Anda di halaman 1dari 48

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. M DENGAN DHF DI RUANG MELATI

DI RSUD Dr. SOEDONO MADIUN

Oleh
2

Alifia Rahma N Uswatun Khasanah


Ayu Lu’lu’ul Jannah Fitri Fajarwati Z
Benny Wibowo Verra Shintya Putri
Shinta Lukita K P Irma Maulinda D
Faridatul Umroh
Wiwik Aryunani
Daniel Tanaem
3

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES PEMKAB JOMBANG

2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang paling besar di


dunia. Iklim tropis mempunyai 2 musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Dampak dari iklim tropis salah satunya adalah dapat menyebabkan
adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti
malaria, Demam Berdarah Dengue, Chikungunya dan Filariasis. Penyebab
utama munculnya berbagai penyakit tropis tersebut adalah perkembangbiakan
dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Emi,
2013).
Hal ini dikarenakan saat perubahan musim khususnya dari kemarau ke
penghujan banyak nyamuk yang berkembang biak sehingga dapat
menyebabkan penyakit tropis. Penyakit tropis yang sering terjadi di
masyarakat adalah Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue
merupakan penyakit demam akut dan menyebabkan kematian dan disebabkan
oleh virus yang ditularkan boleh nyamuk. Nyamuk tersebut berasal dari
nyamuk Aedes yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh
dunia (Soedarto, 2012). Penyebab timbulnya penyakit Demam Berdarah
Dengue adalah dari 4 virus dengue yang kemudian ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus. Nyamuk ini sebagian besar
4

berada di daerah tropis dan sub tropis yaitu antara Indonesia sampai bagian
utara Australia (Kemenkes RI ,2016).

Wabah Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016 sudah menyebar di


seluruh dunia. Daerah di wilayah Amerika melaporkan lebih dari 2,38 juta
kasus pada tahun 2016, di mana Brasil sendiri melaporkan sedikitnya kurang
dari 1,5 juta kasus, kira-kira 3 kali lebih tinggi dari pada tahun 2014. Dari 1,5
juta kasus terdapat 1032 kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue
yang terjadi di wilayah tersebut. Wilayah Pasifik Barat melaporkan lebih dari
375.000 kasus dugaan Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016, dimana
Filipina melaporkan 176.411 kasus dan Malaysia 100.028 kasus, yang
menjadi penyakit dengan angka kejadian tertinggi sama dengan tahun
sebelumnya untuk kedua negara tersebut. Kepulauan Solomon melaporkan
wabah Demam Berdarah Dengue terdapat lebih dari 7.000 kasus. Wilayah
Afrika, Burkina Faso melaporkan wabah Demam Berdarah Dengue terdapat
1.061 kasus yang terjadi (WHO, 2018).

Angka insiden kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia dari


tahun2011-2016 secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2011,
jumlahangka insiden kasus Demam Berdarah Dengue sebesar 27,67%
kemudianpada tahun 2012 meningkat menjadi 37,27% dan pada tahun 2013
jugameningkat menjadi 45,85%. Hal ini berbeda ketika di tahun 2014 yang
mengalami penurunan menjadi 39,80%. Pada tahun 2015 kembali mengalami
peningkatan menjadi50,75% dan tahun 2016 meningkat secara signifikan
sebesar 78,85% (Kemenkes RI, 2017).

Management perawatan penanganan padapenyakit DHF dapat


dilakukan denganmenganjurkan untuk tirah baring, makanmakanan lunak,
mengonsumsi air, meningkatkan jumlah trombosit dalam tubuhyang kurang
dari batas normal, dan kompres dengan air hangat (Putry, 2019).

Tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DHF adalah


pengobatan suportif dan pengobatan simptomatik. Pengobatan suportif berupa
pemeliharaan volume cairan sirkulasi terutama asupan cairan oral. Jika
5

asupan oral tidak memenuhi kebutuhan pasien maka harus diberikan cairan
intra vena untuk mencegah dehidrasi. Pengobatan simptomatik berupa
pemberian antipiretik bila suhu di atas 38,5 C. Karena penderita DHF
biasanya mengalami mual, muntah dan nafsu makan menurun, maka
penderita dapat juga mengalami penurunan berat badan sehingga perlu
pemenuhan intake nutrisi yang adekuat (Soedarto, 2017).

Penanganan yang cepat dan tepat untuk masalah keperawatan anak


dengan kasus DHF yakni dengan pemeliharaan kebutuhan volume cairan,
tirah baring, meningkatkan konsumsi per oral, pengunaan kompres air ahngat
dan pemberian antipiretik dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang akan
terjadi diantaranya Ensefalopati Dengue, kelainan ginjal, odema
paru,dehidrasi, pendarahan, jumlah platelet yang rendah, hipotensi, kerusakan
hati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dari penulisan ini adalah


“Bagaimana mengeksplorasi asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis DHF di Ruang Melati RSUD dr.Soedono Madiun tahun
2019?”

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Diagnosa Medis DHF


di Ruang Melati RSUD dr. Soedono Madiun.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui laporan pendahuluan DHF

b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan DHF

c. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis


DHF di Ruang Melati RSUD dr. Soedono Madiun.
6

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan anak


dengan diagnosa medis DHF.
2. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit DHF yang


diderita dan mengetahui cara perawatan DHF dengan benar.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Memberikan masukan kepada petugas kesehatan untuk berperan aktif


dalam pencegahan DHF terutama pada anak.
4. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam


pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak

dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa

demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi.Dengue adalah suatu infeksi

Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes

Aegepty atau oleh AedesAlbopictus (Ariani, 2016).


DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut,

ditularkanoleh nyamuk spesies AedesDengue Hemoragic Fever (DHF) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan

nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu

kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan

perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis,

seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok

Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m

diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui
8

kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam

berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Nabiel, 2014).


2.2 Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue

Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus

Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4,

yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya

hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang

tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe

terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang

terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat

memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain

tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat

terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus

dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Marni, 2016).


Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif

terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu

700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe

DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Haryanto, 2013).


2.3 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan

demam karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus

sehingga terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan

air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma

karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga

mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia

jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.Selain itu kerusakan endotel


9

juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan mengakibatkan

perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan

gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.


10

WOC Gigitan nyamuk aedes aegpty

Masuknya virus dengue dalam


Virus bereaksi tubuh
dengan
antibody

Kontak dengan antibodi


Komplikasi: Perdarahan, syok,
kematian jika tidak tertangani
Terbentuk kompleks DHF MRS
virus antibody

Saluran pencernaan Sistem kardiovaskuler Sistem neurologi Sistem muskuloskeletal Sistem pernafasan

Peningkatan asam lambung Masuk kedarah Perpindahan cairan


Terjadi renjatan Mengaktifkan sistim
ke ekstravaskuler komplemen
Thrombosis mengalami
Anoreksia, mual, muntah
kerusakan metamorfosis Virus berkembang ke otak
Peurunan kebutuhan Aktivasi C3 dan C5
O2, nutrisi
MK :Defisit Nutrisi Trombositopenia Meningkatkan Pelepasan
thermostat “set point” anafilatoksim
pada pusat Metabolism (C3a,C5a)
Pteki, purpura, Perdarahan Syok menurun
termoregulator
(hipotalamus)
Permiabilitas dinding
Epitaksis, Lemah, pusing, pembuluh darah
hemetemesis frekuensi nadi dan
Demam
pernapasan
Menghilangnya plasma
meningkat
melalui endotel dinding
pembuluh darah

MK :Intoleransi
aktivitas
11

MK :Resiko Perdarahan
MK: Hipertermi

Kebocoran plasma
(ke ekstravaskuler)

Gangguan pola nafas Penumpukan cairan


pada pleura
12

2.4 Derajat DHF

Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut (Ariani, 2016).):


1. Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif


2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit

atau perdarahan lain.


3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lembut, tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai

kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.


4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat

diukur.
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Marni 2016) :
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua

lebih manifestasi klinis sebagai berikut :


- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang

sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama


2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria (WHO 2017) diagnosis DBD ditegakkan bila

semua haldibawah ini dipenuhi


a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat

bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
13

- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan

jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang

adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

- Penurunan kesadaran, gelisah


- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
2.6 . Pemeriksaan Penunjang
Menurut ( Haryanto, 2013).
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu

menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari

hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya

tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak

20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa

konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya

renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti

pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya

trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji

serologi hemaglutnasi Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga


c. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
d. Protein rendah
e. Natrium rendah (hiponatremi)
f. SGOT/SGPT bisa meningkat
14

g. Asidosis metabolic
h. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) Sumsum tulang pada awal sakit

biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan

gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua

system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya

posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam

mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.


4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan

karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa

sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura

pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa

penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat

ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas.


2.7 Komplikasi
a. AsodosisMetabolik
b. Perdarahan
c. Syok
d. Kematian

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanan DBD menurut (Utami, Susilaningrum dan Nursalam 2013).
a. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam
15

24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika

terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan

dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.

Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi

dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa

renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan

minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang

cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti

cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya

RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma

atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien

dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka

tetesan infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam.

c. Cairan
1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer

Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer

Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan

Faali (d5/GF).

2). Koloid

- a). Dextran 40
- b). Plasma

2. Keperawatan
16

a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb

dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam

dan kompres hangat.


b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang

pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka

tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu

memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah

dan yang lain cairan biasa.


c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit

(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.


- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.


- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan

gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran

darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah

berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan

makanan cair.
17

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M

DI RUANG MELATI RSUD dr. SOEDONO MADIUN

I. Biodata
A. IdentitasKlien
1. Nama : An M
2. Tempattgllahir/usia : 9 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD Kelas 3
6. Alamat : Magetan
7. Tglmasuk : 25 November 2019/ Jam 19.00 WIB
8. Tglpengkajian : 26 November 2019 / Jam 11.00 WIB
9. Diagnosamedik : DHF
B. Identitas Orangtua
Ayah
18

1. Nama : Tn. K
2. Usia : 45 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan :Karyawan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Magetan
Ibu
1. Nama : Ny. S
2. Usia : 40 tahun
3. Pendidikan : SMK
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Alamat : Magetan

II. Riwayat Kesehatan


A. Keluhan Utama : pasien mengatakan lemas
B. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluarga mengatakan An. M mengalami panas sejak hari Senin sore
sampai hari Jumat tidak kunjung turun kemudian di bawa ke Puskesmas
dan di rawat inap di Puskesmas selama 2 hari, setelah di rawat di
Puskesmas selama 2 hari panasnya tidak kunjung turun juga, setelah di
lakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas hasilnya terkena
thypoid dan trombositnya turun kemudian di rujuk ke RSUD dr Soedono
Madiun pada tanggal 25 November 2019 dan di rawat inap di ruang
Melati.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
An M pernah mengalami radang tenggorokan pada usia 2 tahun

III. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap) PPI & Non PPI


NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian
1. BCG Usia 1 bulan 1x Tidak ada
2. DPT (I,II,III) Usia 2,3,4 bulan 1x Demam
3. Polio (I,II,III,IV) Usia 1,2,3,4, bulan 1x Tidak ada
4. Campak Usia 9 bulan 1x Tidak ada
5. Hepatitis Saat lahir 1x Tidak ada
19

IV. Riwayat TumbuhKembang


A. PertumbuhanFisik
1. Berat badan sebelumnya : 41kg
2. Berat badan Pengkajian : 37kg
3. Tinggi badan : 120cm.
B. Perkembangan
1. Psikoseksual :
Fase anal (1-3 tahun) : pada fase ini anak merasakan kepuasan ketika
sedang melakukan buang air besar maupun buang air kecil. Anak
masih sering mengompol dan BAB tanpa memberitahu sebelumnya.
2. Psikososial :
Autonomy vs shame and doubt (Otonomi vs malu dan ragu-ragu) :
anak mulai bercerita dongeng, mengajarkan nama anggota tubuh,
bermain dengan anak, berdoa, mengembangkan kemampuan bicara
dan menggunakan bahasa yang sopan. Pada fase anak sudah
diajarkan tentang toilet training oleh kedua orang tuanya.
3. Intelektual :
Tahap Praoperasional : anak mulai mempresentasikan dunia
dengan menggunakan kata-kata, bayangan, gambar, anak mudah
meniru perilaku orang lain yang anak lihat.
4. Motorik halus ( usia 2 tahun) :
Anak bisa menunjuk benda yang disebutkan, bernyanyi bersama,
mulai mengurutkan bentuk dan warna, bisa menjelaskan secara
sederhana apa yang anak mau.
5. Motorik kasar ( usia 2 tahun) :
Anak sudah bisa berjongkok, memanjat furnitur naik turun, naik
turun tangga, melompat, menendang bola, melempar bola, berlari,
20

menarik, mengosongkan wadah, menggambar garis atau membuat


coretan melingkar dan menumpuk balok.

V. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI
Pertama kali disusui dengan ASI sejak lahir hingga usia 2 tahun
B. MP ASI
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Cara pemberian
0- 6 bulan ASI Disusui
6-8 bulan ASI Disusui
8-10 bulan ASI dan nasi sayur ikan Di olah menjadi bubur dan
disuap
10-12 bulan ASI dan nasi sayur ikan Di olah menjadi bubur dan
disuap
 12 bulan ASI dan nasi sayur ikan Di olah menjadi bubur dan
disuap

VI. SKRINNING GIZI


No Pertanyaan Jawaban Skor
0 1
1 Apakah pasien tampak kurus ? Tidak Ya 1
2 Apakah BB tidak naik selama 3bln terakhir ? Tidak Ya 0
3 Apakah ada salah satu kondisi terkait ? Tidak Ya
-Diare >+ 5x/hari/muntah >+ 3x 1 hari dalam seminggu
terakhir ? 1
-Apakah asupan makan berkurang selama 1 minggu
terakhir?
4 Apakah terdapat penyakit/ keadaan yang mengakibatkan Tidak Ya
1
pasien resiko mengalami mal nutrisi ?
Total score : 3
Bila skor >/ 1 : konsultasi ahli gizi 3

VII. Resiko Jatuh (Humpy Dumpty)


21

Assesmen Resiko Jatuh (Humpy Dumpty


Nilai Skor
Parameter Kriteria
Usia 1. < 3 tahun 4
2. 3 – 7 tahun 3 2
3. 7 – 13 tahun 2
4. > 13 tahun 1
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2 1
2. Perempuan 1
Diagnosa 1. Diagnosis neurologis 4
2. Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik) dehidrasi,anemia, anoreksia, 4
sinkop, dsb) 2
3. Gangguan psikiatri/perilaku 1
4. Diagnosis lainnya
Gangguan kognitif 1. Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
2. Lupa adanya keterbatasan 2 3
3. Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor Lingkungan 1. Riwayat jatuh/ bayi diletakkan di tempat 4
tidur dewasa
2. Pasien menggunakan alat bantu/ bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi/perabot 2
rumah 2
3. Pasien di tempatkan di tempat tidur 1
4. Area di luar rumah sakit
Respon Terhadap: 1. Dalam 24 jam 3
 Pembedahan/seda 2. Dalam 48 jam 2 1
si/anastesi 3. > 48 jam/ tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anastesi
 Penggunaan 4. Penggunaan mulple sedative, barbiturate, 3
medika metosa fenotiazim, pencahar,diuretic
5. Penggunaan salah satu obat diatas 2 1
6. Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada 1
medikasi
22

Total skore 14
Kesimpulan : total skor 14 (resiko jatuh tinggi)

IX. RiwayatPsikososial
 Anak tinggal bersama : Orang Tua di rumah
 Rumah ada tangga: Tidak
 Hubungan antar anggota keluarga : Baik
 Dalam anggota keluarga hubungannya baik dengan anggota keluarga lain
 Pengasuh anak: Tidak
X. ReaksiHospitalisasi
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawatinap
 Ibu membawa anaknya ke RS karena :
Karena panas tak kunjung turun dan sudah di rawat inap di Puskesmas
selama 2 hari tetapi tidak kunjung turun juga panasnya.
 Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Iya
 Perasaan orang tua saat ini : cemas dan kuatir
 Orang tua selalu berkunjung ke RS : Ya, setiap hari
 Yang akan tinggal dengan anak : Orang Tua
 Ibu belum mengerti dan memahami penyakit yang dialami anaknya
Reaksi hospitalisasi anak : anak saat di rawat inap merasa tidak nyaman
karena lingkungan baru.
XI. Aktivitassehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Seleramakan Mau makan banyak Sedikit
2. Jenismakanan Nasi + lauk Nasi + lauk
3. Jumlah 3x sehari 3x sehari tetapi porsi
makan menurun
4. Frekwesni Cukup Cukup
5. Diet Tidak Ada Diendat makanan TKTP
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
23

1. Jenisminuman Air putih Air putih


2. Frekuensiminum Cukup Sering minum
3. Kebutuhancairan Terpenuhi Terpenuhi
4. Carapemenuhan Air putih Air putih + infus RL 20
tpm

C. Eliminasi(BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat WC WC
pembuangan
2. Frekuensi(waktu) 2x sehari 1x perhari
3. Konsistensi Lunak Lembek
4. Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada
5. Obatpencahar Tidak Tidak

D. Istirahattidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang 1-2 jam 1-2 jam
- Malam ± 9 jam ± 8 jam
2. Pola tidur Cukup Cukup
3. Kebiasaan sebelum Cuci tangan sikat gigi Tidak ada
tidur

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olahraga Saat di sekolah olahraga
2. Jenis danfrekuensi 1x1 minggu Tidak Ada
3. Kondisi setelah Berkeringat dan segar
olahraga
24

F. PersonalHygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Dimandikan
- Frekuensi 2x sehari 2x sehari
- Alatmandi Sabun, shampoo Sabun, shampoo
2. Cucirambut
- Frekuensi Sering Sering
- Cara Menggunakan shampoo Menggunakan shampoo
3. Guntingkuku
- Frekuensi Saat panjang Saat panjang
- Cara Dengan gunting kuku Dengan gunting kuku
4. Gosokgigi
- Frekuensi Saat mandi Saat mandi
- Cara Dengan sikat gigi dan Dengan sikat gigi dan
pasta gigi pasta gigi

G. Aktifitas/MobilitasFisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatansehari-hari Sekolah, bermain, les Tidak ada
2. Pengaturan jadwal harian Jam 7.00 sekolah, jam Tidak Ada
14.00 bermain, jam 15.00
3. Penggunaan alat Bantu les Tidak Ada
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan Tidak Ada Ada
tubuh
25

Tidak Ada

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Senang
sekolah
2. Waktuluang Bermain
3. Perasaan setelah Senang Tidak Ada
rekreasi
4. Waktu senggang Jalan-jalan, dan menonton
klg tv
5. Kegiatan harilibur Bermain dan jalan-jalan
bersama orang tua

XII. PemeriksaanFisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : Composmetis, GCS 4-5-6
a. Tanda – tanda vital:
a. Tekanandarah : - mmHg
b. Denyut nadi : 102 x /menit
c. Suhu : 37,5oC
d. Pernapasan : 24 x/ menit
1. Sistem pernapasan:
Keluhan : tidak ada
a. Hidung dan Sinus
Inspeksi
 Posisi hidung : simetris
 Bentuk hidung : simetris, normal
 Keadaanseptum : ada septum, normal
26

 Secret/cairan : tidak terdapat sekret


b. Thorax
Inspeksi
 Bentuk dada : simetris, tidak ada kelainan
 Iramapernafasan : teratur
 Tipe pernapasan : vesikuler
 clubbing finger/tidak: tidak ada
 otot bantu pernafasan : tidak ada
Palpasi
 Vokalfremitus : teraba kuat
 Massa/ nyeri : tidak ada
 Focalfremitus : teraba
Auskultasi
 Suara Nafas : Vesikuler
 Suaratambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang
dada

2. Sistemcardiovaskuler
a. Jantung
Palpasi
Ictuscordis : teraba di ICS IV dan V
midklavikula sinistra
Perkusi : Redup
Pembesaran jantung : Tidak ada
Auskultasi : BJ I dab BJ II tunggal
3. Sistem pencernaan
Keluhan : tidak ada.
a. Mulut
Inspeksi
Gigi
 Keadaan gigi : bersih
27

 Karang gigi/karies : tidak ada


 Pemakaian gigi palsu : tidak ada
Gusi
 Merah / radang/tidak : tidak merah, tidak radang
Lidah
 Kotor/ tidak : tidak
Bibir
 Cianosis / pucat/ tidak : tidak sianosis
 Basah / kering/ pecah : kering
 Mulut berbau/ tidak : tidak
 Kemampuanbicara : lancar
Tenggorokan
 Warnamukosa : kemerah-merahan
 Nyeri tekan : tidak ada
Abdomen
Inspeksi
 Perut membuncit : Tidak
 Ada luka/tidak : Tidak ada
Palpasi
 Kuadran I (hepar) : hepatomegali
 Kuadran II (Lien,lambung): Tidak ada nyeri tekan
 Kuadran III (Kolon) : Tidak splenomegali
 Kuadran IV (Appendix) : Tidak ada nyeri tekan pada
MC.Burney
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 5x/menit
4. Sistem Perkemihan
Keluhan : tidak ada
Genetalia : tidak terpasang kateter
5. Sistem Muskuloskeletal
Keluhan : Tidak ada
Kepala
28

Inspeksi
a. Keadaan rambut &Hygienekepala : Bersih
b. Warna rambut : Hitam
c. Penyebaran : Rata
d. Mudah Rontok : Tidak
e. Kebersihan Rambut : Bersih
f. Benjolan : Tidak ada
Palpasi
g. Nyeri tekan : Tidak ada
h. Tekstur Rambut : Halus

Muka
a. Simetris / tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Bulat
c. Gerakan abnormal : Tidak
d. Ekspresi wajah : Biasa
Palpasi
a. Nyeri tekan/tidak : Tidak ada
b. CRT : < 2 detik
Ekstremitas atas
Keluhan : tidak ada
Motorik
a. Pergerakan kanan/kiri : Normal, sesuai perintah
b. Pergerakanabnormal : Tidak ada
c. Kekuatan otot kanan/ kiri : 5/5
d. Koordinasigerak : seimbang
Refleks
e. Biceps kanan/kiri : koordinasi otot normal
f. Triceps kanan/ kiri : Koordinasi oto normal
Sensori
g. Nyeri : Ada
h. Rangsang suhu : Ada
i. Rasa raba : positif
Ekstremitas bawah
Motorik
j. Gaya berjalan : Normal
Kekuatan kanan/kiri : Normal kanan/kiri
Refleks
k. kanan/ kiri : Normal kanan/kiri
l. kanan/ kiri : Normal kanan/kiri
Babinsky kanan/kiri : positif

6. Sistem persepsi sensoris


Keluhan : Tidak ada
a. Mata
Inspeksi
 Pelpebra : tidak Edema / tidak Radang
 Sclera : putih, tidak Icterus
 Conjungtiva : kemerah-merahan, tidak anemis
 Pupil : Isokor
 Myosis / midriasis : myosis
 Refleks pupil terhadap cahaya: Ada
 Posisi mata : Simetris
 Gerakanbolamata :Normal
 Penutupankelopakmata :Ada, Normal
 Keadaanbulu mata : Lentik
 Keadaan visus : Normal
 Penglihatan : tidak
 Diplopia / tidak : Tidak
Palpasi
 Tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan
b. Telinga
Inspeksi
 Posisi telinga : Simetris
 Ukuran/bentuk telinga : Normal Simetris
 Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen
 Pemakaian alat bantu : tidak
Palpasi
 Nyeri tekan /tidak : Tidak ada
 Pemeriksaan uji pendengaran: Tidak

7. Sistem indokrin
Inspeksi
a. Leher
 Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
 Kaku kuduk /tidak : Tidak
 Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

8. Sistem Neuro ( pada kasus syaraF)


Anak bukan penyakit syaraf

9. SistemIntegumen Inspeksi
a. Kulit :
 Warna : sawo matang
 Temperature : panas
 Kelembaban : lembab
 Ruam : pada ekstremitas bawah
 Tekstur : lembab

Kuku
 Warna : putih
 permukaan kuku :putih
 mudah patah : tidak
 kebersihan : sedikit kotor
XIII. Pemeriksaan Penunjang tanggal 26- 11 - 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Acuan


Hematologi
Hemoglobin 13,2 g/dL 10,3 – 14,9
3
Hitung Leukosit 7,07 10 /uL 4,8 – 10,8
Trombosit 26 103/uL 142 – 424
Hematokrit 40,5 % 32 – 42
Hitung Eritrosit 5,06 106/uL 4,0 – 5,2
MCV 80,0 fL 73 - 87
MCH 26,1 Pg 24 – 30
MCHC 32,6 g/dL 32 – 36
Hitung jenis leukosit :
Eosinophil (%) 0,1 % 0–3
Basophil (%) 0,4 % 0–1
Neutrophil (%) 21,0 % 32 - 54
Limfosit (%) 18,7 % 27 - 57
Monosit (%) 9,8 % 0–5
Laju endapan darah (LED) sample mm/jam 0 - 20
kurang
Imunologi – serologi
Widal
Typhi O Negatif Negatif
Typhi H Negatif Negatif
Paratiphy A Negatif Negatif
Paratiphy B Negatif Negatif

XIV. Terapi Pengobatan tanggal 26 – 11 - 2019

Nama Obat Dosis


Infus RL 1500cc/24 jam
Imunos sirup 1 x 1 cth
Injeksi sanmol 3 x 250 mg

Terapi tanggal 27 – 11 - 2019

Nama Obat Dosis


Infus Asering 2000cc/24 jam
Paracetamol 1 tab 1
Imunos sirup 1 x 1 cth

ANALISA DATA

Resiko Perdarahan
D.0012
Ns. Diagnosis
(2) Kategori : Fisiologis

Subkategori : Sirkulasi
Beresiko mengalami kehilangan darah baik internal
Definisi (terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi
hingga keluar tubuh)
1. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
Faktor Resiko perdarahan

1. Trombositopenia
Kondisi Klinis
Terkait

DS : DO :

Data Umum Pasien mengatakan K/U tampak lemah


lemas S : 37,5oC sebelum
minum paracetamol
N : 102 x/mnt
RR : 24 x/mnt
TD : -
Trombosit 24**

Diagnosa Resiko perdarahan b/d kebocoran plasma darah


Keperawatan akibat virus dengu

ANALISA DATA
Nama Pasien : An. M
No. RM :-
Tanggal : 26 November 2019

Ns. Diagnosis Resiko Syok


(1) (D.0039)
Kategori : Fisiologis
Sub Kategori : Nutrisi/ Cairan

Definisi Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah


ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan
disfungsi seluler yang mengancam jiwa

1. Kekurangan volume cairan


2. Sindrom respons inflamasi sistemik (sytemik
Faktor Resiko inflamaroty respons syndrome [SIRS])

1. Perdarahan

Kondisi Klinis
Terkait

DS : DO :

Data Umum Pasien mengatakan K/U tampak lemah


lemas S : 37,5oC sebelum
minum paracetamol
N : 102 x/mnt
RR : 24 x/mnt
TD : -
Trombosit 24**

Diagnosa Resiko syok b.d kekurangan volume cairan


Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M


No.RM :-
Tanggal : 26 November 2019

INTERVENSI SIKI SLKI


(1) INDIKATOR OUTCOME

Pencegahan Syok Observasi Tingkat syok Setelah dilakukan tindakan


1. Monitor status kardiopulmunal keperawatan selama 3x24
Definisi : 2. Monitor status cairan Definisi : ketidak cukupan jam, maka termoregulasi
Mengidentifikasi dan 3. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil aliran darah kejaringan tubuh membaik dengan kriteria
menurunkan resiko terjadinya yang dapat mengakibatkan hasil :
ketidakmampuan tubuh Terapeutik : disfungsi selular yang - Tingkat kesadaran 5
menyediakan oksigen dan 1. Pasang jalur IV mengancam jiwa - Output urine 4
nutrient untuk mencukupi 2. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine - Akral dingin 4
kebutuhan jaringan Ekspektasi menurun - Pucat 5
Edukasi : - Haus 4
1. Jelaskan penyebab/faktor resiko syok - Frekuensi nadi 4
2. Jelaskan tandan dan gejala awal syok - Frekuenasi nafas 4
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan perbanyak asupan cairan per oral
(Dhanang, 2018)
5. Anjurkan mengkonsumsi jus jambu merah dan jus
kurma

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu (Dhanang, 2018)
2. Kolaborasi pemberian antipiretik (Hapsari, 2016)
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah ,jika perlu
INTERVENSI SIKI SLKI
(2)
INDIKATOR OUTCOME

Pencegahan Perdarahan Observasi : Tingkat Perdarahan Setelah dilakukan tindakan


1. Monitor tanda dan gejala perdarahan keperawatan selama 3x24
Definisi : Definisi : jam, maka eliminasi fekal
Mengidentifikasi dan Terapeutik : Kehilangan darah baik membaik dengan kriteria
menurunkan resiko / 1. Pertahankan bedrest selama perdarahan internal (terjadi di dalam hasil :
komplikasi stimulus yang 2. Batasi tindakan invasive jika perlu tubuh) maupun eksternal - Kelembapan membrane
menyebabkan perdarahan / 3. Hindari pengukuran suhu rectal (terjadi hingga keluar tubuh) mukosa 3
resiko perdarahan - Kelembapan kulit
Edukasi : Ekspektasi Menurun kognitif 3
1. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk - Distensi abdomen 5
menghindari konstipasi (Dhanang, 2018) - Tekanan darah 3
2. Anjurkan meningkatkan asupan makanan - Suhu tubuh 5
(Dhanang, 2018)
3. Anjurkan mengkonsumsi jus jambu merah dan jus
kurma (Prasetyo, 2015)

