Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


“TEKNIK PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis)”

DISUSUN OLEH :
PERIJA YUSIPA MANALU
D1A018125

KELAS : O

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. ELIS KARTIKA, M.,Si.
Dr. Ir. SARMAN S, M.P.

ASISTEN DOSEN :
AAN SETIOWATI, S.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Shubhanallah wa taala atas limpahan rahmat


dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir mata
kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan yang berjudul “Teknik Penyadapan
Karet (Hevea brasiliensis)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan I Dr. Ir. Elis Kartika,
M.Si., dosen II Dr. Ir. Sarman S, M.P., dan asisten dosen Aan Setiowati, S.P yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan laporan
akhir ini. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada keluarga dan orang-orang
tercinta yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dan rekan-rekan
mahasiswa seperjuangan sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan.
Demi kesempurnaan laporan akhir ini, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga laporan
akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Jambi, 14 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
LAMPIRAN ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3


2.1 Botani Tanaman Karet ............................................................. 3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Karet ............................................... 4
2.3 Persiapan Penyadapan ............................................................. 6
2.4 Pelaksanaan ............................................................................. 9

BAB III METODE PRAKTIKUM ...................................................... 11


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 11
3.3 Cara Kerja ................................................................................ 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 12


4.1 Hasil ......................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ............................................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................... 16


3.1 Kesimpulan .............................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya tanaman merupakan serangkaian kegiatan atau usaha manusia
untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam nabati dengan
berbagai cara, modal, dan teknologi untuk menghasilkan berbagai komoditas
tanaman seperti bahan pangan dan produk agroindustri lainnya untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan lebih baik. Budidaya tanaman perkebunan merupakan
segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang
dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat (Anonim, 2014).
Tanaman perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman
semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim merupakan jenis tanaman yang
hanya dipanen satu kali dengan siklus hidup satu tahun sekali, misalnya tanaman
tebu. Sementara tanaman tahunan membutuhkan waktu yang panjang untuk
berproduksi dan bisa menghasilkan sampai puluhan tahun dan bisa dipanen lebih
dari satu kali, misalnya tanaman karet (Yana, 2014).
Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai
umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman
dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini
adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh lateks.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa
TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara
ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun
(Bursatriannyo, 2014).
Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu langkah penting dalam
budidaya karet. Pada dasarnya penyadapan merupakan kegiatan pemutusan atau
pelukaan pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks ke
mangkuk penampung yang dipasang pada batang karet. Pengaliran lateks
disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan pergerakan cairan

1
lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap. Pembuluh lateks yang
terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya waktu,
sehingga jika dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya tetap akan
mengeluarkan lateks. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang
matang dalam teknik penyadapan agar menghasilkan lateks yang banyak
(Bursatriannyo, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan kegiatan
praktikum mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan dengan judul “Teknik
Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis)”.

1.2 Tujuan praktikum


Tujuan praktikum ini yaitu mengetahui teknik penyadapan karet (Hevea
brasiliensis) yang baik dan benar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Karet


Tanaman karet merupakan salah satu tanaman penghasil lateks (getah)
terbaik. Tanaman karet tumbuh dengan tinggi dan juga memiliki batang yang
cukup keras. Selain itu, tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang dapat
tumbuh di tempat tropis, dengan suhu maksimal. Tanaman ini juga memiliki
perakaran yang sangat kuat dan terkadang menonjol di permukaan tanah dan juga
di dalam tanah (Kurniawan, 2015).
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae atau tanaman getah-getahan.
Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman
yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan terlukai (Syamsulbahri, 2000).
Menurut Cahyono (2010), klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji )
Sub divisi : Angiospermae ( Biji berada di dalam buah )
Kelas : Dycotyledonae ( Biji berkeping dua )
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiales
Genus : Hevea
Spesies : Hevea bransiliensis
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang,
akar lateral, dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun, kedalaman
akar tunggang sudah mencapai 1,5 meter. Apabila tanaman sudah berumur 7
tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 meter.
Pada kondisi tanah yang gembur, akar lateral dapat berkembang sampai
kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara
dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman
45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi

3
dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadiharja,
1995).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada
kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3
anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian
anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate,
pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah
agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai
payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda
bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga
jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan
dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai
sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam
2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan
pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan
pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh
dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Karet


2.2.1 Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 150° LS
dan 150° LU. Di luar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat. Sedangkan suhu yang dibutuhkan untuk
tanaman karet 25°C sampai 35°C dengan suhu optimal rata-rata 28°C. Dalam

