Anda di halaman 1dari 27

PEMURNIAN GARAM MENJADI GARAM DAPUR MENGGUNAKAN METODE

KRISTALISASI

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1

AGUNG PERDANA (2015437915) LIDYA ZENNA CHRYSELLA (2015437038)


ANTAMA ZULKA DINUFA (2015437018) NANA RUSDIANA (2015437045)
HANA AFIFAH RAHMAN (2015437029) NANIK AMBARWATI (2015437061)
HEVIN JAMALA A. (2015437031) SYAHDINI HANDIANI (2015437053)
IRA YOLANDA (2015437035) WILMAN WIRANATA (2015437058)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk
menghasilkan dan berswasembada garam. Namun demikian, selama ini jumlah produksi garam
yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan garam dalam negeri. Pusat pembuatan garam
terkonsentrasi di pulau Jawa dan Madura, dengan luas masing-masing sebesar 10.231 Ha dan
15.347 Ha. Lokasi pembuatan garam lainnya terdapat di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan,
dan Sumatera dengan luas area masing-masing sebesar 1.155 Ha, 2.040 Ha, dan 1.885 Ha.
Dengan demikian, luas areal ladang garam di Indonesia seluruhnya sebesar 30.658 Ha, di mana
sekitar 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat (Purbani, 2000). Industri pengolahan
yang modern umumnya memanfaatkan garam untuk memperbaiki cita rasa, penampilan, dan
sifat fungsional produk yang dihasilkan. Secara umum, garam berfungsi sebagai pengawet,
penambah cita rasa maupun untuk memperbaiki penampilan tekstur daging ikan (Yankah et al.,
1996; Winarno, 1997; Irianto & Giyatmi, 2009).

Tabel 1 Kebutuhan garam dan data kebutuhan impor garam di Indonesia

Jumlah Produksi yang Belum Mencukupi Kebutuhan Produksi garam dalam negeri Garam
industri yang berasal dari penambangan dengan kadar NaCl lebih dari 95% dengan jumlah
sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih diimpor (Purbani, 2000). Hal ini belum
dapat diatasi padahal Indonesia merupakan negara bahari dengan potensi bahan baku garam
yang besar. Keterbatasan lahan dan masih tradisionalnya teknologi, menyebabkan produktivitas
industri garam di Indonesia masih rendah yakni rata-rata 60-70 ton per hektar per musim
(Purbani, 2000; Aprilia & Ali, 2011). Sementara Australia dapat mencapai 350 ton per hektar per
musim. (Anon., 2009). Gambar ladang garam di Indonesia disajikan pada Gambar 5. Luas lahan
pegaraman rakyat di Indonesia sebesar 25.542 hektar atau sekitar 83,31% dari total luas lahan
garam nasional dengan tingkat produktivitas rata-rata 60-70 ton per hektar per musim (Purbani,
2000). Jika 50% dari luas areal pegaraman rakyat ini dapat ditingkatkan produktivitasnya
menjadi 80 ton per hektar per tahun, maka garam yang dapat diproduksi sebanyak 1.021.680
ton, sehingga total produksi garam nasional menjadi 1.851.795 ton (Purbani, 2000). Dengan
demikian kebutuhan impor garam industri dapat dikurangi dari 1.600.000-1.900.000 ton
menjadi hanya sekitar 1.150.000 ton.

1.2 Tujuan

Menmpelajari metode kristalisasi dalam proses pembuatan garam dapur siap konsumsi
yang diperbolehkan oleh SNI agar produksi garam dapur di Indonesia dapat ditingkatan serta
mengurangi impor garam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam Dapur


Garam dapur yang dikonsumsi masyarakat Indonesia garam dapur yang dikonsumsi
masyarakat Indonesia ada tiga jenis yaitu garam konsumsi yang diproduksi PN Garam, garam ini
diawasi dan dibina seksama oleh pemerintah sehingga yang beredar di pasaran adalah garam
yang telah memenuhi syarat dan standar mutu untuk konsumsi garam dapur. Jenis garam yang
diimpor dari luar negeri merupakan garam yang dipasok dari luar negeri hanya dalam jumlah
kecil dan pengimpornya dilakukan bila produksi dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan
masyarakat, misalnya karena musim hujan berkepanjangan atau kesulitan teknik lainnya dan
garam rakyat produksi pengrajin garam, merupakan garam rakyat yang mutunya sebagian besar
belum memenuhi standar industri bagi garam konsumsi karena cara pengolahannya masih
sederhana.

