Anda di halaman 1dari 18

Makalah perilaku tercela (israf, tabzir, gibah dan fitnah)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbuatan tercela adalah perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Siapa yang melakukan

perbuatan tercela berarti mereka telah menganiaya diri mereka sendiri. Manusia perlu

memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu kehidupan manusia

mengalami banyak perubahan. Kemajuan peradaban menimbulkan pergeseran banyak perilaku

yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.

Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan

rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras

kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu

dan sebagainya.

Maka dari itu makalah ini kami susun dengan harapan setiap pembaca menyadari sikap

mereka masing-masing, mengetahui dampak dari setiap perilakunya sehingga dapat merubah diri

mereka menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perilaku tercela?

2. Apa saja perilaku yang tergolong ke dalam perilaku tercela?

3. Bagaimana cara menghindari perilaku tercela?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perilaku tercela

2. Untuk mengetahui perilaku yang tergolong ke dalam perilaku tercela

3. Untuk mengetahui cara menghindari perilaku tercela


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Tercela

Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah.

B. Macam-macam perilaku tercela

1. Israf

a) Pengertian Israf

Israf berasal dari bahasa arab yang artinya melampaui batas. Orang yang berbuat isrof

disebut musrif. Bentuk jamaknya adalah musrifin atau musrifun. Yang dimaksud dengan israf di

sini ialah mempergunakan sesuatu yang melewati batas-batas yang patut menurut ajaran Allah

SWT Israf termasuk perbuatan tercela, yang mendatangkan kerugian dan tidak disenangi oleh

Allah.

b) Dalil perilaku Israf

1) AL-AN’AM ayat 141

Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima

yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang

bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di had memetik hasilnya

(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

2) AL-A’RAF ayat 31
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A’raf : 31)

c) Contoh Perbuatan Israf

1) Berlebihan dalam Makan dan minum

Makan dan minnum adalah kebutuhan dan naluri manusia sebagai makhluk biologis,

dengan makan dan minum yang seimbang (halalah toyiban) kita mendapat asupan energi baru

untuk meningkatkan kualitas hidup dan beraktifitas serta menjalankan rutinitas kodratnya

sebagai makhluk Allah. Allah swt menciptakan alam semesta ini dengan desain yang sangat

sempurna semuanya diperuntukkan bagi kebutuhan hidup manusia dalam menjalankan tugasnya

sebagai hamba Allah. Alam akan selalu menyediakan kebutuhan makan dan minum manusia asal

manusia tidak berbuat aniaya (zalim) dengan cara melampaui batas.

Islam mensyaratkan 2 hal kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan makan dan

minumnya, yaitu :

1) Halalan, maksudnya makanan tersebut harus sesuai dengan rekomendasi syara’

2) Toyiban, maksudnya makanan tersebut memenuhi standar kebutuhan gizi yang seimbang bagi

kehidupan biologis manusia, bukan sekedar memenuhi nafsu dan tidak mengeksploitasi alam

secara membabi buta Seseorang dianggap berlebihan dalam makan dan minum apabila

melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan melampaui batas makanan dan minuman yang

dihalalkan serta didapat dengan cara yang tidak diridloi oleh Allah. Berlebihan dalam makan dan

minum termasuk perilaku tercela dan dapat mendatangkan kerugian pada pelakunya dan orang

lain. Kerugian itu misalnya, malas bekerja, malas belajar, terjangkit suatu penyakit dan mudah
membuang-buang waktu serta dapat merusak sumber-sumber bahan makanan dan alam yang

merugikan orang lain.

2) Berlebihan dalam berpakaian

Apabila melampaui batas-batas yang dihalalkan syara'. Misalnya berpakaian serba mewah

tatkala berkumpul dengan orang-orang miskin sehingga menimbulkan rasa sombong bagi

pemakainya dan menimbulkan rasa iri bagi yang memandangnya, berpakaian melampaui batas

kewajaran dan kesopanan dengan membuka aurat atau mempertontonkan keindahan tubuh bagi

wanita, pergi ke masjid dengan pakaian warna-warni dan bergambar yang indah sehingga orang

tidak khusyu beribadah ketika memandangnya. Namun ketika memakai pakaian yang bagus ke

masjid bahkan dianjurkan namun tetap tidak berlebihan seperti pada ayat Al-A'raf 31. 2.

Membelanjakan harta Israf dalam

3) Membelanjakan harta

maksudnya sikap menghambur-hamburkan harta benda (boros) untuk hal-hal yang tidak

diridhai Allah dan tidak bermanfaat serta membelanjakan melebihi kebutuhan dan

penghasilannya atau berfoya-foya dalam hidup. Israf dalam membelanjakan harta seperti itu

dilarang karena akan mendatangkan kerugian.

2. Tabzir
a) Pengertian Tabzir

Yang dimaksud dengan tabzir ialah menggunakan/ membelanjakan harta kepada hal yang

tidak perlu, atau disebut juga boros. Allah SWT. menganggap orang tersebut sebagai temannya

syetan.

b) Dalil

1) QS Al Isra’ : 26-27
Artinya:” Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang

miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan

dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ : 26-27)

2) QS Al Furqan :67

artinya : dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,

dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS

Al Furqan :67)

c) Cara menjauhi sifat tabzir

1) Hemat dan tepat dalam menggunakan harta (efektif dan efisien)

2) Menabung untuk masa depan.

3) Bersedekah dan menunaikan zakat bila sudah sampai nisabnya.

4) Memberikan bantuan kepada musafir (orang yang dalam perjalanan) untuk tujuan yang diridai

Allah, yaitu berupa bantuan dan pertolongan agar tujuannya tercapai.

5) Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, bersikap sopan, dan membantu

meringankan penderitaan kaum duafa.

6) Mengadakan kegiatan amal saleh seperti membiayai anak asuh, lanjut usia, dan prasejahtera.

d) Hikmah menjauhi sifat tabzir

1) Terhindar dari sifat-sifat buruk,seperti rakus, iri hati, kikir, dan sombong.

2) Bersikap konomis dan membiasakan diri menabung demi kepentingan yang lebih besar dan

bermanfaat di masa depan.

3) Terhindar dari kemiskinan karena pola hidup sederhana dapat menghindari kekurangan dan

terbiasa merasa cukup sehingga bisa berbagi dengan orang lain atau kaum duafa.
4) Disukai banyak orang karena ia tidak akan menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain

dengan gaya dan sikap hidupnya.

3. Gibah

a) Pengertian gibah

Pengertian ghibah adalah mengumpat atau menggunjing. Yakni, suatu perbuatan atau

tindakan yang membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain.

b) Dalil

1) QS. Al Hujurat : 12

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan

daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ”

2) QS Al-Qalam: 10 – 11

Artinya : Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,

Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS Al-Qalam ; 10 – 11)

c) Cara menjauhi sifat tabzir

1) Menyelenggarakan kegiatan sosil agar terhindar dri permusuhan.

2) Memupuk kerjasama atas dasar kebajikan dan taqwa sehingga dapat tercipta ketahanan sosial.

3) Memelihara hubungan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan sesame umat dan bangsa.

4. Fitnah

a) Pengertian Fitnah
Fitnah Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan

suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak

melakukan perbuatan yang dituduhkan.

b) Dalil

1) QS Al Baqarah : 190-193

Artinya : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka

dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari

pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka

memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah

mereka. Demikianlah Balasan bagi orang-orang kafir.Kemudian jika mereka berhenti (dari

memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan

perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-

mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan

(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

c) Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fitnah

1) Penyakit hati seperti syirik, angkuh, dengki, dan kikir.

2) Ucapan yang salah atau menyimpang dari yang sebenarnya.

3) Kebodohan, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw

d) Cara menjauhi sifat fitnah

1) Gemar untuk mengadakan aksi sosial (beramal saleh) secara terus-menerus.

2) Jangan kikir (pelit), artinya harus memiliki hati pemurah (dermawan) dengan merealisasikannya

dengan memberi sedekah kepada fakir miskin, yatim piatu, dan lain-lain.
3) Memupuk silaturahmi atau membina persaudaraan. Ikut aktif melaksanakan amar makruf nahi

munkar, yaitu mengjak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

4) Amanah (terpercaya), artinya segala perkataan dan prbuatannya sangat dipercaya mengandung

kebenran, tidak berbohong dan memegang teguh amanah yang dipercayakan kepadanya.

C. Cara Menghindari Perilaku Tercela


BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Perilaku tercela bisa terdapat pada diri siapapun sehingga sangat dibutuhkan iman dan
taqwa yang kuat untuk bisa menghindarinya

B. SARAN
1. Sebaiknya jangan selalu mengikuti peradaban modern sekarang yang akan membuatmu lebih
cenderung kepada trend didunia daripada mengikuti perintah-Nya
2. Tingkatkan keimanan kepada-Nya sehingga syetan sulit untuk membisikkan sesuatu yang
negative pada dirimu
3. Sering-seringlah berbuat amal kebaikan disamping menambah pahala juga untuk mendapat
RidhaNya
4. Bersosialisasilah dengan baik dengan tetangga, kerabat, keluarga, teman serta orang-orang yang
ada disekitarmu aga terhindar dari fitnah dan gibah.

Makalah perilaku tercela (israf, tabzir, gibah dan fitnah)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbuatan tercela adalah perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Siapa yang melakukan

perbuatan tercela berarti mereka telah menganiaya diri mereka sendiri. Manusia perlu

memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu kehidupan manusia

mengalami banyak perubahan. Kemajuan peradaban menimbulkan pergeseran banyak perilaku

yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.

Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan

rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras

kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu

dan sebagainya.
Maka dari itu makalah ini kami susun dengan harapan setiap pembaca menyadari sikap

mereka masing-masing, mengetahui dampak dari setiap perilakunya sehingga dapat merubah diri

mereka menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perilaku tercela?

2. Apa saja perilaku yang tergolong ke dalam perilaku tercela?

3. Bagaimana cara menghindari perilaku tercela?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perilaku tercela

2. Untuk mengetahui perilaku yang tergolong ke dalam perilaku tercela

3. Untuk mengetahui cara menghindari perilaku tercela


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Tercela

Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah.

B. Macam-macam perilaku tercela

1. Israf

a) Pengertian Israf

Israf berasal dari bahasa arab yang artinya melampaui batas. Orang yang berbuat isrof

disebut musrif. Bentuk jamaknya adalah musrifin atau musrifun. Yang dimaksud dengan israf di

sini ialah mempergunakan sesuatu yang melewati batas-batas yang patut menurut ajaran Allah

SWT Israf termasuk perbuatan tercela, yang mendatangkan kerugian dan tidak disenangi oleh

Allah.

b) Dalil perilaku Israf

1) AL-AN’AM ayat 141

Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima

yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang

bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di had memetik hasilnya

(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

2) AL-A’RAF ayat 31
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A’raf : 31)

c) Contoh Perbuatan Israf

1) Berlebihan dalam Makan dan minum

Makan dan minnum adalah kebutuhan dan naluri manusia sebagai makhluk biologis,

dengan makan dan minum yang seimbang (halalah toyiban) kita mendapat asupan energi baru

untuk meningkatkan kualitas hidup dan beraktifitas serta menjalankan rutinitas kodratnya

sebagai makhluk Allah. Allah swt menciptakan alam semesta ini dengan desain yang sangat

sempurna semuanya diperuntukkan bagi kebutuhan hidup manusia dalam menjalankan tugasnya

sebagai hamba Allah. Alam akan selalu menyediakan kebutuhan makan dan minum manusia asal

manusia tidak berbuat aniaya (zalim) dengan cara melampaui batas.

Islam mensyaratkan 2 hal kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan makan dan

minumnya, yaitu :

1) Halalan, maksudnya makanan tersebut harus sesuai dengan rekomendasi syara’

2) Toyiban, maksudnya makanan tersebut memenuhi standar kebutuhan gizi yang seimbang bagi

kehidupan biologis manusia, bukan sekedar memenuhi nafsu dan tidak mengeksploitasi alam

secara membabi buta Seseorang dianggap berlebihan dalam makan dan minum apabila

melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan melampaui batas makanan dan minuman yang

dihalalkan serta didapat dengan cara yang tidak diridloi oleh Allah. Berlebihan dalam makan dan

minum termasuk perilaku tercela dan dapat mendatangkan kerugian pada pelakunya dan orang

lain. Kerugian itu misalnya, malas bekerja, malas belajar, terjangkit suatu penyakit dan mudah
membuang-buang waktu serta dapat merusak sumber-sumber bahan makanan dan alam yang

merugikan orang lain.

2) Berlebihan dalam berpakaian

Apabila melampaui batas-batas yang dihalalkan syara'. Misalnya berpakaian serba mewah

tatkala berkumpul dengan orang-orang miskin sehingga menimbulkan rasa sombong bagi

pemakainya dan menimbulkan rasa iri bagi yang memandangnya, berpakaian melampaui batas

kewajaran dan kesopanan dengan membuka aurat atau mempertontonkan keindahan tubuh bagi

wanita, pergi ke masjid dengan pakaian warna-warni dan bergambar yang indah sehingga orang

tidak khusyu beribadah ketika memandangnya. Namun ketika memakai pakaian yang bagus ke

masjid bahkan dianjurkan namun tetap tidak berlebihan seperti pada ayat Al-A'raf 31. 2.

Membelanjakan harta Israf dalam

3) Membelanjakan harta

maksudnya sikap menghambur-hamburkan harta benda (boros) untuk hal-hal yang tidak

diridhai Allah dan tidak bermanfaat serta membelanjakan melebihi kebutuhan dan

penghasilannya atau berfoya-foya dalam hidup. Israf dalam membelanjakan harta seperti itu

dilarang karena akan mendatangkan kerugian.

2. Tabzir
a) Pengertian Tabzir

Yang dimaksud dengan tabzir ialah menggunakan/ membelanjakan harta kepada hal yang

tidak perlu, atau disebut juga boros. Allah SWT. menganggap orang tersebut sebagai temannya

syetan.

b) Dalil

1) QS Al Isra’ : 26-27
Artinya:” Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang

miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan

dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ : 26-27)

2) QS Al Furqan :67

artinya : dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,

dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS

Al Furqan :67)

c) Cara menjauhi sifat tabzir

1) Hemat dan tepat dalam menggunakan harta (efektif dan efisien)

2) Menabung untuk masa depan.

3) Bersedekah dan menunaikan zakat bila sudah sampai nisabnya.

4) Memberikan bantuan kepada musafir (orang yang dalam perjalanan) untuk tujuan yang diridai

Allah, yaitu berupa bantuan dan pertolongan agar tujuannya tercapai.

5) Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, bersikap sopan, dan membantu

meringankan penderitaan kaum duafa.

6) Mengadakan kegiatan amal saleh seperti membiayai anak asuh, lanjut usia, dan prasejahtera.

d) Hikmah menjauhi sifat tabzir

1) Terhindar dari sifat-sifat buruk,seperti rakus, iri hati, kikir, dan sombong.

2) Bersikap konomis dan membiasakan diri menabung demi kepentingan yang lebih besar dan

bermanfaat di masa depan.

3) Terhindar dari kemiskinan karena pola hidup sederhana dapat menghindari kekurangan dan

terbiasa merasa cukup sehingga bisa berbagi dengan orang lain atau kaum duafa.
4) Disukai banyak orang karena ia tidak akan menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain

dengan gaya dan sikap hidupnya.

3. Gibah

a) Pengertian gibah

Pengertian ghibah adalah mengumpat atau menggunjing. Yakni, suatu perbuatan atau

tindakan yang membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain.

b) Dalil

1) QS. Al Hujurat : 12

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan

daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ”

2) QS Al-Qalam: 10 – 11

Artinya : Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,

Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS Al-Qalam ; 10 – 11)

c) Cara menjauhi sifat tabzir

1) Menyelenggarakan kegiatan sosil agar terhindar dri permusuhan.

2) Memupuk kerjasama atas dasar kebajikan dan taqwa sehingga dapat tercipta ketahanan sosial.

3) Memelihara hubungan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan sesame umat dan bangsa.

4. Fitnah

a) Pengertian Fitnah
Fitnah Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan

suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak

melakukan perbuatan yang dituduhkan.

b) Dalil

1) QS Al Baqarah : 190-193

Artinya : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka

dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari

pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka

memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah

mereka. Demikianlah Balasan bagi orang-orang kafir.Kemudian jika mereka berhenti (dari

memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan

perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-

mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan

(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

c) Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fitnah

1) Penyakit hati seperti syirik, angkuh, dengki, dan kikir.

2) Ucapan yang salah atau menyimpang dari yang sebenarnya.

3) Kebodohan, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw

d) Cara menjauhi sifat fitnah

1) Gemar untuk mengadakan aksi sosial (beramal saleh) secara terus-menerus.

2) Jangan kikir (pelit), artinya harus memiliki hati pemurah (dermawan) dengan merealisasikannya

dengan memberi sedekah kepada fakir miskin, yatim piatu, dan lain-lain.
3) Memupuk silaturahmi atau membina persaudaraan. Ikut aktif melaksanakan amar makruf nahi

munkar, yaitu mengjak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

4) Amanah (terpercaya), artinya segala perkataan dan prbuatannya sangat dipercaya mengandung

kebenran, tidak berbohong dan memegang teguh amanah yang dipercayakan kepadanya.

C. Cara Menghindari Perilaku Tercela


BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Perilaku tercela bisa terdapat pada diri siapapun sehingga sangat dibutuhkan iman dan
taqwa yang kuat untuk bisa menghindarinya

B. SARAN
1. Sebaiknya jangan selalu mengikuti peradaban modern sekarang yang akan membuatmu lebih
cenderung kepada trend didunia daripada mengikuti perintah-Nya
2. Tingkatkan keimanan kepada-Nya sehingga syetan sulit untuk membisikkan sesuatu yang
negative pada dirimu
3. Sering-seringlah berbuat amal kebaikan disamping menambah pahala juga untuk mendapat
RidhaNya
4. Bersosialisasilah dengan baik dengan tetangga, kerabat, keluarga, teman serta orang-orang yang
ada disekitarmu aga terhindar dari fitnah dan gibah.

Anda mungkin juga menyukai