Tujuan khusus:
1. Meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai masalah stunting, balita
kurus, KEP, dan asupan kurang pada balita.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai cara pemberian makan
pada balita.
Uraian Peserta, Fasilitator dan Penyelenggara
Peserta
a. Kriteria
Ibu yang mempunyai anak balita
b. Jumlah
Jumlah peserta
Fasilitator
Fasilitator terdiri atas mahasiswa Poltekkes Bandung
Penyelenggara
Pelatihan diselenggarakan oleh Mahasiswa Poltekkes Bandung
Struktur Program
No Materi Waktu
teori Praktek total
a Materi dasar
1. pentingnya 1000 HPK 1 1
b Materi inti
1. Masalah Gizi Balita 1 2 3
2. Cara Pemberian Makan pada 1 2 3
Balita
c. Materi penunjang
1. Membangun komitmen 1 1
belajar
JUMLAH 11 19 32
I JPL = 15 Menit
Garis – Garis Besar Program Pembelajaran
MATERI
PENTINGNYA 1000 HPK
DASAR 1
Waktu 4 JPL (1T)
Tujuan Mampu memahami pentingnya 1000 HPK
pembelajaran
umum
Tujuan Mampu mengetahui definisi 1000 HPK
pembelajaran Mampu mengetahui faktor-faktor penting dalam 1000
khusus HPK
Mampu mengetahui kemungkinan masalah pada 1000
HPK
Mampu mengetahui upaya perbaikan masalah gizi pada
1000 HPK
Mampu mengetahui langkah pencegahan masalah gizi di
1000HPK
Pokok bahasan 1. Pengertian1000 HPK
2. Faktor-faktor penting dalam 1000 HPK
3. Kemungkinan masalah pada 1000 HPK
4. Upaya perbaikan masalah gizi pada 1000 HPK
5. Langkah pencegahan masalah gizi di 1000HPK
Metode CTJ
Media Power point dan flayer
Alat bantu LCD dan laptop
Referensi
A. 1000 HPK
Periode emas pertumbuhan & perkembangan anak yang dimulai dari saat konsepsi,
hamil, dan melahirkan (280 hari) hingga 2 tahun pertama kehidupannya setelah
lahir (720 hari)
B. Masalah Gizi
Stunting/pendek
Stunting/kerdil adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih
pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunting
dapat terjadi karena kekurangan gizi dalam waktu lama yaitu terjadi sejak janin
dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).
Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan
vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir,
tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.
Faktor seorang anak dapat mengalami kekerdilan/ stunting?
1. Gizi kurang pada ibu hamil maupun balita
2. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa
kehamilan, pada saat kehamilan, serta setelah kehamilan.
3. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
4. Kurangnya akses terhadap makanan bergizi
5. Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi
Gejala stunting
1. Pertumbuhan melambat
2. Pertumbuhan gigi terlambat
3. Kurang konsentrasi dan daya ingat rendah
4. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam
5. Tanda pubertas melambat
6. Wajah tampak lebih muda dari usianya
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:
o Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
o Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
produktifitas, dan daya saing bangsa.
10 Cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan stunting:
1. Ibu Hamil mengonsumsi tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan
Pemberian tablet tambah darah berfungsi untuk mencegah terjadinya
risiko anemia. Selain itu, untuk mendeteksi terjadinya anemia sejak dini
pada ibu hamil maka dilakukan tes kadar hemoglobin. Pemberian imunisasi
tetanus toksoid kepada ibu hamil dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit tetanus pada bayi yang akan dilahirkan. Pemeriksaan kehamilan
harus dilakukan secara teratur sejak awal kehamilan. Hal ini disebabkan
karena pelayanan kesehatan yang tepat dan penyuluhan selama kehamilan
diperlukan untuk menjamin lancarnya proses kelahiran.
Zat besi merupakan mineral mikro vital yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat besi berperan dalam
perkembangan syaraf selama janin dan sebelum masa kanak-kanak.
Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat menjadi 27 mg/hari
khususnya pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Pemenuhan zat besi
selama kehamilan dapat diperoleh dari cadangan besi, akan tetapi jika
cadangan ini sedikit dan kandungan serta penyerapan zat besi dari diet
sedikit maka diperlukan suplementasi zat besi. Dampak yang ditimbulkan
akibat anemia saat kehamilan adalah perdarahan pasca melahirkan dan berat
bayi lahir rendah. Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berpengaruh
pada fungsi imunitas tubuh. Infeksi pada ibu hamil akan meningkatkan
risiko terjadinya kelahiran bayi prematur.
