Anda di halaman 1dari 17

Volume 9 Nomor 2, April 2018, p.

084-100
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php

Analisis Yuridis Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun


2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

L. Heru Sujamawardi
Binmas Polres Mataram
herru_stmikbg@yahoo.co.id

Submitted: 2017-12-05; Reviewed: 2018-03-12; Accepted: 2018-04-30

Abstract - This article is examining the implementation of Article 27 (1), Law Number 19 of
2016 on Amandement of Law Number 11 of 2008 on Electronic Information and Transaction
and criminal liability of the offender according to article 27 (1). This article is normative legal
research by using statute, analytical and case approach. The result show that the
implementasion of this article in Police Resort of Mataram mostly based on wheter the crime
fulfiled the elements on article 27 (1) and not based on the information from investigation and
the evidences. The result also show that criminal liability of the offender can be given not only
to the offender as a person but also offender as a corporation.

Keywords: Article 27 (1) of Law Number 19 of 2016; criminal liability; police resort of
Mataram.

PENDAHULUAN Internet adalah kependekan dari


Hukum akan selalu berkembang seiring interconnection-networking yaitu seluruh
dengan perkembanggan masyarakat, jaringan komputer yang saling terhubung
seiring dengan itu permasalahannya, juga menggunakan standar sistem global
akan ikut berkembang sesuai dengan Transmission Control Protocol/Internet
perkembangan yang terjadi di masyarakat, Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol
karena itu salah satu sifatnya yang dinamis. pertukaran paket (packet switching
Kemajuan Teknologi Informasi dan communication protocol) untuk melayani
Komunikasi (TIK) dan pemanfaatannya miliaran pengguna di seluruh dunia.
dalam berbagai bidang kehidupan Rangkaian internet yang terbesar
menandai sebuah perubahan peradaban dinamakan Internet. Cara menghubungkan
manusia menuju masyarakat informasi. rangkaian dengan kaidah ini dinamakan
Pemanfaatan Internet tidak hanya internetworking (antar jaringan").
membawa dampak positif, tetapi juga Melalui internet jutaan orang dapat
dampak negatif bagi kehidupan manusia. saling berkomunikasi secara sistematis

84
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

dalam dunia maya, sehingga saat ini dunia satu bentuk tindak pidana yang terjadi di
maya tidak hanya sebatas menghadirkan dalam masyarakat adalah tindak pidana
informasi, hiburan, dan pendidikan, tetapi kesusilaan di bidang Informasi dan
sanggup memenuhi sejumlah kebutuhan Transaksi Elektronik.
manusia seperti pertemanan, penghargaan Perkembangan ilmu pengetahuan dan
dan sebagai fasilitas lain untuk teknologi ternyata telah membawa dampak
berkomunikasi. Perkembangan teknologi dalam perkembangan hukum termasuk
informasi dan komunikasi yang demikian hukum pidana, khususnya tentang masalah
pesat telah pula menyebabkan hubungan perbuatan (tindak pidana), dalam
dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan kehidupan dunia modern saat ini tidak
menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dapat terlepas dan bahkan seringkali
dan budaya secara signifikan berlangsung bergantung pada kemajuan teknologi
demikian cepat. Menurut pendapat tokoh canggih/maju (“hitech” atau “advanced
sosiologi yaitu: 1 technology”), khususnya di bidang
“Perkembangan masyarakat yang informasi dan elektronik melalui jaringan
begitu pesat dan meningkatnya internasional (internet). Kemajuan di
kriminalitas, di dalam kehidupan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
bermasyarakat, berdampak kepada
senantiasa diikuti dengan adanya akibat
suatu kecenderuangan dari anggota
masyarakat itu sendiri untuk (dampak), baik secara langsung maupun
berinteraksi satu dengan yang lainnya, tidak langsung.
dalam interaksi ini sering terjadi Salah satu dampak negatif dari
sesuatu perbuatan yang melanggar kemajuan teknologi adalah penyebaran
hukum atau kaidah-kaidah yang telah informasi bermuatan pornografi yang
ditentukan dalam masyarakat, untuk menjadi perhatian serius dari
menciptakan rasa aman, tentram dan
semua pihak, baik pemerintah, aparat
tertib, dalam masyarakat. Dalam hal ini
tidak semua anggota masyarakat mau penegak hukum, akademisi, maupun
untuk menaatinya, dan masih saja ada masyarakat pada umumnya.
yang menyimpang yang pada Oleh karena itu, kehadiran hukum
umumnya perilaku tersebut kurang dengan fungsinya sebagai “a tool
disukai oleh masyarakat.” of social control” sangat diperlukan, yakni
fungsi hukum sebagai alat
Semakin meningkatnya kriminalitas di pengendali sosial”. Dimana menurut
Indonesia mengundang timbulnya berbagai Ronny Hantijo Soemitro:
macam modus operandi dalam terjadinya “Kontrol sosial merupakan aspek
tindak pidana, disamping perkembagannya normatif dari kehidupan social atau
tersebut tidak dibarengi dengan dapat disebut sebagai pemberi
perkembangan pengetahuan masyarakat definisi dari tingkah laku yang
tentang hukum, hal ini yang menyebabkan menyimpang serta akibat-akibatnya
seorang menjadi korban perbuatan pidana seperti larangan-larangan, tuntutan-
tuntutan, pemidanaan dan pemberian
atau seorang pelaku tindak pidana. Salah
ganti rugi.

1 Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Penggantar,


Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

85
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Berhubungan dengan permasalahan di menggunakan Internet.Dengan demikian


atas, pada akhirnya kebijakan atau politik konten berunsur SARA, radikalisme, dan
hukum pidana mempuyai peranan penting, pornografi dapat diminimalisir.
menurut Sudarto: Awalnya Undang-undang Informasi
“Politik hukum pidana” berarti dan Teknologi Elektronik disusun untuk
mengadakan pemilihan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di
mencapai hasil perundang-undangan Indonesia melalui ekonomi digital dan
pidana yang baik dalam arti memenuhi
perdagangan di dunia maya (e-commerce)
syarat keadilan dan daya guna.Dimana,
dalam melaksanakan “politik hukum di Indonesia.Kemudian di tengah
pidana” berarti usaha mewujudkan perjalanan terjadi banyak polemik dan
peraturan perundang-undangan pidana kasus yang menimbulkan pro kontra
yang sesuai dengan keadaan dan situasi terhadap pasal-pasal di Undang-undang
pada suatu waktu dan untuk masa-masa Informasi dan Teknologi Elektronik,
yang akan datang.” terutama terkait dengan penggunaan media
sosial.
Rancangan Undang-undang Perubahan
Merespon perkembangan modus
atas Undang-undang Informasi dan
operandi suatu tindak pidana yang
Teknologi Elektronik telah disahkan
dilakukan melalui media elektronik, sejak
menjadi Undang-undang Nomor 19 Tahun
tahun 2008 telah diatur melalui Undang-
2016 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang
undang Informasi dan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik
Elektronik. Naskah Undang-Undang
(selanjutnya disebut UU ITE) sebagaimana
tersebut tercatat dalam Lembaran Negara
telah dirubah dengan Undang-undang N0.
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
251 dan Tambahan Lembaran Negara
Transaksi Elektronik bertujuan agar
Nomor 5952 dan telah resmi berlaku usai
pemanfaatan teknologi lebih dipergunakan
melewati 30 hari sejak disahkan menjadi
sesuai dengan ketentuan peraturan
Undang-undang pada tanggal 27 Oktober
perundang-undangan. Menurut O.C
2016 dan mulai berlaku Senin tanggal 28
Kaligis:
November 2016.
“Hukum sebagai alat pembaharuan
Undang-undang tersebut berisi tujuh sosial (a tool of social engineering)
poin penting yang merevisi Undang- harus dapat digunakan untuk memberi
undang Informasi dan Teknologi jalan terhadap perkembangan yang
Elektronik, terutama melalui Undang- terjadi di masyarakat, terutama terhadap
undang baru ini.Pemerintah juga perkembangan-perkembangan di bidang
berwenang memutus akses dan/atau teknologi.Untuk itu pengaturan ahli
teknologi sebagai tolak ukur kemajuan
memerintahkan penyelenggara sistem Negara miskin dan berkembang harus
elektronik untuk memutus akses terhadap dapat diatur dalam hokum tersendiri”.
informasi elektronik yang bermuatan
melanggar hukum.Undang-undang baru ini UU ITE mengatur berbagai macam
diharapkan dapat memberikan kepastian tindak pidana yang dilakukan dengan
hukum bagi masyarakat, sehingga mereka modus yang modern, yakni dengan
dapat lebih cerdas dan beretika dalam pengunaan media elektronik sebagai sarana

86
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

untuk melakukan tindak pidana.Salah masyarakat dari tindak pidana yang


satunya adalah tindak pidana pornografi berhubungan dengan pornografi.Tindak
melalui media elektronik. Tindak pidana pidana pornogarfi merupakan tindak
pornografi sebenarnya telah diatur dalam pidana cukup sering terjadi.Penyebarannya
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 yang melalui media eletronik menjadi
Tentang Peraturan Hukum Pidana modus panyebaran saat ini.Hal ini
(selanjutnya disebut KUHPidana) pada membuat kerugiaan yang lebih besar
buku kedua Bab XIV Kejahatan Terhadap terhadap korban karena penyebarannya
Kesusilaan, kemudian lebih khusus lagi yang sangat mudah dan cepat untuk diakses
diatur dalam Undang-undang Nomor 44 oleh umum.
Tahun 2008 Tentang Pornografi “Kasus serupa juga terjadi awal Juni,
(selanjutnya disebut UU Pornografi). tepatnya 3 Juni 2010, Ariel tersandung
Namun, karena perubahan modus dengan isu video porno mirip dirinya bersama
Luna Maya yang pada saat itu menjadi
penggunaan media elektronik sebagai
kekasihnya, dan juga Cut Tari. Pada
sarana penyebarannya, sehingga Selasa dini hari (22 Juni 2010) sekitar
dibentuklah UU ITE itu sendiri. pukul 3 pagi Ariel mendatangi Mabes
Pencegahan dan pemberantasan dalam Polri, dan status Ariel ditetatapkan
penyebaran pornografi lewat komputer dan sebagai tersangka. Ariel terancam pasal
internet seperti tersebut diatas pada berlapis karena secara sadar
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 mendokumentasikan hubungan intim
yang kemudian tersebar dan menjadi
tentang perubahan atas Undang-undang
tindakan asusila, dengan hukuman
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi minimal 6 tahun penjara, dan Ariel
dan Transaksi Elektronik, khususnya dalam terjerat Pasal 4 Undang-Undang Nomor
Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi: 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
“Setiap Orang dengan sengaja dan dengan ancaman hukuman penjara
tanpa hak mendistribusikan dan/atau maksimal 12 tahun, Pasal 282 tentang
mentransmisikan dan/atau membuat Kesusilaan dan Pasal 27 ayat (1), UU
dapat diaksesnya Informasi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 tentang
dan/atau Dokumen Elektronik yang Informasi Transaksi Elektronik (ITE).”
memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan”. Secara umum memang kebebasan
berpendapat merupakan hak dari setiap
Kemudian Pasal 45 Undang-undang masyarakat dalam mengutarakan
ITE menyatakan bahwa: pendapatnya mengenai kritik dan opini. Di
“Setiap Orang yang memenuhi unsur indonesia kebebasan berpendapat dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 berserikat atau berkumpul ini pun
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4)
sepenuhnya di lindungi oleh pasal 28 UUD
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda 1945 yang berarti bahwa kita bebas
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 mengutarakan pendapat atau pun
(satu miliar rupiah)”. berkumpul/berserikat di negara kesatuan
kita ini. Seiring berjalannya waktu,
Pasal 27 ayat (1) UU ITE, bertujuan perkembangan teknologi pada era
untuk memberikan perlindungan terhadap globalisasi ini menjadi media untuk

87
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

mengemukakan aspirasi secara bebas dan perlu di cegah dan di tanggulangi.Oleh


terbuka dengan berbagai cara tulisan karena itu masalah ini perlu mendapatkan
maupun lisan dengan memanfaatkan media perhatian serius dari semua kalangan.
seperti jejaring sosial, blog, millis dan lain
sebagainya. Namun dengan kebebasan kita PEMBAHASAN
berpendapat dan berekspresi di dunia maya Penerapan Pasal 27 Ayat (1) Undang-
akan serta merta bebas berekspresi tanpa Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
batasan? Tentu saja tidak. Negara perubahan atas Undang-Undang 11
Indonesia selalu berpedoman pada asas Tahun 2008 tentang Informasi dan
demokrasi dalam berpendapat dengan Transaksi Elektronik
mengedepankan masyarakatnya untuk Dalam Ketentuan hukum di Indonesia,
bebas berorasi dan berpendapat khususnya pengaturan mengenai kejahatan terhadap
di era teknologi seperti ini dimana kesusilaan melalui media elektroniksecara
kebebasan berpendapat di dunia maya khusus diatur dalam Pasal 27 ayat (1)
sangat bebas. Sehingga tidak jarang kita Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
temukan kasus-kasus yang masuk didalam Tentang Informasi dan Transaksi
kategori penghinaan maupun pencemaran Elektronik dimana menyebutkan bahwa:
nama baik. Dalam KUHP sendiri tindak “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
pidana pencemaran nama baik diatur dalam hak mendistribusikan dan/atau
Pasal 310 sampai dengan Pasal 321 KUHP mentransmisikan dan/atau membuat dapat
dan ada juga yang dirumuskan dalam UU diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
ITE. Dokumen Elektronik yang memiliki
Dengan melihat tingkat pertumbuhan muatan yang melanggar kesusilaan.
internet dan akses kebebasan berpendapat, Dengan penafsiran sistematis terhadap
maka untuk mengatur aturan main dalam KUHP (sebagai ketentuan umum), dapat
berpendapat di dunia maya dikeluarkanlah diketahui bahwa ketentuan dalam Pasal 27
Undang-undang informasi dan transaksi ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
elektronik sebagai suatu aturan perundang- 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
undangan yang berisi regulasi atau Elektronik melarang aktivitas yang
peraturan mengenai prilaku manusia dalam melanggar norma asusila yang dilakukan
penggunaan teknologi komunikasi.Dengan dengan media elektronik.2
di keluarkannya UU ITE ini, dapat Pasal 27 ayat (1) UU ITE, menyatakan:
memberikan batasan dalam berpendapat Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
khusus dalam pemanfaatan teknologi mendistribusikan dan / atau
komunikasi. mentransmisikan dan / atau membuat dapat
Tindak pidana kesusilaan di bidang diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Informasi dan Transaksi Elektronik Dokumen Elektronik yang memiliki
merupakan salah satu masalah sosial yang muatan yang melanggar kesusilaan.
sangat meresahkan masyarakat sehingga Menurut Penjelasan Pasal 27 Ayat (1)

2
Ramadhan, anna rahmania, “Pencemaran nama elektronik”, Jurnal IUS (Kajian Hukum dan
baik dalam perspektif Undang-Undang Nomor 11 Keadilan), Tahun 2015.
Tahun 2008 Tentang informasi dan transaksi

88
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

disebutkan bahwa: 26 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:


 Yang dimaksud dengan “Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi,
“mendistribusikan” adalah perlindungan data pribadi merupakan salah
mengirimkan dan / atau satu bagian dari hak pribadi (privacy
menyebarkan Informasi Elektronik rights). Hak pribadi mengandung
dan/atau Dokumen Elektronik pengertian sebagai berikut:
kepada banyak Orang atau 1. Hak pribadi merupakan hak untuk
berbagai pihak melalui Sistem menikmati kehidupan pribadi dan
Elektronik. bebas dari segala macam gangguan.
 Yang dimaksud dengan 2. Hak pribadi merupakan hak untuk
“mentransmisikan” adalah dapat berkomunikasi dengan Orang
mengirimkan Informasi Elektronik lain tanpa tindakan memata-matai.
dan/atau Dokumen Eletronik yang 3. Hak pribadi merupakan hak untuk
ditujukan kepada satu pihak lain mengawasi akses informasi tentang
melalui Sistem Elektronik. kehidupan pribadi dan data
 Yang dimaksud dengan “membuat seseorang.
dapat diakses” adalah semua Hak pribadi merupakan hak untuk
perbuatan lain selain dapat berkomunikasi dengan Orang lain
mendistribusikan dan tanpa tindakan memata-matai,
mentransmisikan melalui Sistem sebagaimana disebutkan pada huruf b di
Elektronik yang menyebabkan atas juga terkait dengan tindakan
Informasi Elektronik dan/atau “intersepsi atau penyadapan” yang
Dokumen Elektronik dapat merugikan hak pribadi (privacy
diketahui pihak lain atau publik. rights) seseorang. Disebutkan pada
Penjelasan Pasal 31 ayat (1) bahwa : yang
Dengan mengacu kepada ketentuan dimaksud dengan “intersepsi atau
Pasal 27 ayat (1) UU ITE, maka seseorang penyadapan” adalah kegiatan untuk
yang mendistribusikan dan/atau mendengarkan, merekam, membelokkan,
mentransmisikan dan/atau membuat dapat mengubah, menghambat, dan/atau
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau mencatat transmisi Informasi Elektronik
Dokumen Elektronik yang memiliki dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak
muatan yang melanggar kesusilaan, dengan bersifat publik, baik menggunakan jaringan
unsur sengaja dan tanpa hak adalah kabel komunikasi maupun jaringan
dikateorikan telah melakukan perbuatan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis
pidana dan kepadanya dapat dimintakan atau radio frekuensi.
pertanggungjawaban pidana menurut Pelanggaran terhadap Pasal 27 ayat (1)
hukum pidana. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Ketentuan Pasal 27 ayat (1) sangat Tentang Informasi dan Transaksi
terkait dengan perlindungan data pribadi Elektronik dipidana dengan pidana penjara
yang merupakan salah satu bagian dari hak paling lama enam tahun dan/atau denda
pribadi (privacy rights) seseorang, paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
sebagaimana diatur dalam Penjelasan Pasal milyar). Hal tersebut tertuang di dalam

89
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor batas-batas kesusilaan itu cukup luas dan
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan dapat, berbeda-beda menurut pandanngan
Transaksi Elektronik. dengan nila-nilai yang berlaku di
Pelanggaran asusila dalam pengertian masyarakat. Pada dasarnya setiap delik
disini adalah suatu tindakan yang atau tindak pidana mengandung
melanggar kesusilaan yang jenis dan pelanggaran terhadap nilai-nilai kesusilaan,
bentuk-bentuk pelanggaran juga sanksinya bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu
telah diatur dalam Pasal 27 ayat (1) sendiri merupakan nilai-nilai kesusilaan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang minimal (das recht ist das ethische
Tentang Informasi dan Transaksi minimum).
Elektronik dan KUHP. Ketentuan- Masyarakat secara umum menilai
Ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal kesusilaan sebagai bentuk penyimpangan/
27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 kejahatan, karena bertentangan dengan
Tahun 2016 Tentang Informasi dan hukum dan norma-norma yang hidup
Transaksi Elektronik dan KUHP tersebut dimasyarakat.Perkataan, tulisan, gambar,
dengan sengaja telah dibentuk oleh dan perilaku serta produk atau mediamedia
pembentuk undang-undang dengan maksud yang bermuatan asusila dipandang
untuk memberikan perlindungan terhadap bertentangan dengan nilai moral dan rasa
tindakan-tindakan asusila atau ontruchte kesusilaan masyarakat. Sifat asusila yang
handelingen dan terhadap perilaku- hanya menampilkan sensualitas, seks dan
perilaku baik dalam bentuk kata-kata eksploitasi tubuh manusia ini dinilai masih
maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan sangat tabu oleh masyarakat yang masih
yang menyinggung rasa susila karena menjujung tinggi nilai moral.
bertentangan dengan pandangan orang Menurut Simons kriterium eer
tentang keputusan-keputusan dibidang boarheid (kesusilaan) menuntut bahwa isi
kehidupan seksual, baik ditinjau dari segi dan pertunjukan mengenai kehidupan
pandangan masyarakat setempat dimana seksual dan oleh sifatnya yang tidak
kata-kata itu telah diucapkan atau dimana senonoh dapat menyinggung rasa malu
perbuatan itu telah dilakukan, maupun kesusilaan orang lain. Kejahatan terhadap
ditinjau dari segi kebiasaan masyarakat kesusilaan meskipun jumlahnya relatif
setempat dalam menjalankan kehidupan tidak banyak yang jika dibandingkan
seksual mereka. dengan kejahatan terhadap harta benda
Roeslan Saleh mengatakan pengertian (kekayaan) namun sejak dahulu sampai
kesusilaan hendaknya tidak dibatasi pada sekarang sering menimbulkan
pengertian kesusilaan dalam bidang kekhawatiran, khusunya para orang tua.
seksual, tetapi juga meliputi hal-hal yang Delik kesusilaan menutut D. Simons orang
termasuk dalam penguasaan norma-norma yang telah kawin yang melakukan
keputusan bertingkahlaku dalam pergaulan perzinahan dengan orang yang telah kawin
masyarakat.Menurut Barda Nawawi Arief pula, tidak dapat dihukum sebagai turut
mengatakan bahwa delik kesusilaan adalah melakukan dalam perzinahan yang
delik yang berhubungan dengan (masalah) dilakukan oleh orang yang tersebut
kesusilaan.Sedangkan pengertian dan terakhir. Delik kesusilaan diatur dalam bab

90
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

XIV buku II KUHP dengan judul terbuka berbagai macam tafsir dari
“kejahatan terhadap kesusilaan” yang ketidakjelasan maksud “informasi
dimulai dengan Pasal 281 KUHP sampai elektronik atau dokumen elektronik yang
dengan Pasal 297 KUHP. memiliki muatan yang melanggar
Merusak kesusilaan di depan umum, kesusilaan.”Mengutip pendapatnya Barda
menurut Mr. J.M Van Bemmelen, Nawawi bahwa Undang-Undang Khusus
mengatakan “pelanggaran kehormatan seyogyanya tidak hanya merumuskan
kesusilaan di muka umum adalah tindak pidananya saja, tetapi juga membuat
terjemahan dari “outtrange public a la aturan umum yang dapat menjadi aturan
pudeur” dalam Pasal 330 Code Penal. Hal payung.Namun terkait dengan pemidanaan
ini dapat ditafsirkan sebagai “tidak ada terhadap tindak pidana kesusilaan di dunia
kesopanan di bidang seksual”. Jadi sopan maya terlihat bahwa pemerintah hanya
ialah tindakan atau tingkah laku untuk apa memikirkan bagaimana aturannya
seseorang tidak usah malu apabila orang dirumuskan, tetapi tidak memberikan
lain melihatnya atau sampai penjelasan tentang apa yang diatur.
mengetahuinya dan juga oleh karenanya Terkait dengan keberadaan tindak
orang lain umumnya tidak akan terperanjat pidana kesusilaan di dunia maya ini,
apabila melihat atau sampai seharusnya pilihan yang dilakukan oleh
mengetahuinya. pemerintah adalah melakukan proses
Sekilas dari rumusan Pasal 27 ayat (1) harmonisasi atau sinkronisasi internal
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 dengan cara menambahkan ketentuan
Tentang Informasi dan Transaksi umum di dalam Buku I KUHP dengan
Elektronik, tidak akan menimbulkan memasukkan ruang lingkup dunia maya
permasalahan, karena tiap unsur yang perlu (internet), sehingga dengan sendirinya
dalam sebuah rumusan tindak pidana sudah ketentuan tentang kesusilaan yang ada di
terpenuhi. Namun jika dicermati dengan dalam KUHP tetap bisa digunakan untuk
seksama, maka akan timbul pertanyaan menjerat perbuatan yang melanggar nilai
terhadap objek perbuatan yang dilarang kesusilaan yang dilakukan di dunia maya.
tersebut, yaitu “informasi elektronik atau Disisi lain, mengutip pendapatnya
dokumen elektronik yang memiliki muatan Muladi terkait dengan metode pendekatan
yang melanggar kesusilaan.” Dalam dalam kebijakan kriminalisasi dan
penjelasan Pasal 27 ayat (1) UU ITE, penalisasi, sebaiknya terkait dengan tindak
disebutkan “cukup jelas”, selain itu dalam pidana kesusilaan di dunia maya dilakukan
aturan umumnya pun tidak ada penjelasan berdasarkan metode evolusioner
apa yang dimaksud dengan muatan yang (evolotionary approach), yaitu dengan
melanggar kesusilaan. Tidak ada memberikan perbaikan, penyempurnaan
penjelasan apapun yang dapat digunakan dan amandemen terhadap peraturan-
untuk menemukan maksud norma yang peraturan yang sudah lama ada dalam
diatur dalam Pasal 27 ayat (1) tersebut. KUHP. Hal ini tentu dapat dilakukan
Rumusan Pasal 27 ayat (1) jelas dapat berhubung tindak pidana dengan muatan
menimbulkan tafsir yang banyak, atau melanggar kesusilaan di dunia maya
setidak-tidaknya dapat disebutkan bahwa bukanlah merupakan bentuk kriminalisasi

91
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

baru, melainkan tindak pidana lama yang dalam praktiknya tidak sama di dunia
sudah diatur di dalam KUHP, hanya saja teknologi informasi (TI) dan dunia
ruang dan yurisdiksinya yang diperluas. nyata.
Dengan telah adanya kebijakan 2. Tidak ada diketentuan umum dan
kriminal atas perbuatan asusila dalam dipenjelasan pasal demi pasal apa
KUHP, maka tidaklah perlu ada kebijakan yang dimaksud dengan Dokumen
kriminal dalam Undang-Undang ITE Elektronik yang memiliki muatan
terkait dengan tindakan asusila dalam yang melanggar kesusilaan.
dimensi dunia maya.Pengaturan ulang atas 3. Tidak jelas mana yang menjadi
suatu perbuatan yang telah dipidana, bagian inti (bestanddeel), apakah
merupakan duplikasi yang jelas telah “mendistribusikan, mentransmisikan,
melanggar prinsip lex certa dan lex scricta dan/atau membuat dapat diaksesnya”
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam atau “Dokumen Elektronik yang
Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun memiliki muatan yang melanggar
2011 Tentang Pembentukan Peraturan kesusilaan.”
Perundang-Undangan. 4. Frasa “Kesusilaan” dalam UU ITE,
Sudah sepantasnya muatan asusila mengeneralisir bentuk-bentuk Delik
dalam UU ITE tidak lagi perlu ada Kesusilaan yang dikenal dalam Bab
pengaturan. Selain itu, jika dirumuskan XIV KUHP yakni kejahatan terhadap
berdasarkan prinsip tindak pidana kesusilaan.
berdasarkan doktrin hukum pidana3, maka
terlihat jelas bahwa tindak pidana dalam Pada tahap penuntutan terhadap
Pasal 27 ayat (1) tidak tidak memenuhi perkara pidana yang melanggar kesusilaan
prinsip lex certa dan lex stripta yaitu (pornografi) melalui internet menurut UU
rumusan tindak pidana harus jelas (memuat ITE merupakan wewenang khusus dari
unsur-unsur baik perbuatan, keadaan jaksa penuntut umum.Ketentuan hukum
maupun akibat) dan rumusan tindak pidana pasal 43 angka 7 UU ITE menegaskan
itu haruslah ketat, tidak bersifat karet dan bahwa apapun hasil penyidikan selanjutnya
tidak multitafsir. harus diserahkan kepada Penuntut
Ketidakjelasan unsur perbuatan, Umum.Terkait dengan perbuatan pidana
keadaan dan akibat serta terbukanya tafsir, pornografi melalui internet, pada umumnya
bisa dilihat dari unsur Pasal 27 ayat (1): jaksa penuntut umum menggunakan
1. Tidak ada diketentuan umum dan ketentuan hukum pasal 27 ayat (1) UU
dipenjelasan pasal demi pasal apa ITE.Penggunaan ketentuan hukum tersebut
yang dimaksud dengan didasarkan pada pertimbangan adanya
mendistribusikan, mentransmisikan, sarana internet yang digunakan untuk
dan/atau membuat dapat diaksesnya. menampilkan atau menyebarluaskan
istilah mendistribusikan dan informasi elektronik yang berkonten
transmisi adalah istilah teknis yang pornografi.

3
Ratnadewi, Ni Nyoman Ernita, “Pelaksanaan
Transaksi e-commerce berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008”, Jurnal IUS
(Kajian Hukum dan Keadilan), Tahun 2014.

92
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Untuk perbuatan yang jelas melakukan bukti yang sah di depan persidangan.
pelanggaran terhadap pasal 27 ayat (1) UU
ITE dapat digunakan bentuk dakwaan Pertanggungjawaban pidana pelaku
tunggal, sebagaimana surat dakwaan yang tindak pidana kesusilaan Pasal 27 Ayat
dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum pada (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
Perkara Penyebaran Foto Bugil melalui 2016 tentang perubahan atas Undang-
akun Facebook dengan terdakwa AK pada Undang 11 Tahun2008 tentang
Putusan Nomor 124/Pid/SUS/2013/PN.Srg Informasi dan Transaksi Elektronik
tertanggal 29 Agustus 2013. Selain itu Pertanggungjawaban pidana terletak pada
penggunaan bentuk dakwaan alternatif setiap orang yang merupakan subjek
dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum hukum, sebagaimana yang dimaksud dalam
manakala menangani pornografi melalui Pasal 1 angka 21 yaitu bahwa subjek
internet yang dapat ditunjukkan di muka hukum yang dimaksud adalah orang
umum atau dilakukan sebagai mata perorangan, baik warga negara asing,
pencaharian. maupun badan hukum. Sehingga bagi para
Kasus Perbuatan mengirimkan SMS pelaku asusila yang menggukanan media
(short messages services) yang berisikan elektronikharus dapat
percakapan aktivitas seksual pada berkas mempertanggungjawabkan perbuatannya,
Putusan Nomor 393/Pi.B/2014/PN.Pdg karena tindakan yang dilakukan dengan
tertanggal 10 September 2014 dituntut sengaja dan melawan hukum.
dengan Dakwaan Kesatu, Pasal 27 ayat (1) Sebagaimana kita ketahui,
jo. Pasal 36 jo. Pasal 45 UU ITE Dakwaan pertanggungjawaban pidana dipandang
Kedua, pasal 282 ayat (1), ayat (3) KUHP. tidak ada, kecuali ada alasan penghapusan
Kedua bentuk surat dakwaan tersebut pidana tersebut. Dengan kata lain, criminal
sekali lagi sangat bergantung pada perkara liability dapat dilakukan sepanjang
pornografi melalui internet yang ditangani pembuat tidak memiliki niat untuk
oleh jaksa penuntut umum, tentu saja melakukan suatu tindak pidana. Dalam
dengan tetap mendasarkan diri pada posisi lapangan Hukum Acara Pidana hal ini
kasus dan alat bukti yang ada. Tahap berarti seorang terdakwa dipandang
pemeriksaan di sidang Pengadilan, bertanggungjawab atas tindak pidana yang
merupakan bagian dari pelaksanaan hukum dilakukannya, jika tidak dapat
pembuktian yang berlaku dalam KUHAP. membuktikan bahwa dirinya mempunyai
UU ITE sendiri tidak memberikan niat atau kehendak ketika melakukan
pengaturan secara khusus tentang tindak pidana.Konsep demikian ini
pemeriksaan perkara pidana informasi dan membentuk keseimbangan antara hak
transaksi elektronik oleh karenanya sebagai mendakwa dan menuntut dari Penuntut
konsekuensi dari pelaksanaan pasal 41 UU Umum, dan hak menyangkal dan
ITE berlakulah model pembuktian yang mengajukan pembelaan dari terdakwa.
diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Tujuan Penuntut Umum berhak untuk
dari pemeriksaan di sidang pengadilan mendakwa dan menuntut seseorang karena
tidak lain untuk mengumpulkan fakta melakukan tindak pidana. Untuk itu,
hukum yang diperoleh berdasarkan alat Penuntut Umum berkewajiban

93
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

membuktikan apa yang didakwakan dan tetapi juga sepenuhnya dapat diyakini
dituntut itu, yaitu membuktikan hal-hal bahwa memang pada tempatnya meminta
yang termuat dalam rumusan tindak pertanggungjawaban atas tindak pidana
pidana. Sementara itu, terdakwa dapat yang dilakukan.Pertanggungjawaban
mengajukan pembelaan atas dasar adanya pidana merupakan keadaan yang ada pada
alasanalasan penghapusan pidana.Untuk diri pembuat ketika melakukan tindak
menghindari dari pengenaan pidana, pidana.Kemudian pertanggungjawaban
terdakwa harus dapat membuktikan bahwa pidana juga berarti menghubungkan antara
dirinya mempunyai alasan penghapusan keadaan pembuat tersebut dengan
pidana ketika melakukan tindak pidana. perbuatan dan sanksi yang sepatutnya
Mempertanggungjawabkan seseorang dijatuhkan.Dengan demikian, pengkajian
dalam hukum pidana, harus terbuka dilakukan dua arah.Pertama
kemungkinan bagi pembuat untuk pertanggungjawaban pidana ditempatkan
menjelaskan mengapa dia berbuat dalam konteks sebagai syarat–syarat
demikian. Jika sistem hukum tidak faktual dari pemidanaan karena pengemban
membuka kesempatan demikian, maka aspek preventif.
dapat dikatakan tidak terjadi proses yang Kedua, pertanggungjawaban pidana
wajar dalam mempertanggungjawabkan merupakan akibat hukum dari keberadaan
pembuat tindak pidana. Pada gilirannya, syarat faktual tersebut, sehingga
hal ini akan berhadapan dengan merupakan bagian dari aspek represif
prinsipprinsip keadilan. hukum pidana.Jadi pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pidana 4 harus pidana pada dasarnya adalah berhubungan
dapat dihubungkan dengan fungsi preventif dengan keadaan yang menjadi syarat
hukum pidana.Pada konsep tersebut harus adanya pemidanaan dan konsekuensi
terbuka kemungkinan untuk sedini hukum atas adanya hal itu.
mungkin pembuat menyadari sepenuhnya Di dalam rancangan KUHP, dimana
tentang konsekuensi hukum Rancangan KUHP menggunakan
perbuatannya.Dengan demikian, pendekatan campuran.Sebagaian hal–hal
konsekuensi atas tindak pidana merupakan yang berkaitan dengan
resiko yang sejak awal dipahami oleh pertanggungjawaban pidana dirumuskan
pembuat.Bagi masyarakat pencelaan yang secara negatif.Demikian halnya seperti
sejak awal dipahami oleh pembuat. Bagi terlihat dalam Pasal 38, 39, 40, 41, 42, 43.
masyarakat pencelaan hanya dapat Rancangan KUHP. Sementara sebagian
dilakukan setelah kemungkinan pembuat yang lain justru dirumuskan secara positif.
untuk berbuat lain sama sekali tertutup, Seperti Pasal 35, 36, 44, 45 dan 47
sehingga terjadilah tindak pidana. Rancangan KUHP. Perumusan dalam
Mempertanggungjawabkan seseorang pasal-pasal yang disebutkan terakhir ini
dalam hukum pidana bukan hanya berarti sifatnya bukan pengecualian dari dapat
menjatuhkan pidana terhadap orang itu, dipertanggungjawabkannya seseorang.

4
Bambang Poenomo, Asas-asas Hukum Pidana,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012.

94
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Sebaiknya, ditentukan keadaan- membawa perubahan mendasar dalam


keadaan tertentu yang justru ada pada diri proses pemeriksaan perkara di pengadilan.
seseorang (atau korporasi).Untuk dapat Dalam kerangka pertanggungjawaban
dipertanggungjawabkan dalam hukum di internet (the framework of liablity on the
pidana. Dengan kata lain, jika perumusan internet), paling tidak ada 7 (tujuh) pihak
secara negatif menentukan hal-hal yang yang saling bertanggung jawab sesuai
dapat mengecualikan adanya dengan perannya masing-masing ketika
pertanggungjawaban pidana, perumusan yang bersangkutan berinteraksi dengan
secara positif menentukan keadaan menggunakan internet. Antara lain
minimal yang harus ada pada diri seseorang pengguna internet operator,
untuk dimintai pertanggungjawaban atas telekomunikasi, internet service provider,
tindak pidana yang dilakukannya. server, packager, produser dan author.
Konsep pertanggungjawaban pidana Disini akan dicoba dijelaskan sedikit
berkenaan dengan mekanisme yang mengenai pengertian dari istilah-istilah
menentukan dapat dipidananya pembuat, diatas yakni:
sehingga hal tersebut berpengaruh bagi 1. Pengguna internet, adalah orang
hakim.Hakim harus mempertimbangkan atau siapa saja yang menggunakan
keseluruhan aspek tersebut, baik jasa dari internet tersebut untuk
dirumuskan secara positif maupun melakukan suatu kegiatan di dalam
negatif.Hakim harus mempertimbangkan dunia maya atau juga sering disebut
hal itu, sekalipun Penuntut Umum tidak dengan cyberspace. Dalam hal ini
membuktikannya.Sebaliknya, ketika pengguna internet dapat menikmati
terdakwa mengajukan pembelaan yang isi dari layanan internet tersebut.
didasarkan pada alasan yang Ataupun dari website-website yang
menghapuskan kesalahan, maka hakim dikunjunginya. Dari hanya melihat,
berkewajiban untuk memasukan mendengar, sampai dengan
masalahnya lebih dalam. menguduh ataupun mendownload
Hakim berkewajiban menyelidiki lebih apa yang dia inginkan.
jauh apa yang terdakwa kemukakan 2. Operator telekomunikasi adalah
sebagai keadaan-keadaan khusus dari orang atau siapa saja yang diberikan
peristiwa tersebut yang diajukannya kewenangan untuk memberikan
sebagai alasan penghapusan kesalahannya. informasi secara lengkap kepada
Lebih jauh dari itu, sekalipun terdakwa siapa saja yang membutuhkan
tidak mengajukan pembelaan berdasarkan informasi itu, dalam hal ini operator
pada alasan penghapusan kesalahan, tetapi memberikan informasi elektronik
tetap diperlukan adanya perhatian bahwa berdasarkan situsitus mereka yang
hal itu tidak ada pada diri terdakwa.Ketika dikunjungi oleh para netter atau
melakukan tindak pidana.Hakim tetap pengguna internet.
berkewajiban memperhatikan bahwa pada 3. Internet Sevice Perovide (ISP), atau
diri terdakwa tidak ada alasan penghapus sering disebut dengan penyedia
kesalahan, sekalipun pembelaan atas dasar layanan internet, adalah perusahaan
hal itu, tidak dilakukannya. Hal ini akan atau badan yag menyelenggarakan

95
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

jasa sambungan internet dan jasa nework operating system. Server


lainnya yang berhubungan, juga menjalankan perangkat lunak
kebanyakan perusahaan telepon administarsi yang mengontrol akses
merupakan penyelengaraan jasa terhadap jaringan dan sumber daya
internet. Mereka menyediakan jasa yang terdapat di dalamnya, seperti
seperti hubungan internet, halnya berkas atau alat pencetak
pendaftaran nama domain, dan (printer), dan memberikan akses
hosting, contohnya adalah kepada workstation anggota
telkomnet instan, cbn, fasnet, jaringan. Dilihat dari fungsinya,
contrin indo net dll. ISP ini server bisa dikategorikan dalam
mempunyai jaringan baik secara beberapa jenis, seperti server
domestik maupun internasional aplikasi (aplication server), server
sehingga pelanggan atau pengguna daat (data server) maupun server
dari sambungan yang disediakan proxy (proxy server). Server
oleh ISP dapat terhubung ke aplikasi adalah server yang
jaringan internet global. Jaringan digunakan clent, server data sendiri
disini berupa media transmisi yang digunakan untuk menyimpan data
dapat mengalirkan data yang baik digunakan client secara
berupa kabel (modem, sewa kabel, langsung maupun data yang
dan jalur lebar) maupun radio. Bila diproses oleh server aplikasi. Server
dikaitkan dengan Undang-Undang procy berungsi untuk mengatur lalu
Nomor 44 Tahun 2008 yang lintas jaringan melalui pengaturan
dimaksud dengan Jasa Pornografi proxy. Orang awam lebih mengenal
adalah segala jenis layanan proxy server untuk
pornografi yang disediakan adalah mengkoneksikan komputer client
segala jenis layanan pornografi ke internet.
yang disediakan oleh perorangan 5. Packager adalah orang bertugas
atau korporasi melalui pertunjukan sebagai pengotomatisasi proses
langsung, televisi, kabel, televise intalasi, upgrade (perbaikan),
teletrial, radio, telepon, internet dan kofirgurasi, atau menghapus paket
komunikasi elektronik laiinya serta perangkat lunak dari sebuah
surat kabar, majalah dan barang komputer. Yang dimaksud dengan
cetakan laiinya paket adalah perangkat lunak
4. Server adalah sebuah sistem berikut maedatanya seperti naman
komputer yang menyediakan jenis lengkap perangkat lunak yang
layanan tertentu dalam sebuah bersangkutan, keterangan
jaringan komputer. Server mengenai kegunaannya, nomor
didukung dengan prosesor yang versi, pemasok (vendor) checksum,
bersifat scallable dan Ram yang dan daftar dipendensi yang
besar juga dilengkapi dengan diperlukan untuk menjalankan
sistem operasi khusus, yang disebut perangkat lunak tersebut dengan
sebagai sistem operasi jaringan atau benar setelah instalasi mendata

96
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

disimpan dalam data base paket dunia maya tersebut yang kemudian
lokal. akan diterukan lagi oleh packager.
6. Prosedur adalah seseorang yang
bertanggungjawab secara umum Untuk pelaku yang bekerja sebagai
terhadap seluruh pelaksanaan penyuplai gambar-gambar porno tersebut,
produksi. Bila diibaratkan dalam dalam konteks ini yang bersangkutan bisa
dunia perfilman, produksi yang dimasukan ke dalam kategori author dan
dimaksud biasanya berkaitan atau produser, gambar tulisan ataupun
dengan produk audio visiual antara cerita-cerita jorok yang telah ditulis atau
lain produksi siaran radio, rekaman dibuat oleh pembuatnya telah
musik atau lagu, film, iklan dan diseberluaskan dalam dunia informasi
program TV. Dalam hal website global yang bernama internet.
cyberporn, produser adalah orang Di dunia maya lalu lintas informasi
yang secara umum bergerak dengan sangat cepat (information
bertanggungjawab atas adanya superhighway), gambar, tulisan dan cerita-
produksi web ceberporn tersebut. cerita jorok terbang kesegala penjuru
Secara umum fungsi produser mencari pengakses yang ingin melihat atau
diberbagai bidang ini berbeda satu membaca, bahkan mengunduh informasi
sama lainnya. Dalam produksi tersebut. Dalam hal ini gambar, atau
siaran radio misalnya, produser tulisan, atau cerita jorok itu sebenarnya ada
kerap kali melakukan pekerjaan di depan mata kita dalam gelombang bit-bit
bersifat teknis mulai dari yang tidak terlihat oleh mata seperti jauh
pengumpulan bahan siaran tetapi sebenarnya dekat. Kemudian di
sehingga meramunya menjadi satu pihak lain, yang mungkin dapat dinyatakan
program layak siar. Untuk bidang bertanggungjawab adalah pihak penyedia,
televisi dan film fungsi produser pelenggara, pemilik server yang
bila dibilang serupa. Dalam menyebarkan informasi yang dikirimkan
produksi televisi seorang produser oleh produser dan atau author. Berarti
lebih terlibat pada saat pra pihak pemilik server juga dapat diseret di
produksi. Sebenarnya fungsi pengadilan.
produser dan sutradara hampir Sebenarnya apa yang terlihat atau
sama. Hanya saja yang terpampang dilayar monitor telah
membedakan ialah seorang memenuhi unsur-unsur yang terdapat
produser lebih terlibat saat produksi dalam delik pornografi, tetapi peraturan
dan sutradara itu pada saat hukum pidana kita tidak dapat menjangkau
pelaksanaan produksi. kesana hal ini disebabkan karena
7. Author adalah pencipta, penyedia, penafsiran yang ada dalam pasal tersebut
pemilik dari website porno tersebut. masih terkungkung dengan makna tentang
Dalam hal web cyberporn ini atuhor pornografi, perosalan ini merupakan
bekerja sebagai pemasok, penyedia persoalan yang muncul pada tahap teoritis
ataupun penyuplai bahan-bahan yang berimplikasi pada tahap praktis
yang berbau pornografi dalam dimana aparat penegak hukum belum atau

97
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

tidak dapat bergerak jika tidak ada hingga tanggung jawab ditentukan oleh
legitimasi dari pada akemedisi di samping undang-undang.
kemampuan yang berisaft teknis dari Kesulitan dalam menentukan
teknologi informasi. Selanjutnya pertanggungjawaban terhadap pornagrafi
penyelenggara jasa (internet service melalui internet bisa disebabkan ada
provider) yang juga bisa dimintakan sejumlah perilaku yang dipandang ”tidak
pertanggungjawaban atas keselenggaranya baik” atau ”bahkan buruk” dalam
pornografi internet. Pemilik situs juga masyarakat, akan tetapi karena tingkat
dapat ditarik ke depan pengadilan. Dalam ancamanannya pada masyarakat dipandang
kasus tersebut dapat diungkap adanya tidak terlalu besar, maka perilaku tersebut
pihak lain yang mungkin tidak dirumuskan sebagai suatu tindak
bertanggungjawab dalam pelanggaran pidana.Sebaliknya, sekali perbuatan
susila. ditetapkan sebagai tindak pidana, maka
Meskipun pada prakteknya tindakan hukum memandang perbuatan-perbuatan
para penyelenggara pornografi internet 5 tersebut sebagai tercela.
dilakukan secara bersama-sama tetap saja Hukum bahkan mengharapkan sistem
yang bertanggungjawab atas pelanggaran moral dapat mengikutinya.Artinya,
kejahatan itu adalah pribadi sesuai masyakarat diarahkan juga untuk mencela
perannya masing-masing. Situs atau berbuatan tersebut.Dengan demikian,
penyelengara jasa internet tentunya celaan yang ada pada tindak pidana yang
didasari atas dasar kepemilikan atau sebenarnya lebih pada celaan yang bersifat
kepengurusan, ibarat sebuah yuridis, diharapkan suatu saat mendapat
perusahaan.Mungkin di sini bisa digunakan tempat sebagai celaan dari segi moral.Jadi
ajaran tentang pertanggungjawaban tindak pidana pornografi melalui internet
korporasi yang menjelaskan bahwa tingkah dapat saja dilepaskan dari masalah
laku perusahaan merupakan kumpulan dari moralitas masyarakat, tetapi justru hasilnya
tingkah laku individu. Berdasarkan pada sebaliknya.
contractual liablility, kerjasama atau Setiap tindak pidana adalah perbuatan
pernyertaan para pihak dalam penyajian yang tercela di mata hukum.Jika hukum
situs pornografi dapat dijadikan batasan memandang suatu perbuatan sebagai
untuk menentukan kompentensi para tercela, maka pada hakikatnya demikian
pihak.Hal ini penting karena agak sulit bila pula seharusnya dari segi moral.Jadi
meminta pertanggungjawaban pada hukum merupakan gejala yang timbul dan
perusahaan atau situs penyelenggara hanya dapat dimengerti dari perkembangan
pornografi internet. Diterimannya peradaban manusia.Dengan demikian,
korporasi sebagai subjek hukum maka pada dasarnya ditetapkannya suatu
menjadikan korporasi dapat bertindak perbuatan sebagai tindak pidana
seperti manusia, keberadaan dan ihwal merupakan cerminan penolakan moral
korporasi seperti hak, kewajiban tindakan masyarakat terhadap perbuatan tersebut.

5
Agus Raharjo, Cybercrime, Pemahaman dan
Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

98
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Tindak pidana merupakan perbuatan- dari wujud perkembangan tersebut.


perbuatan yang ditolak oleh masyarakat, 2. Masalah domisili
dan karenanya perbuatan tersebut Domisili adalah masalah yang
kemudian dicela. Negaralah yang dengan menyangkut lokasi perusahaan. Hal ini
kebijakannya kemudian memberi bentuk berhubungan antara lain dengan
yuridis celaan tersebut. Alasannya negara pendirian, pendaftaran dan pembayaran
yang mengambil inisiatif melarang suatu pajak perusahaan penyedia internet dan
perbuatan, dengan harapan masyarakat penyelenggara web. Sedangkan
kemudian mempunyai sikap “menolak” masalah yurisdiksi berkaitan dengan
juga. wewenang pengadilan, tempat kejadian
Perasaan kesusilaan (moralitas) perkara, tempat pengajuan gugatan, dan
masyarakat tidak dapat disangkal sebagainya.
mempengaruhi negara dalam menentukan
tindak pidana, Dengan kata lain, dalam PENUTUP
menentukan tindak pidana faktor moral Berdasarkan hasil pembahasan
bukan merupakan keharusan, tetapi bahwa permasalahan dapat diperoleh keseimpulan
hal itu mempengaruhi.Stabilitas suatu sebagai berikut:
sistem hukum sangat tergantung pada 1) Penerapan Pasal 27 Ayat (1)
keterikatan hal itu dengan nilai-nilai Undang-Undang Nomor 11
moral.Oleh karena itu menurut hemat Tahun2008 tentang Informasi dan
penulis penentuan tindak pidana mau tidak Transaksi Elektronik di dalam
mau sistem moral harus praktek penegakan hukum di
diperhatikan.Sekalipun tidak ada wilayah hukum Polres Mataram
keharusan, tetapi moralitas masyarakat selalu melihat perbuatan pelaku
setidaknya harus diperhatikan negara telah memenuhi unsur-unsur yang
ketika menentukan suatu perbuatan sebagai terdapat di dalam Pasal 27 Ayat (1)
tindak pidana. Undang-Undang Nomor 11
Masalah lain yang dihadapi dalam Tahun2008 tentang Informasi dan
penegakan hukum terhadap tindak pidana Transaksi Elektronik atau tidak
yang melanggar kesusilaan (pornografi) berdasarkan keterangan hasil
melalui internet antara lain masalah: pemeriksaan dan bukti-bukti yang
1. Masalah Yurisdiksi cukup.
Masalah jurisdiksi juga bukan 2) Pertanggungjawaban pidana pelaku
masalah yang sederhana untuk tindak pidana kesusilaan Pasal 27
dibicarakan.Apalagi menyangkut Ayat (1) Undang-Undang Nomor
kejahatan yang besifat transansional 11 Tahun2008 tentang Informasi
atau antarnegara.Mungkin ada dan Transaksi Elektronik dapat
benarnya pendapat yang mengatakan dijatuhkan baik dalam kapasitasnya
bahwa cyberspace adalah suatu sebagai orang perorangan maupun
wilayah baru di dalam peradaban sebagai korporasi dengan pidana
manusia.Tapi tentunya, harus ditilik penjara dan/atau denda.
lebih lanjut dimana “unsur kebaruan”

99
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agus Raharjo, Cybercrime, Pemahaman
dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002.
Bambang Poenomo, Asas-asas Hukum
Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2012.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Penggantar, Jakarta: Rajawali Pers,
2011.

Jurnal
Ramadhan, anna rahmania, “Pencemaran
nama baik dalam perspektif Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang informasi dan transaksi
elektronik”, Jurnal IUS (Kajian Hukum
dan Keadilan), Tahun 2015.
Ratnadewi, Ni Nyoman Ernita,
“Pelaksanaan Transaksi e-commerce
berdasarkan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008”, Jurnal IUS (Kajian
Hukum dan Keadilan), Tahun 2014.

Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2006
tentang perubahan atas Undang-undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

100

Anda mungkin juga menyukai