4
sehari tanaman karet membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup antara
5-7 jam (Santosa, 2007).
2.2.2 Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 - 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari maka produksi karet akan berkurang
(Radjam, 2009).
2.2.3 Ketinggian Tempat
Pada dasarnya tanaman karet akan tumbuh optimal pada dataran rendah
dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Tanaman karet yang ditanam di
ketinggian > 600 meter dari permukaan laut tidak cocok untuk pertumbuhannya
(Nazaruddin dan Paimin, 1998).
2.2.4 Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang
kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-
klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi, 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati
penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus
untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan
petak-petak guludan tanam dan jarak tanam dalam barisan agar lebih dirapatkan
(Maryadi, 2005).
2.2.5 Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda maupun tua, bahkan pada tanah gambut < 2 meter. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,

5
solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya. Tetapi sifat kimia tanah
vulkanis secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah
alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – pH 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0 (Wicaksana, 2016).
Menurut Anwar (2001), sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
pada umumnya antara lain :
1. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm.

2.3 Persiapan Penyadapan


Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan
tanah, pertumbuhan tanaman, dan klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan
manajemen penyadapan yang baik. Penyadapan merupakan kegiatan pemanenan
lateks pada tanaman karet yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Tanaman
karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai
apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Dalam keadaan pertumbuhan normal,
tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6 tahun dan dapat dilakukan
selama 25-35 tahun (Putri, 2017).
2.3.1 Alat Sadap
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat
yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Mal sadap
Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut
kemiringan sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan
untuk jangka waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari sepotong

6
kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi plat seng selebar ±4 cm dan
panjangnya antara 50-60 cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º
(Siregar, 1995).
2. Pisau sadap atas
Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk
sadap bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena
berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas
bertangkai panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan
ketinggian di atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).
3. Pisau sadap bawah
Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan
menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah
penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada
bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah (Siregar, 1995).
4. Talang lateks (spout)
Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet
dari irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar
2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon
karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan
sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak
lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995).
5. Mangkok atau cawan
Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang
irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau
aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa
menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal.
Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang (Siregar, 1995).
6. Cincin mangkok
Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau
cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah
kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin.

7
Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar
mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995).
7. Tali cincin
Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok
sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau
ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok,
jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks,
kedudukan tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).
8. Meteran gulung (rol meter)
Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap
(meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran
yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga
meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995).
9. Pisau mal
Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan
membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung
runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah
yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995).
10. Quadri
Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat
penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau
pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum
dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995).
11. Sigmat
Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm.
Sigmat ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan
sampai terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan
kulit pohon diketahui degnan membaca skala (Nazaruddin, 1998).
2.3.2 Kriteria Matang Sadap
Matang sadap tanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon,
artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.

8
Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang
pada umur tanaman (Putri, 2017).
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada
umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap
disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi
lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun
dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik
sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman karet
tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan
hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang (Putri,
2017).
2. Pengukuran Lilit Batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh
dari batangnya (kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit
batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk
menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun.
Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi
(Putri, 2017).
3. Matang Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang
sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang
sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang
terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah
mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun (Putri, 2017).

2.4 Pelaksanaan Penyadapan


Kegiatan pelaksanaan penyadapan tanaman karet, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Beberapa tahapan yang penting yaitu meliputi kedalaman
irisan sadap, ketebalan irisan sadap, frekuensi penyadapan, dan waktu penyadapan
(Anonim, 2009).

9
2.4.1 Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat
pada bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh
kateks semakin banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30
tahun karena itu diusahakan pulit pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena
itu kerusakan saat penyadapan harus dihindari. Kedalaman irisan sadap yang
dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat disadap 25 – 30 tahun
(Anonim, 2009).
2.4.2 Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama
akhirnya akan semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini
disebabkan tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks.
Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan
dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan
1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan (Anonim, 2009).
2.4.3 Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya
dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral
(1/2 S), frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali
dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah
menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang
peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan
secara bebas (Anonim, 2009).
2.4.4 Waktu Penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan
turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan
akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya
dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas,
yaitu jam 05.00 – 07.00 (Anonim, 2009).

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 29 November 2019 – 6 Desember
2019 di sebelah Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu pisau sadap, mangkok sadap, talang sadap, cincin
mangkok/kawat mangkok sadap, ember sadap, pisau pengasah sadap, alat tulis
dan gawai (untuk dokumentasi).
Bahan yang digunakan yaitu pohon karet yang sudah siap untuk disadap.

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pastikan usia tanaman karet sudah matang sadap.
3. Ditetapkan berdasarkan tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan
irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap.
4. Penggambaran bidang sadap dari arah kiri atas ke kanan bawah
menggunakan pisau sadap karena lateks posisinya dari kanan atas ke arah
kiri bawah membentuk sudut 3,7° dengan bidang datar.
5. Sudut kemiringan sadap, bidang sadap bawah 30° - 40° terhadap bidang
datar, bidang sadap atas 45°.
6. Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium.
7. Ketebalan irisan sadap dianjurkan 1,5-2,0 mm setiap penyadapan.
8. Panjang irisan ½ S (spiral) dari batang karet.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Praktikum pada minggu pertama

Praktikum pada minggu kedua

4.2 Pembahasan
Praktikum tentang penyadapan karet yang telah dilaksanakan diketahui
bahwa dalam melakukan penyadapan, karet yang akan disadap harus sudah dalam
keadaan matang sadap. Tanaman karet yang sudah siap untuk disadap adalah
tanaman yang sudah berusia 5-7 tahun tergantung pada klon dan lingkungan.
Umur tersebut tidak dapat dijadikan pedoman baku untuk menentukan matang
sadap, sehingga yang hanya dapat dijadikan pedoman untuk menentukan matang
sadap adalah dengan melakukan pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang
terhadap pohon yang sudah masuk matang sadap yaitu 45 cm atau lebih
2 dan ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).

12
Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan
pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks. Pembuluh
lateks yang terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya
waktu.
Lateks dibentuk dalam pembuluh lateks yang merupakan sel-sel hidup
berdinding elastis mengandung gula, protein dan garam mineral yang dapat
menyimpan air dari jaringan yang berada disekitarnya. Pengaliran lateks
disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan pergerakan cairan
lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap.
Produksi lateks yang diperoleh dari hasil penyadapan ditentukan oleh
lamanya aliran dan kecepatan biosintesis. Sedangkan biosintesis lateks itu sendiri
ditentukan oleh bahan dasar pembentuk lateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas
enzim yang berperan secara langsung, baik pada tahap glikolisis maupun
anabolisme partikel karet.
Teknik penyadapan yang baik harus memperhatikan kedalaman irisan.
Dalam hal ini kedalaman irisan akan memengaruhi jumlah pembuluh lateks yang
terpotong. Semakin banyak pembuluh lateks yang terpotong maka semakin
banyak lateks yang keluar. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan
sedalam mungkin, tetapi tidak boleh menyentuh lapisan kambium karena akan
mengakibatkan kulit pilihan rusak (benjol-benjol) sehingga berpengaruh pada
produksi lateks. Sedangkan jika penyadapan terlalu dangkal menyebabkan berkas
pembuluh lateks semakin sedikit yang terpotong sehingga lateks yang diperoleh
jumlahnya terbatas. Tetapi kedalaman sadapanpun ada batasannya, yaitu 1-1,5
mm dari kambium.
Menurut hasil penelitian pada kedalaman kulit 0,5 mm dari lapisan
kambium memiliki jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80
lingkaran pembuluh lateks. Sedangkan kedalaman irisan yang dianjurkan adalah
1–1,5 mm dari lapisan kambium, karena pada kedalaman kulit 0,5 mm sangat
rawan terhadap kerusakan kambium dan akan berpengaruh terhadap produksi
selanjutnya (Bursatriannyo, 2014).
Kondisi fisiologis pembuluh lateks yang tepat untuk penyadapan adalah
pada tekanan turgor 10-14 atm. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor

13
menurun dan air dari sel-sel tetangga menembus dinding pembuluh lateks
sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap. Lateks yang diperoleh dari
penyadapan tidak saja berasal dari pembuluh lateks yang terlukai tetapi
merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks.
Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam
pembuluh lateks dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Turgor adalah tekanan
pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar
kecilnya tekanan pada dinding sel.
Kandungan osmotikum yang tinggi dalam lateks seperti sukrosa,
kuebratikol, ion mineral serta tersedianya air yang cukup merupakan kondisi ideal
agar tekanan turgor mencapai maksimum. Kondisi tersebut memungkinkan
berlangsungnya aliran lateks yang cukup lama serta indeks penyumbatan yang
rendah sehingga produksi meningkat. Beberapa jam setelah pohon karet disadap
aliran lateks akan terhenti. Berhentinya aliran lateks disebabkan oleh adanya
koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap.
Cara penyadapan yang baik adalah dengan mengiris dari bagian kiri
atas ke bawah kanan membentuk jalur aliran lateks yang dapat memotong
aliran pembuluh lateks dengan kemiringan bidang sadap bawah sekitar 30°-
40° terhadap bidang datar dan bidang sadap atas sekitar 45°.
Penyadapan tidak dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah. Cara
vertikal hanya akan menghasilkan lateks yang lebih sedikit karena jalur irisan
yang lebih pendek. Panjangnya lintasan irisan lateks juga hanya setengah
lingkarannya saja, tidak mengitari keseluruhan lingkaran.
Selain kedalaman dan sudut kemiringan sadapan, faktor waktu sadap sangat
mempengaruhi hasil lateks. Waktu sadap ini berkaitan dengan tekanan turgor.
Tekanan turgor yang tepat untuk penyadapan adalah 10-14 atm. Semakin siang
waktu penyadapan, maka tekananan turgornya akan semakin rendah. Dengan
demikian hasil lateks yang didapat pada tekanan turgor rendah sangat sedikit
sebagai dampak penguapan yang tinggi.
Frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S), frekuensi
penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3)

14
untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam
dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman,
panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
berusia tahunan. Tanaman karet menghasilkan lateks yang dapat diolah menjadi
berbagai produk. Penyadapan karet merupakan poin penting dalam budidaya
tanaman karet. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi
lateks yang optimal yaitu, usia matang sadap, kedalaman sadap, ketebalan sadap,
arah dan sudut sadap serta waktu penyadapan.
Kesalahan dalam teknik penyadapan dapat menyebabkan batang menjadi
rusak (benjol-benjol) dan membuat batang yang sudah rusak tidak bisa disadap
lagi. Kerusakan pada kulit ini akan berdampak pada pemendekan umur ejonomis
tanaman karet.

5.2 Saran
Praktikum ini telah selesai dilaksanakan, salah satu saran yang harus
diketahui oleh pembaca yaitu sebelum melaksanakan praktikum ada baiknya
untuk mencari referensi mengenai materi praktikum agar praktikum dapat berjalan
dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pengertian Budidaya Tanaman. Diunduh dari


http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-budidaya-tanaman/
(diakses pada 13 Desember 2019).
Anonim. 2009. Penyadapan Tanaman Karet. Diunduh dari
http://manaree.blogspot.com/2009/05/penyadapan-tanaman-karet-i.html
(diakses pada 13 Desember 2019).
Bursatriannyo. 2014. Tanaman Karet. Diunduh dari
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/tanaman-karet/ (diakses pada 13
Desember 2019).
Hidayat, A.M. 2014. Morfologi Tanaman Karet. Diunduh dari
https://www.anakagronomy.com/2014/12/morfologi-tanaman-karet_6.html
(diakses pada 13 Desember 2019).
Khoiri, Khayatul. 2014. Laporan Praktikum Karet. Diunduh dari
https://khayatulkhoiri.blogspot.com/2015/11/laporan-praktikum-karet.html
(diakses pada 13 Desember 2019).
Kurniawan, Fredi. 2015. Klasifikasi dan Morfologi Pohon Karet (Hevea
brasiliensis). Diunduh dari
http://fredikurniawan.com/%EF%BB%BFklasifikasi-dan-morfologi-pohon-
karet-hevea-bransiliensis/ (diakses pada 13 Desember 2019).
Putri, T.A.C.2017. Pemanenan Karet. Diunduh dari
http://tychaarfhacp.blogspot.com/2017/11/pemanenankaret-
heveabrassiliansis-l.html (diakses pada 13 Desember 2019).
Wicaksana, Aji. 2016. Laporan Praktikum Budidaya Tanaman. Diunduh dari
https://ajistiperkutim13.blogspot.com/2016/12/laporan-praktikum-budidaya-
tanaman.html (diakses pada 13 Desember 2019).
Yana. 2014. Mengenal Tanaman Perkebunan. Diunduh dari
https://budidayatanaman-perkebunan.blogspot.com/2014/08/mengenal-
tanaman-perkebunan.html (diakses pada 13 Desember 2019).

17
LAMPIRAN

Penyampaian materi teknik penyadapan Pembagian kelompok

Pemilihan pohon yang akan disadap Pengarahan teknik penyadapan

Karet yang sudah ada di dalam mangkuk Selesai penyadapan

18

Anda mungkin juga menyukai