2. Mengonsumsi makanan tambahan untuk ibu hamil
Makanan tambahan yang diberikan kepada ibu hamil tersebut dapat
dikonsumsi untuk membantu memperlancar proses kehamilan dan
menghindari berbagai macam gangguan kehamilan yang tidak diinginkan,
memenuhi kebutuhan kalori, memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil, serta
menjaga berat badan ibu hamil
3. Memenuhi gizi yang seimbang bagi ibu hamil
Kebutuhan gizi selama kehamilan mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan saat tidak hamil. Kebutuhan protein, asam folat,
kalsium dan zat besi ibu hamil meningkat. Porsi makan untuk ibu hamil
harus lebih banyak dengan kualitas makanan yang baik dibandingkan
dengan saat sebelum hamil. Jika ibu hamil mengalami mual, muntah serta
tidak nafsu makan sebaiknya mengonsumsi makanan yang tidak
mengandung lemak dan menyegarkan.
Zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil meliputi karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral, dan protein. Karbohidrat dan lemak bertindak sebagai
sumber tenaga, yang dapat diperoleh dari serealia, umbi-umbian. Vitamin B
kompleks berguna untuk melindungi sistem saraf, otot serta jantung.
Sumber vitamin B kompleks ada pada serealia, biji-bijian, kacang-
kacangan, sayuran hijau, telur serta produk susu. Protein sebagai sumber zat
pembangun terdapat pada daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang serta gigi janin dan membuat
perlindungan ibu hamil dari osteoporosis. Jika keperluan kalsium ibu hamil
tidak tercukupi maka kekurangan kalsium dapat diambil dari tulang ibu.
Asam folat berperan untuk perubahan sistem saraf dan sel darah, yang
banyak ada pada sayuran berwarna hijau gelap.
4. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Harus dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi yang baru
dilahirkan. Inisiasi menyusui dini merupakan kemampuan bayi menyusu
sendiri segera setelah lahir. Pada prinsipnya inisiasi menyusui dini
merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, yaitu dengan
cara menengkurapkan bayi di dada atau perut ibu setelah seluruh badan
dikeringkan (bukan dimandikan). Inisiasi menyusui dini ini dapat dilakukan
sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Inisiasi menyusui dini
mempunyai beberapa manfaat di antaranya adalah mendekatkan kasih
sayang antara ibu dan bayi. Menurut Unicef, inisiasi menyusui dini dapat
menurunkan risiko perdarahan pada ibu setelah melahirkan. Selain itu bagi
ibu, inisiasi menyusui dini juga dapat menstimulasi hormon oksitosin yang
dapat membuat rahim berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali
ke ukuran semula.
5. Memberikan ASI ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan
Selain melakukan IMD, bayi yang baru lahir juga harus diberikan
kolostrum. Kolostrum merupakan cairan kental berwarna kekuningan yang
dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan. Kolostrum
mempunyai kandungan energi lebih rendah, protein lebih tinggi serta
karbohidrat dan lemak yang lebih rendah daripada air susu ibu yang
diproduksi selanjutnya. Kolostrum mengandung beberapa zat antibodi, di
antaranya adalah faktor bifidus yang merupakan faktor spesifik yang dapat
memacu pertumbuhan Lactobacillus bifidus, bakteri yang dianggap dapat
mengganggu kolonisasi bakteri patogen di dalam saluran cerna. Sehingga
kolostrum sangat baik untuk membentuk sistem imun bayi.
Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan pada saat menyusui merupakan
makanan paling kompleks yang mengandung zat gizi lengkap dan bahan
bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan pemeliharaan
kesehatan bayi. Bagi bayi yang berumur di bawah 6 bulan ASI merupakan
makanan yang paling dianjurkan. Hal ini disebabkan sistem pencernaan
bayi yang masih belum bisa menerima makanan lain. ASI mempunyai
beberapa manfaat, yaitu dapat meningkatkan kondisi neurologi bayi. Hal ini
disebabkan oleh kandungan yang terdapat di dalam ASI seperti LCPUFA
dapat mempercepat perkembangan otak bayi. Anak yang diberikan ASI
mempunyai perkembangan kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan karena ASI dapat
meningkatkan fungsi otak dibandingkan dengan susu formula.