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu (Dhanang, 2018)
2. Kolaborasi penmberian antipiretik (Hapsari, 2016)
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah ,jika perlu
IMPLEMENTASI / TINDAKAN
KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M


No RM :-

Evaluasi / respon
Diagnosa Tgl/ Implementasi
No Klien Paraf
Keperawatan
Jam
1 Resiko Syok 26-11-
2019

13.00 1. Memonitor status R/ N : 105 x/menit


kardiopulmunal

13.10 2. Memonitor status R/ untuk pemenuhan


cairan kebutuhan volume
cairan tubuh
13.15 3. Memonitor
tingkat kesadaran R/ kesadaran
dan respon pupil composmentis,
GCS 4-5-6
13.20 4. Memasang jalur
antipiretik R/ px kooperatif

13.25 5. Memasang kateter R/ kebutuhan cairan


urine untuk pasien terpenuhi
menilai produksi
urine

13.30 6. Menjelaskan R/ keluarga px


penyebab/faktor kooperatif
resiko syok
kepada keluarga
pasien

13.32 7. Menganjurkan R/keluarga px kooperatif


mengkonsumsi jus
jambu merah dan
jus kurma
27-11-
2019 R/ keluarga px
8. Menjelaskan kooperatif
08.00 tandan dan gejala
8

awal syok kepada


keluarga pasien
R/ keluarga px
9. Menganjurkan kooperatif
08.10 melapor jika
menemukan/mera
sakan tanda dan
gejala awal syok
kepada keluarga
pasien

R/ mencegah terjadinya
10. Berkolaborasi syok
08.30 pemberian injeksi
antipiretik
R/ kebutuhan cairan
11. Menganjurkan pasien terpenuhi
08.45 perbanyak asupan
cairan per oral
untuk pasien
R/ kebutuhan cairan
12. Berkolaborasi pasien terpenuhi untuk
09.00 pemberian cairan mencegah terjadinya
dan elektrolit syok
intravena, jika
perlu

R/ keluarga px
09.02 13. Menganjurkan kooperatif
mengkonsumsi jus
jambu merah dan
jus kurma
28-11-
2019 R/ kebutuhan cairan
14. Menganjurkan pasien terpenuhi
14.30 perbanyak asupan
cairan per oral
untuk pasien
R/ mencegah terjadinya
15. Berkolaborasi syok dan memenuhi HB
15.00 pemberian
transfuse darah
,jika perlu

R/ keluarga px
15.05 16. Menganjurkan kooperatif
mengkonsumsi jus
jambu merah dan
9

jus kurma

2 Resiko 26-11-
Perdarahan 2019

11.30 1. Memonitor R/ tidak ada tanda


tanda dan gejala perdarahan
perdarahan

12.00 2. Pertahankan R/ anak bedrest


bedrest selama
perdarahan

12.15 3. Batasi tindakan R/ mencegah terjadinya


invasive jika perdarahan
perlu

12.30 4. Hindari R/ mencegah terjadinya


pengukuran perdarahan
suhu rectal

12.35 5. Kolaborasi R/ mencegah terjadinya


pemberian perdarahan
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu

12.40 6. Menganjurkan R/ keluarga px


mengkonsumsi kooperatif
jus jambu
merah dan jus
kurma

27-11-
2019
1. Menganjurkan
08.00 meningkatkan R/ cairan terpenuhi
asupan cairan
10

untuk menghindari
konstipasi

2. Menganjurkan
08.10 meningkatkan R/ asupan makan
asupan makanan terpenuhi

3. Kolaborasi
08..15 pemberian cairan R/ mencegah terjadinya
dan elektrolit perdarahan
intravena, jika
perlu

4. Kolaborasi
08.30 pemberian R/ memenuhi HB dan
transfuse darah mencegah terjadinya
,jika perlu perdarahan

08.35 5. Menganjurkan R/ keluarga px


mengkonsumsi kooperatif
jus jambu merah
dan jus kurma
28-11-
2019
1. Memonitor tanda
15.00 dan gejala R/ tidak ada tanda
perdarahan perdarahan

2. Menganjurkan
15.15 meningkatkan R/ asupan cairan
asupan cairan terpenuhi

3. Menganjurkan
15.30 meningkatkan R/asupan makanan
asupan makanan terpenuhi

15.35 4. Menganjurkan R/ keluarga px


mengkonsumsi jus kooperatif
jambu merah dan
jus kurma
11

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M


No. RM :-

No Diagnosa Tanggal/jam Catatan Perkembangan


Keperawatan (S O A P I E R)
1 Resiko Syok 26-11-2019 S : ibu pasien mengatakan An.M masih lemas
14.00 dan pucat
O : Suhu : 38,7 OC
Nadi :105x/mnt
RR : 24x/mnt
Mukosa bibir kering
Akral dingin, GCS : 4,5,6
Trombosit : 24 103/μL
A : resiko syok belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor status kardiopulmunal
2. Monitor status cairan
3. Monitor tingkat kesadaran dan respon
pupil
4. Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
5. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
6. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
7. Anjurkan perbanyak asupan cairan per
oral
8. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

