Anda di halaman 1dari 11

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Alifia Rahma N 191104005
Ayu Lu'lu'ul J 191104008
Shinta Lukita Kirana P 191104047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PEMKAB JOMBANG

2019/2020

SatuanAcaraPenyuluhan
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Topik : Kehamilan Berisiko Tinggi


b. Sub Topik : Ketuban Pecah Dini (KPD)
c. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini, peserta penyuluhan
mampu memahami terkait Ketuban Pecah Dini (KPD)
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini, peserta penyuluhan
dapat :
a) Memahami pengertian ketuban dan fisiologinya
b) Memahami pengertian ketuban pecah dini (KPD)
c) Memahami penyebab ketuban pecah dini (KPD)
d) Mengetahui tanda gejala ketuban pecah dini (KPD)
e) Memahami komplikasi ketuban pecah dini (KPD)
f) Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini (KPD)
g) Memahami pencegahan ketuban pecah dini (KPD)
d. Perencananan Penyuluhan
Waktu : 15 menit
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Januari 2020
Tempat : Ruang Bersalin RSUD dr. Soedono Madiun
Sasaran : Ibu hamil kelurahan
Metode : Ceramah dan diskusi (tanya jawab)
Media : Leaflet

SatuanAcaraPenyuluhan
Tim Penyuluh : 1. Alifia Rahma N
2. Ayu Lu'lu'ul J
3. Shinta Lukita Kirana P

e. Setting Tempat

Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Fasilitator
: Observer

f. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan KegiatanPeserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 3 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Meningkatkan rasa ingin tahu 3. Menjawab pre test
peserta tentang sifilis

SatuanAcaraPenyuluhan
4. Menyampaikan tujuan pokok
materi
5. Memberikan pretest
(menanyakan secara lisan
pengetahuan peserta tentang
Ketuban pecah dini (KPD))
Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang: 1. Menyimak dan Ceramah 9 menit
1. Pengertian dan Fisiologi ketuban mendengarkan Diskusi
2. Pengertian ketuban pecah dini 2. Menanyakan materi
(KPD) yang belum
3. Penyebab Ketuban Pecah Dini dimengerti
4. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah
Dini (KPD)
5. Komplikasi Ketuban Pecah Dini
(KPD)
6. Penatalaksanaan Ketuban Pecah
Dini (KPD)
7. Pencegahan Ketuban Pecah Dini
(KPD)
Penutup 1. Sesi Tanya jawab dan evaluasi 1. Menjawab Tanya 3 menit
a. Memberikan kesempatan pertanyaan jawab
peserta untuk bertanya 2. Menjawab post (diskusi)
terkait materi yang test
disampaikan 3. Menjawab salam
b. Meminta peserta penyuluhan
untuk menyebutkan kembali
penyebab ketuban pecah dini
c. Meminta peserta
menyebutkan kembali tanda

SatuanAcaraPenyuluhan
dan gejala ketuban pecah
dini
d. Menutup penyuluhan (salam)

g. Materi Penuyuluhan ( Terlampir)


1. Pengertian dan fisiologi ketuban
2. Pengertian ketuban pecah dini (KPD)
3. Penyebab Ketuban Pecah Dini
4. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD)
5. Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
6. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)
7. Pencegahan Ketuban Pecah Dini (KPD)
h. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan peserta penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
2. Kesiapan media Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab
c) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.

SatuanAcaraPenyuluhan
d) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
e) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Peningkatan pemahaman peserta penyuluhan tentang materi
penyuluhan yaitu peserta yang menjawab pertanyaan mampu
menjelaskan dengan minimal 70% jawaban benar.

i. Referensi

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.

Djoko Waspodo. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Dan


Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik.

Sarwono Prawirohardjo. Winknjosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta :


YBP – SP

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta:


Yayaan Bina Pustaka

Manuaba, I. B. G. (2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita (2 ed.).


Jakarta: EGC.

SatuanAcaraPenyuluhan
Lampiran 1 (Materi Lengkap)

A. Pengertian dan Fisiologi Ketuban


1. Pengertian
Ketuban adalah suatu membran yang membungkus fetus, termasuk golongan
membran ekstra-embrional, strukturnya tipis, namun cukup kuat untuk
melapisi korion dan berisi embrio yang kelak akan tumbuh menjadi fetus,
dengan cairan amnion di sekitarnya.
2. Fisiologi
a. Selaput ketuban atau Amniokorion
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion.
Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan
langsung dengan cairan amnion (Likuor Amnii). Amnion sendiri
merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang
membran janin.
Fungsi dari selaput ketuban adalah sebagai pembungkus ketuban
dan menutupi pembukaan dorsal janin Sedangkan korion merupakan
membran eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-vili sel
telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Korion akan
berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus. Amnion
dan korion mulai berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-kira
28 minggu.
b. Cairan Ketuban (Likuor Amnii)
Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga amnion yang diliputi
oleh selaput janin (Wiknjosastro, 2005). Cairan ini akan menumpuk di
dalam rongga amnion yang jumlahnya meningkat seiring dengan
perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, di mana terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.
Air ketuban sendiri berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai
bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis
1,008, yang akan menurun seiring bertambahnya usia kehamilan.

SatuanAcaraPenyuluhan
Fungsi dari cairan ketuban ini antara lain:
a. Melindungi janin terhadap trauma dari luar
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin
d. Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks
membuka
e. Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan
f. cairan yang steril, dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina,
sehingga bayi kurang mengalami infeksi
B. Pengertian Ketuban pecah dini (KPD).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan dengan tidak disertai adanya tanda-tanda persalinan (Sujiyatini, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa di
sertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses
persalinan berlagsung (Waspodo, Djoko, 2006). Jadi Ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum terjadinya proses persalinan dengan tidak disertai
adanya tanda-tanda inpartu. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini (KPD) preterm adalah Ketuban
pecah dini (KPD) sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini (KPD)
yang memanjang adalah Ketuban pecah dini (KPD) yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan dengan tidak disertai adanya tanda -tanda
persalinan.
C. Penyebab Ketuban pecah dini (KPD)
Walaupun banyak publikasi tentang Ketuban pecah dini (KPD), namun
penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Pada
sebagian besar kasus pun penyebab terjadinya Ketuban pecah dini (KPD) belum
dapat ditemukan. Beberapa faktor predesposisi dari Ketuban pecah dini (KPD)
(KPD):
a. Inkompetensi Serviks

SatuanAcaraPenyuluhan
Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomik yang nyata, disebabkan oleh laserasi sebelumnya melalui ostium
uteri internum atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya
hasil konsepsi, (Sarwono, 2007).
b. Peregangan rahim yang berlebih, yang dapat menyebabkan hidramnion
atau kelebihan air ketuban.
c. Riwayat Ketuban pecah dini (KPD)
Pernah mengalami Ketuban pecah dini (KPD) pada riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
d. Kelainan atau Kerusakan Selaput Ketuban
Kelainan selaput ketuban atau kerusakan selaput ketuban yang disebabkan
infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. (Sarwono,
2006)
e. Trauma
Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predesposisi atau
penyebab terjadinya Ketuban pecah dini (KPD). Trauma yang didapat
misalnya dari hubungan seksual yang kasar, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis yang menyebabkan terjadinya Ketuban pecah dini (KPD)
karena biasanya disertai dengan infeksi. (Sujiyatini, 2009). Keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak.
D. Tanda Dan Gejala Ketuban pecah dini (KPD)
Tanda-tanda yang terjadi adalah ketuban pecah tiba-tiba dan keluar cairan
ketuban, cairan tanpa di introitus, tidak ada his dalam 1 jam, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran,
(Sujiyatini, 2009).

SatuanAcaraPenyuluhan
E. Komplikasi Ketuban pecah dini (KPD)
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian Ketuban pecah dini (KPD). Semua
ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu, kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada KPD, (Sujiyatini, 2009).
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadianya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 32 minggu, diantarnya (Sujiatini, 2009) :
a. Infeksi intrauterin
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
F. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan
KPD adalah :
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin.
4. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
5. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin

SatuanAcaraPenyuluhan
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin
harus mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
7. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-
24 jam bila tidak terjadi his spontan

G. Pencegahan Ketuban pecah dini (KPD)


Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif.
a. Mengurangi aktifitas atau istirahat yang cukup pada akhir triwulan kedua
atau awal triwulan ketiga.
b. Melakukan pemeriksaan ANC secara rutin kepada bidan atau petugas
kesehatan lainnya minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan,
c. Jika dokter sudah mendiagnosa jika mulut raahim Anda lemah, untuk
sementara hindari melakukan hubungan seks dengan suami
d. Hindari aktivitas fisik yang berat atau menimbulkan aktivitas yang
menimbulkan goncangan
e. Jaga kebersihan daerah intim dengan benar, misalnya mencuci dari depan ke
belakang
f. Jaga pola istirahat yang baik selama kehamilan dan jangan terlalu capek
g. Konsumsi makanan bernutrisi, terutama yang mengandung vitamin C, karena
membantu meminimalisir risiko pecah dini.
h. Jangan remehkan Ketuban pecah dini (KPD), segera minta bantuan medis agar
kehamilan Anda bsia diselamatkan hingga proses persalinan tiba.

SatuanAcaraPenyuluhan

Anda mungkin juga menyukai