ASI mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan susu
formula diantaranya, yaitu ASI mengandung kolostrum untuk
meningkatkan imunitas tubuh bayi, ASI mudah dicerna dan mengandung
zat gizi yang berkualitas, ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, dan
bebas kontaminasi, mendekatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi,
meningkatkan kecerdasan anak, praktis, dan murah (Depkes 2001).
6. Memberikan Makanan Pendamping Asi untuk bayi diatas 6 bulan hingga
usia 2 tahun
Periode usia 7—24 bulan terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya
adalah pemberian ASI sampai usia dua tahun, Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI), imunisasi, dan suplementasi vitamin A. Makanan pendamping
ASI merupakan makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI. Makanan
pendamping ASI diberikan kepada bayi karena kebutuhan gizi bayi semakin
meningkat dan ASI saja sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap
perkembangannya. Pada saat bayi berumur 6 atau 7 bulan bayi baru belajar
mengunyah dan siap untuk mengonsumsi makanan padat.
Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan pendamping ASI
adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan protein
dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah
tinggi karena pada masa ini sampai anak usia dua tahun merupakan masa
pertumbuhan dan dengan laju metabolisme tinggi. Kandungan lemak pada
makanan pendamping ASI anak diperlukan sebagai sumber asam lemak
esensial, memfasilitasi penyerapan vitamin larut lemak. Kebutuhan lemak
bagi anak dalam makanan pendamping ASI berkisar antara 30%-45%
kebutuhan energi.
7. Bayi diberi Imunisasi dasar lengkap
Bayi juga harus diberikan imunisasi. Imunisasi yang harus didapat
oleh bayi, yaitu imunisasi hepatitis B pada umur 0—7 hari, imunisasi BCG
dan polio 1 pada usia 1 bulan, imunisasi DPT/HB 1 dan polio 2 pada usia 2
bulan, DPT/HB 2 dan polio 3 pada usia 3 bulan, DPT/HB 3 dan polio 4 pada
usia 4 bulan, dan imunisasi campak pada usia 9 bulan. Imunisasi yang
diberikan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat
terjangkit pada anak-anak. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah
terjadinya penyakit paru-paru/TBC pada anak. Imunisasi DPT berfungsi
untuk mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus. Imunisasi campak
bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit campak. Imunisasi
hepatitis B berfungsi mencegah penyakit hepatitis B dan imunisasi polio
berfungsi untuk mencegah penyakit polio (Kemenkes 2011).
8. Pantau pertumbuhan balita di posyandu
Orangtua bisa mencegah stunting atau kekerdilan dengan memantau
tumbuh kembang anak-anak mereka secara berkala di posyandu atau
fasilitas kesehatan lainnya sebagai upaya deteksi dini
9. Konsumsi vitamin A secara rutin
Bayi dan anak mempunyai kebutuhan vitamin A yang tinggi untuk
membantu masa pertumbuhan dan mencegah infeksi. Kekurangan vitamin
A yang parah pada anak dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
meningkatnya risiko kesakitan dan mortalitas anak karena mudah terserang
infeksi. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan pemberian
suplementasi vitamin A dosis tinggi kepada bayi usia 6 bulan sampai anak
usia 5 tahun. Pemberian vitamin A dosis tinggi ini didasarkan pada vitamin
A diabsorpsi tubuh dalam jumlah besar kemudian disimpan di dalam hati
dan dimobilisasi di dalam tubuh pada periode yang cukup lama. Pemberian
suplementasi vitamin A diberikan setiap bulan Februari atau Agustus. Bayi
berusia 6—11 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna biru sedangkan
anak usia 12—59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna merah. Bayi
6—11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU sedangkan untuk
anak usia 12—59 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 200.000 IU
(Kemenkes 2011).
10. Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang termasuk
dalam program 1000 HPK. Sanitasi merupakan penyebab tidak langsung
yang berpengaruh pada status gizi balita. Sanitasi lingkungan yang tidak
baik akan mengakibatkan kejadian diare yang nantinya akan menyebabkan
infeksi sehingga berpengaruh terhadap kurang gizi.
Kurus
Wasting (kurus) adalah suatu keadaan kekurangan gizi yang banyak
terdapat di daerah dengan social-ekonomi rendah yang dapat disebabkan oleh
asupan nutrisi yang inadekuat dan adanya penyakit. Wasting adalah kondisi ketika
berat badan anak menurun sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang
normal. Anak yang mengalami wasting umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang ideal. Pasalnya, wasting membuat berat badan anak tidak sepadan dengan
tinggi badan untuk anak seusianya. WHO selaku badan kesehatan dunia,
menyatakan bahwa wasting adalah salah satu masalah kesehatan utama. Sebab
kondisi ini berhubungan langsung dengan angka kejadian suatu penyakit
(morbiditas). Itulah mengapa wasting pada anak adalah suatu hal yang tidak boleh
disepelekan, bahkan membutuhkan perhatian dan penanganan sesegera mungkin.
Wasting biasanya terjadi karena penurunan berat badan drastis akibat tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi harian anak. Memiliki satu atau lebih penyakit
yang bisa berujung pada turunnya berat badan, seperti diare, juga bisa
mengakibatkan wasting. Kejadian wasting pada anak juga dapat berdampak besar
terhadap kondisi kesehatannya sekarang atau di kemudian hari. Anak yang
mengalami wasting umumnya lebih mudah terserang penyakit, bahkan berisiko
sampai berakibat fatal.
Selain dari segi kesehatan, wasting juga turut memengaruhi kemampuan
intelektual anak di masa pertumbuhannya.
Bayi Dikatakan Kurus
Menurut WHO, indikator yang digunakan untuk menilai kemungkinan
wasting pada anak yakni berat badan berbanding dengan tinggi badan (BB/TB).
Anak dikatakan mengalami wasting ketika hasil pengukuran indikator BB/TB
berada di -3 sampai dengan di bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak
juga bisa mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indikator
BB/TB menunjukkan angka di bawah -3 SD. Atau dengan kata lain, wasting akut
adalah kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang wasting
biasa.
Wasting umumnya lebih banyak dialami oleh anak di kelompok usia balita.
Setelah lewat dari usia tersebut, risiko wasting pada anak berangsur-angsur akan
menurun.
Gejala Balita Kurus
Secara umumnya, wasting ditandai dengan penurunan berat badan drastis
sehingga membuat bobot tubuh anak tidak sebanding dengan tinggi badannya.
Itulah mengapa wasting pada anak, biasanya membuat tubuhnya tampak sangat
kurus. Bahkan tak jarang, sampai membuat tulang-tulang di tubuh sangat kentara
karena hanya dibalut langsung oleh kulit. Anak yang mengalami wasting juga kerap
merasa sangat lemas, yang membuatnya sulit untuk beraktivitas normal seperti anak
seusianya.
Namun ketika kondisi wasting biasa ini tidak segera diobati, otomatis bisa
berkembang lebih parah hingga mengakibatkan wasting akut. Jika tingkat
keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul beberapa gejala seperti
berikut:
1. Indikator BB/TB menunjukkan angka kurang dari -3 SD
2. Memiliki pembengkakan karena cairan (edema) di beberapa bagian tubuh
3. Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5 cm
Apabila tidak mendapatkan perawatan secepatnya, kondisi wasting pada tingkat
yang parah ini bisa berkembang semakin buruk. Tidak menutup kemungkinan,
nantinya akan mengakibatkan gizi buruk pada anak.
Penyebab Balita Kurus
Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, wasting adalah kondisi yang
terjadi ketika berat badan anak menurun dengan cepat. Hal ini umumnya
disebabkan oleh kombinasi dari dua faktor, yakni asupan makanan harian dan
penyakit infeksi infeksi.
Berikut berbagai penyebab wasting pada anak:
1. Kurang terjangkau atau sulitnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat,
sehingga membuat banyak orangtua engga memeriksakan kondisi kesehatan
anaknya.
2. Pemberian asupan makanan harian yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
Misalnya pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, maupun makanan padat tapi
dengan jumlah dan kualitas yang kurang memadai.
3. Kebersihan lingkungan sekitar yang buruk, termasuk sulitnya mendapatkan
akses air bersih dan pelayanan kebersihan.
4. Pengetahuan kurang mengenai nutrisi dan kesehatan.
5. Pilihan sumber makanan yang sangat terbatas dan kurang beragam.
Cara Mengatasi Balita Kurus
Setelah dinyatakan mengalami wasting, penanganan adalah hal penting
yang harus segera dilakukan. Ini karena wasting dapat meningkatkan risiko
berbagai penyakit, hingga bisa berakibat fatal pada anak yang mengalami
penurunan berat badan sangat parah. Oleh karena tingkat keparahan wasting terbagi
menjadi dua, maka cara mengatasi kedua kondisi tersebut pun berbeda.
