Anda di halaman 1dari 6

PERAN PERAWAT DALAM MENERAPKAN K3 DIRUMAH SAKIT

LUSIANA OKTAVIANTI181101004

lusiana.tkn@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Menurut WHO / ILO (1995) Kesehatan Kerja memiliki tujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial. Tujuan: Untuk
mengetahui bagaimana gambaran perawat perilaku perawat dalam penerapan k3 dirumah
sakit dan untuk menanam kesadaran da tanggung jawab perawat daaenjaha keselamatan
pasien. Metode: Metode ini menggunakan metode kuantitatif dengan berlandaskan analisa,
eksplorasi, kajian bebas, jurnal dan e-book yang relevan. Hasil: Semua faktor yang dapat
menentukan atau membentuk perilaku manusia disebut determinan perilaku. Pembahasan:
Peran perawat pada berbagai ruang lingkup K3RS secara keseluruhan dirasa penting untuk
diterapkan. Tanpa disadari bahwa, penerapan K3RS perawat di Rumah Sakit dapat
mempengaruhi kualitas perawat. Penutup:cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
persepsi, pengetahuan dan sikap perawat dalam menjaga kesehatan dan keselamatan selama
bekerja, diantaranya dengan memberikan promosi kesehatan dan pelatihan tentang K3
sehingga hal ini diharapkan mampu merubah perilaku perawat menjadi lebih baik.

Kata kunci : perilaku perawat, kesehatan, keselamatan pasien


Latar Belakang kesehatan yang memberikan pelayanan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
Menurut WHO / ILO (1995) Kesehatan
Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk
Kerja memiliki tujuan untuk peningkatan
dapat menyediakan dan menerapkan
dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
suatu upaya agar semua sumber daya
mental dan sosial yang setinggi-tingginya
manusia yang ada di rumah sakit dapat
bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
terlindungi, baik dari penyakit maupun
pencegahan terhadap gangguan kesehatan
kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena
pekerja yang disebabkan oleh kondisi
& Jayanti, 2014).
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat Pemerintah melakukan berbagai
faktor yang merugikan kesehatan, dan upaya untuk mengatasi kecelakaan kerja
penempatan serta pemeliharaan pekerja di rumah sakit, salah satunya dengan
dalam suatu lingkungan kerja yang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan 23 Tahun 1992 dan Undang-Undang
psikologisnya. Kesehatan dan Nomor 36 Tahun 2009 tentang penerapan
keselamatan kerja merupakan salah satu Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
isu penting di dunia kerja saat ini. Hasil rumah sakit (Kepmenkes RI, 2010, p.8).
riset yang di lakukan oleh badan dunia
Tujuan
ILO menyebutkan bahwa setiap hari rata-
rata 6.000 orang meninggal, setara Untuk mengetahui bagaimana
dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 gambaran perawat perilaku perawat
juta orang per tahun akibat sakit atau dalam penerapan k3 dirumah sakit dan
kecelakaan yang berkaitan dengan untuk menanam kesadaran da tanggung
pekerjaannya (Rahayuningsih & jawab perawat daaenjaha keselamatan
Hariyono, 2011). pasien.

Kecelakaan kerja menjadi salah satu Metode


masalah urgen di lingkungan rumah sakit.
Metode ini menggunakan metode
Hal ini diakibatkan karena rumah sakit
kuantitatif dengan berlandaskan analisa,
merupakan suatu unit pelayanan
eksplorasi, kajian bebas, jurnal dan e- menyatakan bahwa pasien yang akan
book yang relevan. menjalani proses pembedahan akan
mengalami kecemasan bahkan akan
Hasil
berakibat pada kualitas kenyamanan
Semua faktor yang dapat menentukan pasien yang akan mempengaruhi pasien
atau membentuk perilaku manusia disebut lainnya. Kecemasan tersebut terjadi
determinan perilaku. Determinan perilaku karena pemikiran pasien yang memiliki
manusia terdiri dari faktor internal dan persepsi bahwa tindakan pembedahan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu akan memperburuk kualitas hidupnya.
karakteristik dari individu yang Maka dirasa perlu dilakukan nya
bersangkutan yang bersifat bawaan komunikasi oleh perawat demi
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor kenyamanan pasien di Rumah Sakit.
yang berasal dari luar diri seseorang
Semua faktor yang dapat
menentukan atau membentuk perilaku
manusia disebut determinan perilaku.
Pembahasan
Determinan perilaku manusia terdiri dari
Peran perawat pada berbagai ruang faktor internal dan faktor eksternal.
lingkup K3RS secara keseluruhan dirasa Faktor internal yaitu karakteristik dari
penting untuk diterapkan. Tanpa disadari individu yang bersangkutan yang bersifat
bahwa, penerapan K3RS perawat di bawaan sedangkan faktor eksternal yaitu
Rumah Sakit dapat mempengaruhi faktor yang berasal dari luar diri
kualitas perawat, kenyamanan pasien, seseorang (Notoatmodjo, 2010).Persepsi
maupun juga citra Rumah Sakit. Melalui merupakan suatu proses pencarian
komunikasi terapeutik perawat sudah informasi yang dilakukan oleh perawat
dapat menerapkan K3RS kepada pasien sebelum melakukan suatu tindakan.
yang dapat mempengaruhi kenyamanan Persepsi perawat tentang K3
pasien. Seperti misalnya, pada pasien menunjukkan bagaimana perawat mampu
yang akan menjalani proses pembedahan. mencari tahu tentang pentingnya K3 baik
Menurut Siswoyo & Roymond (2009), melalui brosur, leaflet, SOP yang
disediakan di ruangan maupun media merubah perilaku perawat menjadi lebih
informasi lainnya. Perawat juga dituntut baik.Selain faktor internal, faktor
untuk faham bagaimana cara pencegahan eksternal juga sangat mempengaruhi
kecelakaan serta penanganan yang dapat perilaku perawat dalam penerapan
dilakukan apabila kecelakaan terjadi. manajemen K3 di rumah sakit. Peneliti
Pemahaman tersebut akan menimbulkan berasumsi bahwa ada banyak faktor yang
persepsi yang baik dalam diri perawat dapat menentukan perubahan perilaku
tentang K3 sehingga hal ini perawat dari segi faktor eksternal,
akanmeningkatkan perilakunya dalam diantaranya pengalaman. Pengalaman
menjaga keselamatan. Selain persepsi, perawat dapat dilihat dari berbagai aspek.
sikap juga mempengaruhi perilaku Salah satunya adalah masa kerja.
perawat ditinjau dari segi faktor internal Semakin lama masa kerja perawat maka
(Notoadmodjo, 2010).Seorang perawat pengalaman yang dimiliki juga semakin
dalam melaksanakan manajemen K3 meningkat sehingga perilakunya dalam
harus memiliki sikap yang sesuai dengan menjaga keselamatan dirinya juga
nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai menjadi lebih baik. Selain itu pengalaman
positif yang ada dalam dirinya menjadi juga dapat diperoleh dari berbagai
pendorong perilaku sehat dan menjadi sosialisasi maupun pelatihan tentang K3
upaya dalam meningkatkan kesehatan dan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
keselamatan selama bekerja.
Penutup
Selain itu, Notoadmodjo (2010)
cara yang dapat dilakukan untuk
menambahkan bahwa ada berbagai cara
meningkatkan persepsi, pengetahuan dan
yang dapat dilakukan untuk
sikap perawat dalam menjaga kesehatan
meningkatkan persepsi, pengetahuan dan
dan keselamatan selama bekerja,
sikap perawat dalam menjaga kesehatan
diantaranya dengan memberikan promosi
dan keselamatan selama bekerja,
kesehatan dan pelatihan tentang K3
diantaranya dengan memberikan promosi
sehingga hal ini diharapkan mampu
kesehatan dan pelatihan tentang
merubah perilaku perawat menjadi lebih
K3sehingga hal ini diharapkan mampu
baik.
Daftar Pustaka Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2009) Undang-
Anizar. (2012). Teknik Keselamatan dan
Undang Republik Indonesia
Kesehatan Kerja di
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Industri.Yogyakarta: Graha Ilmu
Kesehatan. Indonesia.
Cahyono, J. B. S. B. (2008) Membangun
Kementerian Kesehatan Republik
Budaya Keselamatan Pasien
Indonesia .(2014) Peraturan
dalam Praktik Kedokteran.
Menteri Kesehatan Republik
Yogyakarta: Kanisius.
Indonesia Nomor 75 Tahun
Depkes, 2006, Keselamatan Sakit, 2014 tentang Pusat Kesehatan
Depkes.Panduan Nasional Pasien Masyarakat. Indonesia.
Rumah
Lestari, Yani., Saleh,dkk. (2017).
Fatalina Femi, Sunartini, Widyandana, Hubungan Interprofessional
Sedyowinarso Mariyono. 2015. Kolaborasi dengan Pelaksanaan
Persepsi dan penerimaan Catatan Perkembangan Pasien
Interprofessional Collaborative Terintegrasi di RSUD Prof Dr
Practice Bidang Maternitas H.M Anwar Makkatutu
pada tenaga kesehatan. Kabupaten Bantaeng. JST
Universitas Gadjah Mada : Kesehatan, Januari 2017, Vol. 7
Fakultas Kedokteran. Jurnal No. 1 : 85 – 90.
Kedokteran Indonesia.
Perry & Robben. (2012). Impact of
Ivana, A., Widjasena, B., &Jayanti, S. Interprofessional Education On
(2014). Analisa Komitmen Collaboration Attitudes, Skills
Rumah Sakit (RS) Terhadap and Behavior Among Primary
Keselamatan Dan Kesehatan Care Professionals. Journal Of
Kerja (K3) Pada RS Prima Continuing Education In The
Medika Pemalang, Volume 2, Health Professions 32 (3) 196 –
Nomor 1, Hal 35-41. 204.
Reni, Arya; Yudianto, dkk. (2010).
Efektifitas Pelaksanaan
Komunikasi dalam Kolaborasi
Antara Perawat dan Dokter di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Sumedang. Jurnal
unpad.ac.id/mku/article. Vol. 12,
No. 1 Maret 2010– September
2010 Hal 36.

Setiadi, Adji dkk. (2017). Factors


contributing to interprofessional
collaboration in Indonesia health
centres : A focus group study.
Journal of Interprofessional
Education & Practice 8 (2017) 69-
74.

Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar:


Pelaksanaan Identifikasi Pasien.
Jawa Timur: Uwais Inspirasi
Indonesia.

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh


Penyuluhan Indentifikasi Pasien
dengan Menggunakan Media
Audovisual terhadap Pengetahuan
Pasien Rawat Inap, Hal 342-351.

Sitorus, R. (2006). Model Praktik


Keperawatan Professional di
Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai