Anda di halaman 1dari 3

Kelompok : 171 (Ade Melani 1203000064; Tedi Kurniadi 1203001109)

No. Tugas : 12

WHAT HAPPENS AFTER ERP IMPLEMENTATION:


UNDERSTANDING THE IMPACT OF INTERDEPENDENCE AND DIFFERENTIATION ON
PLANT-LEVEL OUTCOMES

Thomas F. Gattiker, Dale L. Goodhue


MIS Quarterly Vol. 29 No. 3, pp. 559-585/September 2005

Abstract
Paper ini menyajikan model dampak dari implementasi ERP bagi suatu organisasi. Teori pemrosesan
menyatakan bahwa performa dipengaruhi oleh tingkat kesesuaian antara mekanisme pemrosesan dan
konteks organisasi. Dua elemen konteks yang penting diantaranya adalah interdependensi dan perbedaan
diantara sub unit organisasi. ERP secara relatif akan lebih sesuai ketika sifat saling bergantung tinggi dan
perbedaan rendah. Model yang disajikan dalam paper ini berfokus pada level sub unit pada organisasi yang
diuji melalui kuesioner terhadap perusahaan manufaktur.

Intoduction
ERP adalah perangkat lunak yang mengotomatisasi dan mengintegrasikan banyak atau seluruh proses
bisnis. Beberapa perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dengan penggunaan ERP, namun
sebagian mengalami kesulitan untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Dampak ERP akan
dipengaruhi oleh interdependensi dan perbedaan diantara sub unit dalam organisasi seperti yang
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Sumber: MIS Quarterly Vol. 29 No. 3, pp. 559-585/September 2005

Berdasarkan sifat ERP yang mengintegrasikan unit-unit organisasi, maka keuntungan menengah ERP
merupakan kunci dari implementasi yang menguntungkan. Dengan mempelajari faktor-faktor yang
membawa kita pada keuntungan menengah ini dan tingkat kontribusi keuntungan tersebut terhadap
dampak secara keseluruhan, diharapkan kita dapat memahami jalur dimana ERP akan membantu organisasi
atau tidak.

Kebanyakan riset ERP yang baru-baru ini dilakukan berfokus pada pemilihan dan implementasi, tidak pada
dampak pasca implementasi ERP. Sejumlah artikel juga berpendapat bahwa ERP berjalan melalui fase
penghentian pasca implementasi, dimana performa mungkin bukan karakteristik dari efek jangka panjang
yang mungkin dialami organisasi. Oleh karena itu, paper ini berfokus pada menjelaskan perbedaan dampak
diantara organisasi yang telah lama menggunakan ERP melalui fase penghentian ini.

Research Model
Model riset yang digunakan dalam paper ini terdiri dari variabel yang terdapat pada keuntungan menengah,
yaitu kualitas data, efisiensi kerja dan pengembangan koordinasi antar unit organisasi.
Instrument Development and Data Analysis
Agar dapat mengukur konstruksi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesa, suatu instrumen dikembangkan
dan divalidasi dengan menggunakan framework Bagozzi. Yaitu dengan menyebarkan kuesioner yang masih
berupa prototype dan melakukan interview informal. Perubahan yang terdapat pada hasil interview ini akan
digunakan untuk memperbaiki isi kuesioner.

Partisipan dari survey terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok user dan kelompok vendor IT dan konsultan.
Survey dilakukan dalam dua bentuk, yaitu secara tradisional dengan menggunakan kertas dan pensil, serta
dengan menggunakan email. Tingkat respon dari survey mengalami problematika, karena cara tradisional
hanya memperoleh sedikit respon, sedangkan jika menggunakan email komposisi dari pelanggan yang
dikirimi email tidak diketahui. Karena motivasi untuk mengisi survey lebih besar ketika implementasi ERP
telah berhasil, maka diasumsikan hasil yang diperoleh merupakan cerminan dari organisasi yang berhasil
dengan ERP.

Sampel terdiri dari beberapa industri seperti otomotif, kimia, elektronik dan proses lainnya. Paling sedikit
terdapat 5% responden untuk masing-masing industri. Penulis tidak mengumpulkan data dari lebih satu
pabrik untuk tiap perusahaan. Semua perusahaan pada sampel ini telah mengimplementasikan modul
manufacturing pada sistem ERP mereka.

Sehubungan dengan ukuran sampel (n = 129), untuk mendapatkan validitas diskriminan dan konsistensi
internal digunakan exploratory factor analysis (EFA) dan alfa Cronbach. EFA ini digunakan pada tiap level
yang terdapat pada model konstruksi. Level 1 yaitu interdependensi dan penyesuaian, level 2 yaitu
keuntungan koordinasi, kualitas data dan efisiensi tugas, level 3 yaitu dampak keseluruhan.

Pada masa awal implementasi ERP, yaitu kurang dari 1 tahun, biasanya muncul problem yang tidak dapat
diprediksi. Masalah tersebut tidak mencerminkan situasi ERP untuk jangka waktu yang lama. Organisasi
membutuhkan hanya waktu tambahan untuk dapat melalui fase ini. Oleh karena itu, penulis tidak
mengikutsertakan pabrik yang mengimplementasikan ERP kurang dari 1 tahun.

Hasil pengujian hipotesa yaitu sebagai berikut:

Hypothesis Results Results


Yes No
H1 Interdependence Æ greater intermediate a. Coordination Improvements x
benefits b. Task efficiency x
H2 Differentiation Æ lower intermediate a. Coordination Improvements x
benefits b. Task efficiency x
H3 DifferXCustomization Æ greater a. Coordination Improvements x
intermediate benefits b. Task efficiency x
H4 Time elapsed Æ greater intermediate a. Coordination Improvements x
benefits b. Task efficiency x
H5 Data quality Æ greater intermediate a. Coordination Improvements x
benefits b. Task efficiency x
H6 Intermediate benefits Æ greater local a. Coordination Benefits x
(plant) level overall benefits b. Task efficiency x
c. Data quality x

Beberapa artikel sebelumnya menyatakan bahwa dampak ERP semakin meningkat secara positif seiring
dengan bertambahnya waktu. Studi ini mendukung hal tersebut.

Penulis menguji dampak dari 6 faktor lainnya, yaitu ukuran perusahaan, ukuran divisi, ukuran pabrik,
vendor ERP, modul spesifik yang diimplementasikan, dan jumlah pabrik dalam implementasi. Masing-masing
variable diuji terpisah dari lainnya untuk melihat efek yang ditimbulkan terhadap perbaikan koordinasi,
kualitas data, efisiensi tugas dan keseluruhan keuntungan pada tingkat pabrik. Selain itu penulis juga
menguji efek yang timbul dari beberapa interaksi yang mungkin terjadi.

Discussion
Penulis menyarankan cara untuk merespon kebutuhan yang berbeda-beda pada tingkat lokal yaitu melalui
penyesuaian ERP. Karena hal ini dapat memperbaiki efisiensi lokal. Efisiensi tugas akan meningkat sejalan
dengan waktu implementasi yang terpakai. Kualitas data mempengaruhi perbaikan koordinasi dan efisiensi
tugas.

Kontribusi studi ini terhadap akademia yaitu:


ƒ Mayoritas riset ERP bersifat deskriptif atau preskriptif. Studi ini mengumpulkan penemuan yang
bernilai, tapi ada juga kebutuhan untuk menempatkan fenomena ERP dalam konteks adanya
framework teori dan untuk membangun serta menguji hipotesa.
ƒ Ketidaksesuaian antara konfigurasi ERP pada organisasi dan subunit individu dalam perusahan
merupakan hal penting. Pengembangan pengukuran diferensiasi diantara pabrik manufacturing
merupakan kontribusi penting.
ƒ Dari hasil penelitian penulis menyarankan perspektif rational actor sebaiknya disesuaikan ketika
mempelajari sistem ERP yang sukses.

Kontribusi studi ini terhadap praktek yaitu:


ƒ Eksekutif perlu memahami mengapa hasil ERP beragam dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
ƒ Manajer perlu membuat keputusan dasar mengenai integrasi dari interdependensi.
ƒ ERP dapat menimbulkan kesulitan operasional untuk suatu subunit yang berbeda dengan subunit
lainnya dalam proses produksi dan manufacturing.
ƒ Keuntungan koordinasi tidak memprediksi keuntungan keseluruhan sebagaimana efisiensi tugas dan
kualitas data.

Dalam pelaksanannya studi ini mempunyai batasan, yaitu:


ƒ Analisa yang dilakukan tidak memasukkan biaya dan keuntungan secara global.
ƒ Penulis mengasumsikan persamaan diantara sistem ERP lebih penting daripada perbedaannya.
Namun, riset yang berfokus pada perbedaan diantara sistem juga penting.

Analisa yang dilakukan terhadap 111 pabrik manufacturing mendukung pernyataan bahwa interdependensi
berhubungan dengan meningkatnya keuntungan pada tingkat pabrik. Sementara itu, diferensiasi
berhubungan dengan hal yang sebaliknya. Data yang diperoleh juga menunjukkan adanya peran positif dari
penyesuaian dan jumlah waktu yang terpakai sejak implementasi ERP.

Anda mungkin juga menyukai