Sumber makanan balita kurus
a. Sumber makanan hewani seperti daging merah, daging ayam, ikan, susu,
telur, dan lainnya.
b. Serat dalam taraf sedang.
c. Rendah garam
a. ASI Predominan: ASI sebagai sumber nutrisi yang dominan, cairan lain:
air, jus
b. ASI Parsial: ASI & sufor
Mengapa 6 bulan?
• Usus bayi belum siap untuk menerima protein hewani secara langsung
• Anak yang mulai makan di usia 4 bulan memiliki pertumbuhan berat
badan yang sama dengan anak yang makan di usia 6 bulan
• Mencegah infeksi pencernaan dan pernapasan
Porsi Makan
Porsi makan yang dianjurkan prinsipnya meningkat bertahap:
6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan
2-3 sendok makan 125 ml bertahap hingga 200 ml hingga 250
bertahap hingga 125 ml 200 ml ml++
Kesehatan
9 Sirup Pilek
JUMLAH 2 2
MATERI PENUNJANG
C
JUMLAH
JUMLAH 2 2
Keterangan :
1 jpl = 10 menit
Garis-garis Besar Program Pembelajaran
Materi Penyuluhan
Materi Dasar Konsep Dasar Gizi Seimbang
Waktu : 1 Jpl (T = 1 Jpl, P= 0 Jpl, PL= 0 Jpl)
Tujuan pembelajaran umum : Meningkatkan pemahaman konsep gizi seimbang dan
pemilihan makanan sumber Fe
Tujuan pembelajaran khusus : Peserta mampu menjelaskan mengenai :
1. Pengertian gizi seimbang
2. Bahan Makanan sumber Fe
Pokok bahasan dan sub-pokok : 1. Pesan Gizi seimbang untuk ibu hamil
bahasan 2. Kebutuhan Gizi ibu hamil
3. Zat Gizi Makro
4. Zat gizi mikro
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Buku referensi, buku saku depkes, Hand Out
Alat bantu : LCD, laptop, dan Infocus
Referensi : 1. Hardiansyah dan I dewa Nyoman. 2016. Ilmu Gizi
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
2. Fitriana, Diah Ayu. Gizi Seimbang Ibu Hamil. 2016.
Dikutip dari http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu -
hamil/. Diakses 17 juli 2019.
2. Fosfor
Manfaat untuk bayi:
Pembentukan tulang dan gigi
3. Vitamin D
Manfaat untuk bayi:
Mencegah BBLR
Membantu memelihara kekuatan tulang
Memelihara kesehatan gigi
Membantu menghindari dari masalah pernafasan
4. Zat Besi
Manfaat untuk bayi:
Perkembangan dan fungsi otak yang baik
Tumbuh kembang yang optimal
5. Yodium
Manfaat untuk bayi:
Pertumbuhan janin
Menghindari bayi menjadi kretin
6. Zinc
Manfaat untuk bayi dn ibu:
Menjaga kualitas kesehatan sel darah merah
Mencegah anemia
Mencegah lahir prematur
Menvegah BBLR
Sumber makanan: kerang, daging merah, kacang-kacangan, susu, telur
7. Magnesium
Manfaat untuk bayi dan ibu:
Pembentukan tulang dan sistem otot
Sumber makanan: daging, susu, pangan laut, kacang-kacangan, sayuran.
8. Asam folat
Manfaat untuk bayi:
Menguarangi risiko Neural Tube Defect
Produksi sel darah merah
Pertumbuhan sel-sel baru
9. Vitamin A
Manfaat untuk bayi:
Pembentukan jaringan
Pembentukan tulang dan kerangka tubuh janin
Perkembangan organ, sistem sirkulasi dan sistem saraf pusat
10. Vitamin C
Manfaat untuk bayi dan ibu:
melindungi dan menjaga kesehatan sel
Membentuk kolagen di dalam tulang, tulang rawan, otot, kulit dan
pembuluh darah
Perbaikan jaringan
Penyembuhan luka
Melawan penyakit infeksi
Membantu tubuh menyerap zat besi
Mengurangi kejadian pre-eklamsia
Sumber makanan: pepaya, cabai, jambu, nanas, jeruk, kembang kol,
mangga
3. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
amnion dan meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam basa
tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar 2-3 liter
perhari (8-12 gelas sehari)
Sumber pustaka :
Hardinsyah dan I Dewa Nyoman Supariasa.2016.Ilmu Gizi Teori dan
Aplikasi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Fitriana, Diah Ayu.Gizi Seimbang Ibu Hamil.2016.dikutip dari
http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/. Diakses 17 Juli 2019