PENDAHULUAN
berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan gerakan berulang dan posisi yang
menetap pada jangka waktu yang lama yang dapat mempengaruhi saraf, suplay
tepatnya dibawah fleksor retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat kenaikan tekanan
dalam terowongan yang sempit yang dibatasi oleh tulang-tulang carpal serta
(Rambe, 2004).
Salah satu penyakit yang paling sering mengenai Nervus medianus adalah
menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari,
telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui
1
tangan. CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan
okupasi. Beberapa faktor diketahui menjadi risiko terhadap terjadinya CTS pada
pekerja, seperti gerakan berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot, getaran,
diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi
sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. National Health Interview
diantara populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). CTS lebih sering
tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun. Prevalensi
CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui.
Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58%
bilateral (3,4).
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan
2
melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono
pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada
pekerja sebesar 12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan
positip antara keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi N. Medianus
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari
– jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta
tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m.
flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis
Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
4
radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal
jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal.(6)
lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut
dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis
brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik
anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal
Tunnel Syndrome
5
Gambar 2.1 Struktur Anatomi N. Medianus
tepatnya di bawah tleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan
nama acroparesthesia , median thenar neuritis atau partial thenar atrophy Carpal
Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir
6
James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel
Syndrome spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada
taboo 1913. Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada
terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel
Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini
ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan
disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit
local.
Carpal Tunnel syndrome adalah salah satu gangguan saraf yang umum
mencari perhatian medis untuk carpal tunnel syndrome pada tahun 1988. Di
diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi
sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. Orang tua setengah baya
7
lebih mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih muda, dan wanita tiga kali
National Health Interview Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering
tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun. Prevalensi
CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui. Sindroma
tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58% bilateral (5).
kasus meningkat untuk setiap dekade usia 59 tahun, setelah itu, jumlah kasus di
setiap dekade menurun. Atroshi et al. mengamati serupa distribusi usia dengan
prevalensi tertinggi CTS pada pria dari 45-54 tahun dan wanita usia 55-64. Lunak
dan Rudolfer menemukan bahwa kasus CTS memiliki distribusi usia dengan
gerakan biomekanik berulang sesaat yang tinggi pada tangan pergelangan tangan
kanan 74,1%, dan pada tangan kiri 65,5%. Pekerja perempuan dengan CTS lebih
perbedaan antara peningkatan umur, pendidikan, masa kerja, jam kerja serta
8
Jagga et al meneliti bahwa pekerjaan yang beresiko tinggi mengalami
2. Pekerja perakitan
4. Pekerja Toko
6. Pekerja tekstil
7. Pengguna komputer.
Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial
bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di
paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka
kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia atau hipestesia dari “Carpal
meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut, jenis kelamin
perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk
9
kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif,
penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan
10
ligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
hipotiroidi, kehamilan.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
syndrome.
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer adalah
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
11
ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan konduksi
saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al menunjukkan
dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum karpal
tekanan di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai
darah dari saraf dan tekanan darah sistolik . Kiernan dkk menemukan bahwa
konduksi melambat pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel. Lundborg et
al mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut
12
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis
epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan
13
berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT. IMT yang rendah merupakan
kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja dengan
IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan
menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat badan. Setiap
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
jari-jari (14).
Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome: akut dan
kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan
tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari
disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai
gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan
perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal tunnel syndrome (6).
adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga
14
sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
Gejala awal biasanya berupa parestesia yang terjadi dalam distribusi saraf
medianus tangan, tiap malam pasien terbangun pada jam-jam awal dengan rasa nyeri yang
panas membakar,perasaan geli, dan mati rasa (Bahrudin, 2011). Gejala-gejala carpal
1. Sakit tangan dan mati rasa, terutama pada waktu malam hari
2. Nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk dan jari
tengah.
15
3. Waktu pagi atau siang hari perasaan pembengkakan terasa ketika menggerakkan tangan
dengan cepat.
4. Rasa sakit menjalar ke atas hingga lengan atas sampai dengan pundak.
5. Terkadang tangan terasa lemas dan hilang keseimbangan terutama di pagi hari.
Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar
(oppones pollicis dan abductor pollicis brevis). dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
1) Pemeriksaan fisik
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk
16
Gambar 2.2 Phalen’s Test
tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
17
d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan
jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita idak dapat
diagnose
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
18
Bila ada akan mendukung diagnose CTS. Dari pemeriksaan provokasi diatas
Phalen test dan Tinel test adalah test yang patognomonis untuk CTS (5).
19
Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik pada Carpal Tunnel Syndrome
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal
pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS
bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik (12).
3) Pemeriksaan Radiologi
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan
untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel proksimal yang
sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome. (15, 18, 19).
20
4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap (15)
H. Diagnosis Banding
21
sensorik sesuai dermatomnya.
otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan
pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan
yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan
tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot
abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.
durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit
penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti
yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama
pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi
dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan
kompresi. (6,12).
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu (17):
22
1 Terapi langsung terhadap CTS
a) Terapi konservatif
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
4 Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan
dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan
membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-
latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
23
Gambar 2.4 Nerve Gliding
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan
24
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan
rasa nyeri.
b) Terapi operatif
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau
adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan
ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf.
Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun tenosinovitis
25
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di
mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
26
J. Prognosis Carpal Tunnel Syndrome
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik.
Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus
dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kembali
27
BAB III
PENUTUP
tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal
Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa.
Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan
disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit
lokal (8).
baik fisik maupun penunjang. Pemeriksaan fisik yang patognomonis yaitu Phalen
test dan Tinnel test. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel
2001,101-117.
Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS. 2001.
29
11. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat.
2009.
Publishing. 2007.
13. Bachrodin, Moch. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7
No. 14.
14. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
2004.
Thieme.2006.
17. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol.
18. Wilkinson, Maureen. Ultrasound of the Carpal Tunnel and Median Nerve: A
17, No. 6.
30