Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MEKANIKA DAN HIDRODINAMIKA

Oleh:
Adyaska Dzickry Robby 55192112545

Dosen: Ir. H. Mardiyono MM.

JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN


PRODI PERMESINAN PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
2019
A. Gerak linier dan rotasi

1. Gerak linier
Gerak linier (atau disebut juga gerak bujur sangkar) adalah gerak satu dimensi disepanjang garis
lurus, dan karenanya dapat dijelaskan secara matematis hanya menggunakan satu dimensi spasial.
Gerak linier dapat terdiri dari dua jenis: gerak linier seragam dengan kecepatan konstan atau akselarasi
nol; gerak linier tidak seragam dengan kecapatan variabel atau akselarasi tidak nol. Gerakan partikel
(objek seperti titik) di sepanjang garis dapat digambarkan dengan posisinya x, yang bervariasi dengan t
(waktu). Contoh gerak linier adalah atlet yang berlari 100 meter di sepanjang lintasan lurus.
Gerak linier adalah yang paling mendasar dari semua gerak. Menurut hukum gerak pertama Newton,
benda-benda yang tidak mengalami gaya total akan terus bergerak dalam garis lurus dengan kecepatan
konstan hingga mereka mengalami gaya total. Dalam keadaan sehari-hari, kekuatan eksternal seperti
gravitasi dan gesekan dapat menyebabkan suatu objek mengubah arah gerakannya, sehingga
gerakannya tidak dapat digambarkan sebagai linier.
Seseorang dapat membandingkan gerak linier dengan gerak umum. Dalam gerak umum, posisi dan
kecepatan partikel dijelaskan oleh vektor, yang memiliki besar dana arah. Dalam gerak linier, arah semua
vector yang menggambarkan sistem adalah sama dan konstan yang berarti benda bergerak sepanjang
sumbu yang sama dan tidak mengubah arah. Analisis sitem tersebut karenanya dapat disederhanakan
dengan mengabaikan komponen arah vektor yang terlibat dan hanya berurusan dengan besarnya.
a. Vektor
Gerakan dimana semua partikel benda bergerak melalui jarak yang sama dalam waktu yang sama
disebut gerak translasi. Ada dua jeis gerakan translasi: gerak bujursangkar; gerakan melengkung.
Karena gerakan linier adalah gerakan dalam dimensi tunggal, jarak yang ditempuh oleh suatu objek
dalam arah tertentu sama dengan perpindahan. Satuan SI perpindahan adalah meter. Jika x1 adalah
posisi awal suatu objek dan x2 adalah posisi akhir, maka secara matematis perpindahan dirumuskan
oleh:

∆x = x2 – x1

b. Kecepatan
Kecepatan ( v ) mengacu pada perpindahan dalam satu arah sehubungan dengan interval waktu. Ini
didefinisikan sebagai tingkat perubahan. Kecepatan adalah kuantitas vektor, yang mewakili arah dan
besarnya gerakan. Satuan SI kecepatan adalah m/s.
c. Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata benda yang bergerak adalah perpindahan vektorial totalnya diskalakan oleh
kebalikan dari panjang interval waktu yang telah berlalu. Secara matematis, dirumuskan oleh:

∆𝒙 𝒙𝟐−𝒙𝟏
V𝒂𝒗𝒈 = =
∆𝒕 𝒕𝟐−𝒕𝟏

Dimana:
t1 adalah waktu dimana objek berada pada posisi x1
t2 adalah waktu dimana objek berada pada posisi x2

d. Kecepatan sesaat
Berbeda dengan kecepatan rata-rata, mengacu pada gerakan keseluruhan dalam interval waktu yang
terbatas, kecepatan sesaat dari suatu objek menggambarkan keadaan gerak pada titik waktu tertentu.
Ini didefinisikan dengan membiarkan panjang interval waktu cenderung nol, yaitu, kecepatan adalah
turunan waktu dari perpindahan.

∆𝑥 𝑑𝑥
V = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡

e. Akselarasi
Akselarasi didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan sehubungan dengan waktu. Akselarasi
adalah turunan kedua dari perpindahan, yaitu akselarasi dapat ditemukan dengan membedakan posisi
sehubungan dengan waktu dua kali atau membedakan kecepatan sehubungan dengan waktu sekali.
Satuan SI akselarasi adalah m/s2.
Jika aav adalah percepatan rata-rata dan ∆v = v2 – v1 adalah kecepatan rata rata selama interval
waktu, maka secara matematis,

∆𝑣 𝑑𝑣 𝑑2 𝑥
aav = = =
∆𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
f. Persamaan dari kinematika
Dalam kasus percepatan konstan, empat percepatan kuantitas fisik, kecepatan, waktu dan
perpindahan dapat dihubungkan dengan menggunakan persamaan gerak.

Vf = Vi + at
𝟏
d = Vit + 𝟐at2

Vf2 = Vi2 + 2ad


𝟏
d = ( Vf + V i ) t
𝟐

Keterangan:
Vi adalah kecepatan awal
Vf adalah kecepatan akhir
a adalah akselarasi
d adalah perpindahan
t adalah waktu

Hubungan ini dapat ditunjukkan secara grafis. Gradien grafis pada grafik waktu perpindahan
menunjukkan kecepatan. Gradien grafik waktu kecepatan menunjukkan percepatan, sementara area di
bawah grafik waktu kecepatan menunjukkan perpindahan. Area di bawah grafik waktu akselarasi
menunjukkan perubahan kecepatan.

2. Gerak rotasi

Gerak rotasi (melingkar) adalah gerakan pada bidang datar yang lintasannya berupa lingkaran atau
gerakan memutar dari suatu benda terhadap titik tertentu. Ada beberapa hal yang menyebabkan gerak
rotasi bisa terjadi, yaitu:
a. Kecepatan sudut
b. Momen gaya
c. Momentum sudut
d. Percepatan sudut
e. Momen inersia

Ada pun beberapa besaran yang terlibat dalam gerak rotasi adalah berikut ini:
a. Torsi (Momen Gaya)
Torsi atau yang juga disebut dengan momen gaya yaitu besaran yang menyebabkan terjadinya gerak
rotasi, adapun besaran ini bias disimbolakn dengan menggunakan τ. Torsi sendiri merupakan hasil kali
diantara gaya dengan lengannya, lengan gaya merupakan jarak tegak lurus di antara sumbu rotasi
dengan garis kerja gaya tersebut. Torsi sendiri bias dirumuskan dengan menggunakan rumus:

Τ = r F sin θ

Keterangan:
Τ = Momen gaya (torsi) (Nm)
r = Lengan gaya (meter)
F = Gaya (Newton)
Θ = sudut antara r dan F

b. Momen inersia
Massa benda merupakan ukuran kelembaman benda pada gerak lurus atau yang juga bias disebut
dengan gerak translasi. Apabila menganalogikan hal tersebut, maka akan dapat diperoleh besaran
yang bisa menentukan kelembaman benda gerak rotasi. Adapun besaran tersebut bisa dinamakan
dengan momen inersia yang biasanya disimbolkan menggunakan I. Momen inersia dirumuskan:

I = m r2

c. Momentum sudut
Yang terakhir ada momentum sudut (L) yang mempunyai persamaan dengan momentum linear (p).
Momentum linear sendiri merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan yang terjadi pada suatu
benda. Sementara momentum sudut merupakan hasil kali diantara momen inersia dengan kecepatan
sudut benda yang pada saat itu benda sedang berputar. Karena secara matematis momentum sudut
dapat dirumuskan dengan rumus dibawah ini:

L=Iω

Keterangan:
I = Momen inersia ( Kg m2)
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
L = Momentum sudut ( Kg m2/s)
Adapun nilai momen inersia yang ada pada sistem benda dengan jumlah yang lebih dari 1 yaitu
sebagai berikut ini:
Jika didasarkan dengan Hk. II Newton, keterkaitan antara gaya, massa, dan juga percepata dari benda
bisa dirumuskan seperti di bawah ini:

F=ma

Sementara itu gaya tersebut yang merupakan menjadi penyebab dari gerak translasi massa (m)
merupakan kelembaman gerak translasi, dan juga percepatan linier (a) merupakan percepatan yang
dapat timbul akibat adanya gerak translasi. Dari sini kita menarik kesimpulan, bahwa torsi merupakan
penyabab gerak rotasi dan juga momen inersia yang adalah ukuran kelembaman pada gerak rotasi.
Percepatannya pun ditimbulkan oleh gerak rotasi yang dinamakan percepatan sudut (a). Dengan
begitu, Hukum II Newton untuk gerak rotasi dapat dirumuskan dengan cara di bawah ini:

τ=Iα

Keterangan:
Τ = Torsi (Nm)
I = Momen inersia (Kg m2)
α = Percepatan sudut (rad/s2)

B. Gerak melingkar beraturan


Gerak melingkar didefinisikan sebagai gerak suatu benda menempuh lintasan melingkar dengan
kelajuan (atau besar kecepatan) tetap, artinya percepatan sudutnya nol. Berikut merupakan lintasan dari
GMB:
Pada GMB, terdapat variabel-variabel yang perlu kita ketahui yaitu Periode (T), Frekuensi (f),
Kecepatan linier (v), Kecepatan sudut (ω), Percepatan sudut (α), Perpindahan sudut (θ),
Kecepatan sudut rata rata. Periode (T) adalah selang waktu yang diperlukan oleh suatu titik materi
pada benda yang berputar terhadap suatu poros tertentu untuk menempuh satu kali putaran (atau satu
kali melingkar). Frekuensi (f) adalah banyak putaran yang dapat dilakukan oleh suatu titik materi pada
benda yang berputar terhadap suatu poros tertentu dalam selang waktu sekon. Antara periode dan
frekuensi memiliki hubungan secara matematis yaitu sebagai berikut:

Kecepatan linier (v) adalah hasil bagi panjang lintasan linier yang ditempuh partikel dengan selang
waktu tempuhnya. Rumus matematisnya adalah:

Sedangkan Kecepatan sudut (ω) adalah hasil bagi sudut pusat yang ditempuh partikel dengan selang
waktu tempuhnya. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut:

Kecepatan linier memiliki hubungan matematis dengan kecepatan sudut yaitu sebagai berikut:
Perpindahan sudut (∆𝜃) adalah sudut yang disapu oleh sebuah garis radial mulai dari posisi awal garis
θ0 ke posisi akhir garis θ. Tentu saja, ∆θ = θ – θ0. Arah perpindahan sudut adalah sebagai berikut :
1. ∆θ > 0 untuk putaran berlawanan arah jarum jam.
2. ∆θ < 0 untuk putaran searah jarum jam.
Satuan SI untuk ∆θ adalah rad.

Nilai konversi sudut yang ada pada perpindahan sudut adalah sbb:

Derajat, putaran, dan radian merupakan besaran-besaran yang tidak memiliki dimensi.

Dalam gerak melingkar, kecepatan sudut rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan sudut
dengan selang waktu.
Kecepatan sudut rata-rata = perpindahan sudut selang waktu
Arah kecepatan sudut ω adalah sebagai berikut :
1. ω > 0 untuk putaran berlawanan arah jarum jam
2. ω < 0 untuk putaran searah jarum jam

Satuan SI untuk ω adalah rad/s.

PERCEPATAN
Di dalam suatu gerak melingkar beraturan (GMB), terdapat nilai suatu percepatan. Percepatan tersebut
selalu tegak lurus terhadap kecepatan liniernya dan mengarah ke pusat lingkaran disebut
dengan percepatan sentripetal. (Kata sentripetal berasal dari kata Yunani, yang berarti mencari
pusat). Untuk partikel yang melakukan gerak melingkar beraturan (GMB), laju linier adalah konstan,
tetapi partikel masih mengalami percepatan sentripetal as yang dirumuskan sebagai berikut :
𝑣2
𝑎𝑠 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑠 = 𝜔2 . 𝑟
𝑟

Saat GMB melakukan percepatan sentripetal, akan dihasilkan juga suatu gaya sentripetal. Rumus gaya
sentripetal adalah sebagai berikut :
𝑚.𝑣 2
𝐹𝑠 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹𝑠 = 𝑚. 𝜔2 . 𝑟
𝑟

Beberapa gaya sentripetal yang terjadi pada tali adalah sebagai berikut : dilihat posisinya, ada 4 posisi
yang ada yaitu : titik A, titik B, titik C, dan titik D. persamaan matematis pada titik-titik tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Gerak melingkar vertikal dengan tali

Persamaan umum yang dapat dibentuk adalah :


𝑇 ± 𝑊. 𝐶𝑜𝑠 𝜃 = 𝐹𝑠
Kecepatan minimum yang dibutuhkan agar benda dapat mencapai titik B dari titik A adalah :

𝑣𝑚𝑖𝑛 = √2. 𝑔. 𝑟

Kecepatan minimum yang dibutuhkan agar benda berputar satu lingkaran penuh :

𝑣𝑚𝑖𝑛 = √5. 𝑔. 𝑟
b. Gerak melingkar vertikal di dalam bidang lingkaran :

Persamaan umum gerak melingkar vertikal di dalam bidang lingkaran yang dapat dibentuk adalah :
𝑁 ± 𝑊. 𝐶𝑜𝑠 𝜃 = 𝐹𝑠

Kecepatan minimum pada C agar benda tidak meninggalkan lintasan :

𝑉𝑚𝑖𝑛 = √𝑔. 𝑟

Gerak melingkar vertikal di luar bidang lingkaran :

Persyaratan umum yang dapat dibentuk :

𝑁 − 𝑊 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = −𝐹𝑠

Kecepatan minimum agar benda tidak meninggalkan lintasan adalah :


C. Hukum Kekekalan

Dalam fisika, hukum kekekalan menyatakan bahwa properti tertentu yang dapat diukur dari sistem
fisika terisolasi tidak berubah selagi sistem berubah. Berikut ini adalah daftar sebagian dari hukum
kekekalan yang tidak pernah menunjukan tidak tepat:

1. Hukum kekekalan energi


2. Hukum kekekalan massa
3. Hukum kekekalan momentum
4. Hukum kekekalan momentum sudut

a. Hukum kekekalan energi


Hukum kekekalan energi merupakan hukum yang menyatakan bahwa energi itu kekal dan tidak dapat
berubah (besarnya) sepanjang waktu, memiliki nilai yang sama baik sebelum sesuatu terjadi maupun
sesudahnya. Energi dapat diubah bentuknya, tapi besarnya akan selalu sama.
Energi disini ialah total energi dari suatu sistem. Total energi dari suatu sistem dapat berupa energi
kinetik, energi potensial, energi panas, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk energi tersebut dapat
berupah menjadi bentuk energi lainnya sehingga total energi pada suatu sistem akan selalu sama.

ENERGI MEKANIK
Energi mekanik merupakan jumlah dari energi kinetik dan energi potensial.

