OLEH KELOMPOK II :
1. MASHURI 7. DERITA
2. JAMAL 8. NURLAILA
3. SATAR 9. SUHARTI
4. RADMIN 10. SUMNANTI
5. SUHEMI 11. FITRIA
6. WAHYUNI
BALAI BESAR PELATIHAN MAKASSAR
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan di Puskesmas adalah mewujudkan kecamatan
sehat. Untuk mewujudkan kecamatan sehat, tentunya harus dimulai dengan melakukan
upaya peningkatan status kesehatan keluarga atau rumah tangga. Keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat, masalah kesehatan yang dialami keluarga-keluarga di satu wilayah
administrasi, akan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini harus dipahami oleh
petugas kesehatan puskesmas, tentang pentingnya upaya pemberdayaan keluarga untuk
hidup sehat, sebagai langkah awal dalam mewujudkan kecamatan Sehat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku hidup sehat yang diperkenalkan (aspek tindakan atau
practice). Salah satu pendekatan komunikasi yang dapat diterapkan dalam melakukan
intervensi untuk memberdayakan keluarga agar tau, mau dan mampu menerapkan perilaku
hidup sehat adalah melalui pendekatan komunikasi perubahan perilaku (KPP). Melalui
penerapan komunikasi perubahan perilaku, keluarga dibantu oleh tenaga promosi
kesehatan/program kesehatan lainnya di puskesmas untuk mengenali masalah
kesehatannya, upaya mengatasinya serta memotivasi agar keluarga tersebut mampu
melakukan upaya pencegahan serta peningkatan status kesehatan keluarganya dengan
mengoptimalkan potensi atau kemampuan yang dimilikinya.
Perilaku merupakan salah satu factor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberdayakan keluarga agar tau, mau dan
mampu berperilaku hidup sehat, merupakan upaya yang tidak mudah. Oleh sebab itu,
tenaga promosi kesehatan di puskesmas yang sekaligus juga sebagai Tim KPP, harus
mempunyai kompetensi melakukan intervensi perubahan perilaku yaitu melalui pendekatan
komunikasi perubahan perilaku (KPP) dalam pemberdayaan ke keluarga sehat. Kebijakan
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, menetapkan 12 indikator keluarga sehat agar
dilaksanakan oleh puskesmas.
Langkah perencanaan KPP pemberdayaan keluarga diawali dengan persiapan,
analisis masalah kesehatan keluarga termasuk di dalamnya melakukan pendataan KS,
penetapan masalah kesehatan prioritas, kajian formatif, penyusunan strategi KPP
pemberdayaan keluarga, penyusunan rencana aksi KPP pemberdayaan keluarga untuk
hidup sehat.
Oleh sebab itu, kegiatan Praktik Lapangan pada pelatihan ini, diarahkan untuk
melakukan KPP dalam pemberdayaan keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan peserta tentang bahaya Hipertensi
Tujuan Khusus :
1. Peserta dapat mengetahui pengertian, tanda dan gejala Penyakit Hipertensi.
2. Peserta dapat mengetahui makanan yang perlu dihindari agar terhindar dari penyakit
Hipertensi.
3. Peserta mau dan mampu mengaplikasi perilaku yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit Hipertensi.
4. Peserta mampu memberikan edukasi kepada masyarakat dalam rangka penurunan
penyakit Hipertensi.
C. Sasaran
Sasaran Penyuluhan penyakit hipertensi adalah kader pemberdayaan masyarakat
dan tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Somba Opu.
A. Permasalahan
1. Keterlambatan peserta pelatihan tiba di lokasi praktik lapangan.
2. Keterlambatan kedatangan Sasaran kegiatan (kader) ke tempat kegiatan.
3. Sasaran kegiatan yang hadir hanya Kader dari Kelurahan Sungguhminasa, sehingga
informasi tentang Penyakit Hipertensi yang harus di sosialisasika kepada seluruh Kader
di wilayah kerja Puskesmas Somba Opu, hanya kepada Kader Kelurahan Sungguhminasa
saja.
4. Life style (pola makan) masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Somba Opu yang suka
mengkomsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, sehingga meningkatkan kasus
hipertensi.
5. Kader dan masyarakat yang belum mengetahui program Prolanis yang telah
dilaksanakan oleh Puskesmas Somba Opu, sehingga pengobatan penyakit hipertensi
belum maksimal atau banyak pasien yang tidak minum obat secara teratur.
6. Tim KPP di Puskesmas Somba Opu sudah terbentuk, namun karena terkendala dengan
dana sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
B. Upaya Mengatasi
1. Koordinasi antara pihak BBPK dengan Lokasi praktik lapangan.
2. Koordinasi antara pihak puskesmas Somba Opu dengan Kader, sehingga tidak hanya
kader kelurahan sungguhminasa saja yang hadir namun, seluruh kader di wilayah kerja
puskesmas somba opu dapat hadir. Harapannya informasi yang diberikan dapat
tersampaikan secara menyeluruh.
3. Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang penyakit Hipertensi selalu
diberikan secara berkesinambungan.
4. Sosialisai tentang kegiatan Prolanis kepada msayarakat.
5. Puskesmas Somba Opu dapat mengalokasikan dana untuk pelaksanaan KPP.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Kesimpulan
1. Peserta pelatihan KPP diterima oleh Kepala Puskesmas Somba Opu dan staf puskesmas.
2. Kegiatan penyuluhan berlangsung sangat aktif, terlihat dari banyaknya respon dari
audience dalam memberikan pertanyaan.
3. Peserta yang mengikuti penyuluhan penyakit hipertensi hanya dihadiri oleh Kader
Kelurahan Sungguhminasa saja, sehingga informasi tidak tersebar secara menyuluh di
wilayah kerja puskesmas Somba Opu.
B. Rekomendasi
1. Sosialisasi program Prolanis kepada masyarakat.
2. Revitalisasi posbindu.
3. Menganggarkan dana untuk kegiatan KPP.
4. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang Penyakit Hipertensi dilakukan secara
berkesinambungan.