MODUL VII.4
NEOPLASMA RONGGA MULUT
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
DAFTAR ISI
A. WAKTU ........................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI ........................................................................... 2
C. REFERENSI ..................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ................................................................................. 3
E. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 3
F. CONTOH KASUS DAN DISKUSI ................................................. 5
G. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................... 17
H. METODE PEMBELAJARAN ......................................................... 17
I. EVALUASI ...................................................................................... 20
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF ............... 21
K. INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR .................................. 30
L. DAFTAR TILIK ............................................................................... 35
M. MATERI PRESENTASI .................................................................. 40
N. MATERI BAKU ............................................................................... 55
1
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
• Materi presentasi:
o Power point
o Video
• Kasus: a. Karsinoma lidah
b. Neoplasma dasar mulut
c. Neoplasma mukosa bukal
d. Neoplasma palatum
• Sarana dan alat bantu latih: (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi):
o Penuntun belajar (learning guide): terlampir
o Tempat belajar (training setting): instalasi rawat inap, instalasi rawat
jalan, kamar operasi, ruang praktikum, ruang kuliah
o Model/manekin atau kadaver
o Komputer/laptop
o Infocus
C. REFERENSI
1. Oh YS, Russell MS, Eisele DW. Salivary gland neoplasms. In: Jhonson Jt,
Rosen CA, editors. Bailey’s head & neck surgery otolaryngology. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p. 1760-87
2. Shah JP, Patel SG, Singh B. Jatin Shah’s Head and Neck Surgery and
Oncology. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012
3. American Joint Committee on Cancer. AJCC Cancer Satging Manual, 7th
ed. Chicago: Springer; 2010
4. Lee KJ, Chan Y, Das S, editors. Essential Otolaryngology Head & Neck
Surgery, 10th ed. New York: McGraw-Hill;2012
5. NCCN Guidlines Staging Head and Neck Cancers, version 1. 2015
2
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
D. KOMPETENSI
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu mendiagnosis dan
menatalaksana neoplasma rongga mulut.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil:
1. Mengenali gejala dan tanda neoplasma rongga mulut
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis terhadap neoplasma
rongga mulut
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksan penunjang seperti X-ray, CT
Scan atau MRI
4. Melakukan biopsi massa neoplasma rongga mulut.
5. Melakukan tatalaksana pendahuluan terhadap kasus yang bersangkutan
dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk
tatalaksana lebih lanjut.
E. GAMBARAN UMUM
4
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
a. Karsinoma lidah
Seorang laki-laki, 52 tahun datang ke poli THTKL dengan keluhan benjolah di
lidah kanan sejak 4 bulan lalu, penderita tidak mengeluhkan kesulitan menelan.
Lidah pasien masih dapat digerakkan dengan mudah. Keluhan sesak napas
disangkal, keluhan benjolan dileher disangkal.
Diskusi:
• Anatomi, fisiologi, dan histologi dasar mulut
• Etiopatogenesis terjadinya tumor lidah
• Tipe tumor lidah
• Prosedur diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
• Lidah merupakan bagian rongga mulut yang dapat digerakkan, meluas
keanterior dari batas papila sirkumvalata ke permukaan bagian bawah lidah
yang berhubungan dengan dasar mulut. Terdiri dari stuktur orofaringeal yang
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ujung lidah, dorsum lidah, tepi lateral
dan permukaan bawah (disebut sebagai aspek ventral).
Otot-otot ekstrinsik pada lidah adalah otot genioglosus, hioglosus, dan
stiloglosus. Otot-otot instrinsik adalah serabut otot vertikal, transversal dan
longitudinal.
• Tumor lidah merupakan tumor kedua terbanyak (30%) dalam rongga mulut.
Sering mengenai bagian lateral dari lidah. Faktor resiko terjadinya adalah
tembakau, alkohol, imunosupresi dan oral hiegine yang buruk. Secara
histologi, tumor invasi > 2-4mm berhubungan dengan tingginya angka
metastasis regional, rekurensi dan mortalitas. Invasi perineural pada tempat
primer adalah indikator lain peningkatan rekurensi dan mortalitas.
• Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang berasal dari
jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah
sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling
sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus
keganasan pada rongga mulut.
• Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker. Keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit, ulkus
superfisialis yang tidak sakit, lama kelamaan ulkus melebar, tepinya bulat,
berwarna abu-abu seperti nekrosis. Kadang-kadang hanya merupakan
permukaan yang kasar, pada sepertiga anterior. Sepertiga posterior lidah,
5
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
6
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Diskusi :
• Anatomi, fisiologi, dan histologi dasar mulut
• Etiopatogenesis terjadinya neoplasma dasar mulut
• Tipe neoplasma dasar mulut
• Prosedur diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
• Anatomi
Dasar mulut merupakan salah satu komponen dari rongga mulut yang
terletak di dalam alveolar ridge inferior. Struktur ini berbentuk seperti tapal
kuda, mulai dari posterior gigi seri dan memanjang secara bilateral ke pilar
tonsil anterior. Mukosa yang melapisi dasar mulut dibentuk oleh lapisan tipis
dari epitel skuamous bertingkat dengan fleksibilitas yang tinggi. Kelenjar
saliva banyak ditemukan pada bagian ini, mencakup kelenjar saliva minor,
kelenjar sublingual, dan komponen duktus dari kelenjar submandibula, yaitu
duktus Wharton yang bermuara pada kedua sisi dari frenulum sublingual.
Vaskularisasi dasar mulut diberikan oleh arteri lingualis, sedangkan
inervasinya oleh serabut syaraf trigeminus cabang ketiga melalui nervus
7
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
lingualis. Drainase dari sistem limfatik akan mengalir secara bilateral pada
bagian superfisial, dimana pada bagian yang lebih dalam drainasenya akan
mengalir ke level IA, IB, dan II secara ipsilateral. Otot yang terdapat pada
area ini terdiri dari otot geniohyoid, genioglossus, dan mylohyoid.
• Etiopatogenesis
Faktor penyebab adalah merokok, mengunyah tembakau,
penyalahgunaan alkohol (terutama bila dikombinasi dengan merokok),
trauma kronik karena pemasangan gigi palsu. Juga berhubungan dengan
fibrosis submukosa, kandidiasis hiperplastik atau sindroma Plummer
Vinson.
Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering. Dapat juga
mengenai dasar rongga mulut, lidah, sulkus bukoginggiva dan permukaan
mukosa bibir. Paling sering pada usia dekade keempat, dengan insiden pada
laki-laki 2-3 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.
Secara klinis ada beberapa tipe, yaitu:
1. Homogen: Tampak sebagai selaput putih licin atau berkerut;
2. Nodular: Tampak sebagai selaput putih atau nodul dengan dasar eritema;
3. Erosif (eritroleukoplakia): Terdapat erosi dan fisura.
Sekitar 25% leukoplakia menunjukkan bentuk displasia epitel ringan
sampai berat. Derajat displasia yang lebih berat akan berubah menjadi
malignansi. Perubahan ini terjadi sekitar 1-17,5% (5%) kasus. Potensi
menjadi maligna tergantung pada predileksi, tipe leukoplakia dan durasi
evaluasi.
• Tipe
Lesi Premaligna
Leukoplakia
Definisi leukoplakia menurut WHO adalah suatu selaput putih yang
tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis dari penyakit lainnya. Lesi
lain dalam rongga mulut yang menjadi pengecualian, antara lain: Lichen
planus, discoid lupus erythromatosus, white spongy nevus dan kandidiasis
Eritroplakia
Merupakan suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.
Warna merah disebabkan penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat
vaskular berwarna merah dari alveolar bagian bawah, sulkus bukoginggiva
dan dasar rongga mulut. Eritroplakia paling banyak terdapat pada displasia
berat, karsinoma in situ atau karsinoma invasif murni saat pertama kali
terlihat. Peluang terjadinya keganasan bila terdapat lesi ini adalah 17 kali
lebih tinggi dari leukoplakia. Secara makroskopis, lesi terdiri dari tiga jenis,
yaitu homogen, granular dan eritroplakia, yang diselingi oleh area
leukoplakia (sering sulit dibedakan dengan erileukoplakia, tipe dari
leukoplakia).
9
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Diagnosis
Klasifikasi TMN kanker bibir dan rongga mulut menurut
National Comprehensive Cancer Network (Versi 1, 2015)
Neoplasma Tx Tidak dapat dinilai
primer (T)
T0 Tidak ditemukan neoplasma primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Neoplasma < 2 cm
T2 Neoplasma 2-4 cm
T3 Neoplasma > 4 cm
T4a Bibir : Invasi neoplasma ke struktur di sekitarnya
melalui tulang kortikal, alveolaris inferior, dasar
mulut dan kulit wajah.
Rongga mulut : Invasi neoplasma ke struktur sekitar
melalui tulang kortikal (mandibula atau maksila) ke
otot ekstrinsik lidah (genioglosus, hyoglosus,
styloglosus, palatoglosus), sinus maksilaris, kulit
wajah.
T4b Invasi neoplasma ke ruang mastikator, pterigoid
plates, atau basis kranii dan /atau arteri karotis
interna.
Nodul Nx Tidak dapat dinilai
regional (N)
No Tidak ada metastasis regional
N1 Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, < 3 cm
N2a Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, > 3 cm
sampai 6 cm
N2b Metastasis pada KGB ipsilateral, multiple, < 6 cm
N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral <
6 cm
N3 Metastasis pada KGB > 6 cm
Metastasis Mx Tidak dapat dinilai
jauh (M)
M0 Tidak ada matastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Catatan: Erosi superfisial tulang/rongga gigi oleh gingiva primer, tidak
diklasifikasilkan sebagai T4.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
11
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Tata laksana
Pada tahap awal, neoplasma ini biasanya asimptomatik. Namun,
seiring dengan perkembangan ukurannya, maka dapat ditemukan gejala
nyeri, perdarahan, dan obstruksi duktus submandibula. Otot mylohyoid dan
periosteum mandibular berperan sebagai pengahalang dari penyebaran
neoplasma. Pada lesi invasif, maka tindakan mandibulektomi segmental
maupun marginal dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Keterlibatan
dasar lidah memerlukan glosektomi parsial. Sedangkan bila neoplasma
mengenai kelenjar submandibula, maka reseksi primer terhadap kelenjar
dan jaringan neoplasma sebaiknya dilakukan.
Defek berukuran kecil pasca operasi dapat ditutup oleh tandur kulit
split thickness. Tetapi, apabil defek mencapai ukuran 2 cm atau lebih,
maka pemakaian flap dapat dipertimbangkan, seperti flap submental, flap
nasolabial, flap platysma, dan flap pektoralis. Sementara bila dibutuhkan
rekonstruksi vaskular yang besar, maka flap radialis lengan dan flap
anterolateral paha merupakan pilihan yang terbaik. Mandibulektomi
marginal maupun segmental diindikasikan pada neoplasma yang telah
mendestruksi tulang mandibula. Pada mandibulektomi marginal, maka
korteks luar atau tulang mandibula harus dipertahankan atau sekitar 1 cm
dari ketebalan tulang mandibula. Sementara bila ditemukan indikasi untuk
melakukan mandibulektomi segmental, maka defek tulang sebaiknya
disambungkan oleh reconstruction bar atau penggunaan tandur tulang dari
fibula, radius, skapular, dan iliaka. Sementara defek kulit dan mukosa
dapat ditutup dengan flap yang disebutkan di atas.
Diskusi :
• Anatomi rongga mulut
• Etiopatogenesis terjadinya neoplasma mukosa buccal
• Tipe neoplasma mukosa buccal
• Prosedur diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
12
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis
oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk
dinding bagian lateral masing - masing sisi dari rongga mulut. Pada
bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian
internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel
pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan
membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian
bibir
• Etiopatogenesis
• Etiopatogenesis
Alkohol dan rokok merupakan 2 hal yang selalu di kaitkan dengan
perkembangan neoplasma bukal. Walaupun alkohol sendiri bukan
merupakan faktor resiko yang cukup kuat. Kombinasi alkohol dan rokok
secara sinergis dapat meningkatkan resiko terjadinya neoplasma bukal. Di
asia kebiasaan mengunyah pinang menjadi faktor resiko tertinggi, bahkan
di India >90% penderita neoplasma mukosa bukal berhubungan dengan
mengunyah pinang. Etiologi lainnya termasuk human papilloma virus,
buruknya kebersihan mulut dan iritasi kronis.
• Prosedur Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesis, sariawan yang tidak
sembuh- sembuh, sejak 3 bulan yang lalu, riwayat menyirih,
13
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan, tampak lesi ukuran 2,5 cm, pada
pemeriksaan kgb tidak terdapat pembesaran kgb
• Rencana Penatalaksanaan
Berdasarkan NCCN versi 1.2015, maka tatalaksana yang harus dilakukan,
Definitif radioterapi atau transoral/operasi terbuka, bila terdapat sisa tumor
setelah radioterapi, maka di teruskan dengan operasi, begitu pula
sebaliknya, jika setelah operasi, masi ada sisa tumor dilanjutkan
dengan radioterapi.
c. Neoplasma palatum
Seorang laki-laki, 58 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan benjolan
dilangit-langit sejak 4 bulan lalu. Benjolan semakin lama semakin besar.
Benjolan pada awalnya tidak nyeri namun seiring bertambah besarnya ukuran
, maka benjolan dirasakan nyeri oleh pasien. Tidak didapatkan benjolan pada
leher pasien. Pasien kemudian berobat ke rumah sakit setempat.
Diskusi :
• Anatomi, fisiologi, dan histologi palatum
• Etiopatogenesis terjadinya neoplasma palatum
• Tipe neoplasma palatum
• Prosedur diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
• Anatomi
Palatum durum merupakan suatu tulang tipis yang dilapisi oleh mukosa
pada kedua sisi permukaan rongga mulut dan cavum nasi. Sepasang
14
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Etiopatogenesis
Faktor predisposisi terjadinya karsinoma palatum ialah 75% dengan riwayat
konsumsi rokok dan alkohol. Beberapa penelitian terbaru menyakini
keterlibatan Human Papilloma Virus (HPV) sebagai salah satu faktor
etiologi karsinoma pada rongga mulut.
• Tipe
Neoplasma palatum merupakan salah satu kasus keganasan sel skuamosa
(KSS) yang paling sering terjadi di rongga mulut. Namun, angka kejadian
KSS pada palatum hampir setara dengan kejadian neoplasma kelenjar
salivarius minor di palatum, yakni sebesar 50%. Neoplasma lain yang dapat
berasal dari palatum adalah adenoid cystic carcinoma, polymorphous low-
grade adenocarcinoma, dan mucoepidermoid carcinoma.
• Diagnosis
Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien ialah sariawan berulang di
langit-langit, luka menggaung (ulkus), dan benjolan yang menetap di langit-
langit. Keluhan penyerta seperti halitosis, penurunan berat badan, suara
sengau serta odinofagia dapat dikeluhkan oleh pasien. Manifestasi klinis
pada stadium dini karsinoma palatum adalah gambaran plak putih
(leukoplakia), gambaran plak kemerahan (eritroplakia). Pada stadium lanjut
ditemukan ulserasi hingga massa padat. Neoplasma palatum jarang
bermanifestasi ke KGB.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah CT Scan, MRI, maupun PET Scan. Pada karsinoma palatum,
pemeriksaan CT scan akan lebih bermakna untuk melihat kerusakan tulang
dibanding dengan MRI. Pada stadium lanjut dengan neoplasma yang sangat
luas, PET Scan dapat lebih membantu. Lokasi metastase paling sering dari
neoplasma palatum adalah paru, sehingga pemeriksaan rontgen toraks
menjadi penting untuk melihat penyebaran ke organ tersebut. Pemeriksaan
laboratorium darah dapat dilakukan untuk persiapan operasi meliputi darah
15
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Tatalaksana
Lesi awal di palatum paling sering mengenai tulang di atasnya dan
tatalaksanan terbaik adalah dengan tindakan operasi. Reseksi transoral
meliputi alveolektomi atau maksilektomi inferior serta palatektomi.
Rekonstruksi fistula oroantral yang terjadi setelah reseksi dapat dilakukan
dengan pemasangan prostesis palatal setelah pemasangan tampon pada sinus
maksilaris. Pada defek yang luas atau defek mengenai premaksila dilakukan
rekonstruksi premaksila dengan tujuan menjaga kontur wajah dan mencegah
erosi prostesis. Seringkali kombinasi free flap dengan prostesis memberikan
hasil kosmetik serta fungsional yang baik pada defek palatum durum. Aliran
limfatik pada palatum durum mengalir ke KGB level I dan II serta KGB di
retrofaring dan perifasial. Pada karsinoma palatum, metastase ke KGB
jarang terjadi sehingga diseksi leher elektif jarang dilakukan.
Pada beberapa studi dikatakan karsinoma palatum memiliki angka
rekurensi lokoregional yang cukup tinggi, yakni sekitar 30%. Sebagai
kontrol lokoregional, dapat dilakukan tatalaksana elektif pada leher baik
operasi maupun radiasi. Radiasi merupakan modalitas kedua tatalaksana
karsinoma palatum setelah operasi. Dosis radiasi yang diberikan berkisar 66
– 70 Gy dengan dosis terfraksinasi 2 Gy per hari.
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
16
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
H. METODE PEMBELAJARAN
17
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
18
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengindentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas;
- Anatomi, fisiologi dan histopatologi rongga mulut
- Penegakan diagnosis (PA, sistem staging)
- Penatalaksanaan (operasi, rekonstruksi, radiasi, kemoterapi)
- Evaluasi
2. Selanjutnya dilakukan “Small group discussion” bersama dengan fasilitator
untuk membahas kekurangan yang terindentifikasi, membahas isi dan hal-
hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan
diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasis diwajibkan untuk
mengaplikasikan lengkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
19
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
20
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Kuesioner meliputi:
1. Sebelum pembelajaran
Soal:
1. Jenis keganasan yang paling sering pada lidah
A. Karsinoma sel skuamosa
B. Karsinoma sel basal
C. Adenocarcinoma
D. Limfoma
E. Adenoma pleomorfik
Jawaban: A
Jawaban: E
Jawaban : E
4. Soal:
Sebagian besar dari keganasan yang terdapat pada daerah dasar mulut
merupakan karsinoma sel skuamosa. Etiologi mendasari terjadinya
kelainan tersebut adalah...
A. Alkohol
B. Tembakau
C. Infeksi HPV
D. Trauma
21
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
E. Semua Benar
Jawaban : A
Jawaban : A
Jawaban : A
b. Pembesaran KGB
c. Disfagia
d. Dispnea
e. Epistaksis
2. Tengah pembelajaran
Soal :
Seorang laki-laki, 48 tahun datang ke poli THTKL dengan keluhan
benjolah di lidah sejak 6 bulan lalu.
Anamnesis: timbul benjolan di lidah kanan sejak 6 bulan yang lalu, Lidah
pasien masih dapat digerakkan dengan mudah, keluhan sesak napas
disangkal, sulit menelan (-).
Pemeriksaan fisik: kesadaran : compos mentis (GCS E4M6V5), tekanan
darah 120/80 mmHg, Nadi 85 kali/menit, pernapasan : 21 kali/menit, suhu
: 36,70C. Status lokalis : pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok tidak
ditemukan kelainan. Pada lidah tampak massa di lidah kanan, ukuran + 5
cm, permukan tidak rata. Timbul benjolan dileher kanan 4x3x2cm.
23
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban: E
Jawaban: E
Jawaban: D
Jawaban :
24
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban : B
Jawaban : B
Jawaban : B. CT-Scan
3. Akhir pembelajaran
Soal:
26
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban: A
2. Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena maka..
A. Prognosa baik
B. Prognosa buruk
C. Daerah lesi tersering
D. Oral hygiene buruk
E. Stadium dini
Jawaban : B
Jawaban: D
Jawaban :
27
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban : A
6.Jenis operasi apa yang anda akan lakukan pada pasien ini
a) Eksisi trans oral diikuti dengan skin graft dan neck diseksi bilateral
b) Eksisi trans oral diikuti dengan skin graft dan neck diseksi ipsilateral
c) Eksisi trans servical diikuti dengan skin graft dan neck diseksi
bilateral
d) Eksisi trans servical diikuti dengan skin graft dan neck diseksi
ipsilateral
e) Mandibulektomi
Jawaban : A
Jawaban : B
Jawaban : C
Jawaban : A
PENUNTUN BELAJAR
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)
NILAI
KEGIATAN
1 2 3 T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi
pada pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan
kontra indikasi operasi
30
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi dan kepala
ekstensi dalam anestesi umum dengan
nasotracheal tube dilakukan tindakan
trakeostomi pada tumor yang besar
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
dengan alcohol 70% dan dilanjutkan dengan
povidone iodine 10%
3. Lidah ditraksi menggunakan DeBakey tang,
4. Insisi dibuat menggunakan elektrokauter
pada mode pemotongan dan diperdalam
melalui mukosa untuk mencakup seluruh lesi
dengan setidaknya 1 sampai 1,5 cm dari
jaringan fenotip yang normal
5. Dilakukan reseksi baji untuk tumor infiltratif
lokal
6. Pembuluh darah harus dikontrol bipolar, atau
kauter unipolar tergantung pada ukuran
pembuluh darah
7. Penutupan luka dengan flap fasciokutaneus
atau penjahitan langsung
8. Operasi selesai
31
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NILAI
KEGIATAN
1 2 3 T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi
pada pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan
kontra indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi dan kepala
ekstensi dalam anestesi umum
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
dengan alcohol 70% dan dilanjutkan
dengan povidone iodine 10%
3. Dilakukan tindakan trakeostomi
4. Dilakukan Apron incision
5. Jika mandibula dipertahankan, di
undermining sampai batas subplatisma,
flap dielevasi sampai inferior mandibula.
6. Jika mandibulektomi segmental
diperlukan, insisi midline-lip splitting
dilakukan
32
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
33
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NILAI
KEGIATAN
1 2 3 T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil
yang diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar
operasi pada pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan
kontra indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi
2. Dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik dengan alkohol 70% dan
dilanjutkan dengan povidone iodine
10%
34
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
L. DAFTAR TILIK
PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR GLOSEKTOMI PARSIAL
NILAI
KEGIATAN
v x T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
35
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
36
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NILAI
KEGIATAN
v x T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi pada
pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan kontra
indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi dan kepala ekstensi
dalam anestesi umum
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
dengan alcohol 70% dan dilanjutkan dengan
povidone iodine 10%
3. Dilakukan tindakan trakeostomi
4. Dilakukan Apron incision
5. Jika mandibula dipertahankan, di undermining
sampai batas subplatisma, flap dielevasi sampai
inferior mandibula.
6. Jika mandibulektomi segmental diperlukan,
insisi midline-lip splitting dilakukan
37
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
38
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NILAI
KEGIATAN
V X T/T
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi pada
pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan kontra
indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
dengan alkohol 70% dan dilanjutkan dengan
povidone iodine 10%
3. Dilakukan tindakan anestesi umum dengan
pemasangan endotracheal tube
4. Dilakukan insisi pada area sekitar neoplasma
dengan margin 1-2 cm di sekitar neoplasma.
5. Dilakukan ekstispasi neoplasma.
6. Dilakukan penjahitan penutupan mukosa
dengan menggunakan benang 3.0
7. Operasi selesai
39
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
M. MATERI PRESENTASI
Karsinoma Lidah
40
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
c. SLIDE 3 : Etiopatologi
41
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
42
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
43
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o Slide 3 : Etiopatogenesis
44
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
45
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
46
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o SLIDE 3 : Etiopatologi
47
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
48
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NEOPLASMA PALATUM
49
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o LCD 3 : Etiopatologi
50
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
51
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
N. MATERI BAKU
KARSINOMA LIDAH
▪ Radioterapi paliatif
▪ Kemoterapi dosis tunggal
▪ Perawatan suportif
o M1
h.ECOG 0-1
▪ Platinum + 5FU + cetuximab
▪ Kemoterapi kombinasi lainnya
▪ Kemoterapi dosis tunggal
▪ Pembedahan atau radioterapi atau kemoterapi diikuti radioterapi pada
pasien dengan metastasis terbatas
▪ Perawatan suportif
i. ECOG 2
▪ Kemoterapi dosis tunggal
▪ Perawatan suportif
j. ECOG 3
▪ Perawatan suportif
o T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).
Angka kontrol lokoregional untuk 5 tahun adalah 91%. Angka harapan hidup
(5 tahun). yaitu stadium I,II (60-75%); stadium III,IV (25-40%).
10.
54
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Etiopatogenesis
Faktor penyebab adalah merokok, mengunyah tembakau,
penyalahgunaan alkohol (terutama bila dikombinasi dengan merokok),
trauma kronik karena pemasangan gigi palsu. Juga berhubungan dengan
fibrosis submukosa, kandidiasis hiperplastik atau sindroma Plummer
Vinson.
Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering. Dapat juga
mengenai dasar rongga mulut, lidah, sulkus bukoginggiva dan permukaan
mukosa bibir. Paling sering pada usia dekade keempat, dengan insiden pada
laki-laki 2-3 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.
Secara klinis ada beberapa tipe, yaitu:
4. Homogen: Tampak sebagai selaput putih licin atau berkerut;
5. Nodular: Tampak sebagai selaput putih atau nodul dengan dasar eritema;
6. Erosif (eritroleukoplakia): Terdapat erosi dan fisura.
Sekitar 25% leukoplakia menunjukkan bentuk displasia epitel ringan
sampai berat. Derajat displasia yang lebih berat akan berubah menjadi
malignansi. Perubahan ini terjadi sekitar 1-17,5% (5%) kasus. Potensi
menjadi maligna tergantung pada predileksi, tipe leukoplakia dan durasi
evaluasi.
55
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Tipe
Lesi Premaligna
Leukoplakia
Definisi leukoplakia menurut WHO adalah suatu selaput putih yang
tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis dari penyakit lainnya. Lesi
lain dalam rongga mulut yang menjadi pengecualian, antara lain: Lichen
planus, discoid lupus erythromatosus, white spongy nevus dan kandidiasis
Eritroplakia
Merupakan suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.
Warna merah disebabkan penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat
vaskular berwarna merah dari alveolar bagian bawah, sulkus bukoginggiva
dan dasar rongga mulut. Eritroplakia paling banyak terdapat pada displasia
berat, karsinoma in situ atau karsinoma invasif murni saat pertama kali
terlihat. Peluang terjadinya keganasan bila terdapat lesi ini adalah 17 kali
lebih tinggi dari leukoplakia. Secara makroskopis, lesi terdiri dari tiga jenis,
yaitu homogen, granular dan eritroplakia, yang diselingi oleh area
leukoplakia (sering sulit dibedakan dengan erileukoplakia, tipe dari
leukoplakia).
Lesi jinak berpigmen dari mukosa mulut yang berubah bentuk menjadi
melanoma maligna. Insidensinya tidak diketahui. Sekitar satu perempat dari
mukosa melanoma dapat berasal dari lesi jinak dan biopsi sangat dianjurkan.
56
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Diagnosis
Klasifikasi TMN kanker bibir dan rongga mulut menurut
National Comprehensive Cancer Network (Versi 1, 2015)
Neoplasma Tx Tidak dapat dinilai
primer (T)
T0 Tidak ditemukan neoplasma primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Neoplasma < 2 cm
T2 Neoplasma 2-4 cm
T3 Neoplasma > 4 cm
T4a Bibir : Invasi neoplasma ke struktur di sekitarnya
melalui tulang kortikal, alveolaris inferior, dasar
mulut dan kulit wajah.
Rongga mulut : Invasi neoplasma ke struktur sekitar
melalui tulang kortikal (mandibula atau maksila) ke
otot ekstrinsik lidah (genioglosus, hyoglosus,
styloglosus, palatoglosus), sinus maksilaris, kulit
wajah.
T4b Invasi neoplasma ke ruang mastikator, pterigoid
plates, atau basis kranii dan /atau arteri karotis
interna.
Nodul Nx Tidak dapat dinilai
regional (N)
No Tidak ada metastasis regional
N1 Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, < 3 cm
N2a Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, > 3 cm
sampai 6 cm
N2b Metastasis pada KGB ipsilateral, multiple, < 6 cm
N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral <
6 cm
N3 Metastasis pada KGB > 6 cm
Metastasis Mx Tidak dapat dinilai
jauh (M)
M0 Tidak ada matastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Catatan: Erosi superfisial tulang/rongga gigi oleh gingiva primer, tidak
diklasifikasilkan sebagai T4.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
58
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
• Tata laksana
Pada tahap awal, neoplasma ini biasanya asimptomatik. Namun,
seiring dengan perkembangan ukurannya, maka dapat ditemukan gejala
nyeri, perdarahan, dan obstruksi duktus submandibula. Otot mylohyoid dan
periosteum mandibular berperan sebagai pengahalang dari penyebaran
neoplasma. Pada lesi invasif, maka tindakan mandibulektomi segmental
maupun marginal dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Keterlibatan
dasar lidah memerlukan glosektomi parsial. Sedangkan bila neoplasma
mengenai kelenjar submandibula, maka reseksi primer terhadap kelenjar
dan jaringan neoplasma sebaiknya dilakukan.
Defek berukuran kecil pasca operasi dapat ditutup oleh tandur kulit
split thickness. Tetapi, apabil defek mencapai ukuran 2 cm atau lebih,
maka pemakaian flap dapat dipertimbangkan, seperti flap submental, flap
nasolabial, flap platysma, dan flap pektoralis. Sementara bila dibutuhkan
rekonstruksi vaskular yang besar, maka flap radialis lengan dan flap
anterolateral paha merupakan pilihan yang terbaik. Mandibulektomi
marginal maupun segmental diindikasikan pada neoplasma yang telah
mendestruksi tulang mandibula. Pada mandibulektomi marginal, maka
korteks luar atau tulang mandibula harus dipertahankan atau sekitar 1 cm
dari ketebalan tulang mandibula. Sementara bila ditemukan indikasi untuk
melakukan mandibulektomi segmental, maka defek tulang sebaiknya
disambungkan oleh reconstruction bar atau penggunaan tandur tulang dari
fibula, radius, skapular, dan iliaka. Sementara defek kulit dan mukosa
dapat ditutup dengan flap yang disebutkan di atas.
59
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
wajah, invasi kulit dan trismus merupakan presentasi primer yang tidak lazim
didapatkan.
Pembedahan merupakan pilihan utama pada neoplasma mukosa bukal,
pendekatan tersering yang dilakukan adalah melalui eksisi transoral. Lesi
yang lebih besar membutuhkan kombinasi eksisi transoral dan trans servikal.
Pada lesi yang lebih kecil dapat dilakukan penutupan primer atau skin graft .
Untuk Lesi yang lebih besar, rekostruksi soft tissue dengan regional pedikel
flap seperti submental flap, temporoparietal facial flap atau fasciocutaneus
free flap mungkin dibutuhkan untuk menghindari kontraktur dan trismus.
Kemungkinan untuk terjadi metastase terkait dengan T dan kedalaman
invasi neoplasma primer. Pada tahap lanjut T III dan T IV setra invasi >5mm
dihubungkan dengan peningkatan resiko metastase cervical dan neck
dissection elektif dapat dipertimbangkan bila tidak terdappat keterlibatan
KGB.
Karsinoma bukal dapat memberikan prognosis yang buruk, banyak bukti
yang menyatakan bahwa karsinoma bukal yang terburuk dibanding lesi lain di
rongga mulut. Pada pasien yang tidak dapat di operasi, pilihannya adalah
kemoterapi, karena rekurensi yang tinggi bila hanya radiotherapy saja serta
menurunkan survival rate.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
o
Platinum + 5FU + cetuximab
o
Kemoterapi kombinasi lainnya
o
Kemoterapi dosis tunggal
o
Pembedahan atau radioterapi atau kemoterapi diikuti radioterapi
pada pasien dengan metastasis terbatas
o Perawatan suportif
• ECOG 2
o Kemoterapi dosis tunggal
o Perawatan suportif
• ECOG 3
o Perawatan suportif
o. T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
62