DISUSUN OLEH :
PERIJA YUSIPA MANALU
D1A018125
KELAS : O
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. ELIS KARTIKA, M.,Si.
Dr. Ir. SARMAN S, M.P.
ASISTEN DOSEN :
AAN SETIOWATI, S.P.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
LAMPIRAN ...........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap. Pembuluh lateks yang
terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya waktu,
sehingga jika dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya tetap akan
mengeluarkan lateks. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang
matang dalam teknik penyadapan agar menghasilkan lateks yang banyak
(Bursatriannyo, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan kegiatan
praktikum mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan dengan judul “Teknik
Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis)”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadiharja,
1995).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada
kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah
yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3
anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian
anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate,
pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah
agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai
payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda
bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga
jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan
dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai
sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam
2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan
pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan
pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh
dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).
4
sehari tanaman karet membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup antara
5-7 jam (Santosa, 2007).
2.2.2 Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 - 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari maka produksi karet akan berkurang
(Radjam, 2009).
2.2.3 Ketinggian Tempat
Pada dasarnya tanaman karet akan tumbuh optimal pada dataran rendah
dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Tanaman karet yang ditanam di
ketinggian > 600 meter dari permukaan laut tidak cocok untuk pertumbuhannya
(Nazaruddin dan Paimin, 1998).
2.2.4 Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang
kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-
klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi, 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati
penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus
untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan
petak-petak guludan tanam dan jarak tanam dalam barisan agar lebih dirapatkan
(Maryadi, 2005).
2.2.5 Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda maupun tua, bahkan pada tanah gambut < 2 meter. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
5
solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya. Tetapi sifat kimia tanah
vulkanis secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah
alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – pH 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0 (Wicaksana, 2016).
Menurut Anwar (2001), sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
pada umumnya antara lain :
1. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm.
6
kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi plat seng selebar ±4 cm dan
panjangnya antara 50-60 cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º
(Siregar, 1995).
2. Pisau sadap atas
Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk
sadap bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena
berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas
bertangkai panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan
ketinggian di atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).
3. Pisau sadap bawah
Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan
menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah
penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada
bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah (Siregar, 1995).
4. Talang lateks (spout)
Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet
dari irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar
2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon
karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan
sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak
lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995).
5. Mangkok atau cawan
Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang
irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau
aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa
menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal.
Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang (Siregar, 1995).
6. Cincin mangkok
Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau
cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah
kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin.
7
Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar
mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995).
7. Tali cincin
Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok
sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau
ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok,
jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks,
kedudukan tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).
8. Meteran gulung (rol meter)
Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap
(meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran
yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga
meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995).
9. Pisau mal
Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan
membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung
runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah
yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995).
10. Quadri
Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat
penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau
pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum
dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995).
11. Sigmat
Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm.
Sigmat ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan
sampai terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan
kulit pohon diketahui degnan membaca skala (Nazaruddin, 1998).
2.3.2 Kriteria Matang Sadap
Matang sadap tanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon,
artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
8
Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang
pada umur tanaman (Putri, 2017).
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada
umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap
disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi
lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun
dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik
sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman karet
tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan
hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang (Putri,
2017).
2. Pengukuran Lilit Batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh
dari batangnya (kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit
batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk
menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun.
Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi
(Putri, 2017).
3. Matang Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang
sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang
sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang
terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah
mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun (Putri, 2017).
9
2.4.1 Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat
pada bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh
kateks semakin banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30
tahun karena itu diusahakan pulit pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena
itu kerusakan saat penyadapan harus dihindari. Kedalaman irisan sadap yang
dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat disadap 25 – 30 tahun
(Anonim, 2009).
2.4.2 Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama
akhirnya akan semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini
disebabkan tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks.
Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan
dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan
1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan (Anonim, 2009).
2.4.3 Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya
dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral
(1/2 S), frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali
dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah
menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang
peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan
secara bebas (Anonim, 2009).
2.4.4 Waktu Penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan
turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan
akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya
dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas,
yaitu jam 05.00 – 07.00 (Anonim, 2009).
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Praktikum pada minggu pertama
4.2 Pembahasan
Praktikum tentang penyadapan karet yang telah dilaksanakan diketahui
bahwa dalam melakukan penyadapan, karet yang akan disadap harus sudah dalam
keadaan matang sadap. Tanaman karet yang sudah siap untuk disadap adalah
tanaman yang sudah berusia 5-7 tahun tergantung pada klon dan lingkungan.
Umur tersebut tidak dapat dijadikan pedoman baku untuk menentukan matang
sadap, sehingga yang hanya dapat dijadikan pedoman untuk menentukan matang
sadap adalah dengan melakukan pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang
terhadap pohon yang sudah masuk matang sadap yaitu 45 cm atau lebih
2 dan ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
12
Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan
pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks. Pembuluh
lateks yang terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya
waktu.
Lateks dibentuk dalam pembuluh lateks yang merupakan sel-sel hidup
berdinding elastis mengandung gula, protein dan garam mineral yang dapat
menyimpan air dari jaringan yang berada disekitarnya. Pengaliran lateks
disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan pergerakan cairan
lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap.
Produksi lateks yang diperoleh dari hasil penyadapan ditentukan oleh
lamanya aliran dan kecepatan biosintesis. Sedangkan biosintesis lateks itu sendiri
ditentukan oleh bahan dasar pembentuk lateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas
enzim yang berperan secara langsung, baik pada tahap glikolisis maupun
anabolisme partikel karet.
Teknik penyadapan yang baik harus memperhatikan kedalaman irisan.
Dalam hal ini kedalaman irisan akan memengaruhi jumlah pembuluh lateks yang
terpotong. Semakin banyak pembuluh lateks yang terpotong maka semakin
banyak lateks yang keluar. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan
sedalam mungkin, tetapi tidak boleh menyentuh lapisan kambium karena akan
mengakibatkan kulit pilihan rusak (benjol-benjol) sehingga berpengaruh pada
produksi lateks. Sedangkan jika penyadapan terlalu dangkal menyebabkan berkas
pembuluh lateks semakin sedikit yang terpotong sehingga lateks yang diperoleh
jumlahnya terbatas. Tetapi kedalaman sadapanpun ada batasannya, yaitu 1-1,5
mm dari kambium.
Menurut hasil penelitian pada kedalaman kulit 0,5 mm dari lapisan
kambium memiliki jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80
lingkaran pembuluh lateks. Sedangkan kedalaman irisan yang dianjurkan adalah
1–1,5 mm dari lapisan kambium, karena pada kedalaman kulit 0,5 mm sangat
rawan terhadap kerusakan kambium dan akan berpengaruh terhadap produksi
selanjutnya (Bursatriannyo, 2014).
Kondisi fisiologis pembuluh lateks yang tepat untuk penyadapan adalah
pada tekanan turgor 10-14 atm. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor
13
menurun dan air dari sel-sel tetangga menembus dinding pembuluh lateks
sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap. Lateks yang diperoleh dari
penyadapan tidak saja berasal dari pembuluh lateks yang terlukai tetapi
merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks.
Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam
pembuluh lateks dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Turgor adalah tekanan
pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar
kecilnya tekanan pada dinding sel.
Kandungan osmotikum yang tinggi dalam lateks seperti sukrosa,
kuebratikol, ion mineral serta tersedianya air yang cukup merupakan kondisi ideal
agar tekanan turgor mencapai maksimum. Kondisi tersebut memungkinkan
berlangsungnya aliran lateks yang cukup lama serta indeks penyumbatan yang
rendah sehingga produksi meningkat. Beberapa jam setelah pohon karet disadap
aliran lateks akan terhenti. Berhentinya aliran lateks disebabkan oleh adanya
koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap.
Cara penyadapan yang baik adalah dengan mengiris dari bagian kiri
atas ke bawah kanan membentuk jalur aliran lateks yang dapat memotong
aliran pembuluh lateks dengan kemiringan bidang sadap bawah sekitar 30°-
40° terhadap bidang datar dan bidang sadap atas sekitar 45°.
Penyadapan tidak dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah. Cara
vertikal hanya akan menghasilkan lateks yang lebih sedikit karena jalur irisan
yang lebih pendek. Panjangnya lintasan irisan lateks juga hanya setengah
lingkarannya saja, tidak mengitari keseluruhan lingkaran.
Selain kedalaman dan sudut kemiringan sadapan, faktor waktu sadap sangat
mempengaruhi hasil lateks. Waktu sadap ini berkaitan dengan tekanan turgor.
Tekanan turgor yang tepat untuk penyadapan adalah 10-14 atm. Semakin siang
waktu penyadapan, maka tekananan turgornya akan semakin rendah. Dengan
demikian hasil lateks yang didapat pada tekanan turgor rendah sangat sedikit
sebagai dampak penguapan yang tinggi.
Frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S), frekuensi
penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3)
14
untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam
dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman,
panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
berusia tahunan. Tanaman karet menghasilkan lateks yang dapat diolah menjadi
berbagai produk. Penyadapan karet merupakan poin penting dalam budidaya
tanaman karet. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi
lateks yang optimal yaitu, usia matang sadap, kedalaman sadap, ketebalan sadap,
arah dan sudut sadap serta waktu penyadapan.
Kesalahan dalam teknik penyadapan dapat menyebabkan batang menjadi
rusak (benjol-benjol) dan membuat batang yang sudah rusak tidak bisa disadap
lagi. Kerusakan pada kulit ini akan berdampak pada pemendekan umur ejonomis
tanaman karet.
5.2 Saran
Praktikum ini telah selesai dilaksanakan, salah satu saran yang harus
diketahui oleh pembaca yaitu sebelum melaksanakan praktikum ada baiknya
untuk mencari referensi mengenai materi praktikum agar praktikum dapat berjalan
dengan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18