S : ibu pasien mengatakan An.M masih lemas


12

27-11-2019 O : Suhu : 37,8 OC


14.00 Nadi :105x/mnt
RR : 22x/mnt,
Mukosa bibir lembab,
Akral hangat, GCS : 4,5,6
Trombosit : 110 103/μL
A : resiko syok teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor status kardiopulmunal
2. Monitor status cairan
3. Monitor tingkat kesadaran dan respon
pupil
4. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
5. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
6. Anjurkan perbanyak asupan cairan per
oral
S :ibu pasien mengatakan An.M tidak lemas
O
28-11-2019 O : Suhu : 36,8 C
21.00 Nadi :98x/mnt
RR : 22x/mnt
GCS : 4,5,6
Mukosa bibir lembab, akral hangat
Trombosit : 156 103/μL
A : resiko syok teratasi
P : hentikan intervensi

2 Resiko Perdarahan 26-11-2019 S : : ibu pasien mengatakan An.M masih lemas


14.00 dan pucat
O : Suhu : 38,7 OC
Nadi :105x/mnt
RR : 24x/mnt
13

Akral dingin, GCS : 4,5,6


Mukosa bibir kering
Trombosit : 24 103/μL
A : resiko pendarahan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Batasi tindakan invasive jika perlu
3. Hindari pengukuran suhu rectal
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan
6. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
7. Kolaborasi pemberian transfuse darah
,jika perlu

S : bu pasien mengatakan An.M masih lemas


27-11-2019
O : Suhu : 37,8 OC
14.00
Nadi :105x/mnt
RR : 22x/mnt,
Mukosa bibir lembab,
Akral hangat, GCS : 4,5,6
Trombosit : 110 103/μL
A : resiko pendarahan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan
4. Kolaborasi pemberian cairan dan
14

elektrolit intravena, jika perlu


5. Kolaborasi pemberian transfuse darah
,jika perlu

S :ibu pasien mengatakan An.M tidak lemas


28-11-2019
O : Suhu : 36,8 OC
21.00
Nadi :98x/mnt
RR : 22x/mnt
GCS : 4,5,6
Mukosa bibir lembab, akral hangat
Trombosit : 156 103/μL
A : resiko pendarahan teratasi
P : hentikan intervensi

PEMBAHASAN

Pemberian asupan nutrisi dan cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya

kebocoaran plasma darah dan syok hipovolemik, dalam penelitian yang di lakukan

dhanang pada tahun 2018 jika dukungan keluarga dan perawat dalam pemberian

asupan nutrisi dan cairan yang cukup dapat membantu pembentukan kadar

hemoglobin, trombosit sehingga dapat menjaga sel agar tidak mudah nekrosis.

Kolaborasi dalam pengunaan obat antipiretik bertujuan untuk menurunkan

suhu tubuh secara farmakologi, karna kerja dari obat antipiretik menyebabkan

hipotalamus untuk mengesampingkan peningkatan interleukin yang kerjanya

menginduksi suhu tubuh. Tubuh kemudian akan bekerja untuk menurunkan suhu

tubuh dan hasilnya adalah pengurangan demam, dalam penelitian sabrina pada
15

tahun 2016 pengunaan obat antipiretik pada demam yang terjadi pada kasus dhf

bisa menurunkan suhu tubuh pasien dengan baik.

Pemberian jus kurma pada pasien DHF dapat meningkatkan produksi trombosit

berdasarkan hasil penelitian (Prasetyo, 2015) Jus kurma memiliki kandungan

protein dan serat tinggi. Kandungannya tersebut membuatnya amat baik untuk

melunakkan usus dan mengaktifkannya. Keunggulan kurma lainnya adalah

kandungan zat berguna bagi tubuh yang amat tinggi dimana setiap buahnya

terkandung zat–zat bermanfaat seperti gula, selulosa, protein, vitamin A, Bl, B2,

Potasium, Tembaga, Belerang, Besi, Magnesium, Mangan, Kalsium, Fosfor dan

Asam Amino lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
16

Ariani, A. P. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha

Medika.

Haryanto, T. (2013). Prediksi Penyakit DemamBerdarah Dan Typhus Dengan

AlgoritmaC5.0. Skripsi, Telkom University.

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak pada penyakit tropis. Jakarta:

Erlangga.

Nabiel, H. R. (2014). BUKU AJAR KEPERAWATAN ANAK.Jakarta: Pustaka


Pelajar
Dhanang, P. (2018). Dukungan perawat dan keluarga dalam pemberian asupan

nutrisi cairan pada pasien penderita demam berdarah di rumah sakit

paru dr. Ario wirawan,salatiga .

Hapsari, S. A. (2016). Evaluasi Penggunaan Analgetik-Antipiretik Pada Pasien

Anak Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit “X” Tahun 2016 .

Prasetyo, Y. d. (2015). Efektifitas pemberian jus buah kurma (phoenix

dactylifera). Healty .

Putry, N. F. (2019). Manajemen Discharge Planning pada Klien dengan Demam

Berdarah Dengue (DBD) .

Utami, Susilaningrum, Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.

Jakarta: Salemba Medika.

WHO.Dengue and Severe Dengue. 2017,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs117/en/, diakses tanggal 10

Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai