Anda di halaman 1dari 6

A.

DASAR PEMIKIRAN

Indonesia merupakan negara yang sangat indah. Semua itu dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia sebagai obyek wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan.
Wisatawan yang datang berkunjung merupakan sumber devisa negara yang dapat meningkatkan
pendapatan negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.
Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan
adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi
dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita
dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya
antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of
life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial.
Menurut Hidayat (2000: 79), berlakunya Undang-undang yang berkaitan dengan
Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
menjanjikan sebuah harapan dan tantangan bagi pemerintah daerah. Dikatakan demikian karena
dengan adanya kedua undang-undang itu, maka akan terjadi perluasan wewenang pemerintah
daerah. Secara teoritis, perluasan wewenang dapat menciptakan local accountability, yakni
meningkatnya kemampuan keuangan daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakatnya.
Akan tetapi di lain pihak daerah otonom harus mampu untuk menggali sumber-sumber
keuangan sendiri. Kondisi yang demikian harus diikuti dengan kemampuan untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) sektor Pariwisata
dalam PAD adalah sebagai salah satu sektor yang sangat potensial yang dapat memberikan
alternatif lain sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah, dengan potensi ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan yang besar untuk menciptakan peluang dan kesempatan kerja
baru dalam kegiatan ekonomi.
Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan (leading sector) di samping industri
kecil dan agroindustri, merupakan suatu instrumen untuk menghasilkan devisa dan sekaligus
diharapkan akan memperluas dan meratakan kesempatan berusaha, lapangan kerja serta
memupuk rasa cinta tanah air. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan pariwisata.
Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang pelaksanaannya melibatkan tiga stakeholder kunci yakni pemerintah, swasta dan
masyarakat. Pengembangan sektor ini dilaksanakan secara lintas sektoral yang melibatkan
banyak institusi baik tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional.
Dua pakar pariwisata berkebangsaan Swiss, Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (1988)
memberikan definisi tentang pengertian pariwisata sebagai berikut: “Tourism is the sum of the
phenomena and relationships arising from the travel and stay of non-residents, in so far they do
not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity” (lihat
Kodhyat, 1996: 76) (Pariwisata adalah keseluruhan (gejala) dan hubungan-hubungan yang
ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud
bukan untuk tinggal menetap (di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah).
Berangkat dari pengertian tersebut maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan
wisata dapat dirumuskan sebagai berikut; “….Perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh
manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal
menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
dengan mendapatkan “upah“.
Dari pengertian pariwisata di atas, dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan
kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka
seseorang akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya
menginap, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya. Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan
sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata.
Menurut Yoeti (1999: 57-58) kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan, akan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Berkaitan dengan itulah, maka kunjungan wisatawan
mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka
akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa industri
pariwisata seperti hotel/losmen melati, rumah makan, sarana angkutan/travel biro dan jenis
hiburan lainnya. Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan
meningkatkan juga bidang-bidang lainnya.
Menurut Spillane (1994: 14) secara luas pariwisata dapat dilihat sebagai kegiatan
mengembangkan potensi obyek dan daya wisata serta kawasan-kawasan wisata potensial secara
berkelanjutan (sustainable tourism development) dan kegiatan yang mempunyai multidimensi
dari rangkaian proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial
budaya, ekonomi dan politik. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan meratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan
serta mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia.
Menurut Purwowibowo (1998: 4), kepariwisataan memiliki arti yang sangat luas, bukan
hanya sekedar bepergian dan berwisata saja, tetapi berkaitan pula dengan obyek dan daya tarik
wisata yang dikunjungi, sarana transportasi yang digunakan, pelayanan, akomodasi, restoran dan
rumah makan, hiburan, interaksi sosial antara wisatawan dengan penduduk setempat serta usaha
pariwisata. Karena itu pariwisata dapat dilihat sebagai suatu lembaga dengan banyak sekali
interaksi, kebudayaan dengan sejarahnya, kumpulan pengetahuan, dan jutaan orang yang merasa
dirinya sebagai bagian dari kelembagaan ini, sehingga pariwisata sebagai konsep dapat
dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda.
Sejalan dengan semangat Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, salah satu pasal dalam Peraturan
Pemerintah tersebut mengatur kewenangan daerah otonom dalam bidang budaya dan pariwisata.
Di dalam pasal tersebut ditentukan bahwa daerah otonom dapat melakukan promosi dalam
rangka meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan ke daerahnya masing-masing. Untuk
melakukan promosi diperlukan adanya upaya pemahaman mendalam mengenai pasar yang
kemudian menjadi dasar dalam penyusunan strategi dan program promosi.
Promosi yang dikaitkan dengan industri dan obyek wisata, dalam bahasa Inggris disebut
dengan berbagai istilah, tergantung pada jenis kegiatan promosi dan pameran yang
diselenggarakan seperti : exhibition, expo atau exposition, industrial show, trade fair, trade
show, professional/scientific exhibition. Pakar pameran seperti Halen Tongren dan James P.
Thompson (1999) mendefinisikan salah satunya ialah pameran (exhibition), dalam pengertian
umum adalah merupakan salah satu cara menyebarkan informasi, perkenalan sekaligus
pemasaran suatu produk baik dalam bentuk gagasan maupun barang (lihat Yoeti, 1997 : 60).
Pameran dapat dibedakan antara pameran dagang dan pameran pembangunan. Dalam
pelaksanaannya pameran ini dapat berbentuk pameran setempat, pameran nasional, pameran
regional, dan pameran internasional. Selanjutnya memperhatikan sifat suatu pameran maka dapat
dikategorikan dalam jenis pameran umum dan pameran khusus.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang menjadi gerbang perekonomian
Indonesia timur. Provinsi Sulawesi Selatan banyak menyimpan potensi yang dapat dijadikan
sebagai peluang usaha. Untuk itu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memberikan dukungan
penuh untuk perusahaan yang ingin melakukan investasi di segala bidang usaha, baik di bidang
perkebunan, perikanan, pertanian dan kepariwisataan. Khusus untuk bidang kepariwisataan
Provinsi Sulawesi Selatan banyak mempunyai obyek wisata yang mempunyai potensi dan daya
tarik yang masih belum dikelola secara optimal tetapi mempunyai prospek pasar skala nasional
dan internasional. Oleh karena itulah, provinsi ini giat mengembangkan potensi wilayahnya
untuk tujuan wisata dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung.
Potensi wisata yang dimiliki Provinsi Sulawesi Selatan terbentuk dari kondisi geografis,
sejarah dan budaya yang dimilikinya. Potensi wisata yang berasal dari kondisi geografis meliputi
obyek laut/bahari. Potensi wisata yang berasal dari sejarah meliputi obyek wisata peninggalan-
peninggalan sejarah. Potensi wisata yang berasal dari budaya meliputi keunikan masyarakatnya
yang khas dengan segala kebudayaannya.
Potensi wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan sangat besar. Perda nomor 2 Tahun
2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) menetapkan
bahwa Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Provinsi Sulawesi Selatan terbagi kedalam tiga
kawasan yaitu DPD kawasan selatan, tengah dan utara. Untuk lebih memperjelas mengenai
potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, maka beberapa
obyek wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan ditabulasikan dalam tabel berikut.
Tabel 1.1
Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata
Provinsi Sulawesi Selatan
No Nama Objek Bentuk Daya Tarik/Atraksi
1. Kampung Lolai (Negeri Pemandangan alam dan tempat perkemahan
Diatas Awan)
2. Wisata Alam Malino Pemandangan alam, tempat berkemah, pusat
aktivitas kegiatan Pramuka
3. Kawasan Adat Ammatoa Wisata kebudayaan, merupakan tempat yang
memiliki adat dan keunikan yang paling
fenomenal di Provinsi Sulawesi Selatan
4. Tanjung Bira Pemandangan alam,panorama alam pasir
putih dan olahraga pantai
5. Kawasan Karst Rammang Panorama alam tebing sekaligus wisata
- Rammang sejarah
6. Taman Nasional Permandian, pemandangan alam dan ritus
Bantimurung sejarah, pusat kerajaan kupu-kupu yang
terdiri dari ratusan spesies
7. Pulau Samalona Panorama alam pasir putih, keindahan wisata
alam bawah laut, olahraga pantai
8. Wisata desa Ke’te Kesu’ Wisata sejarah dan kebudayaan terdiri dari
keunikan adat istiadat dan merupakan
peninggalan purbakala berusia ratusan tahun
Sementara itu untuk jumlah wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang masuk
di Provinsi Sulawesi Selatan antara tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut :

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik


Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2011-2015

2015
Tahun
Wisatawan
2011-2015
Mancanegara Nusantara Jumlah
2011 51749 4471632 4523381
2012 64601 4871966 4936567
2013 106584 5385809 5492393
2014 151763 5920528 6072291
2015 191773 7128826 7320599
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan jumlah wiasatawan dari tahun ke tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan. Meskipun kenaikan peningkatan
wisatawan belum signifikan akan tetapi hal ini harus tetap di apresiasi dan direspon oleh
pemerintah untuk segera membuat program promosi pariwisata yang efektif guna memperoleh
hasil peningkatan yang signifikan. Sebab sektor pariwisata Sulawesi Selatan dinilai masih sangat
lemah dari sisi promosi dan inovasi dalam menarik angka kunjungan wisatawan ke daerah
tersebut.
Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Partia Artha Makassar Bastian Lubis, otoritas
pariwisata Sulawesi Selatan juga relatif lemah dalam melakukan konsolidasi maupun koordinasi
dengan stakholder untuk kemudian mendorong angka kunjungan. Berdasarkan data Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulsel, anggaran belanja Dinas Pariwisata
pada 2018 ini mencapai Rp30,30 miliar, tetapi hingga Desember 2018 hanya mampu
mencatatkan realisasi anggaran Rp12,78 miliar. Hal ini disebabkan oleh program pemerintah
daerah yang masih berkutat pada infrastruktur dan belum terfokus pada sektor pariwisata yang
merupakan sektor yang sangat potensial dalam meningkatkan PAD. Apalagi Sulsel telah
memiliki perencanaan perihal pengembangan pariwisata yang sisa menunggu sinergitas seluruh
pihak yang terkait termasuk keterlibatan masyarakat atau lembaga dalam program promosi
wisata.
Berdasarkan paparan data diatas maka kami dari PT. Insan Cita Inspirasi Bermaksud
untuk menawarkan program peningkatan potensi pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan dalam
format Diklat Vokasional yang berfungsi sebagai pembentukan karakter dan kesadaran
pariwisata dalam kerangka pengembangan potensi pariwisata Sulawesi Selatan.
B. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama “DIKLAT Vokasional Pengembangan Pariwisata di Provinsi


Sulawesi Selatan”

C. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 05-7 Februari 2020 dan bertempat di Hotel
Lamacca Kota Makassar.

D. TEMA KEGIATAN

Kegiatan ini bertemakan “Mewujudkan Sulawesi Selatan Sebagai Surga Panorama


Indonesia Timur”

E. MANFAAT KEGIATAN

Manfaat kegiatan ini adala sebagai berikut :

1. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang sikap kerja yang diperlukan seperti
kecermatan dan ketepatan, Etika, Disiplin, Teliti, Akurat, Inisiatif, Mandiri dalam
kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Tersedianya SDM yang unggul dan kompetitif dalam pengelolaan industri pariwisata
di Provinsi Sulawesi Selatan.

F. BENTUK KEGIATAN

Kegiatan ini berbentuk Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan dalam format tiga
hari berturut-turut dengan menghadirkan narasumber yang berkompetensi dan berpengalaman
dalam industri kepariwisataan.

G. TARGET PESERTA

Diklat Vokasional ini dirancang untuk sebanyak 30 – 50 jumlah peserta dan


diperuntukkan bagi berbagai kalangan yaitu :

Peserta Instansi & Umum :

1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD);


2. Organisasi/ Asosiasi Swasta;
3. Perusahaan/BUMN/BUMD;
4. Hotel/Restoran;
5. Event Organizer;
6. Masyarakat/Umum;
Peserta Lembaga Pendidikan :

1. Lembaga Pendidikan Tinggi/Perguruan Tinggi/Akademis;


2. Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah SMK/SMA;
3. Dosen/Guru/Pengajar;
4. Mahasiswa;

H. ORGANISASI KERJA

I. ANGGARAN KEGIATAN

Besarnya anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah . Dengan perincian
selengkapnya terlampir.

J. SUMBER DANA

Dana kegiatan ini bersumber dari dana bantuan Kementrian

K. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat sebagai kerangka acuan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Vokasional Pengembangan Pariwisata di Provinsi Sulawesi
Selatan dan juga sebagai bahan pertimbangan, semoga atas pelaksanaan kegiatan ini mendapat
hidayah dan taufiq dari Allah SWT.

Wassalamualaikum, Wr, Wb.

Makassar, 25 Januari 2020

Panitia Pelaksana,
Diklat Vokasional Pengembangan Pariwisata
Provinsi Sulawesi Selatan

Ahmad Fauzan Facrizal Irfan


Ketua.- Sekretaris,-
Pimpinan,
PT. Insan Cita Inspirasi

IRZAN
Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai