Anda di halaman 1dari 4

Analytical Chemistry Laboratory, (2020)

Analytical Chemistry Laboratory I

Pengujian Kadar Aspirin dengan Titrimetri


Fitri Samianingsih, Iftitah Silmi Kaffah, Khumairoh Nur Safira, Khurin Ainun Salsabila
Farmasi 4A_Kelompok 3
Department of Pharmacy, Faculty of Health Science, University of Darussalam Gontor

A B S T R A C T
A RT I C L E I N F O
Aspirin merupakan bahan obat yang telah digunakan secara luas.
Senyawa ini merupakan turunan ester dari asam salisilat dan dibuat dari
asam asetilsalisilat. Dalam penggunaanya sebagai bahan pembuatan obat,
Article history:
Received ---
konsentrasi aspirin yang digunakan harus sesuai dengan dosis yang
Accepted --- sesuai. Pada percobaan ini, menguji kadar aspirin dengan titrimetri
Available online - menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftialin (PP). Indikator
fenolftialin (PP) digunakan untuk mengetahui perubahan PH larutan
dengan melihat perubahan warna yang konstan selama satu menit. Tiga
Keywords: tablet aspirin ditumbuk hingga halus dengan massa yang berbeda,
Aspirin, Kadar. Titrimetri kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml dan ditambah etanol
95% sebanyak 10 ml. Larutan dikocok selama 5 menit kemudian
ditambah indikator PP sebanyak 3 tetes. Masing-masing erlenmeyer
dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N. Sambil digoyangkan dalam
beberapa saat terjadi perubahan warna pada larutan menjadi kemerahan.
Banyaknya volume NaOH yang digunakan dalam titrasi yang menjadi
acuan untuk menghitung kadar aspirin tersebut.

1. Pendahuluan lambung dan dihindari untuk pasien dengan


Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah sejenis penyakit asma karena aspirin mempunyai efek
obat turunan dari salisilat yang termasuk samping bronkospasme (penyempitan pada
golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid saluran pernapasan), sehingga dapat
(OAINS), yang memiliki efek analgetik, menyebabkan peradangan yang berlebihan
antipiretik, dan anti inflamasi yang bekerja (Sahara, 2011).
secara perifer. Dalam pemilihan terapi, OAINS Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi,
digolongkan menjadi obat dengan potensi ringan, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu asam
sedang dan berat yang berdasarkan potensinya salisilat direaksikan dengan asam asetat
harus disesuaikan dengan tingkat nyeri yang anhidrad atau dengan asam asetat glacial apabila
ditimbulkan (Wilmana, 2012). asam asetat anhidrad sulit ditemukan. Pada
Obat ini berkerja dengan menghambat kerja proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu
enzim siklooksigenase secara tidak selektif, oleh suatu katalis asam untuk mempercepat
sehingga selain menghambat pembekuan darah, reaksi dan juga dengan pemanasan. Apabila
aspirin juga menghambat kerja prostaglandin digunakan secara berlebihan akan menimbulkan
sebagai salah satu faktor perlindung dinding dampak negatif bagi penggunaanya. Beberapa
saluran cerna. Oleh karenanya, aspirin harus efek yang ditimbulkan seperti: mulas atau iritasi
diminum sesudah makan agar tidak mengiritasi pada perut, reaksi alergi, stroke, asma, dapat
2

menyebabkan bayi lahir abnormal, dan dapat NaOH 0,1 N sebanyak 0,41 gr dilarutkan
membahayakan dalam proses operasi karena dengan air bebas CO2 sebanyak 100 ml didalam
mencegah penggumpalan darah. labu ukur kemudian dikocok hingga homogen.
Aspirin bersifat asam sehingga untuk 3.2 Pembuatan Asam Oksalat 0,1 N
mengetahui konsentrasi atau kadar aspirin dapat Asam oksalat ditimbang sebnayak 0,63 gr
dilakukan dengan cara titrasi dengan NaOH atau dan dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur
KOH (Sahara, 2011). Metode titrimetri yang hingga 100 ml. Kemudian dikocok hingga
merupakan metode analisis kimia secara homogen.
3.2 Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang
Diambil 10 ml asam oksalat kedalam
dianalisis dengan larutan baku (standar) yang
erlenmeyer, kemudian ditambah indikator
telah diketahui konsentrasinya secara teliti
fenolftialin (PP) sebanyak 3 tetes. Larutan asam
(Whitney, 1911). Reaksi antara zat yang
oksalat dititrasi dengan larutan NaOH sehingga
dianalisis dan larutan standar tersebut
terjadi perubahan warna dari bening menjadi
berlangsung secara kuantitatif untuk menentukan
merah muda konstan.
konsentrasi dari reaktan. Analisis titrimetri ini 3.3 Penentuan Kadar Aspirin
merupakan suatu dari bagian utama dari kimia 3 tablet aspirin dihaluskan menggunakan
analitik. lumpang dan alu dengan massa yang berbeda.
Pemilihan indikator yang akan digunakan Kemudian dilarutkan menggunakan etanol 95%
merupakan salah satu aspek penting dari analisis sebanyak 10 ml dalam erlenmeyer. Kemudian
titrimetri. Titik titrasi pada saat indikator berubah dikocok dan ditutup menggunakan alumunium
warna disebut titik akhir. Diharapkan bahwa titik foil. Setelah aspirin larut ditambahkan indikator
akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. fenolftialin (PP) sebnayak 3 tetes. Kemudian
Salah satu indikator yang digunakan adalah dititrasi dengan larutan NaOH sebanyak 3 kali.
indikator fenolftalin (PP). Percobaan ini menguji
kadar aspirin dengan metode titrimetri 4. Hasil dan Pembahasan
menggunakna indikator PP. Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu
menimbang massa total asam oksalat 0,1 N
2. Metode Penelitian sebanyak 0,63 gr, NaOH 0,1 N sebanyak 0,41 gr,
2.1 Alat tablet aspirin I 0,21 gr, tablet aspirin II 0,23 gr,
Erlenmeyer 100 ml 4 buah, pipet tetes, dan tablet aspirin III 0,25 gr.
batang pengaduk, gelas beker 100 ml 1 buah, Pertama ialah membuat larutan NaOH 0,1 N
labu ukur 100 ml 1 buah, buret, klem, statif, dengan air bebas CO2 dalam labu ukur sebanyak
corong kaca, spatula, timbangan analitik, 100 ml. Kemudian membuat larutan asam oksalat
alumunium foil, lumpang dan alu. 0,1 N sebanyak 0,41 gr dengan aquades dalam
2.2 Bahan labu ukur sebanyak 100 ml.
NaOH 0,1 N sebanyak 0,41 gr , asam oksalat Dilakukan standarisasi NaOH dengan asam
0,1 N sebanyak 0,63 gr, indikator fenolftialin oksalat yaitu mengambil 10 ml dari larutan asam
(PP) 1%, etanol 95% sebanayk 30 ml, aspirin 3 oksalat kedalam erlenmeyer dan diberi indikator
tablet, aquades, air bebas CO2. PP sebanyak 3 tetes. Larutan tersebut kemudian
2.3 Metode dititrasi dengan NaOH hingga menjadi warna
Untuk menghitung kadar aspirin dalam tablet
bening merah konstan.
kita menggunakan metode titrimetri.

3. Prosedur Kerja
3.1 Pembuatan NaOH 0,1 N

Gambar 1. Standarisasi NaOH dan Asam Oksalat


3

Dalam penentuan kadar aspirin, tablet aspirin


ditumbuk sampai halus dalam lumpang Rata-Rata 0,52
kemudian ditimbang dengan timbangan analitik Table 2
dan didapatkan 3 massa aspirin yang berbeda. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat

Aspirin tidak mudah larut dalam air tetapi Titrasi Volume (ml)
mudah larut dalam etanol, eter dan klorofom
sehingga aspirin dimasukkan kedalam I 19
erlenmeyer dan dilarutkan menggunakan etanol Rata-Rata 19
95 % sebanyak 10 ml per erlenmeyer. Larutan
dikocok kemudian ditutup menggunakan Table 3
alumunium foil untuk menghindari penguapan Penentuan Kadar Aspirin
dari etanol sebelum dilakukan titrasi. Pemberian
Titrasi Volume (ml)
indikator PP sebanyak 3 tetes per larutan aspirin.
Kemudian larutan aspirin dititrasi menggunakan I 4,5
larutan NaOH.
II 9

III 5,5

Rata-Rata 6,33

Gambar 2. Penentuan Kadar Aspirin


Perhitungan
Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Penggunaan indikator PP bertujuan untuk
 Kadar NaOH
mengetahui titik akhir equivalen, karena titik V1 x N1 = V2 x N2
akhir equivalen akan cenderung bersifat basa 10 ml x 0,1 = 19 x N2
hingga didapatkan perubahan warna bening 1 = 19 x N2
menjadi merah konstan. = 0,05
Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah Penentuan Kadar Aspirin
volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk = V NaOH x N.NaOH x BE Sampel x 100%
menitrasi asam oksalat erlenmeyer yaitu 19 ml gr Sampel
Dan volume NaOH yang dibutuhkan untuk
masing-masing aspirin yaitu, tablet aspirin I 4,5  Larutan Aspirin I
= 4,5 x o,o5 x 180,16 x 100%
ml, tablet aspirin II 9 ml, dan tablet aspirin III 0,21
5,5 ml. = 19,302 %
 Larutan Aspirin II
= 9 x o,o5 x 180,16 x 100%
0,23
= 35,248 %
5. Data Kuantitatif  Larutan Aspirin III
Table 1 = 5,5 x o,o5 x 180,16 x 100%
Massa Tablet Aspirin 0,25
=19,817 %
Aspirin Massa (gram)
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa berat
I 0,21
aspirin yang terdapat dalam kemasan adalah
II 0,23 sebesar 500 mg (0,5 g) tidak sesuai dengan berat
saat ditimbang dengan neraca analitik. Hal ini
III 0,25
dapat terjadi karena adanya zat pengotor atau zat
4

aktif inaktif lainnya yang terdapat dalam tablet Jakarta: Departemen Farmakologi dan
aspirin. Terapetik FK UI pp. 230-237.
Pada praktikum ini kadar aspirn tidak
memenuhi standar dari ketentuan farmakope
Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena pengaruk
dari proses standarisasi NaOH dengan aspirin
yang tidak akurat, serta proses pengenceran
aspirin dengan etanol yang tidak homogen dan
serbuk-serbuk aspirin banyak yang menempel di
dinding gelas beaker saat diencerkan. Dimana
akibat yang ditimbulkan adalah bila kurang dari
90% maka zat aktif dalam obat tidak akan
mampu mengobati penyakit sedangkan bila lebih
dari 110%, maka bila dikonsumsi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan overdosis
hingga menimbulkan kematian.

6. Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan
bahwa kadar aspirin yang terkandung dalam
aspirin 0,21 gram adalah 19,302 %, aspirin 0,23
adalah 35,248 %, aspirin 0,25 adalah 19,817 %.
Percobaan dilakukan menggunakan metode
titrimetri dengan indkator PP. Dengan volume
NaOH yang dibutuhkan pada masing-masing
pecobaan sebesar 4,5 ml, 9 ml, 5,5 ml.

Referensi

Cartika, H. (2017). Kimia Farmasi II. jakarta


selatan: pusdik SDM kesehatan.

Hermanto, B R. (2014). Penetapan Kadar. Kimia


Analitik II.

Rahmawati, S.P. (2013) Penentuan kadar aspirin


dengan metode alkalimetri. Analisis
kesehatan.

Sahara, E. (2011). Analisis Kuantitatif Aspirin


Dalam Tablet. Kimia Analitik-F MIPA.

Whitney, W.D.; B.E. Smith (1911).


"titrimetry". The Century Dictionary and
Cyclopedia. The Century co. p. 6504.

Wilmana, P.F., Gunawan, S.G., 2012. Analgesik-


antipiretik, Analgesik. Antiinflamasi
nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi
Lainnya : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.

Anda mungkin juga menyukai