Gambar 1 (kiri) Garam yang belum diolah dari air laut, (kanan) garam yang sedang diolah oleh
proses industri

2.2 Sifat Fisik dan Kimia Garam Dapur


Secara umum, garam merujuk pada suatu senyawa kimia dengan nama Sodium Klorida
atau Natrium Klorida (NaCl). Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap untuk pangan
dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia (Purbani, 2000). Garam merupakan satu dari
sembilan jenis bahan kebutuhan pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No. 15/MPP/KEP/2/ 1998. Garam adalah benda padatan berwarna putih
berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium klorida, Magnesium Sulfat, kalsium klorida
dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik yang mudah menyerap air, densitas (tingkat
kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC. Pengelompokan garam di
Indonesia berdasarkan SNI adalah garam konsumsidan garam industri. Kelompok kebutuhan
garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak
goreng, industri pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam
industri antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor Alkali
Plant) industrial salt yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan soda dan chlor, dan
pharmaceutical salt.
Menurut penggunaannya, garam dapat digolongkan menjadi garam proanalisis (p.a),
garam industri, dan garam konsumsi. Garam proanalisis adalah garam untuk reagent (tester)
pengujian dan analisis di laboratorium,juga untuk keperluangaram farmasetis di industri farmasi,
garam industri yaitu untuk bahan baku industri kimia dan pengeboran minyak, sedangkan garam
konsumsi untuk keperluan garam konsumsi dan industry makanan serta garam pengawetan untuk
keperluan pengawetan ikan. Untuk garam proanalisis dan garam farmasi, mempunyai kandungan
NaCl > 99%, garam konsumsi mempunyai kandungan NaCl > 94% dan garam untuk pengawetan
memiliki kandungan NaCl > 90%. Semakin besar kandungan NaClnya, akan semakin kompleks
dan rumit proses produksi dan pemurniannya.
Tabel 2 Sifat fisik dan kimia garam dapur

2.3 Air Laut


Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%.
Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak
seluruhnya, garam dapur/NaCl). Suhu kritis air laut adalah 407 oC.Walaupun kebanyakan air laut
di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya.
Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian
dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi
terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di
beberapa danau dapat lebih tinggi lagi. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi
dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium,
kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak
laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan.
Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam.

2.2 Kegunaan Garam Dapur


 Minuman kesehatan
Produk minuman kesehatan terutama dirancang sebagai produk minuman untuk
mengembalikan kesegaran tubuh dan mengganti mineral-mineral yang keluar bersama keringat
dari tubuh selama proses metabolisme atau aktivitas olah raga yang berat. umumnya produk-
produk minuman kesehatan selain mengandung pemanis dan zat aktif, juga mengandung
mineral-mineral dalam bentuk ion seperti ion natrium (Na +), kalium (K+), magnesium (Mg++),
kalsium (Ca++), karbonat - bikarbonat (CO32- dan HCO32-), dan klorida (Cl-). Sumber utama untuk
ion natrium dan klorida selain kristal garam juga larutan garam pekat. Laut mati di timur tengah
merupakan sumber larutan garam pekat, sedangkan di Indonesia akan mulai dikembangkan
pembuatan garam dengan bahan baku bittern yaitu larutan sisa penguapan dalam produksi garam
konsumsi dan garam high grade.
 Garam konsumsi
Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan gangguan
akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan) garam
menggunakan garam iodida atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya. pemilihan garam
sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur yang pasti digunakan di
rumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industri pangan, sehingga
diharapkan keberhasilan program gaki akan tinggi. Selain itu, didukung sifat kelarutan garam
yang mudah larut dalam air, yaitu sekitar 24 gram/100 ml. Jenis garam lain yang kurang populer
penggunaannya di Indonesia dalah salt low sodium (garam rendah natrium) merupakan garam
dengan kandungan NaCl yang lebih rendah daripada garam konsumsi biasa. garam ini memunyai
komposisi terdiri dari campuran NaCl, MgCl2, dan KCl dengan perbandingan tertentu.
penggunaan garam rendah natrium terutama ditujukan untuk penderita tekanan darah tinggi yang
tidak diperbolehkan mengonsumsi garam dapur biasa.
 Oralit
Oralit merupakan produk kesehatan yang dikonsumsi saat mengalami diare. Kandungan
oralit yang utama adalah campuran antara NaCl dengan gula (glukosa atau sukrosa). Fungsi
oralit yang utama adalah menjaga keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh. Oralit
merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare yang menyebabkan banyak
kehilangan cairan tubuh. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang
hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat
dihindarkan. Sebagai contoh komposisi oralit 200 antara lain mengandung : glukosa anhidrat 4,0
gram, natrium klorida 0,70 gram, natrium sitrat dihidrat 0,58 gram , kalium klorida 0,30 gram.
Sedangkan dalam keadaan darurat, kita bisa membuat air minum yang diberi campuran gula
putih (sukrosa) dengan garam dapur.
Kombinasi gula dan garam dapat diserap baik oleh usus penderita diare, karena ion
natrium merupakan ion yang berfungsi allosterik (berhubungan dengan penghambatan enzim
karena bergabung dengan molekul lain). Selain itu, garam mampu meningkatkan pengangkutan
dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam
dapur) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air pada dinding usus secara kuat (sekira 25
kali lebih banyak dari biasanya), sehingga proses dehidrasi tubuh dapat dikurangi/diatasi.
 Pengawet Makanan
Garam dapur (NaCl) biasanya digunakan dalam industri pangan. Garam dalam
konsentrasi cukup tinggi mampu berperan sebagai pengawet. Garam akan terionisasi dan
menarik sejumlah molekul air, peristiwa ini disebut hidrasi ion. Jika konsentrasi garam makin
besar, maka makin banyak ion hidrat dan molekul air terjerat, sehingga menyebabkan aktivitas
air (Aw) bahan pangan menurun. Aktivitas garam dalam menarik air ini erat kaitannya dengan
peristiwa plasmolisis, yaitu air akan bergerak dari konsentrasi garam rendah ke konsentrasi
garam tinggi karena adanya perbedaan tekanan osmosis. Efek pengawetan garam (NaCl) karena
kekuatan ion Cl sebagai pengawet, reaksi oksidasi reduksi danreaksi enzymatis. Kelarutan NaCl
dalam air menyebabkan kelarutan O2 dalam air menurun, menyebabkan denaturasi protein
sehingga aktifitas enzim berkurang. Pemberian garam sebanyak 3% pada proses perendaman
akan berpengaruh terhadap jaringan buah-buahan. Garam berperan sebagai penghambat selektif
pada mikroorganisme pencemar tertentu. Selain itu juga berfungsi untuk menghilangkan getah,
memperbaiki rasa dan mengurangi daya larut oksigen dalam air, sehingga buah akan nampak
selalu segar (Widyani dan Suciyaty, 2008). Efek dari garam sebagai pengawet adalah sifat
osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membaran sel mikroba, sifat hidroskopisnya
menghambat aktifitas enzym proteolitik dan adanya ion Cl yang terdisosiasi. Bila
mikroorganisme ditempatkan dalam larutan garam pekat (30-40%), maka air dalam sel akan
keluar secara osmosis dan sel mengalami plasmolisis serta akan terhambat dalam
perkembangbiakannya. Mikroorganisme memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap
tekanan osmosis larutan gula atau garam. Ragi dan kapang lebih toleran daripada bakteri,
sehingga ragi dan kapang sering ditemukan diatas makanan yang mempunyai kadar gula dan
garam tinggi dimana bakteri akan terhambat pertumbuhannya, misalnya pada manisan buah-
buahan, ikan asin atau dendeng.
BAB III
METODE

Ada tiga metode proses pembuatan garam berdasarkan sumbernya, yaitu sistem
kristalisasi total air laut, pembuatan garam dari larutan garam alamiah, dan pengambilan garam
dari batuan garam atau melalui penambangan (Prasetyaningsih, 2008). Metode yang umum
dilakukan di negara tropis, termasuk Indonesia, yaitu sistem kristalisasi total air laut. Prinsip
utama metode ini adalah kristalisasi garam dari air laut dengan menggunakan sinar matahari
untuk menguapkan air laut. Metode ini memerlukan tiga kolam utama, yaitu kolam
penampungan air laut, kolam pemekatan, dan kolam kristalisasi (Noviani, 2007). Keberhasilan
metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sinar matahari, suhu, dan kelembapan
udara serta kecepatan angin. Rendemen yang diperoleh dari metode ini sangat rendah, yaitu
sekitar 3% NaCl dari bahan baku air laut yang diuapkan (Prasetyaningsih, 2008).
Metode pembuatan garam yang lain yaitu pembuatan garam dari larutan garam.
Pengambilan garam dari larutan garam umumnya dilakukan dengan menggunakan panas hasil
pembakaran. Proses yang dilakukan dapat menggunakan oven penguapan maupun multi effect
evaporator. Rendemen yang dihasilkan melalui metode ini sekitar 20–25% NaCl
(Prasetyaningsih, 2008). Namun demikian, mengingat biaya produksinya yang cukup mahal,
metode ini kurang cocok diterapkan di Indonesia. Metode lain yaitu pembuatan garam dari
batuan garam melalui penambangan. Metode ini dilakukan dengan cara penggalian langsung di
lokasi batuan garam. Tahapan yang dilakukan meliputi penghancuran (crushing), penggilingan
(grinding ), dan pengayakan (screening). Rendemen yang diperoleh dengan metode ini sangat
tinggi, yaitu sekitar 95– 99% NaCl (Prasetyaningsih, 2008).
Pembuatan garam di Indonesia pada umumnya masih dilakukan secara tradisional
dengan metode yang sederhana. Pembuatan garam dilakukan dengan sistem kristalisasi total
yang menghasilkan garam berkualitas rendah dengan produktivitas 35–45 ton per hektar per
tahun. Garam rakyat sendiri dikelompokkan menjadi tiga jenis (Mayasari & Lukman, 2010) yaitu:
1). K-1, yaitu kualitas terbaik yang memenuhi syarat untuk bahan industri maupun untuk
konsumsi. Dengan komposisi NaCl 97,46%; CaCl2 0,723%; CaSO4 0,409%; MgSO4 0,04%; H2O
0,63%; Pengotor 0,65%; 2). K-2, yaitu kualitas dibawah K-1. Secara fisik garam K-2 berwarna
agak kecoklatan dan agak lembap; 3). K-3, merupakan garam kualitas terendah, dengan
tampilan fisik berwarna coklat dan bercampur lumpur. Peningkatan kualitas garam di Indonesia
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi standar garam konsumsi rumah tangga dan
industri serta meningkatkan harga jual garam.
Garam yang beredar di pasaran harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI
ini berdasarkan kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1994 tentang
pengadaan garam beriodium dan Keputusan Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995
tentang pengesahan SNI dan Penggunaan tanda SNI secara wajib terhadap 10 macam produk
industri (Anon., 1994; Anon., 2004). Beberapa SNI terkait garam, misalnya seperti SNI 06-0303-
1989 tentang garam untuk industri soda elektrolitis, SNI 01-35562000 tentang garam konsumsi
beriodium, SNI 013556-1999 tentang garam dapur, dan SNI 01-44352000 tentang garam bahan
baku untuk industri garam beriodium (Anon., 2000).
3.1 Proses Evaporasi dan Kristalisasi
Proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap yaitu:
1. Penyiapan lokasi penggaraman
Proses pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga
mineral-mineral yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja mineral-mineral yang
kurang diinginkan sedapat mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam yang
diproduksi. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat,
sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.
Dalam tulisan ini diberikan dua model peningkatan mutu garam, yaitu
mengendapkan Ca dan Mg dengan menggunakan Natrium Karbonat atau Natrium
Oksalat yang dikombinasikan dengan cara pengendapan bertingkat. Kalsium dan
magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain NaCl
perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan
magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat.
Dalam proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap
dahulu, menyusul garam sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.
Prinsip dasar dari proses pembuatan garam yang dilakukan adalah
menghasilkan garam yang kualitasnya lebih baik. Untuk itu, diperlukan studi
lapangan yang menunjang kualitas garam antara lain kondisi lahan yang digunakan,
kemiringan, uji laboratorium, termasuk kondisi iklim dan sebagainya, sehingga
dihasilkan garam sesuai kualitas yang diharapkan. Data yang diperlukan yaitu:
• Evaporasi / penguapan (tinggi)
• Kecepatan dan arah angin (>5 m/detik)
• Suhu udara (>32°C)
• Penyinaran matahari (100%)
• Kelembaban udara (<50% H)
• Curah hujan (rendah) dan hari hujan (kurang)
• Pasang surut

Gambar 2 Proses pembuatan garam dapur metode konvensional

2. Alat dan bahan

Alat Alat-alat yang diperlukan antara lain:


• Meteran
• Pompa
• Pipa paralon, stop kran dan selang karet
• Cangkul, linggis, skop, penggaruk dsb.

Bahan Bahan yang diperlukan antara lain:


• Air laut yang bebas dari polusi (dipompa)
• Natrium karbonat (teknis)
• Natrium Oksalat (teknis)

3. Lokasi penggaraman

Lokasi Penggaraman Tanah untuk penggaraman yang dipilih harus memenuhi kriteria
yang berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah, sifat fisis
tanah, kehidupan (hewan/tumbuhan) dan gangguan bencana alam.
a. Letak terhadap permukaan air laut: Untuk mempermudah suplai air laut, untuk
mempermudah pembuangan
b. Topografi: Dikehendaki tanah yang landai atau kemiringan kecil, untuk mengatur
tata aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi
c. Sifat fisis tanah: Dikehendaki sifat-sifat: Permeabilitas rendah, tanah tidak mudah
retak pasir, permeabilitas tinggi tanah liat, permeabilitas rendah retak pada
kelembaban rendah, untuk peminihan tanah liat untuk penekanan resapan air
(kebocoran), untuk meja-meja campuran pasir dan tanah liat guna kualitas dan
kuantitas hasil produksi Pengujian laborat tanah, yang diperlukan : • Grain size
(ukuran) • Kelakuan pada pengerasan (proctor test) Bila diperlukan daya dukung
untuk lokasi gudang dan pondasi pompa d. Gangguan kehidupan : • Tanaman
pengganggu • Binatang tanah e. Gangguan bencana alam : Daerah banjir / gempa /
gelombang pasang.

4. Proses pembuatan garam

Proses Pembuatan Garam Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang


telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan ini hanya akan diuraikan secara singkat
cara pembuatan garam yang proses penguapannya menggunakan tenaga matahari
(solar evaporation), mengingat cara ini dinilai masih tepat untuk diterapkan
perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang. Pada
dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses
pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan
kristalisasi). Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri
dari campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida
yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa
(impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”.
Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat
yang berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya
komponen garam yang relatif lebih murni. Proses kristalisasi demikian disebut
kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang
kemurniannya tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut
kelakuan air laut, tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus
mengkristalkan air pekat dari 25°Be sehingga menjadi 29°Be, sehingga pengotoran
oleh gips dan garam-garam magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat
dihindari/dikurangi

Gambar 3. Bagan Proses Pembuatan Garam Evaporasi Kadar NaCl Tinggi


Gambar 4 Flow Proses Pembuatan Garam

5. Konstruksi Penggaraman Ada dua macam konstruksi penggaraman yang dipakai di


Indonesia :
Pompa
Bak Penampungan Air Laut (Pengendapan Partikel/Lumpur)
Kolam Kristalisasi Garam I
Kolam Kristalisasi Garam II
Dibuang
Kolam Pengendapan I Penambahan CO2 atau Oksalat
Bak Penampungan Air Laut (Pengendapan Partikel/Lumpur)

Konstruksi tangga (getrapte) yaitu konstruksi yang terancang khusus dan teratur
dimana suatu petak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yang komplit,
terdiri dari peminihan-peminihan dan meja-meja garam dengan konstruksi tangga,
sehingga aliran air berjalan secara alamiah (gravitasi). „ Konstruksi komplek meja
(tafel complex) yaitu konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompok-
kelompok) penggaraman yang luas yang letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan
suatu kelompok peminihan secara kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang
dihasilkan dialirkan ke suatu meja untuk kristalisasi.

3.2 Faktor-faktor Teknis yang Mempengaruhi Produksi Garam Dapur


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya proses pembuatan garam dapur
diantaranya:
a. Air Laut Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air
sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b. Keadaan Cuaca
• Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita
untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
• Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan
indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi
daya penguapan air laut.
• Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan
penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.
c. Tanah
• Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam
tanah yang di peminihan ataupun di meja.
• Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila
terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
• Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh
garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air
• Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya dengan
faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan penguapan
air (koefisien pemindahan massa).
• Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
• Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air
tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila
konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
e. Cara pungutan garam Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula kemungkinan
dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik.
Pungutan garam ada 2 sistem :
• Sistem Portugis Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat dari kristal garam yang
dibuat sebelumnya selama 30 hari, berikut tiap 10 hari dipungut.
• Sistem Maduris Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah, selama antara 10– 15
hari garam diambil di atas dasar tanah.
f. Air Bittern Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-
garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam
hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam
dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.

3.3 Tahapan Proses Pembuatan Garam


a. Pengeringan Lahan: Pengeringan lahan pemenihan dilaksanakan pada awal musim
kemarau, pengeringan lahan kristalisasi.
b. Pengolahan Air Peminian/Waduk: Pemasukan air laut ke Peminian, pemasukan air laut ke
lahan kristalisasi, pengaturan air di peminian., pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah
habis dikeringkan selama seminggu, pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah habis
dikeringkan, untuk pengeluaran Brine selanjutnya dari peminian tertua melalui Brine Tank,
pengembalian air tua ke waduk, apabila air peminihan cukup untuk memenuhi meja kristal,
selebihnya dipompa kembali ke waduk.
c. Pengolahan Air dan Tanah: Pekerjaan Kesap Guluk (K/G) dan Pengeringan: Pertama K/G
dilakukan setelah air meja 4–6°Be, kedua K/G dilakukan setelah air meja 18–22°Be dan meja di
atasnya dilakukan K/G dengan perlakuan sama, lepas air tua dilakukan pada siang hari dengan
konsentrasi air garam 24–25°Be dan ketebalan air 3–5 cm.
d. Proses Kristalisasi: pemeliharaan meja begaram, aflak (perataan permukaan dasar
garam)
e. Proses Pungutan: Umur kristal garam 10 hari secara rutin, pengaisan garam dilakukan
hati-hati dengan ketebalan air meja cukup atau 3–5 cm, angkutan garam dari meja ke timbunan
membentuk profil (ditiriskan), kemudian diangkut ke gudang atau siap untuk proses pencucian.
f. Proses Pencucian: pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan
mengurangi unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya, air pencuci garam semakin bersih dari
kotoran akan menghasilkan garam cucian lebih baik atau bersih. Persyaratan air pencuci : - Air
garam (Brine) dengan kepekatan 20–24°Be - Kandungan Mg ≤ 10 g/liter.
Kualitas Garam Produksi Dalam Negeri yang Rendah Kualitas garam yang diproduksi
secara tradisional pada umumnya sangat rendah dan harus diolah kembali untuk dijadikan
garam konsumsi maupun garam industri. Kualitas garam yang rendah ini disebabkan beberapa
faktor seperti kondisi kolam penampungan dan kolam kristalisasi yang belum memadai,
masuknya air buangan ke kolam sebelumnya, belum adanya pengecekan kualitas, serta
kurangnya pengetahuan akan pemanfaatan sistem, aliran, dan pintu air (Noviani, 2007).

Gambar 5 Proses Pembuatan garam

Peningkatan kualitas garam rakyat dapat dilakukan dengan cara pembinaan sistem
manajemen mutu, pelatihan teknik produksi, dan bantuan peralatan mesin iodisasi garam. Pada
umumnya industri garam rakyat belum menerapkan SNI pada proses produksinya. Aplikasi
teknologi dalam rangka peningkatan garam rakyat yang telah dilakukan selama ini berupa
pencucian garam rakyat dengan menggunakan natrium karbonat atau natrium oksalat (Purbani,
2000; Anon., 2011). Hal ini bertujuan untuk mengendapkan kalsium dan magnesium. Kalsium
dan magnesium merupakan unsur yang banyak terdapat pada air laut sehingga perlu
diendapkan agar kadar NaCl pada garam semakin meningkat. Kalsium dan magnesium dapat
diendapkan dalam bentuk garam sulfat, garam karbonat, dan garam oksalat. Dalam proses
pengendapan, garam karbonat dan garam oksalat mengendap terlebih dahulu, menyusul garam
sulfat, terakhir bentuk garam kloridanya.
Untuk mengurangi impuristis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi dari proses
pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis
dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Na 2CO3
dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2. Reaksi kimia yang terjadi adalah
sebagai berikut:

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4


putih
MgSO4 + 2NaOH Mg(OH)2 + Na2SO4
putih
CaCl2 + Na2SO4 CaSO4 + 2NaCl
putih
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl
putih
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 putih + 2NaCl
Di Indonesia, garam dikualifikasikan menjadi garam K1, K2, dan K3. 1. Garam K1
merupakan garam hasil proses kristalisasi pada larutan 26 – 29,5oBe. Garam K1 memiliki kadar
NaCl minimum 97,1%. 2. Garam K2 merupakan garam dengan kualitas lebih rendah daripada
K1. Garam ini merupakan sisa kristalisasi pada konsentrasi larutan 29,5 – 35oBe dan memiliki
kadar NaCl minimum 94,7%. Secara fisik, garam K2 berwarna kecoklatan. 3. Garam K3
merupakan garam kualitas terendah. Garam ini merupakan sisa kristalisasi pada konsentrasi
larutan di atas 35oBe dan memiliki kadar NaCl kurang dari 94,7%. Secara fisik, garam K3
berwarna coklat dan masih bercampur lumpur.
Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi garam Purbani (2003), faktor-faktor
teknis yang mempengaruhi produksi garam sebagai berikut :
a. Air laut
Mutu air laut terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai),
sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b. Keadaan cuaca
- Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada
kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
- Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata
merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya
mempengaruhi daya penguapan air laut.
- Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan
penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.
c. Tanah
- Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam
tanah yang di meja.
- Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila
terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
- Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh
garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air
- Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya dengan
faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan penguapan
air (koefisien pemindahan massa).
- Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme Reaksi

Tabel 2.1 Komposisi Air Laut pada bobot jenis 1,0258 kg/L
Proses produksi garam melalui proses evaporasi air laut memiliki mekanisme
reaksi :
A.1. Air laut yang dijemur / dievaporasi maka akan terbentuk kristal-kristal garam
NaCl (s)+ H2O(l) NaCl (s) + H2O(g)
MgSO4 (s) + H2O(l) MgSO4 (s) + H2O(g)
CaSO4 (s) + H2O(l) CaSO4 (s) + H2O(g)
CaCl2 (s) + H2O(l) CaCl2 (s) + H2O(g)
MgCl2 (s) + H2O(l) MgCl2 (s) + H2O(g)
A.2. Garam yang baik harus memiliki kandungan NaCl yang tinggi dan impuritas yang
rendah, untuk itu dilakukan proses pencucian dengan penambahan NaOH dan
Na2CO3:
CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
putih
MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
putih
CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
putih
A.3. Setelah proses pencucian didapatkan garam dengan kadar NaCl yang tinggi,
garam ini kemudian ditambah dengan larutan KIO3 dengan cara disemprot
NaCl (s) + KIO3 (l) NaIO3(s) + KCl (l)

Tabel 2.2 Kualitas garam


Sumber: http://eprints.undip.ac.id/20179/1/Widayat.pdf

4.2 Kondisi Operasi


Kondisi operasi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC yang merupakan
suhu lingkungan dan tekanan 1 atm karena proses evaporasi air laut mrnggunakan tenaga
surya dan dilakukan di ruang terbuka.

4.3 Tinjauan Thermodinamika


a) Reaksi Pembentukan garam
Tinjauan secara termodinamika hanya berlaku untuk reaksi kesetimbangan oleh
karena itu perlu dibuktikan reaksi pembentukan NaCl merupakan reaksi reversibel
atau irreversibel.
NaCl (s) + H2O(l) NaCl (s) + H2O(g)
ΔG° 298 = ∑ (ΔG° 298 PRODUK) - ∑ (ΔG° 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-384138 – 228572) – (-384138 – 237129) = 8556 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = (-8556 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = -3,453
K = 0,032

Karena nilai maka reaksi di atas merupakan reaksi searahcenderung ke arah


reaktan.
NaCl (s) + H2O(l) NaCl (s) + H2O(g)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-411153 - 241818) – (-411153 - 285830)
= 44012 J/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah positif maka reaksi pembentukan garam adalah
reaksi endoterm.

b) Reaksi Pencucian garam


(kcal/mol) (kcal/mol)
CaSO4 (s) -338,73 -311,9
CaCO3 (s) -289,5 -270,8
CaCl2 (s) -190,6 -179,8
NaOH (aq) -101,96 -90,6
Na2CO3 (aq) -275,13 -251,36
Na2SO4 (aq) -330,82 -301,28
NaCl (aq) -97,324 -93,92
MgSO4 (s) -304,94 -277,7
Mg(OH)2 (s) -221,90 -200,17
MgCl2 (s) -153,22 -143,7
Sumber: Perry Chemical Engineering Hands Book
Untuk memperoleh kualitas garam dapur yang baik perlu dilakukan pencucian garam
dengan penambahan NaOH dan Na2CO3 untuk menghilangkan impuritas.
1) CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
° ° °
ΔG 298 = ∑ (ΔG 298 PRODUK) - ∑ (ΔG 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-270,8 – 301,28) – (-311,9 – 251,36) = -8,82 kcal/mol = -37044 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-37044 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 14,95
K = 31149985,344

Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
ΔH° f298 = ∑ (ΔH° f298 PRODUK) - ∑ (ΔH° f298 REAKTAN)
= (-289,5 – 330,82) – (-338,73 - 275,13)
= -6,46 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
2) MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
° ° °
ΔG 298 = ∑ (ΔG 298 PRODUK) - ∑ (ΔG 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-200,17 + (2 x (-301,28)) – (-277,7 – 301,28) = -223,75 kcal/mol
= -939750 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-939750 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 379,3
K = 1,076 x 10165

Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-221,90 – 330,82) – (-304,94 +(2 x (-101,96))
= -43,86 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
3) CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔG 298 = ∑ (ΔG 298 PRODUK) - ∑ (ΔG 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-311,9 + (2 x (–93,92)) – (-179,8 -301,28) = -18,66 kcal/mol
= -78372 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-78372 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 31,63
K = 5,47 x 1013

Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaCl2(s) + Na2SO4 (aq) CaSO4 (s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-338,73 + (2 x -97,324)) – (-190,6 – 330,82)
= -11,96 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
4) MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
ΔG° 298 = ∑ (ΔG° 298 PRODUK) - ∑ (ΔG° 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-200,17 + (2 x (–93,92)) – (-143,77 + (2 x -90,6)) = -63,04 kcal/mol
= -264768 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-264768 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 106,87
K = 2,58 x 1046

Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
MgCl2 (s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (s) + 2NaCl(aq)
ΔH° f298 = ∑ (ΔH° f298 PRODUK) - ∑ (ΔH° f298 REAKTAN)
= (-221,90 + (2 x -97,324)) – (-153,22 + (2 x -101,96))
= -59,41 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.
5) CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
ΔG° 298 = ∑ (ΔG° 298 PRODUK) - ∑ (ΔG° 298 REAKTAN)
ΔG° 298 = (-270,8 + (2 x -93,92)) – (-179,8 – 251,36) = -27,48 kcal/mol
= -115416 J/mol
ΔG = - RT ln K
ln K = - ΔG / RT
ln K = -(-115416 J/mol) / (8,314 J mol-1 K-1 . 298 K) = 46,58
K = 1,7 x 1020
Karena nilai K sangat besar maka reaksi di atas merupakan reaksi searah
cenderung ke arah produk.
CaCl2 (s) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
° ° °
ΔH f298 = ∑ (ΔH f298 PRODUK) - ∑ (ΔH f298 REAKTAN)
= (-289,5 + (2 x -97,324)) – (-190,6 – 275,13)
= -18,418 kcal/mol
Karena harga ΔH° f298 adalah negatif maka reaksi pencucian garam adalah reaksi
eksoterm.

4.4 Tinjauan Kinetika


NaCl (s) + H2O(l) NaCl (s) + H2O(g)
k = A . e-E/RT
k = konstanta kecepatan reaksi
A = Faktor tumbukan
E = Energi aktivasi
T = suhu
Sesuai dengan persamaan di atas semakin tinggi suhu maka semkin besar konstanta kecepatan
reaksi sehingga laju reaksinya semakin besar.

a. Hasil perhitungan konversi pembentukan garam NaCl:


Suhu (oK) k(menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,94514E- 1440 0,13184
08 8
318,15 5,93873E- 2880 0,24631
08 3
338,15 1,5889E-07 4320 0,34568
5
358,15 3,80859E- 5760 0,43195
07 5
378,15 8,32284E- 7200 0,50685
07 1
398,15 1,6814E-06 8640 0,57187
2
418,15 3,17581E- 10080 0,62832
06
438,15 5,66012E- 11520 0,67732
06 5
458,15 9,59147E- 12960 0,71986
06 9
478,15 1,55519E- 14400 0,75680
05 4
498,15 2,42563E- 15840 0,78886
05 9
518,15 3,65566E- 17280 0,81670
05 6
538,15 5,34398E- 18720 0,84087
05 3
558,15 7,60234E- 20160 0,86185
05 4
578,15 0,00010554 21600 0,88006
5 8
598,15 0,00014335 23040 0,89588
1 1
618,15 0,00019087 24480 0,90960
9 9
638,15 0,00024964 25920 0,92152
4 7
658,15 0,00032121 27360 0,93187
8 3
678,15 0,00040721 28800 0,94085
3 6
680,15 0,00041666 30240 0,94865
9 4
k rata-rata 9,8186E-05
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi

Xa

waktu (menit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu evaporasi air laut semakin
banyak kristal garam NaCl yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang
dihasilkan.
b. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam MgSO4 dalam kandungan garam
dapur dengan penambahan NaOH:
Suhu (oK) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,07684481 1 0,64954
9 1
318,15 1,07184470 2 0,87717
6 8
338,15 1,06745532 3 0,95695
4 6
358,15 1,06357124 4 0,98491
8 5
378,15 1,06010999 5 0,99471
3 3
398,15 1,05700609 6 0,99814
7 7
418,15 1,05420694 7 0,99935
4 1
438,15 1,05166976 8 0,99977
3 2
458,15 1,04935942 9 0,99992
7
478,15 1,04724682 10 0,99997
1 2
k rata-rata 1,04850448
9

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi


Xa

waktu (menit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk Mg(OH)2 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.
c. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam CaCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan Na2SO4
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,02039354 1 0,63686
9
318,15 1,01909937 2 0,86813
6
338,15 1,01795964 3 0,95211
9 6
358,15 1,01694828 4 0,98261
7 2
378,15 1,01604475 5 0,99368
6 6
398,15 1,01523268 6 0,99770
4 7
418,15 1,01449885 7 0,99916
3 7
438,15 1,01383247 8 0,99969
6 8
458,15 1,01322466 9 0,99989
478,15 1,01266801 10 0,99996
2
k rata-rata 1,01298410
2
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa

waktu (menit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk CaSO4 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.

d. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam MgCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan NaOH
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,105484353 1 0,655722
318,15 1,098537114 2 0,881473
338,15 1,092447896 3 0,959194
358,15 1,087067066 4 0,985951
378,15 1,082277861 5 0,995163
398,15 1,077987831 6 0,998335
418,15 1,074122827 7 0,999427
438,15 1,07062269 8 0,999803
458,15 1,067438098 9 0,999932
478,15 1,064528233 10 0,999977
k rata-rata 1,066299608
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa

waktu (menit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk Mg(OH)2 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.

e. Hasil perhitungan pada proses penghilangan garam CaCl2 dalam kandungan garam dapur
dengan penambahan Na2CO3
Suhu (oT) k (menit-1) waktu XA
(menit)
298,15 1,03157774 1 0,63940
9 8
318,15 1,02956361 2 0,86997
4 3
338,15 1,02779099 3 0,95311
6 3
358,15 1,02621891 4 0,98309
3 3
378,15 1,02481515 5 0,99390
8 3
398,15 1,02355407 6 0,99780
1 2
418,15 1,02241495 7 0,99920
6 7
438,15 1,02138093 8 0,99971
3 4
458,15 1,02043810 9 0,99989
2 7
478,15 1,01957490 10 0,99996
7 3
k rata-rata 1,02
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh grafik waktu vs konversi
Xa

waktu (menit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi semakin banyak
produk CaCO3 yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai