Semester I/ Kelas A
Dhea Alizka
NPM. 1921010035
Hepy Serlita
NPM. 1921010051
Jerfy Ardiansyah
NPM. 1921010056
Dosen Pengampu :
FAKULTAS SYARIAH
2019/2020
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3
2. Apa saja macam-macam hudud, qishas dan ta’zir?
3. Apa saja pelanggaran hudud dan hukumannya?
4. Apa tujuan dan syarat-syarat sanksi ta’zir?
5. Bagaimana pembagian jarimah ta’zir?
6. Apa saja macam-macam sanksi ta’zir?
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. HUDUD
A. Pengertian Hudud
Secara etimologis, hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang
berarti larangan, pencegahan. Adapun secara terminologis, hudud diartikan
sebagai sanksi yang telah ditentukan dan yang wajib dilaksanakan oleh seseorang
yang melanggar suatu pelanggaran yang akibatnya sanksi itu dituntut, baik dalam
rangka memberikan peringatan maupun dalam rangka memaksanya.1
B. Macam-Macam Hudud
Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu sebagai
berikut:
1
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Masyrofah, S.Ag., M.Si., Fiqih Jinayah, (Jakarta: AMZAH),
hlm. 14.
2
Direktorat Pendidikan Madrasah, Buku Siswa Fikih, (Jakarta: Kementerian Agama 2015), hlm.
32.
3
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Masyrofah, S.Ag., M.Si., fiqih jinayah, (Jakarta: AMZAH),
hlm. 16.
5
Menurut Abu Ya’la, hudud jenis pertama adalah semua jenis wajib
diberlakukan kepada pelaku karena ia meninggalkan semua hal yang
diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Adapun hudud kategori yang
kedua adalah semua jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia
melanggar larangan Allah, seperti berzina, mencuri, dan meminum khamr.
4
Direktorat Pendidikan Madrasah, Buku Siswa Fikih, (Jakarta: Kementerian Agama 2015), hlm.
37.
6
2. QISHAS
A. Pengertian Qishas
B. Macam-Macam Qishas
Dalam fiqih jinayah, sanksi qishas ada dua macam yaitu, sebagai berikut:
Ayat ini berisi tentang hukuman qishas bagi pembunuh yang melakukan
kejahatannya secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak memaafkan pelaku.
Kalau keluarga korban ternyata memaafkan pelaku, maksa sanksi qishas tidak
berlaku dan beralih menjadi hukuman diyat.
5
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Masyrofah, S.Ag., M.Si., op.cit. hlm. 4.
7
2. Qishas karena Melakukan Jarimah Penganiayaan
Ayat ini merupakan salah satu bentuk hukum yang secara tegas berlaku
bagi umat Islam sehingga qishas terhadap anggota badan masih tetap berlaku
dengan sanksi-sanksi hukum yang beragam satu sama lain sesuai dengan jenis,
cara, dan di bagian tubuh mana jarimah penganiayaan itu terjadi.
C. Syarat-syarat Qishash
8
3. Pembunuh bukan bapak (orang tua) dari terbunuh Jika seorang bapak
(orang tua) membunuh anaknya maka ia tidak di-qishash.
4. Orang yang dibunuh sama derajatnya dengan orang yang membunuh,
seperti muslim dengan muslim, merdeka dengan merdeka dan hamba
dengan hamba.
5. Qishash dilakukan dalam hal yang sama, jiwa dengan jiwa, mata dengan
mata dan lain sebagainya.
D. Hikmah Qishash
3. TA’ZIR
A. Pengertian Ta’zir
Ta’zir adalah bentuk mashdar dari kata ُ ﻋَﺰَﺮَ ۔ ﻴَﻌْﺰِﺮyang secara etimologis
berarti menolak dan mencegah.7 Istilah ta’zir diartikan sebagai sanksi yang
diberlakukan kepada pelaku jarimah yang melakukan pelanggaran baik berkaitan
dengan hak Allah maupun hak manusia dan tidak termasuk ke dalam kategori
6
Direktorat Pendidikan Madrasah., op.cit. hlm. 13
7
Drs. H. Rahmat Hakim, M.Ag. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia,
hlm. 140.
9
hukuman hudud atau kafarat. Ta’zir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
artinya hukuman yang dijatuhkan atas dasar kebijaksanaan hakim karena tidak
terdapat dalam Al-Quran dan hadist. Dalam memutuskan jenis dan ukuran sanksi
ta’zir, harus tetap memperhatikan petunjuk nash secara teliti karena menyangkut
kemaslahatan umum.
10
C. Pembagian Jarimah Ta’zir
Jarimah ta’zir apabila dilihat dari hak yang dilanggar dibagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
a. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah, yaitu semua perbuatan yang
berkaitan dengan kemaslahatan umum. Misalnya, berbuat kerusakan di
muka bumi, pencurian yang tidak memenuhi syarat, mencium wanita yang
bukan istrinya, penimbunan bahan-bahan pokok, dan penyelundupan.
b. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak perorangan (individu), yaitu setiap
perbuatan yang mengakibatkan kerugian pada orang tertentu, bukan orang
banyak. Contohnya penghinaan, penipuan, dan pemukulan.
a. Hukuman Mati
b. Hukuman Cambuk
a. Hukuman Penjara
Hukuman penjara dapat menjadi hukuman pokok dan dapat juga menjadi
hukuman tambahan, apabila hukuman pokok yang berupa hukuman cambuk tidak
11
membawa dampak bagi terhukum. Selanjutnya, hukum ini dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
B. Hukuman Pengasingan
Imam Ibnu Taimiyah membagi hukuman ta’zir berupa harta ini menjadi
tiga bagian dengan memperhatikan atsar (pengaruhnya) terhadap harta, yaitu
sebagai berikut:
a. Menghancurkannya.
b. Mengubahnya.
c. Memilikinya.
12
4. Sanksi Ta’zir Lainnya
a. Peringatan keras.
b. Dihadirkan di hadapan siding.
c. Nasihat.
d. Celaan.
e. Pengucilan.
f. Pemecatan.
g. Diberitakan di media cetak atau elektronik.8
8
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Masyrofah, S.Ag., M.Si. op. cit. hlm. 160.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hudud adalah bentuk jama’ dari kata had yang berarti mencegah. Disebut
hudud karena hukuman itu dapat mencegah terjadinya perbuatan yang
mengakibatkan jatuhnya hukuman.
Qishas adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti pembalasan, mirip
dengan istilah hutang nyawa dibayar nyawa. Dalam kasus pembunuhan hukum
qishas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati
kepada pembunuh. Adapun suatu jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir,
pelaksanaan hukuman ta’zir, baik yang jenis larangannya ditentukan oleh nas atau
tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak Allah ataupun perorangan, hukumannya
diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Rahmat,. 2010. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka
Setia.
15