Makalah Pka Kelompok 1
Makalah Pka Kelompok 1
KRISTALISASI
Jumlah Produksi yang Belum Mencukupi Kebutuhan Produksi garam dalam negeri Garam
industri yang berasal dari penambangan dengan kadar NaCl lebih dari 95% dengan jumlah
sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih diimpor (Purbani, 2000). Hal ini belum
dapat diatasi padahal Indonesia merupakan negara bahari dengan potensi bahan baku garam
yang besar. Keterbatasan lahan dan masih tradisionalnya teknologi, menyebabkan produktivitas
industri garam di Indonesia masih rendah yakni rata-rata 60-70 ton per hektar per musim
(Purbani, 2000; Aprilia & Ali, 2011). Sementara Australia dapat mencapai 350 ton per hektar per
musim. (Anon., 2009). Gambar ladang garam di Indonesia disajikan pada Gambar 5. Luas lahan
pegaraman rakyat di Indonesia sebesar 25.542 hektar atau sekitar 83,31% dari total luas lahan
garam nasional dengan tingkat produktivitas rata-rata 60-70 ton per hektar per musim (Purbani,
2000). Jika 50% dari luas areal pegaraman rakyat ini dapat ditingkatkan produktivitasnya
menjadi 80 ton per hektar per tahun, maka garam yang dapat diproduksi sebanyak 1.021.680
ton, sehingga total produksi garam nasional menjadi 1.851.795 ton (Purbani, 2000). Dengan
demikian kebutuhan impor garam industri dapat dikurangi dari 1.600.000-1.900.000 ton
menjadi hanya sekitar 1.150.000 ton.
1.2 Tujuan
Menmpelajari metode kristalisasi dalam proses pembuatan garam dapur siap konsumsi
yang diperbolehkan oleh SNI agar produksi garam dapur di Indonesia dapat ditingkatan serta
mengurangi impor garam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1 (kiri) Garam yang belum diolah dari air laut, (kanan) garam yang sedang diolah oleh
proses industri
Ada tiga metode proses pembuatan garam berdasarkan sumbernya, yaitu sistem
kristalisasi total air laut, pembuatan garam dari larutan garam alamiah, dan pengambilan garam
dari batuan garam atau melalui penambangan (Prasetyaningsih, 2008). Metode yang umum
dilakukan di negara tropis, termasuk Indonesia, yaitu sistem kristalisasi total air laut. Prinsip
utama metode ini adalah kristalisasi garam dari air laut dengan menggunakan sinar matahari
untuk menguapkan air laut. Metode ini memerlukan tiga kolam utama, yaitu kolam
penampungan air laut, kolam pemekatan, dan kolam kristalisasi (Noviani, 2007). Keberhasilan
metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sinar matahari, suhu, dan kelembapan
udara serta kecepatan angin. Rendemen yang diperoleh dari metode ini sangat rendah, yaitu
sekitar 3% NaCl dari bahan baku air laut yang diuapkan (Prasetyaningsih, 2008).
Metode pembuatan garam yang lain yaitu pembuatan garam dari larutan garam.
Pengambilan garam dari larutan garam umumnya dilakukan dengan menggunakan panas hasil
pembakaran. Proses yang dilakukan dapat menggunakan oven penguapan maupun multi effect
evaporator. Rendemen yang dihasilkan melalui metode ini sekitar 20–25% NaCl
(Prasetyaningsih, 2008). Namun demikian, mengingat biaya produksinya yang cukup mahal,
metode ini kurang cocok diterapkan di Indonesia. Metode lain yaitu pembuatan garam dari
batuan garam melalui penambangan. Metode ini dilakukan dengan cara penggalian langsung di
lokasi batuan garam. Tahapan yang dilakukan meliputi penghancuran (crushing), penggilingan
(grinding ), dan pengayakan (screening). Rendemen yang diperoleh dengan metode ini sangat
tinggi, yaitu sekitar 95– 99% NaCl (Prasetyaningsih, 2008).