Em = Ek + Ep
Karena hukum kekekalan energi mengatur bahwa setiap total energi pada sistem (yakni energi mekanik)
harus selalu sama, maka energi mekanik sebelum dan sesudahnya memiliki besar yang sama.

Maka persamaan diatas dapat dijabarkan sebagai:

Karena kekekalan energi merupakan sebuah hukum, maka bagaimanapun caranya persamaan di
sebelah kiri harus selalu sama dengan persamaan di sebelah kanan. Dengan cara inilah, para insinyur
dapat merancang dan memprediksi mesin-mesin daya seperti turbin air dan generator yang mampu
mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik kemudian mengubahnya menjadi energi listrik,
juga mesin mobil yang mampu mengubah energi kimia menjadi energi kinetik.
b. Hukum kekekalan massa
Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Ilmu Kimia merupakan prinsip bahwa massa suatu materi
tak pernah berkurang atau bertambah. Jumlah massa tetap sama, meski sudah melewati berbagai
macam reaksi. Pada 1785, Lovoisier mengatakan bahwa “Dalam setiap reaksi kimia yang terjadi,
jumlah massa zat-zat baik sebelum dan sesudah reaksi terjadi adalah tetap“
c. Hukum kekekalan momentum
Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada
sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan”.
ketika menggunakan persamaan ini, kita harus memerhatikan arah kecepatan tiap benda.

Huygens, ilmuwan berkebangsaan belkita, melakukan eksperimen dengan menggunakan bola-bola


bilyar untuk menjelaskan hukum kekekalan momentum. Perhatikan uraian berikut. Dua buah bola pada
gambar diatas bergerak berlawanan arah saling mendekati. Bola pertama massanya m1, bergerak
dengan kecepatan v1. Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika
kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola akan
bertabrakan. Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas ternyata sesuai
dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling menekan dengan gaya F yang sama
besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu Δt tersebut,
kedua bola akan saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar v’1 dan v’2.
Penurunan rumus secara umum dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi saat terjadi tumbukan
berdasarkan hukum III Newton.

Faksi = – Freaksi
F1 = – F2

Impuls yang terjadi selama interval waktu ∆t adalah F1∆t = -F2∆t. Kita ketahui bahwa I = F∆t = ∆p,
maka persamaannya menjadi seperti berikut:
∆𝑝1 = −∆𝑝2
𝑚1 𝑣1 − 𝑚1 𝑣 ′1 = −(𝑚2 𝑣2 − 𝑚2 𝑣 ′ 2 )
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣′1 + 𝑚2 𝑣′2
p1 + p2 = p’1 + p’2
Jumlah momentum awal = Jumlah momentum akhir
Keterangan:
p1,p2 = Momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
p’1,p’2 = Momentum benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
m1,m2 = Massa benda 1 dan 2
v1,v2 = Kecepatan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
v’1,v’2 = Kecepatan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan

c. Hukum kekekalan momentum sudut


Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa jika resultan momen gaya pada sebuah
benda tegar yang bergerak rotasi bernilai nol maka momentum sudut benda tegar yang bergerak rotasi
selalu konstan. Rumus hukum kekekalan momentum sudut dapat diturunkan secara matematis
dengan memodifikasi rumus hukum II Newton versi momentum sudut.

Rumus hukum II Newton versi momentum sudut ini merupakan analogi rotasional dari rumus hukum
II Newton versi momentum. Jika resultan momen gaya Jika resultan momen gaya bernilai nol maka
rumus di atas berubah menjadi :

Keterangan:
D. Gerak lurus beraturan
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak dengan kecepatan konstan. Kecepatan yang konstan
membawa konsekuensi kelajuannya konstan dan arah geraknya tidak berubah, sehingga lintasan GLB
berupa garis lurus. Bentuk lintasan yang lurus membawa konsekuensi besaran jarak dan perpindahan
tidak dapat dibedakan sehingga jarak dan perpindahan sama besar. Hubungan antara posisi dengan
kecepatan pada rumus gerak lurus beraturan adalah sebagai berikut:
𝑑𝑠
𝑣=
𝑑𝑡

Keterangan:
v = Kecepatan (m/s)
s = Jarak (m)
t = Waktu (s)

Karena v adalah sebuah nilai yang konstan, maka dengan metode integral, dari persamaan (1)
diperoleh :
s = vt + s0

Dengan s0 adalah posisi mula-mula. Rumus GLB Persamaan (2) juga menunjukkan kepada kita
bahwa besar perpindahan dari benda yang bergerak lurus beraturan adalah Δs=s−s0=vt. Terkadang
persamaan (2) juga dituliskan sebagai x=vt+x0 dengan x0 adalah posisi awal terhadap titik acuan
dan x adalah posisi akhir. Dalam kinematika gerak lurus beraturan adalah gerak dengan kecepatan
konstan, sehingga percepatannya nol. Hal ini merupakan fakta yang diperoleh dari hubungan
percepatan sebagai turunan pertama dari fungsi kecepatan. Karena v adalah nilai yang konstan,
maka a=0.
𝑑𝑣
𝑎 = 𝑑𝑡 = 0

Grafik GLB
a. Grafik kecepatan (v) terhadap waktu (s)
Karena nilai kecepatan tidak berubah terhadap waktu maka grafik kecepatan terhadap waktu
berbentuk garis mendatar seperti grafik 2.1 berikut ini.
b. Grafik posisi (x) terhadap waktu (t)

Grafik posisi terhadap waktu dari gerak lurus beraturan berupa garis dengan gradien tertentu. Gradien
ini merupakan nilai kecepatannya. Nilai x0 seperti tampak pada grafik 2.2 merupakan posisi awal dari
benda.

E. Gerak vertikal ke atas

Gerak vertikal ke atas adalah salah satu bentuk gerak lurus yang termasuk kelompok Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB) dimana pergerakan benda dimulai dengan kecepatan awal dan lintasan
pergerakan benda adalah vertikal ke atas. Pada gerak vertikal ke atas, semakin lama kecepatan benda
akan semakin berkurang karena ditolak oleh gaya gravitasi, sehingga pada saat mencapai ketinggian
tertentu benda tersebut akan berhenti dan jatuh kembali ke tanah. Nah gerakan saat jatuhnya benda
ke tanah ini disebut dengan Gerak Jatuh Bebas. Karena perubahan kecepatannya dipengaruhi oleh
gaya gravitasi, maka percepatan yang dipakai pada gerak vertikal ke atas adalah percepatan gravitasi
itu sendiri, tetapi nilainya negatif karena gaya gravitasi membuat benda akan semakin lambat
(perlambatan).

a. Ciri-ciri gerak vertikal ke atas

1. Lintasannya berupa garis lurus vertikal


2. Bergerak dari titik terendah ke titik tertinggi
3. Memiliki kecepatan awal
4. Kecepatan benda semakin lama semakin menurun (terjadi perlambatan)
5. Kecepatan benda pada titik tertinggi sama dengan nol
6. Karena dipengaruhi gravitasi, maka percepatan yang dipakai adalah percepatan gravitasi, tetapi
nilainya negative (a= -g)

b. Besaran-besaran fisika pada gerak vertikal ke atas

Kecepatan (v)
Kecepatan adalah salah satu besaran dalam fisika yang menunjukkan seberapa cepat sebuah
benda berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Satuan internasional yang digunakan untuk
kecepatan adalah meter per sekon (m/s), tetapi dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, pasti
kita lebih sering memakai satuan kilometer per jam (km/jam), sedangkan di amerika lebih sering
dipakai mil per ja, (mil/jam). Kecepatan dapat diperoleh dari perkalian antara jarak yang ditempuh
dengan waktu tempuh. Simbol dari kecepatan adalah v (huruf kecil). Pada Gerak Vertikal ke Atas,
terdapat 2 kecepatan dalam rumusnya, yaitu kecepatan awal (vo), yaitu kecepatan saat pertama
kali benda bergerak, dan kecepatan pada t detik tertentu (vt).
Jarak (s)
Jarak adalah salah satu besaran dalam fisika yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda
berubah posisi dalam lintasan tertentu. Satuan Internasional (SI) untuk jarak adalah meter (m),
dalam kehidupan sehari hari di indonesia, kita lebih sering menggunakan satuan kilometer (km),
sedangkan di Amerika sering digunakan satuan mil atau kaki. Hasil dari Jarak dapat diperoleh dari
perkalian kecepatan dengan waktu tempuh. Jarak pada Gerak Vertikal ke Atas adalah ketinggian
benda tersebut dari permukaan.
Waktu tempuh (t)
Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk berpindah dari suatu
posisi ke posisi yang lain dalam kecepatan tertentu. Satuan Internasional untuk Waktu Tempuh
adalah sekon (s), sedangkan simbol yang dipakai untuk melambangkan waktu tempuh adalah t
(huruf kecil). Waktu tempuh dapat diperoleh dari hasil pembagian jarak dengan kecepatan.
Percepatan (a)
Percepatan adalah perubahan kecepatan yang terjadi kepada benda tersebut, baik karena
pengaruh gaya yang bekerja pada benda ataupun karena keadaan benda. Karena perubahan
yang terjadi pada benda di Gerak Vertikal ke Atas dipengaruhi oleh gaya gravitasi, maka
percepatannya sama dengan percepatan gravitasi, tetapi nilainya negatif karena arah gerak benda
berbanding terbalik dengan arah gaya gravitasi. Nilai percepatan gravitasi yang dipakai jika tidak
diketahui dalam sebuah soal adalah 9,81m/s2 atau digenapkan menjadi 10 m/s2. Simbol yang
digunakan untuk melambangan gravitasi adalah g (huruf kecil).
c. Rumus, persamaan, dan satuan Gerak Vertikal ke Atas

F. Gerak Vertikal ke Bawah

Gerak vertikal ke bawah adalah gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke bawah dengan
kecepatan awal tertentu. Jadi seperti gerak vertikal ke atas hanya saja arahnya ke bawah. Sehingga
persamaan-persamaannya sama dengan persamaan-persamaan pada gerak vertikal ke atas, kecuali
tanda negatif pada persamaan-persamaan gerak vertikal ke atas diganti dengan tanda positif. Suatu
benda bergerak vertikal ke bawah jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Benda bergerak atau dilempar dari ketinggian tertentu diatas permukaan tanah
 Lintasan benda berupa garis lurus dalam arah vertikal
 Memiliki kecepatan awal
 Perhitungan benda dihitung dari titik tertinggi
 Percepatan benda sama dengan percepatan gravitasi (a=g)

Rumus Gerak Vertikal ke Bawah


Persamaan pada GVB diperoleh dari GLBB.

𝑽𝒕 = 𝑽𝟎 + 𝒈. 𝒕 Keterangan: Vt = Kecepatan pada saat t (m/s)


𝟏
𝒉 = 𝑽𝟎 𝒕 + 𝟐 𝒈𝒕𝟐 V0 = Kecepatan awal (m/s)
𝑽𝒕𝟐 = 𝑽𝟎 2 + 2gh g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian (m)
t = Waktu (s)
G. Gerak melingkar
Gerak Melingkar adalah salah satu gerak benda yang lintasannya berupa lingkaran. Lintasan tersebut
terbentuk karena benda mengelilingi sebuah titik tetap yang disebut dengan pusat lingkaran. Untuk
terjadinya gerak melingkar, diperlukan sebuah gaya yang selalu menggerakkan benda menuju pusat
lingkaran. Gaya ini disebut dengan gaya sentripetal. Secara umum terdapat dua jenis gerak melingkar,
yaitu gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar berubah beraturan. Ciri-ciri gerak melingkar
adalah:
1. Bentuk lintasannya berupa lingkaran
2. Besar kecepatan sudutnya konstan (tetap)
3. Besar Percepatan Sentripetalnya konstan (tetap)
4. Besar Kelajuan linearnya konstan (tetap)

Besaran-besaran pada gerak melingkar


1. Sudut
Sudut adalah salah satu besaran yang berupa ruas garis dari satu titik pangkal antar satu posisi ke
posisi lainnya. Satuan internasioanal untuk Sudut adalah radian (rad), tetapi satuan yang lebih sering
dipakai untuk menggambarkan sudut adalah derajat. Sebuah lingkaran memiliki sudut sebesar 360
derajat. Simbol yang digunakan untuk melambangkan sudut adalah theta (θ).

Kecepatan sudut dan kecepatan linier


1. Kecepatan sudut (kecepatan anguler)
Kecepatan sudut atau yang juga sering disebut dengan kecepatan anguler adalah sudut yang
ditempuh oleh sebuah titik yang bergerak di tepi lingkaran dalam satuan waktu (t) tertentu. Satuan
internasional untuk kecepatan sudut adalah rad per detik (rad/s). Simbol yang digunakan untuk
melambangkan kecepatan sudut adalah omega (Ω atau ω).
2. Kecepatan Linear (kecepatan tangensial)
Kecepatan Linear (Kecepatan Tangensial) adalah salah satu besaran dalam fisika yang
menunjukkan seberapa cepat sebuah benda berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Satuan
internasional yang digunakan untuk kecepatan linear adalah meter per sekon (m/s), tetapi dalam
kehidupan sehari-hari di Indonesia, pasti kita lebih sering memakai satuan kilometer per jam (km/jam),
sedangkan di amerika lebih sering dipakai mil per jam, (mil/jam). Kecepatan dapat diperoleh dari
perkalian antara jarak yang ditempuh dengan waktu tempuh. Simbol dari kecepatan adalah v (huruf
kecil).

Percepatan sudut dan percepatan linear

1. Percepatan sudut (percepatan anguler)

Percepatan sudut adalah perubahan kecepatan sudut dalam satuan waktu (t) tertentu). Apabila
kecepatan sudut semakin bertambah, maka akan terjadi percepatan (penambahan kecepatan) sudut
sehingga percepatan sudutnya positif, sedangkan apabila kecepatan sudutnya berkurang maka akan
terjadi perlambatan (pengurangan kecepatan) sehingga percepatan sudutnya negatif. Satuan
Internasional untuk percepatan sudut adalah radian per detik kuadrat (rad/s2). Simbol yang digunakan
untuk melambangkan percepatan sudut adalah alfa (α).
2. Percepatan linear (percepatan tangensial)
Percepatan linear atau percepatan tangensial adalah peerubahan kecepatan yang terjadi kepada
benda tersebut, baik karena pengaruh gaya yang bekerja pada benda ataupun karena keadaan
benda. Satuan Internasional untuk kecepatan adalah m/s2 . Simbol yang digunakan untuk
melambangkan percepatan linear adalah “a”. Jika perubahan kecepatannya negatif (kecepatan
benda menurun) maka disebut dengan perlambatan (a = -), sedangkan jika perubahan kecepatan
positif (kecepatannya meningkat) maka disebut dengan percepatan (a=+).
Waktu tempuh
Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk berpindah dari suatu posisi
ke posisi yang lain dalam kecepatan tertentu. Satuan Internasional untuk Waktu Tempuh adalah
sekon (s), sedangkan simbol yang dipakai untuk melambangkan waktu tempuh adalah t (huruf
kecil). Waktu tempuh dapat diperoleh dari hasil pembagian jarak dengan kecepatan.

Frekuensi dan periode


1. Frekuensi
Secara umum frekuensi adalah besaran ukuran jumlah putaran ulang suatu peristiwa dalam waktu
tertentu. Dalam gerak melingkar, frekuensi adalah jumlah putaran yang dapat dilakukan suatu
benda dalam satu detik. Satuan internasional yang dipakai untuk frekuensi adalah Hertz (Hz).
Simbol yang digunakan untuk melambangkan frekuensi adalah f (huruf kecil).
2. Periode
Secara umum Periode adalah waktu yang ditempuh untuk melakukan suatu peristiwa. Dalam
gerak melingkar periode adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu lingkaran. Satuan
yang sering digunakan untuk periode adalah detik atau sekon (s). Simbol yang digunakan untuk
melambangkan periode adalah T (huruf besar).

Radius
Radius atau yang juga sering kita sebut dengan jari – jari lingkaran adalah garis yang
menghubungkan titik pusat dengan bagian terluar dari sebuah lingkaran. Satuan yang sering
dipakai untuk radius adalah satuan panjang seperti meter (m), sentimeter (cm), kilometer (km), dll.
Simbol yang digunakan untuk melambangkan radius adalah r (huruf kecil).
H. Gerak parabola
Gerak parabola merupakan gerak dua dimensi suatu benda yang bergerak membentuk sudut
elevasi dengan sumbu x atau sumbu y. Sumbu x (horizontal) merupakan GLB dan sumbu y (vertikal)
merupakan GLBB. Kedua gerak ini tidak saling memengaruhi, hanya saja membentuk suatu gerak
parabola. Nama lainnya disebut juga dengan gerak peluru yang memiliki bentuk lintasan
parabola. Lintasan parabola dapat diilustrasikan seperti pada gambar di bawah ini.

Pada gambar terlihat ada simbol x dan y, komponen-komponen di antaranya memiliki arah yang
berbeda.

Komponen sumbu x
Dalam gerak parabola, komponen sumbu x merupakan komponen GLB. GLB merupakan
kecepatan di sumbu horizontal pada titik ataupun posisi tetap. Pada sumbu x, komponen awal ialah
simbol dari kecepatan awal. Secara matematis, nilai didapatkan dengan persamaan di bawah ini:
tabel yang menunjukkan gerak parabola pada sumbu x:

Komponen pada sumbu Y


Jika sumbu x merupakan komponen GLB, sumbu y atau arah vertikal komponen gerak
merupakan GLBB. Perbedaan sumbu x dengan sumbu y ialah simbol perpindahan/jarak pada
sumbu x ditunjukkan dengan s, sedangkan pada sumbu y ditunjukkan dengan y. Sehingga, dapat
dirumuskan sebagai berikut:

I. Momen gaya (torsi)

Momen gaya (Torsi) ialah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada
sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen gaya (Torsi)
bergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Apabila
Kita ingin membuat sebuah benda berotasi, Kita harus memberikan momen gaya pada benda
tersebut. Torsi atau disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vektor.
Konsep Torsi dalam fisika, juga disebut momen, dimulai dari kerja Archimedes dalam lever.
Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua meter dari titik tengah mengeluarkan Torsi
yang sama dengan satu newton bekerja sepanjang enam meter dari titik tengah.

Rumus momen gaya (Torsi)


Momen Gaya atau sering dikenal juga dengan Torsi adalah hasil kali antara gaya F dan lengan
momennya. Torsi digambarkan dengan lambang τ. Secara matematis rumus momen gaya dapat
ditulis sebagai berikut ini :

𝝉=𝑰𝒙𝑭
Jika antara lengan gaya l dan gaya F tidak tegak lurus maka rumusnya dapat ditulis sebagai berikut
ini :

𝝉 = 𝑰 𝒙 𝑭 𝑺𝒊𝒏 𝜶
Keterangan:

τ = Momen gaya (Nm)


I = Lengan gaya (m)
F = Ialah gaya (N)
α = sudut antara lengan gaya I dan gaya F

J. Energi kinetis rotasi

Energi kinetik rotasi ialah energi kinetik yang dimiliki oleh benda yang bergerak rotasi yang
dirumuskan dengan :

Jika benda tersebut bergerak secara rotasi dan juga tranlasi, maka energi kinetik totalnya ialah
gabungan dari energi kinetik translasi rotasi dan energi kinetik rotasi :

Keterangan:

Ekt = Energi kinetik total benda v = Kecepatan linier (m/s)


Ek = Energi kinetik translasi I = Momen inersia benda (kgm2)
Ekr = Energi kinetik rotasi ω = Kecepatan sudut benda (rad/s)
m = Massa benda (kg)
K. Energi kinetik benda menggelinding

Gerak gabungan antara gerak translasi dan gerak rotasi disebut sebagai mengelinding. Di bagian
depan kita meninjau sebuah partikel yang bergerak berotasi memiliki tenaga kinetik sebesar K =
Iω2. Bila yang berotasi adalah benda tegar maka kita gunakan momen inersia benda yang
bersangkutan. Untuk benda yang menggelinding maka tenaga kinetiknya adalah hasil penjumlahan
antara tenaga kinetik translasi dan tenaga kinetik rotasi.

Benda yang melakukan gerak menggelinding memiliki persamaan rotasi (Στ = I . α) dan persamaan
translasi (ΣF = m . a). Besarnya energi kinetik yang dimiliki benda mengelinding adalah jumlah
energi kinetik rotasi dan energi kinetik translasi.

L. Tegangan (Stress)

Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja pada permukaan seluas satu
satuan. Tegangan merupakan besaran skalar yang memiliki satuan N.m-2 atau Pascal
(Pa). Tegangan pada sebuah benda menyebabkan benda itu mengalami perubahan bentuk.Rumus
tegangan adalah:

Jenis Tegangan
Ada tiga jenis tegangan, yaitu tegangan tarik yang menyebabkan pertambahan panjang (Gambar
1.a), tegangan tekan yang menyebabkan pengurangan atau penyusutan panjang (Gambar 1.b), dan
tegangan geser yang menyebabkan perubahan bentuk (Gambar 1.c).

Bentuk umum kurva tegangan

Apabila suatu jenis tegangan digambarkan pada suatu diagram, maka akan diperoleh kurva yang
bentuknya berbeda-beda yang sesuai dengan bahan yang diuji tegangannya. Gambar 2
menunjukkan bentuk umum kurva tegangan dari suatu benda. Kurva itu menunjukkan pertambahan
panjang suatu benda atau bahan terhadap gaya yang diberikan padanya. Sampai suatu titik yang
disebut batas proorsional. Kemudian pada satu titik tertentu benda itu sampai pada batas elastik
dimana benda itu akan kembali ke panjang semula jika gaya dilepaskan. Jika benda diregangkan
melewati batas elastik, maka akan memasuki daerah plastis dimana benda tidak akan kembali ke
panjang awalnya ketiga gaya eksternal dilepaskan, tetapi tetap berubah bentuk secara permanen
(seperti melengkungnya sebatang besi). Perpanjangan maksimum dicapai pada titik patah (titik
pulus). Gaya maksimum yang dapat diberikan tanpa benda itu patah disebut sebagai kekuatan
maksimum dari materi/benda itu. Tabel 1 menunjukkan daftar kekuatan tarik, kekuatan tekan, dan
kekuatan geser maksimum untuk berbagai materi.
M. Regangan (Strain)

Regangan merupakan perubahan relatif ukuran atau bentuk suatu benda yang mengalami
tegangan. Regangan dapat didefinisikan sebagai pebandingan antara pertambahan panjang
benda terhadap panjang benda mula-mula. Selain itu regangan menjadi tolok ukur seberapa
jauh benda tersebut berubah bentuk. Rumus menghitung regangan adalah:

N. Hk. Hook & Elastisitas

Elastis atau Elastisitas (Fisika) adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke kondisi
awalnya ketika gaya yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. jika suatu gaya diberikan
pada suatu benda, contohnya pada batang besi vertikal yang tergantung seperti pada gambar
dibawah, maka panjang batang besi tersebut akan berubah.

∆L atau seterusnya disebut ∆x merupakan pertambahan panjang pada batang besi tersebut.
Semakin besar gaya [F] yang diberikan maka pertambahan panjangnya ( ) juga akan semakin
besar. Dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang benda sebanding dengan besarnya gaya
tarik. Perbandingan besar gaya tarik [F] terhadap pertambahan panjang benda ( ) bernilai
konstan. Konstan artinya sebanding. Proporsionalitas kedua besaran tersebut dinotasikan dengan
rumus persamaan:
F = k∆x
Keterangan:
F = Gaya Tarik (N)
∆x = Pertambahan Panjang benda (m)
k = Konstanta benda (N/m)

k merupakan koefisien elastisitas benda ataupun ukuran kelenturan pegas. Hubungan ini pertama
kali diketahui oleh Robert Hooke (1635 – 1703), oleh karena itu dikenal juga sebagai Hukum
Hooke. Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas. Batas elastisitas merupakan gaya
maksimum yang dapat diberikan pada benda sebelum benda berubah bentuk secara tetap dan
panjang benda tidak dapat kembali seperti semula (menjadi plastis ataupun hancur). Kita akan
mengamati sebuah objek yaitu pegas, sebuah benda yang dapat menjadi elastis. Pada kondisi
pegas saat ditarik, terdapat gaya pada pegas yang besarnya sama dengan gaya tarikan pada
pegas tetapi arahnya berlawanan ( ). Jika gaya tersebut disebut dengan gaya
pegas ( ) maka gaya ini pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas ( ). Perhatikan
Gambar dibawah ini.

Persamaan gaya pegas dinotasikan dengan rumus:

Fp = -F
Fp = -k.∆x
Keterangan:

Fp = Gaya pegas (N)


∆x = Pertambahan Panjang pegas (m)
k = Konstanta pegas (N/m)
Tanda minus (-) menyatakan arah gaya pegas yang berlawanan dengan arah gaya tarik.
Penggunaan pegas biasanya dipakai secara bersamaan dalam satu sistem pegas. Nilai konstanta
pegas tersebut akan berubah tergantung susunannya.

Dua buah pegas atau lebih yang disusun secara seri dinyatakan oleh rumus:

Jika pegas disusun secara paralel, maka dinyatakan dengan rumus:

O. Sifat Fluida
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus yang dapat diketahui, antara lain:
rapat massa (densit y), kekentalan (viscosity), tegangan permukaan (surface tension ), temperatur.
Beberapa sifat fluida pada kenyataannya merupakan kombinasi dari sifat-sifat fluida lainnya.
Sebagai contoh kekentalan kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan rapat massa. Sejauh yang
kita ketahui, fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul-molekul dengan jarak pisah yang
besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan
saling bergerak bebas terhadap satu sama lain.
a. Rapat Massa, Berat Jenis dan Rapat Relatif
Rapat massa (ρ) adalah ukuran konsentrasi massa zat cair dan dinyatakan dalam bentuk massa (m)
persatuan volume (V).
Dimana:
M = massa (kg)
V = volume (m3)
Rapat massa air (ρ air) pada suhu 4 oC dan pada tekanan atmosfer (p atm) adalah 1000 kg/m3. Berat
jenis (g ) adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan berat
suatu benda adalah hasil kali antara rapat massa (ρ) dan percepatan gravitasi (g ).
Dimana :
γ = berat jenis ( N/m3)
ρ = rapat massa (kg/dt2)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat (ρ) dan rapat massa air (γ air),
atau perbandingan antara berat jenis suatu zat (ρ) dan berat jenis air (γ air).
Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat (ρ) dan rapat massa air (ρ air),
atau perbandingan antara berat jenis suatu zat (γ) dan berat jenis air (γ air).
Karena pengaruh temperatur dan tekanan pada rapat massa zat cair sangat kecil, maka dapat
diabaikan sehingga rapat massa zat cair dapat dianggap tetap.
a. Kekentalan (viscocity)
Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (τ) pada waktu bergerak atau
mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara partikel zat cair sehingga menyebabkan
adanya tegangan geser antara molekulmolekul yang bergerak. Zat cair ideal tidak memiliki
kekentalan.
Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu kekentalan dinamik (µ) atau
kekentalan absolute dan kekentalan kinematis (ν).Dalam beberapa masalah mengenai gerak zat
cair, kekentalan dinamik dihubungkan dengan kekentalan kinematik sebagai berikut:
dengan ρ adalah rapat massa zat cair (kg/m3).
Kekentalan kinematik besarnya dipengaruhi oleh temperatur (T ), pada temperatur yang tinggi
kekentalan kenematik zat cair akan relatif kecil dan dapat diabaikan.
Zat cair Newtonian adalah zat cair yang memiliki tegangan geser (t) sebanding dengan gradien
kecepatan normal terhadap arah aliran. Gradien kecepatan adalah perbandingan antara perubahan
kecepatan dan perubahan jarak tempuh aliran (Gambar 1). Hubungan tegangan geser dan gradien
kecepatan normal dari beberapa bahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Bila fluida Newtonian dan aliran yang terjadi adalah laminer maka berlaku hubungan:
dimana :
τ= tegangan geser (kg/m2)
µ = kekentalan dinamis (kg/m.det)
ν= kekentalan kinematis (m2/det)
ρ= densitas fluida (kg/m3)

a. Tegangan permukaan (surface tension )


Molekul-molekul pada zat cair akan saling tarik menarik secara seimbang diantara sesamanya
dengan gaya berbanding lurus dengan massa (m) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r)
antara pusat massa.
dengan:
F = gaya tarik menarik
m 1, m 2 = massa molekul 1 dan 2
r = jarak antar pusat massa molekul.
Jika zat cair bersentuhan dengan udara atau zat lainnya, maka gaya tarik menarik antara molekul
tidak seimbang lagi dan menyebabkan molekul-molekul pada permukaan zat cair melakukan kerja
untuk tetap membentuk permukaan zat cair. Kerja yang dilakukan oleh molekul-molekul pada
permukaan zat cair tersebut dinamakan tegangan permukaan (s). Tegangan permukaan hanya
bekerja pada bidang permukaan dan besarnya sama di semua titik.
P. Prinsip Hk. Pascal
Hukum pascal ditemukan oleh Blaise Pascal, seorang ilmuwan Prancis yang hidup pada 1623-
1662). Pada dasarnya Blaise pascal adalah seorang ahli filsawat dan teologi, namun hobinya pada
ilmu matematika dan fisika, terutama geometri proyektif, mengantarkan menjadi ilmuwan dunia yang
terkenal sepanjang masa berkat penemuannya dalam bidang fisika mekanika fluida yang
berhubungan dengan tekanan dan gaya yang dikenal dengan Hukum Pascal.

Hukum Pascal menyatakan bahwa Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan
ke segala arah dengan sama besar. Pemanfaatan Hukum Pascal yang sangat penting dan berguna
sekali adalah dalam hal “memanfaatkan gaya yang kecil menghasilkan gaya yang besar contohnya
adalah pompa hidrolik.

Keterangan:
p: Tekanan (N/m² atau dn/cm²)
F: Gaya (N atau dn)
A: Luas alas/penampang (m² atau cm²)
Satuan:
1 Pa = 1 N/m² = 10-5 bar = 0,99 x 10-5 atm = 0,752 x 10-2 mmHg atau torr = 0,145 x 10-
3 lb/in² (psi)

1 torr= 1 mmHg
Q. Tekanan Hidrostatika
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang diberikan oleh air ke semua arah pada titik ukur
manapun akibat adanya gaya gravitasi. Tekanan hidrostatis akan meningkat seiring dengan
bertambahnya kedalaman diukur dari permukaan air.
Akibat gaya gravitasi, berat partikel air akan menekan partikel dibawahnya, dan begitu pula partikel-
partikel air di bawahnya akan saling menekan hingga ke dasar air sehingga tekanan dibawah akan
lebih besar dari tekanan diatas. Jadi, semakin dalam kita menyelam dari permukaan air, maka akan
semakin banyak volume air yang ada di atas kita dengan permukaan air sehingga tekanan yang
diberikan air pada tubuh kita (tekanan hidrostatis) akan semakin besar. Tekanan hidrostatis pada
titik kedalaman berapapun tidak dipengaruhi oleh berat air, luasan permukaan air, ataupun bentuk
bejana air. Tekanan hidrostatis menekan ke segala arah. Satuan tekanan adalah Newton per meter
kuadrat (N/m2) atau Pascal (Pa). Rumus tekanan hidrostatis diformulasikan dengan:

Keterangan:

= berat jenis air (untuk air tawar, );


g = besar percepatan gravitasi (percepatan gravitasi di permukaan bumi sebesar
9,8m/s2)
h = titik kedalaman yang diukur dari permukaan air.
Jadi semakin besar jarak titik ukur dengan permukaan air, maka akan semakin besar tekanan
hidrostatis pada titik tersebut. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar dibawah dimana semakin
besar ketinggian air, maka akan semakin besar pula tekanan hidrostatis di dasar bejana. Akibatnya,
air akan muncrat lebih jauh pada bejana sebelah kanan karena tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan bejana di sebelah kiri.
Rumus diatas digunakan untuk mengetahui nilai tekanan hidrostatis pada bejana tertutup
(contohnya: tekanan pada titik tertentu pada air di dalam botol tertutup, tangki air atau tong air yang
tertutup). Jika kita ingin menghitung besar total tekanan pada suatu titik di bawah permukaan air
pada tempat terbuka seperti pada danau dan laut dan segala kontainer/wadah terbuka, maka kita
perlu menambahkan besar tekanan atmosfer pada perhitungan. Sehingga, total tekanan hidrostatis
pada kondisi terbuka adalah sama dengan tekanan hidrostatis air pada titik tersebut ditambah besar
tekanan yang bekerja pada permukaan air yang dirumuskan dengan:

dimana adalah tekanan atmosfer (tekanan atmosfer pada permukaan laut


sebesar ).

Agar dapat lebih memahami prinsip tekanan, perhatikan gambar diatas.


 Tekanan total yang diterima oleh si pemancing adalah sebesar tekanan atmosfer (kita senantiasa
menerima tekanan atmosfer setiap saat), sehingga: .
 Tekanan total yang diterima penyelam bertangki kuning adalah sebesar tekanan atmosfer ditambah
tekanan hidrostatis pada kedalaman h2, sehingga: .
 Tekanan total yang diterima penyelam bertangki merah adalah sebesar tekanan atmosfer ditambah
tekanan hidrostatis pada kedalaman h3, sehingga: .
Karena , maka .
R. Gaya Kohesi Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang tidak sejenis. Gaya adhesi akan
mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan. Contohnya : Bercampurnya air dengan
teh/kopi, melekatnya air pada dinding pipa kapiler, melekatnya tinta pada kertas, dll. (Coba kalian cari tahu
contoh yang lainnya dalam kehidupan sehari hari)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi dipengaruhi oleh kerapatan
dan jarak antarpartikel dalam zat. Dengan demikian, kamu pasti tahu bahwa gaya kohesi zat padat lebih
besar dibandingkan dengan zat cair dan gas (hayo…coba ingat kembali susunan partikel pada zat padat,
cair, dan gas pada artikel sebelumnya). Gaya kohesi mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan
saling melekat. Contoh peristiwa kohesi adalah : Tidak bercampurnya air dengan minyak, tidak melekatnya
air raksa pada dinding pipa kapiler, dan air pada daun talas.
Rumus Kohesi dan Adhesi
Massa jenis zat
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu
benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan
total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya
besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis
lebih rendah (misalnya air).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)


Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
ρ=massa jenis,
m=massa,
V=volume.
Satuan massa jenis dalam ‘CGS [centi-gram-sekon]’ adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3).
1 g/cm3=1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3

Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka massa jenis air
dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis, atau yang dinamakan ‘Massa Jenis Relatif’
Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama
S. Hk. Archimides

Hukum Archimedes berbunyi:


“Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan memperoleh gaya yang
disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”
Akibat adanya gaya apung, berat beda di dalam zat cair akan berkurang, sehingga benda yang
diangkat di dalam zat cair akan lebih ringan daripada benda yang diangkat di darat.
Seakan benda berkurang bila benda dimasukan ke zat cair atau air. Karena adanya gaya ke atas
yang ditimbulkan oleh air dan diterima oleh benda. Maka resultan gaya antara gaya ke atas dan gaya
berat merupakan berat benda di dalam zat cair. Kemudian berat disebut dengan berat semu yaitu
berat benda tidak sebenarnya karena keadaan benda di dalam zat cair.
Rumus Hukum Archimedes
Rumus dari hukum archimedes ini yaitu FA = ρc.Vb.g
Keterangan:
 FA = gaya apung
 (N) ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
 Vb = volume benda yang tercelup (m3)
 g = gravitasi (m/s2).
Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair atau fluida, maka ada 3 kemungkinan yang terjadi
yaitu tenggelam, melayang, dan terapung.
1. Benda Terapung

Benda akan mengapung apabila massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρb <
ρc). Saat benda terapung maka hanya sebagian volume benda yang tercelup ke dalam zat cair,
sedangkan sebagian lagi dalam keadaan mengapung.
Volume total benda sejumlah dari volume benda yang tercelup ditambah dengan volume benda yang
mengapung.
Vb = V’ + V”FA = ρc.V”.g
Dengan :
V’ = volume benda yang terapung (m3)
V” = volume benda yang tercelup (m3)
Vb = volume benda keseluruhan (m3)
FA = gaya apung
(N) ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = gravitasi (m/s2)
Jika sistem dalam keadaan setimbang, maka berlaku :
>FA=W
> ρc.V”.g = ρb.Vb.g ρc.V” = ρb.Vb
Dengan:

ρb = massa jenis benda (kg/m3).

2. Benda Melayang

Benda akan melayang apabila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair (ρb = ρc). Benda
melayang akan berada di antara permukaan zat car dan dasar bejana.
Karena massa jenis benda dan zat cair sama, maka berlaku :
FA = ρc.Vb.g = ρb.Vb.g
Dengan :
 FA = gaya apung
 (N) ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
 ρb = massa jenis benda (kg/m3)
 Vb = volume benda (m3)
 g = gravitasi (m/s2)
3. Benda Tenggelam

Saat massa jenis benda lebih besar daripada masas jenis zat cair (ρb > ρc), maka benda akan tenggelam
dan berada di dasar bejana. Berlaku:
FA = Wu − Wc
Dengan :
 FA = gaya apung (N)
 Wu = berat benda di udara/ berat sebenarnya (N)
 WC = berat benda dalam zat cair
 (N) g = gravitasi (m/s2) Wu > Wc
Karena berata benda merupakan hasil kali massa dengan gravitasi, maka diperoleh :
ρc.Vb = mu − mc
Dengan :
 ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
 mu = massa benda di udara (kg)
 mc = massa seolah-olah benda dalam zat cair (kg)
 Vb = volume benda (m3)

T. Aliran turbulen dan laminar

Aliran Tubulen
Dalam dinamika fluida, turbulensi atau aliran turbulen adalah gerakan fluida yang ditandai dengan
perubahan kekacauan dalam tekanan dan kecepatan aliran. Hal ini berbeda dengan aliran laminar, yang
terjadi ketika fluida mengalir dalam lapisan paralel, tanpa gangguan di antara lapisan-lapisan itu.
Turbulensi umumnya diamati dalam fenomena sehari-hari seperti ombak pecah, sungai yang mengalir cepat,
mengepul awan badai, atau asap dari cerobong asap, dan sebagian besar aliran fluida yang terjadi di alam
atau dibuat dalam aplikasi teknik bersifat turbulen. Turbulensi disebabkan oleh energi kinetik yang berlebihan
di bagian aliran fluida, yang mengatasi efek redaman dari viskositas fluida. Untuk alasan ini turbulensi
umumnya diwujudkan dalam cairan dengan viskositas rendah. Secara umum, dalam aliran
turbulen, vorteks goyah muncul dari banyak ukuran yang berinteraksi satu sama lain, yang
mengakibatkan gaya hambat karena efek gesekan meningkat. Hal ini meningkatkan energi yang dibutuhkan
untuk memompa cairan melalui pipa. Turbulensi dapat dieksploitasi, misalnya, oleh perangkat
seperti spoiler aerodinamis pada pesawat yang "merusak" aliran laminar untuk meningkatkan drag dan
mengurangi pengangkatan.
Permulaan turbulensi dapat diprediksi oleh bilangan Reynolds yang tidak berdimensi, rasio energi kinetik
terhadap redaman viskos dalam aliran fluida. Namun, turbulensi telah lama menolak analisis fisik terperinci,
dan interaksi dalam turbulensi menciptakan fenomena yang sangat kompleks. Richard
Feynman menggambarkan turbulensi sebagai masalah paling penting yang belum terpecahkan dalam fisika
klasik.
Aliran Laminer
aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis
alir dan tidak berpotongan satu sama lain. Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya
bergerak sejajar (laminae) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran laminar adalah
aliran fluida tanpa arus turbulent ( pusaran air ).
Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus
yang berkecepatan rendah, dan partikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan menggelinding
(rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju aliran rendah, aliran laminer tergambar sebagai filamen
panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminer mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.
U. Aliran Steady dan Unsteady
- Aliran Steady
Aliran Steady. Suatu aliran fluida disebut steady jika aliran yang mana kondisi alirannya (kecepatan, tekanan, densitas,
dsb) tidak berubah dengan waktu. sebagai contoh : pada saat kita membuka kran dengan bukaan kran yang tetap
maka aliranya adalah steady flow.

- Aliran Unsteady
Airan Unsteady jika terdapat perubahan kecepatan terhadap waktu dalam aliran tersebut.Sebagai contoh, pada saat
kita memutar penutup kran maka air yang mengalir adalah unsteady flow.

V. Aliran fluida ideal dan bergerak


Fluida ideal adalah fluida yang tidak kompresibel, berpindah tanpa mengalami gesekan, dan alirannya stasioner.
 Tidak kompresibel, artinya bahwa dengan adanya perubahan tekanan, volume fluida tidak berubah.
 Tidak mengalami gesekan, artinya bahwa pada saat fluida mengalir, gesekan antara fluida dengan dinding
tempat mengalir dapat diabaikan.
 Aliran stasioner, artinya tiap partikel fluida mempunyai garis alir tertentu dan untuk luas penampang yang
sama mempunyai laju aliran yang sama.
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. memiliki kecepatan yang konstan terhadap
waktu), tidak mengalami perubahan volume, tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).
Rumus Fluida Dinamis
Besaran-besaran dalam fluida dinamis
Debit aliran (Q)
Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:

Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas penampang (m2)
V = laju aliran fluida (m/s)
Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran

Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
V = volume (m3)
t = selang waktu (s)

W. Hk. Bernoulli
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida akan menyebabkan penurunan tekanan
fluida secara bersamaan atau penurunan energi potensial fluida tersebut. Intinya adalah tekanan akan menurun jika
kecepatan aliran fluida meningkat.
Asumsi Yang Dipakai Pada Hukum Bernoulli
Agar hukum bernoulli dapat dipakai dan diterapkan, maka diperlukan asumsi-asumsi yang mengenai fluida kerjanya,
diantaranya adalah:
 Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible).
 Fluida tidak memiliki viskositas (inviscid).
 Aliran Fluida tidak berubah terhadap waktu (steady).
 Aliran fluida laminar (bersifat tetap, tidak ada pusaran).
 Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding.
 Tidak ada kehilangan energi akibat turbulen.
 Tidak ada energi panas yang ditransfer pada fluida baik sebagai keuntungan ataupun kerugian panas.
Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan ketinggian dari dua titik point (titik 1 dan titik 2)
aliran fluida yang bermassa jenis . Persamaan ini berasal dari keseimbangan energi mekanik (energi kinetik dan
energi potensial) dan tekanan.
Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan
dimana:
P adalah tekanan (Pascal)
ρ adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v adalah kecepatan fluida (m/s)
g adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h adalah ketinggian (m)
Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli diatas dapat dituliskan menjadi:

Angka 1 dan angka 2 menunjukkan titik atau lokasi tempat fluida tersebut diamati. Misalnya seperti pada gambar di
bawah ini: titik 1 memiliki diameter yang lebih besar dibanding titik 2. Hukum Bernoulli dapat menyelesaikan untuk
setiap dua titik lokasi pada aliran fluida.

Bagaimana kita tahu dimana lokasi terbaik untuk memilih lokasi titik?
Jika kita ingin mengetahui suatu besaran pada suatu lokasi di aliran fluida, maka lokasi tersebut wajib kita jadikan
salah satu titik lokasi. Titik kedua merupakan satu lokasi dimana kita telah mengetahui besaran-besaran pada lokasi
tersebut sehingga kita dapat mencari besaran yang ingin kita cari (pada titik 1) dengan rumus persamaan Bernoulli.
Pemilihan titik pada aliran fluida terserah pada kita, sesuai dengan cara-cara seperti diatas. Bahkan kita dapat
memilih lokasi titik seperti pada gambar di bawah ini jika lokasi titik seperti pada gambar diatas tidak mampu
menyelesaikan variabel yang kita inginkan.
Penerapan Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan dimanfaatkan pada beberapa aplikasi yakni:
 Perhitungan gaya angkat (lift) pada sayap pesawat
 Perhitungan untuk mencari tekanan yang hilang pada aliran (pressure losses)
 Tabung pitot (pitot tube)
 Venturimeter
 Manometer
 Toricelli

Anda mungkin juga menyukai