga.
36. Penghitungan kassa, instrument dan jarum, dilakukan oleh perawat
sirkuler, sebelum penutupan lapisan peritoneum. Bila terdapat ketidak
sesuaian penghitungan kassa dan instrument sebelum dan sesudah
operasi, maka dilakukan penghitungan ulang sebelum sayatan operasi
ditutup.
37. Penutupan luka operasi dilakukan segera setelah penutupan lapangan
operasi dan pembersihan daerah operasi untuk mencegah terjadinya
infeksi. Pada setiap pasien operasi yang terdapat luka insisi harus
ditutup. Luka operasi ditutup dengan menggunakan tule dan kassa steril
lalu diplester, sehingga luka operasi tetap bersih dan mencegah terjadi
infeksi luka operasi.
38. Laporan operasi atau tindakan harus ditulis oleh dokter operator secara
lengkap sesuai dengan lembar yang sudah tersedia dan disimpan dalam
rekam medis.
39. Laporan anestesi harus ditulis oleh dokter anestesi secara lengkap
sesuai dengan lembar yang sudah tersedia dan disimpan dalam rekam
medis.
40. Instrumen kotor dilakukan pencucian pre-cleaning di spoelhok dan
direndam cairan enzimatik sebelum disteril di CSSD.
41. Linen infeksius dimasukkan ke dalam plastik kuning dan diserahkan ke
bagian Laundry dengan mengisi Form Serah Terima Linen. Linen operasi
yang bersih disteril di bagian CSSD sebelum digunakan untuk operasi.
42. Persiapan bahan untuk pemeriksaan patologi anatomi (PA) dilakukan
sebelum operasi yang diperkirakan membutuhkan pemeriksaan patologi
anatomi dan setelah operasi, specimen tersebut diserahkan ke
laboratorium beserta lembar pengantar pemeriksaan patologi anatomi.
Keluarga dan pasien diinformasikan mengenai pemeriksaan tersebut.
43. Transfer pasien antara Kamar Operasi dan ruangan lain termasuk
ruangan intensif, harus dilakukan sesuai standar prosedur operasional.
44. Setiap pasien yang selesai dilakukan pembedahan, dinilai memiliki
resiko jatuh. Untuk itu, pada pasien tersebut wajib dipasang penanda
resiko jatuh (stiker pada gelang pasien) saat di ruang pemulihan,
dilakukan oleh petugas ruang pemulihan.
45. Bila terjadi insiden dari tindakan operasi, petugas yang menemukan
insiden segera melaporkan ke Koordinator Kamar Operasi dan
Penanggung Jawab Unit Rawat Khusus. Petugas yang menemukan
insiden membuat laporan insiden yang akan dinilai oleh Petugas
Champion Patient Safety dan dilakukan tindak lanjut sesuai dengan alur
keselamatan pasien rumah sakit.
46. Bila terjadi bencana, unit kamar operasi siap untuk berperan dalam
penanggulangannya.
47. Kamar operasi wajib membuat laporan kegiatan operasi setiap bulannya
dan dilaporkan ke Penanggung Jawab Rawat Khusus
48. Rapat koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rutin satu bulan sekali.
49. Pemeliharaan instrument operasi dilakukan bersama-sama dengan unit
CSSD.
50. Pemeliharaan linen operasi menjadi tanggung jawab bersama Kamar
Operasi, Laundry dan CSSD.
51. Penggunaan alat medis di kamar operasi harus sesuai dengan standar
prosedur operasional.
52. Alat medis dikalibrasi minimal setahun sekali.
53. Pembersihan ruangan operasi terbagi menjadi 5: pembersihan sebelum,
selama, setelah pembedahan, pembersihan akhir dan mingguan.

ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 31 Maret 2015
Direktur Rumah Sakit AN-NISA

dr. Ediansyah, MARS

Anda mungkin juga menyukai