Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
oleh
Kelompok 6
oleh
Kelompok 6
Auliya Hidayati, S.Kep NIM 132311101001
Fikri Nur Latifatul Qolbi, S.Kep NIM 132311101011
Karina Diana Safitri, S.Kep NIM 132311101019
Nurwahidah, S.Kep NIM 132311101026
Rizky Bella Mulyaningsasi, S.Kep NIM 132311101043
Afriezal Kamil, S.Kep NIM 132311101054
Ike Andriani, S.Kep NIM 132311101057
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit infeksi kronik menular
yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995, TB paru menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok umur serta
penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi pernapasan
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Menurut data dari WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus
TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB
dengan HIV positif. Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian besar
terjadi pada laki-laki tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga
sangat tinggi. Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan
jumlah kematian karena TB mencapai 410.000 kasus. Sedangkan di Indonesia,
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyebab kematian ke-2 setelah penyakit
jantung dan pembuluh darah lainnya. Setiap tahun terdapat 583.000 kasus baru
TB paru di Indonesia (Dinas Kesehatan Jawa tengah, 2011). TB Paru di Desa
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember juga merupakan kasus
penyakit terbanyak.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial, seperti stigma masyarakat bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
pendidikan kesehatan Temukan TB dan Obati Sampai Sembuh (TOSS TB) pada
masyarakat di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan pendidikan kesehatan tentang TOSS TB di
Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
Keterangan:
1. Pemateri
2. Peserta
3. Fasilitator
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga – F.Kep Universitas Jember 2018
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Sasaran
a. Masyarakat, kader, tokoh masyarakat, dan perangkat desa diharapkan
dapat mengajarkan kepada masyarakat lainnya terkait TOSS TB.
b. Masyarakat, kader, tokoh masyarakat, dan perangkat desa diharapkan
mampu menindaklanjuti masyarakat yang memiliki tanda dan gejala TB
Paru ke Puskesmas.
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
a. Bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pada perawat dan bidan
desa di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti diharapkan lebih
meningkatkan upaya promotif dan preventif terkait TB Paru tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif.
b. Perawat atau bidan desa yang berada di Desa Kemuningsari Lor
Kecamatan Panti diharapkan dapat memberikan perhatian khusus pada
pasien TB Paru yang berada di Desa Kemuningsari Lor baik
pengobatan maupun perawatannya di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Lampiran
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Materi
Lampiran 5 : Leaaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi
BERITA ACARA
Pada hari Jumat tanggal 8 Juni 2018 pukul 14.00 – 15.10 WIB bertempat di
Mushollah Babus Salam Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten
Jember telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan Kesehatan TOSS TB (Temukan
TB dan Obati Sampai Sembuh). Kegiatan ini diikuti oleh 13 orang (daftar hadir
terlampir).
(…………………………)
Nama jelas
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga – F.Kep Universitas Jember 2018
DAFTAR HADIR
Topik : TOSS TB
Sasaran : Masyarakat Desa Kemuningsari Lor
Waktu : 14.00 s/d 15.10 WIB
Hari/Tanggal : Jumat, 8 Juni 2018
Tempat : Mushollah Babus Salam Desa Kemuningsari Lor
1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan TOSS TB, sasaran akan dapat
mengerti TB Paru, memahami TB Paru, menemukan kasus TB Paru, dan
mendukung pengobatan TB Paru.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan TOSS TB selama 70 menit sasaran
akan mampu:
a. Mengerti dan memahamiTB Paru
b. Mampu menemukan kasus TB Paru
c. Mampu mendukung pengobatan TB Paru
3. Pokok Bahasan
TOSS TB
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian TB paru
b. Penularan TB Paru
c. Tanda dan Gejala TB Paru
d. Pemeriksaan TB Paru
e. Pengobatan TB Paru
f. Pencegahan TB Paru
5. Waktu
1 x 70 menit
Keterangan:
1. Pemateri
2. Peserta
3. Fasilitator
9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi tentang TOSS TB, kemudian membuat media
pembelajaran yaitu PPT, Video, dan Leaflet.
10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Kegiatan Waktu
Kegiatan Pemateri
Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhatikan 20 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
d. Pre Test
Penyajian a. Menjelaskan tentang: Memperhatikan 30 menit
1. Pengertian TB Paru dan memberi
2. Penularan TB Paru tanggapan
3. Tanda dan Gejala TB Paru
4. Pemeriksaan TB Paru
5. Pengobatan TB Paru
6. Pencegahan TB Paru
b. Memberikan kesempatan untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
Penutup a. Post Test Memperhatikan 20 menit
b. Menyimpulkan materi yang telah diberikan dan
c. Mengevaluasi hasil pendidikan kesehatan menanggapi
d. Memberikan leaflet tentang TOSS TB
e. Salam penutup
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga – F.Kep Universitas Jember 2018
Lampiran 4: Materi
TB PARU
1. Definisi
Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit infeksi kronik
menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia
termasuk Indonesia. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
2. Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali
penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan
umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di
udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung, basil
tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap dan lembab dapat
bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara
dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi
tersebut di samping daya tahan tubuh pada individu tersebut. Selain itu, M.
tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan
luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
3. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga – F.Kep Universitas Jember 2018
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan semakin lama maka
akan semakin panjang serangannya.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain yaitu keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya dalam beberapa minggu hingga bulan, namun
gejala batuk, demam, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
4. Pemeriksaan dan PenatalaksanaanTB Paru
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
1) Menilai kembali apakah panduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan
cara pemberian.
2) Pemeriksaan uji kepekaan/test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
1) Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap
bulan.
2) Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat
3) Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih
sensitif.
c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat
sesuai rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA (+) secara mikroskopik atau
secara biakan)
1) Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2) Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi
3) Rontgen paru sebagai evaluasi.
4) Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam,
alkoholisme/steroid jangka lama)
5) Sesuatu obat dengan tes kepekaan/resistensi
6) Evaluasi ulang setiap bulannya: pengobatan, radiologis, bakteriologis.
5. Pencegahan TB Paru
a. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar matahari dan udara
segar
c. Menjemur alas tidur agar tidak lembab
d. Mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia di bawah 5 tahun untuk
menghindari TB berat (meningitis dan miler)
e. Olahraga teratur
f. Tidak merokok
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga – F.Kep Universitas Jember 2018
Lampiran 6: Dokumentasi