Pembuatan garam di Indonesia pada umumnya masih dilakukan secara tradisional
dengan metode yang sederhana. Pembuatan garam dilakukan dengan sistem kristalisasi total
yang menghasilkan garam berkualitas rendah dengan produktivitas 35–45 ton per hektar per
tahun. Garam rakyat sendiri dikelompokkan menjadi tiga jenis (Mayasari & Lukman, 2010) yaitu:
1). K-1, yaitu kualitas terbaik yang memenuhi syarat untuk bahan industri maupun untuk
konsumsi. Dengan komposisi NaCl 97,46%; CaCl2 0,723%; CaSO4 0,409%; MgSO4 0,04%; H2O
0,63%; Pengotor 0,65%; 2). K-2, yaitu kualitas dibawah K-1. Secara fisik garam K-2 berwarna
agak kecoklatan dan agak lembap; 3). K-3, merupakan garam kualitas terendah, dengan
tampilan fisik berwarna coklat dan bercampur lumpur. Peningkatan kualitas garam di Indonesia
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi standar garam konsumsi rumah tangga dan
industri serta meningkatkan harga jual garam.
Garam yang beredar di pasaran harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI
ini berdasarkan kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1994 tentang
pengadaan garam beriodium dan Keputusan Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995
tentang pengesahan SNI dan Penggunaan tanda SNI secara wajib terhadap 10 macam produk
industri (Anon., 1994; Anon., 2004). Beberapa SNI terkait garam, misalnya seperti SNI 06-0303-
1989 tentang garam untuk industri soda elektrolitis, SNI 01-35562000 tentang garam konsumsi
beriodium, SNI 013556-1999 tentang garam dapur, dan SNI 01-44352000 tentang garam bahan
baku untuk industri garam beriodium (Anon., 2000).
3.1 Proses Evaporasi dan Kristalisasi
Proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap yaitu:
1. Penyiapan lokasi penggaraman
Proses pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga
mineral-mineral yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja mineral-mineral yang
kurang diinginkan sedapat mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam yang
diproduksi. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat,
sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.
Dalam tulisan ini diberikan dua model peningkatan mutu garam, yaitu
mengendapkan Ca dan Mg dengan menggunakan Natrium Karbonat atau Natrium
Oksalat yang dikombinasikan dengan cara pengendapan bertingkat. Kalsium dan
magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain NaCl
perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan
magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat.
Dalam proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap
dahulu, menyusul garam sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.
Prinsip dasar dari proses pembuatan garam yang dilakukan adalah
menghasilkan garam yang kualitasnya lebih baik. Untuk itu, diperlukan studi
lapangan yang menunjang kualitas garam antara lain kondisi lahan yang digunakan,
kemiringan, uji laboratorium, termasuk kondisi iklim dan sebagainya, sehingga
dihasilkan garam sesuai kualitas yang diharapkan. Data yang diperlukan yaitu:
• Evaporasi / penguapan (tinggi)
• Kecepatan dan arah angin (>5 m/detik)
• Suhu udara (>32°C)
• Penyinaran matahari (100%)
• Kelembaban udara (<50% H)
• Curah hujan (rendah) dan hari hujan (kurang)
• Pasang surut
3. Lokasi penggaraman
Lokasi Penggaraman Tanah untuk penggaraman yang dipilih harus memenuhi kriteria
yang berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah, sifat fisis
tanah, kehidupan (hewan/tumbuhan) dan gangguan bencana alam.
a. Letak terhadap permukaan air laut: Untuk mempermudah suplai air laut, untuk
mempermudah pembuangan
b. Topografi: Dikehendaki tanah yang landai atau kemiringan kecil, untuk mengatur
tata aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi
c. Sifat fisis tanah: Dikehendaki sifat-sifat: Permeabilitas rendah, tanah tidak mudah
retak pasir, permeabilitas tinggi tanah liat, permeabilitas rendah retak pada
kelembaban rendah, untuk peminihan tanah liat untuk penekanan resapan air
(kebocoran), untuk meja-meja campuran pasir dan tanah liat guna kualitas dan
kuantitas hasil produksi Pengujian laborat tanah, yang diperlukan : • Grain size
(ukuran) • Kelakuan pada pengerasan (proctor test) Bila diperlukan daya dukung
untuk lokasi gudang dan pondasi pompa d. Gangguan kehidupan : • Tanaman
pengganggu • Binatang tanah e. Gangguan bencana alam : Daerah banjir / gempa /
gelombang pasang.
Konstruksi tangga (getrapte) yaitu konstruksi yang terancang khusus dan teratur
dimana suatu petak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yang komplit,
terdiri dari peminihan-peminihan dan meja-meja garam dengan konstruksi tangga,
sehingga aliran air berjalan secara alamiah (gravitasi). „ Konstruksi komplek meja
(tafel complex) yaitu konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompok-
kelompok) penggaraman yang luas yang letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan
suatu kelompok peminihan secara kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang
dihasilkan dialirkan ke suatu meja untuk kristalisasi.
Peningkatan kualitas garam rakyat dapat dilakukan dengan cara pembinaan sistem
manajemen mutu, pelatihan teknik produksi, dan bantuan peralatan mesin iodisasi garam. Pada
umumnya industri garam rakyat belum menerapkan SNI pada proses produksinya. Aplikasi
teknologi dalam rangka peningkatan garam rakyat yang telah dilakukan selama ini berupa
pencucian garam rakyat dengan menggunakan natrium karbonat atau natrium oksalat (Purbani,
2000; Anon., 2011). Hal ini bertujuan untuk mengendapkan kalsium dan magnesium. Kalsium
dan magnesium merupakan unsur yang banyak terdapat pada air laut sehingga perlu
diendapkan agar kadar NaCl pada garam semakin meningkat. Kalsium dan magnesium dapat
diendapkan dalam bentuk garam sulfat, garam karbonat, dan garam oksalat. Dalam proses
pengendapan, garam karbonat dan garam oksalat mengendap terlebih dahulu, menyusul garam
sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.
Untuk mengurangi impuristis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi dari proses
pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis
dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Na 2CO3
dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Air Laut pada bobot jenis 1,0258 kg/L
Proses produksi garam melalui proses evaporasi air laut memiliki mekanisme
reaksi :
A.1. Air laut yang dijemur / dievaporasi maka akan terbentuk kristal-kristal garam
NaCl (s)+ H2O(l) NaCl (s) + H2O(g)
MgSO4 (s) + H2O(l) MgSO4 (s) + H2O(g)
CaSO4 (s) + H2O(l) CaSO4 (s) + H2O(g)
CaCl2 (s) + H2O(l) CaCl2 (s) + H2O(g)
MgCl2 (s) + H2O(l) MgCl2 (s) + H2O(g)
A.2. Garam yang baik harus memiliki kandungan NaCl yang tinggi dan impuritas yang
rendah, untuk itu dilakukan proses pencucian dengan penambahan NaOH dan
Na2CO3:
CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
putih
MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
putih
CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
putih
A.3. Setelah proses pencucian didapatkan garam dengan kadar NaCl yang tinggi,
garam ini kemudian ditambah dengan larutan KIO3 dengan cara disemprot
NaCl (s) + KIO3 (l) NaIO3(s) + KCl (l)
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
ΔH° f298 = ∑ (ΔH° f298 PRODUK) - ∑ (ΔH° f298 REAKTAN)
= (-289,5 – 330,82) – (-338,73 - 275,13)
= -6,46 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
2) MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
° ° °
ΔG 298 = ∑ (ΔG 298 PRODUK) - ∑ (ΔG 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-200,17 + (2 x (-301,28)) – (-277,7 – 301,28) = -223,75 kcal/mol
= -939750 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-939750 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 379,3
K = 1,076 x 10165
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-221,90 – 330,82) – (-304,94 +(2 x (-101,96))
= -43,86 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
3) CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔG 298 = ∑ (ΔG 298 PRODUK) - ∑ (ΔG 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-311,9 + (2 x (–93,92)) – (-179,8 -301,28) = -18,66 kcal/mol
= -78372 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-78372 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 31,63
K = 5,47 x 1013
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-338,73 + (2 x -97,324)) – (-190,6 – 330,82)
= -11,96 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
4) MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
ΔG° 298 = ∑ (ΔG° 298 PRODUK) - ∑ (ΔG° 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-200,17 + (2 x (–93,92)) – (-143,77 + (2 x -90,6)) = -63,04 kcal/mol
= -264768 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-264768 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 106,87
K = 2,58 x 1046
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
ΔH° f298 = ∑ (ΔH° f298 PRODUK) - ∑ (ΔH° f298 REAKTAN)
= (-221,90 + (2 x -97,324)) – (-153,22 + (2 x -101,96))
= -59,41 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
5) CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
ΔG° 298 = ∑ (ΔG° 298 PRODUK) - ∑ (ΔG° 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-270,8 + (2 x -93,92)) – (-179,8 – 251,36) = -27,48 kcal/mol
= -115416 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-115416 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 46,58
K = 1,7 x 1020
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-289,5 + (2 x -97,324)) – (-190,6 – 275,13)
= -18,418 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
Xa
waktu (menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu evaporasi air laut semakin
banyak kristal garam NaCl yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang
dihasilkan.
b. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam MgSO4 dalam kandungan garam
dapur dengan penambahan NaOH:
Suhu (oK) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,07684481 1 0,64954
9 1
318,15 1,07184470 2 0,87717
6 8
338,15 1,06745532 3 0,95695
4 6
358,15 1,06357124 4 0,98491
8 5
378,15 1,06010999 5 0,99471
3 3
398,15 1,05700609 6 0,99814
7 7
418,15 1,05420694 7 0,99935
4 1
438,15 1,05166976 8 0,99977
3 2
458,15 1,04935942 9 0,99992
7
478,15 1,04724682 10 0,99997
1 2
k rata-rata 1,04850448
9
waktu (menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk Mg(OH)2 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.
c. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam CaCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan Na2SO4
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,02039354 1 0,63686
9
318,15 1,01909937 2 0,86813
6
338,15 1,01795964 3 0,95211
9 6
358,15 1,01694828 4 0,98261
7 2
378,15 1,01604475 5 0,99368
6 6
398,15 1,01523268 6 0,99770
4 7
418,15 1,01449885 7 0,99916
3 7
438,15 1,01383247 8 0,99969
6 8
458,15 1,01322466 9 0,99989
478,15 1,01266801 10 0,99996
2
k rata-rata 1,01298410
2
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa
waktu (menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk CaSO4 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.
d. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam MgCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan NaOH
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,105484353 1 0,655722
318,15 1,098537114 2 0,881473
338,15 1,092447896 3 0,959194
358,15 1,087067066 4 0,985951
378,15 1,082277861 5 0,995163
398,15 1,077987831 6 0,998335
418,15 1,074122827 7 0,999427
438,15 1,07062269 8 0,999803
458,15 1,067438098 9 0,999932
478,15 1,064528233 10 0,999977
k rata-rata 1,066299608
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa
waktu (menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk Mg(OH)2 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.
e. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam CaCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan Na2CO3
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,03157774 1 0,63940
9 8
318,15 1,02956361 2 0,86997
4 3
338,15 1,02779099 3 0,95311
6 3
358,15 1,02621891 4 0,98309
3 3
378,15 1,02481515 5 0,99390
8 3
398,15 1,02355407 6 0,99780
1 2
418,15 1,02241495 7 0,99920
6 7
438,15 1,02138093 8 0,99971
3 4
458,15 1,02043810 9 0,99989
2 7
478,15 1,01957490 10 0,99996
7 3
k rata-rata 1,02
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa
waktu (menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk CaCO3 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.