Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI USIA REPRODUKTIF

“Ruang Lingkup Kesehatan Rreproduksi Usia Reproduktif (Sebelum Hamil,


Maternal, Hamil Melahirkan, dan Nifas dan Masa Antara)”

Oleh:
Kelompok 1
Aurora Alifa 1711212002
Maisarah Agita Seprianto 1711212036
Ulfa Fadhila Farhan 1711212028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan terimakasih atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Kesehatan Reproduksi Usia Reproduktif.
Dalam penyelesaian makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin
mengumpulkan berbagai informasi yang menyangkut materi. Namun, kami menyadari
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami meminta maaf
dan mengharapkan saran dan kritikannya. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi kita semua. Demikianlah makalah ini dibuat semoga
berguna bagi pembaca.

Padang, Agustus 2019

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih dari 50 juta perempuan di dunia menderita akan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi yang buruk ataupun penyakit serius yang berhubungan
dengan kehamilan. Disetiap tahunnya lebih dari 500.000 perempuan meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan kelahiran bayi. Kebanyakan kematian terjadi di Asia,
namun resiko kematian tertinggi terjadi di Afrika.
Fakta diatas menunjukkan bahwa Kesehatan Maternal dan Mortalitas Bayi
amat lah penting. Banyak faktor yang menyebabkan sedikitnya yang peduli akan
Kesehatan Ibu dan kematian bayi. Salah satunya adalah Kurang memadainya Saran
Prasarana dan Pelayanan. Hal diatas sangat membutuhkan perhatian dari berbagai
pihak. Namun, masalah ini dapat diselesaikan dengan kerja sama yang baik dari
berbagai pihak. Agar di dapat hasil yang signifikan dalam upaya mengatasi kematian
ibu dan anak.
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia.
Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan
yang benar.Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di negara Indonesia.
Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu untuk memberikan
penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita
yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter
saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik
diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang
bukan pada tempat seharusnya
Ibu yang melahirkan bayi kembar akan lebih banyak membutuhkan dukungan,
baik itu secara lahiriah maupun jasmaniah. Kehamilan kembar memang beresiko
terhadap persalinan yang lebih besar dibanding kehamilan tunggal.Meskipun dengan
kemajuan terkini pelayanan obstetrik, mortalitas perinatal pada kehamilan kembar
mencapai 4-6 kali lebih tinggi dan morbiditas neonatal dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi
2. Apa tujuan dari kesehatan reproduksi
3. Apa saja ruang lingkup yang ada pada kesehatan reproduksi usia reproduktif

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui tujuan adanya kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi usia reproduktif
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
dikemukakannya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan
dan Pembangunan Internaonal Conference on Populaon Development (ICPD) di
Cairo, Mesir pada tahun 1994 dan menekankan bahwa setiap negara harus berusaha
untuk membuat pelayanan kesehatan reproduksi dapat terjangkau oleh semua orang
pada umur yang sesuai, melalui sistem pelayanan kesehatan dasar dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
menyeluruh dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. oleh
karena itu dapat dinyatakan bahwa seseorang mampu memiliki kehidupan seks yang
memuaskan dan aman dan mereka yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi
dan bebas untuk memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi,
yang menjamin pemenuhan hak kesehatan reproduksi bagi setiap orang, dan
menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu.
Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, Pemerintah juga
menjamin kesehatan ibu, mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan
bayi baru lagir, menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi, dan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lagi yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi


Tujuan kesehatan reproduksi menurut Prijatni (2015) ada dua yaitu:
1. Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual termasuk hak-hak reproduksi perempuan.
2. Meningkatkan kesadaran dan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan
proses reproduksinya, yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan
kualitas hidupnya
Sedangkan menurut Depkes RI (1996) ada 4 tujuan khusus dalam kesehatan
reproduksi yaitu:
1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
3. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku
seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan
anakanaknya.
4. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Usia Reproduktif


2.3.1 Pra Nikah
Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang
mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,
lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang wanita,
yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui pendidikan,
konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan.
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk
pencegahan anomali kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua ( > 13 minggu kehamilan, yaitu
setelah periode organogenesis utama (antara 3 dan 10 minggu kehamilan).
Gambar 1
Periode Organogenesis

Dikutip dari Sackey.,dkk


Perawatan prakonsepsi harus menjadi bagian penting dari perawatan primer dan
kedokteran pencegahan pada semua wanita usia subur yang memeriksaan kesehatan
dirinya. Masalah ini penting, karena meskipun ibu hamil menginginkan hal terbaik
untuk keturunannya di masa yang akan datang, kenyataannya lebih dari 50%
kehamilan tidak direncanakan dengan baik .
Idealnya, pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya, merencanakan
program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya dengan baik sesuai kebutuhan
dan keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin hamil dievaluasi kesehatan alat
reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu yang belum ingin hamil tetap harus
dijaga kesehatan reproduksinya dan ditawari metode keluarga berencana yang sesuai.
Selain evaluasi kesehatan reproduksi berkala, perawatan prakonsepsi juga dapat
berkisar pada:
 Pemeriksaan pranikah dan berbagai pemeriksaan penunjangnya
 Konseling Kontrasepsi pra-kehamilan
 Evaluasi penyakit menular seksual atau infeksi vagina
Petugas kesehatan harus mampu melakukan penilaian prakonsepsi dasar, memberikan
pendidikan dasar kesehatan reproduksi, dan menawarkan rekomendasi yang tepat
untuk intervensi. Apabila terdapat situasi di luar kemampuan petugas kesehatan, harus
dilakukan rujukan kepada seorang konselor genetik dan / atau petugas dengan
keakhlian khusus.
Tujuan Pelayanan Prakehamilan
Tiga tujuan utama dari perawatan prakonsepsi adalah untuk:
 Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu , janin , dan kehamilan
 Mendidik wanita tentang risiko ini , pilihan untuk intervensi dan manajemen
 Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu dan janinnya,
melalui Konseling, motivasi, optimasi penyakit, dan rujukan spesialis.

2.3.2 Kesehatan Maternal


A. Definisi Kesehatan Maternal
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang
meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin
yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam
rahim).Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi
menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan.
Sistem reproduksi berfungsi memperbanyak spesies. Hanya melalui system
reproduksilah cetak biru genetic yang kompleks dari tiap-tiap spesies dapat bertahan
melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Dalam penghasilan janin
diperlukan organ reproduksi laki-laki dan perempuan.
Fungsi daripada organ reproduksi pria adalah
(1) Pembentukkan sperma (spermatogenesis)
(2) Penyaluran sperma pada wanita. Sedangkan fungsi wanita dalam reproduksi lebih
rumit daripada pria.
Fungsi utama system reproduksi pada wanita adalah
(1) Pembentukan ovum (oogenesis)
(2) Menerima sperma
(3) Transportasi sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi/pembuahan, atau
konsepsi)
(4) Pemeliharaan janin yang sedang berkembang sampai janin tersebut dapat
bertahan hidup di dunia luar (gestasi atau kehamilan), termasuk pembentukkan
plasenta, organ pertukaran anatara ibu dan janinnya;
(5) Melahirkan bayi (partus)
(6) Memberi makan pada bayi yang baru dilahirkan dengan menghasilkan susu
(laktasi).
Organ genitalia eksterna terdiri dari vulva (pukas) atau pudenda. Meliputi seluruh
struktul eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu moons
veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum,
muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vascular. Organ genitalia interna
meliputi vagina, serviks, kanalis servikalis, uterus, tuba fallopii dan ovarium.
 Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya
berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membrane sel ovum.
 Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya
hasil konsepsi ke dalam endometrium. Plasentasi adalah proses pembentukan
struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium plasentasi
dimulai. Pada umumnya plasentasi berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah
fertilisasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2011).

B. Organ Genitalia Internal


1. Vagina (liang kemaluan/liang senggama)
Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang
merupakan suatu penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya
sejajar dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini penting
diketahui pada waktu memasukkan jari ke dalam vagina saat melakukan
pemeriksaan ginekologik. dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu
sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm.
bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. Di tengah-
tengahnya ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan-
lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan
fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir (saluran berotot dan dapat
diregangkan yang menghubungkan uterus ke lingkungan eksternal).
2. Uterus (rahim)
Uterus merupakan suatu organ muskular berbentuk seperti pir yang
terletak di antara kandung kencing dan rektum.
 Fungsi dari uterus adalah:
 Setiap bulan, berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan ditandai
adanya perubahan dan pelepasan dari endometirum.
 Selama kehamilan sebagai tempat implantasi, retensi
dan nutrisi konseptus.
 Saat persalinan denganadanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
 Ukuran uterus berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan atau
belum.
 Ukuran uterus pada anak-anak 2-3 cm, nuli para 6-8 cm dan multi para 8-9
cm.
 Uterus terdiri atas dua bagian utama yaitu serviks dan korpus uteri.

- Serviks uteri
Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari pars
vaginalis dan pars supravaginalis. Komponen utama
dalam serviks uteri adalah otot polos, jalianan jaringan ikat kolagen dan
glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteridengan lubang ostium uteri externum, yang dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, danostium uteri internum.

- Korpus uteri
Korpus uteri terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang
melekat pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan
muskular / miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisanendometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intra abdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis ke
dalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Isthmus adalah
bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi
olehperitoneum viserale. Isthmus, akan melebar selama kehamilan dan disebut
segmen bawah rahim.

- Organ yang berbatasan dengan uterus adalah sebagai berikut:


 Sebelah atas: rongga rahim berhubungan dengan tuba falopi
 Sebelah bawah: berbatasan dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis)

- Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yaitu:


 Lapisan serosa (perimetrium) terletak paling luar
 Lapisan otot (miometrium) terletak di tengah
 Lapisan mukosa (endometrium) terletak paling dalam

- Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena
disokong dan dipertahankan oleh:
 Tonus rahim sendiri
 Tekanan intra abdominal
 Otot-otot dasar panggul
 Ligamentum-ligamentum
Ligamentum-ligamentum uterus adalah sebagai berikut:
1. Ligamentum latum: Ligamentum latum terletak di sebelah kanan dan
kiri uterus, meluas sampai ke dinding panggul dan dasar panggul,
sehingga uterus seolah-olah menggantung padatuba.
2. Ligamentum rotundum: Ligamentum rotundum terletak di bagian atas lateral
dari uterus, kaudal dari insersi tuba. Ligamen ini menahan uterus antefleksi.
3. Ligamentum infundibulo pelvikum: Indifundibulo pelvikum ada dua yaitu di
bagian kiri kanan dari infundibulum dan ovarium. Ligamentum ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul.
4. Ligamentum kardinale: Ligamentum kardinale terdapat di kiri kanan
dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul.
5. Ligamentum sakro uterinum: Ligamentum sakro uterinum terdapat di kiri
dan kanan dariserviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
6. Ligamentum vesiko uterinum: Ligamentum vesiko uterinum terletak pada
daerah uterus ke kandung kencing.

- Letak uterus adalah sebagai berikut:


1. Antefleksi (menekan ke depan), merupakan letak fisiologis
2. Retrofleksi (menghadap ke belakang)
3. Anteversio, uterus terdorong ke depan
4. Retroversio, uterus terdorong ke belakang
5. Torsio, uterus yang memutar

3. Tuba falloppi
Tuba falopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah
lateral, kornu uteri kanan dan kiri. Panjang tuba falopi adalah 12 cm, dengan
diameter 3-8 mm.
- Fungsi dari tuba falopi adalah:
 Menangkap dan membawa ovum dari ovarium ke uterus
 Tempat terjadinya konsepsi
Tuba falopi terdiri atas 4 bagian yaitu:
 Pars interstisialis: Pars interstisialis merupakan bagian tuba yang berjalan
dari dinding uterusmulai dari ostium tuba.
 Pars ismika: Pars ismika merupakan bagian tuba setelah ke luar
dinding uterus. Pars ismika merupakan bagian yang lurus dan sempit.
 Pars ampularis: Pars ampularis merupakan bagian tuba antara pars ismika
dengan infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba yang paling
lebar dan berbentuk S. Pars ampularis merupakan tempat
terjadinya konsepsi.
 Infundibulum: Infundibulum merupakan bagian ujung dari tuba dengan
umbai-umbai yang disebut fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk
menangkap ovum yang matang. Lubang pada fimbrae disebut ostium
abdominale tuba.

4. Ovarium (Indung Telur)


Ovarium homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan
terletak pada dinding panggul bagian lateral yang
disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu terletak di kiri dan
kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum ovarii propium dan
dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligamentum infundibulo
pelvikum.
- Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
 Mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen
 Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm.
Berat ovarium kurang lebih 4-8 gram. Pada seorang wanita, terdapat
100.000 folikel primer. Folikel tersebut setiap bulan akan matang dan keluar,
terkadang dua folikel matang dan keluar bersamaan. Folikel primer ini akan
berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel de graaf yang matang terdiri
atas: ovum, stratum granulosum, teka internus, dan teka eksternus.

C. Filosofi Kehamilan
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga
bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung
bahan nucleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan
ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitive
tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada
tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel
spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial leydig mulai aktif
mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks.
Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer.
Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder;
kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang
masing-masing memiliki jumlah kromososm setengah dari jumlah yang khas untuk
jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital
ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia
kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-
folikel . pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur
16-25tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang.
Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan-
perubahan pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium kearah korteks
ovarium sehingga pada waktu dilahirkan korteks korteks ovarium terisi dengan folikel
ovarium primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan,
DNA-nya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan
selanjutnya terhenti – oleh sebab yang belum diketahui – sampai folikel itu terangsang
dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis
dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH meiosis berlangsung terus. Benda
kutub (polar body) pertama di sisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan
oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses pembelahan
ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama ovum; pematangan
kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi ovum.
 Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan
spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan
spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel
ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar,
kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama
besar. Spermatid adalah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan
merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini
berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses
spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
 Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus. Struktur spermatozoa
tersebut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti kecebong (anak katak yang baru
menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa sel-sel sperma
memiliki struktur sebagai berikut.

Representasi skematik spermatozoa tampak “frontal”


1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu
bagian yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang
berbentuk agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi
untuk menembus dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom
tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu kromosom Xatau Y, kromosom X untuk
membentuk bayi berkelamin perempuan, sedangkan kromosom Y untuk
membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom kelamin laki-laki inilah
nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada seorang bayi.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk
pembentukan energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan
sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3) Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak.
Fungsinya adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel
telur. Pergerakan sel ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan
menyerupai sirip belakang ikan.
 Pembuahan
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen- mikrofilamen
fimbria infundibulum tuba ke arah pars ampularis. Ovum ini mempunyai diameter
0,1 mm. ditengah-tengah di jumpai nucleus yang berada dalam metaphase pada
pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-
kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam
amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Di luar zona pelusida ini ditemukan
sel-sel korona radiate dan di dalamnya terdapat ruangan perifitelina tempat benda-
benda kutub. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam perjalan ovum di ampula tuba
semakin berkurang sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu
berada dekat pada perbatasan anatar ampula tuba dan ismus tuba tempat
pembuahan terjadi.
Jutaan spermatozoa di tumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio
pada waktu kortus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum
uterus dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampulla tuba
dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap di buahi. Hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa di
temukan peningkatan konsentrasi DNA di nucleus dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena di duga dapat melepaskan hialu ronidase.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa
ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic.
Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu
melakukan penetrasi membrane sel ovum.
Untuk mencapai ovum spermatozoa harus melewati korona radiate (lapisan
sel luar ovum) dan zona pelusida suatu bentuk glikoprotein ekstraselular yaitu dua
lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu
spermatozoa.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks
ovum. Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane sel sehingga
enzim di dalam granula-granula di keluarkan secara eksositosis ke zona pelusida,
hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain
membentuk suatu materi yang keras yang tidak dapat di tembus oleh spermatozoa.
Setelah spermatozoa menembus zona pelusida ia kehilangan membrane nucleus
yang tinggal hanya pronukleus, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondria
berdegenerasi.
Jumlah kromosom pada pronukleus ovum dan spermatozoa masing-masing
bersifat haploid. Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zygot
yang terdiri atas bagian genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia
terdapat 46 kromosom, 44 kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin, pada
seorang laki-laki 1X dan 1Y. Zygot sebagai hasil pembuahan yang memilikin 44
kromosom autosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan,
sedangkan yang memiliki 44 kromosom autosom serta 1 kromosom X dan 1
kromosom Y akan tumbuh menjadi janin laki-laki. Pembelahan zygot terjadi
beberapa jam setelah pembuahan. Dalam tiga hari terbentuk kelompok sel yang
sama besarnya hasil konsepsi berada dalam stadium MORULA.

 Nidasi
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya
hasil konsepsi ke dalam endometrium. Selanjutnya hari ke empat hasil konsepsi
mencapai stadium blastula disebut blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya
adalah tropoblas dan di bagian dalamnya masa inter sel. Massa inersel berkembang
menjadi janin dan tropoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian
blaskokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut tropoblas. Tropoblas ini
sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan implantasi,
produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran
maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk produksi
human chorionic gonadotropin (Hcg) dimulai, suatu hormone yang memastikan
bahwa endometrium akan menerima (reseptif) itu dalam implantasi embrio.
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian dimana
massa iner sel berlokasi. Dikemukakan bahwa hal ini yang menyebabkan tali pusat
berpangkal sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista
memasuki endometrium maka terdapatlah tali pusat dengan insesio velamentosa.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus dekat dengan
fundus uterus. Jika nidasi ini terjadi barulah dapat disebut adanya kehamilan.
Setelah nidasi berhasil selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan
berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan
jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas (mononuclear trophoblas) di sisi
bagian dalam dan sinsiotrophoblas (multinuclear trophoblas) di sisi bagian luar.
Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi tetapi juga untuk melindungi
janin yang bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila
nidasi telah terjadi mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. Sel-sel yang lebih kecil
yang dekat dengan ruang eksoselong membentuk entoderm dan yolk sac,
sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang
amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat suatu embrional plate yang
membentuk antara dua ruangan yakni ruang amnion dan yolk sac. Pertumbuhan
embrio terjadi dari embrional plate yang selanjutnya terdiri dari tiga lapisan yakni
ectoderm, mesoderm, dan entoderm.

Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium plasentasi dimulai. Pada umumnya plasentasi
berlangsung 12 sampai 18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam dua minggu pertama perkembangan hasil konsepsi tropoblas infasiv telah
melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Tiga minggu pasca fertilisasi
sirkulasi darah janin dapat di identifikasikan dan dimulai pembentukan vili koliaris.
Vili koliaris ini akan bertumbuh menjadi masa jaringan yaitu plasenta.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korian. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas
tidak ada pencampuran darah anatara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel
desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya
membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan
plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
TANDA-TANDA KEHAMILAN
A. Tanda Pasti Kehamilan
1. Teraba bagian-bagian bayi
2. Tampak dalam USG
3. Bunyi jantung foetus positif
4. Tampak rangka dalam roentgen

B. Tanda-Tanda Umum (Belum Pasti)


1. Perubahan warna kulit pada putting susu, areola mammae, dan linea alba
2. Payudara membesar dan menegang
3. Test kehamilan positif

C. Perubahan Fisik Ibu Hamil


1. Perut membesar
2. Payudara membesar
3. Areola mammae menghitam
4. Linea alba menjadi gelap
5. Striae gravidarum
6. Berat badan bertambah
7. Pada trimester terakhir kehamilan, kaki membengkak dan poliuri

D. Pemeriksaan kehamilan
1. Setiap satu bulan sekali sampai memasuki trimester ketiga
2. Setiap dua minggu sekali sampai memasuki bulan ke-9
3. Setiap seminggu sekali selama bulan terakhir

2.3.3 Penaksiran Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus


1. 12 minggu, tinggi fundus sedikit diatas simfisis pubis
2. 16 minggu, tinggi fundus dipertengahan antara simfisis pubis dan umbilicus
3. 20 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di bawah umbilicus
4. 24 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di atas umbilicus
5. 28-30 minggu, tinggi fundus 3 jari di atas umbilicus
6. 32 minggu, tinggi fundus 3 jari di bawah procesus xyphoideus
7. 36-38 minggu, tinggi fundus 1 jari di bawah procesus xyphoideus
8. 40 minggu, tinggi fundus 2-3 jari dibawah procesus xyphoideus
2.3.4 Perkembangan Fungsi Organ Janin
Usia gestasi 6 minggu, membentuk hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari
telah berbentuk namun masih tenggelam dan jantung telah terbentuk penuh.
Usia 7 minggu mata tampak pada muka, pembentukan alis dan lidah.
Usia 8 minggu mirip bentu manusia, mulai pembentukan genitalia eksternal, sirkulasi
melalui tali pusat di mulai, tulang mulai terbentuk.
Usia 9 minggu kepala meliputi separuh pusar janin, terbentuk muka janin, kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai minggu ke 28.
Usia 13 sampai 16 minggu janin berukuran 15cm ini merupakan awal dari trisemester
II, kulit janin masih transparan, mulai tumbuh lanugo (rambut janin), janin bergerak
aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban, telah terbentuk mekonium (feses
dalam usus), jantung berdenyut 120-150/menit.
Usia 17 sampai 24 minggu, komponen mata terbentuk penuh juga sidik jari, seluruh
tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex.
Usia 25 sampai 28 minggu, saat ini disebut permulaan trimester III dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat, system saraf mengendalikan gerak dan fungsi tubuh,
mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
Usia 29 sampai 32 minggu, bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-
70%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular, suhu relative
stabil.
Usia 33-36 minggu, berat janin 1500-2500 gram, bulu kulit janin (lanugo) m ulai
berkembang, pada saat 35 minggu paru telah mature. Janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan.
Usia 37-40 minggu, sejak 38 minggu kehamilan di sebut aterm, dimana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban akan mulai berkurang tetapi masih dalam batas
normal.

2.3.5 Masalah Pada Kehamilan


A. Kelainan usia kehamilan
1. Kehamilan normalnya berlangsung selama 37-42 minggu
2. Kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke-22, disebut abortus
3. Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-22 sampai ke-28, disebut immature
4. Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-28 sampai ke-37, disebut premature
5. Kehamilan yang melebihi minggu ke-42, disebut serotinus
B. Perdarahan pada kehamilan
1. Pada kehamilan trimester pertama
a. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu, berat
janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan
disebut abortus provokatus
b. Hamil anggur
2. Pada kehamilan trimester terakhir
a. Placenta praevia
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Gejala perdarahan awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa
perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan.
Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi waktu bangun tidur. Tidak
jarang, perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat in partu. Jumlah
perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
b. Solutio placenta
Solution plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi
ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berta
janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kea rah pinggir plasenta
sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui
ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi
1. Keadaan umum penderita relative 1. Keadaan penderita lebih jelek
lebih baik
2. Plasenta terlepas luas, uterus
2. Plasenta terepas sebagian atau
kerang/tegang
inkomplit

3. Sering berkaitan dengan


3. Jarang berhubungan dengan
hipertensi
hipertensi

C. Hipertensi dalam kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan
merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam
persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang belum
sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang prngrlolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-
benar dipahami oleh semua tenaga medic baik di pusat maupun di daerah.
1) Hipertensi kronik;
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang pertema kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2) Preeklampsia-eklampsia;
Preeclampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau koma.
3) Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia;
Adalah hipertensi kronik di sertaitanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
4) Hipertensi gestasional.
Disebut juga transient hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia atau tanpa
proteinuria.

Penjelasan tambahan
1) Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolic ≥ 15
mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
2) Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama
dengan ≥ 1+ dipstick.
3) Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeclampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka).
Perlu dipertimbangkan factor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila
didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.
Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34
kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi
rendah.

2.3.6 Tujuan Kesehatan Maternal


1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan memperthankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan
bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.

2.3.7 Kesehatan Masa Antara


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus
Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18X dari jumlah penduduk. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18X dari jumlah penduduk
dunia (WHO, 2014).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja
mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta
cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi
konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus
menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah
kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja tersebut
memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi.
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk:
a. Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perilaku seksual berisiko antara lain
seks pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan tidak diinginkan, perilaku
seksual berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan perilaku berisiko tertular
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV.
b. Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan sosial untuk menikah
dan menjadi orang tua pada usia yang matang.
c. Perilaku berisiko lain yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
antara lain penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan
perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia.

2.3.8 Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja


Data mengenai situasi kesehatan reproduksi remaja sebagian besar bersumber
dari Survei Demografi dan Kesehatan terutama komponen Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR), yang mewawancarai remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah.
Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada
usia 15-17 tahun. Sekitar 33,346 remaja perempuan dan 34,546 remaja laki-laki yang
berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada
usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang
memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat,
antara lain melakukan hubungan seks pra nikah.
1. Seks Pra Nikah pada Remaja
Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak yang menyatakan pernah
melakukan seks pra nikah dibandingkan perempuan. Dibandingkan tahun 2007,
persentase pada tahun 2012 cenderung meningkat kecuali pada perempuan usia 15-
19 tahun. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman remaja tentang
keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan kemampuan untuk menolak
hubungan yang tidak mereka inginkan.
2. Pernikahan Usia Muda
Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal minimal
perempuan menikah adalah 18 tahun ke atas, namun di Indonesia batas usia
minimal untuk perempuan adalah 16 tahun.
Pernikahan usia muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek
kesehatan, mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi dan reproduksi.
Pendewasaan usia perkawinan juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran
karena lamanya masa subur perempuan terkait dengan banyaknya anak yang akan
dilahirkan.
3. Kehamilan pada Remaja
Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya,
juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda atau remaja
antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR),
perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi.
Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan
aborsi tidak aman.
Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam
tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, yang mendata
perempuan usia 10-54 tahun yang sedang hamil, masih didapatkan kehamilan pada
usia sangat muda («15 tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil
(0,0296), terutama di perdesaan (0,0396). Sedangkan proporsi kehamilan pada usia
15-19 tahun adalah 1,974, di perdesaan lebih tinggi dibanding perkotaan.
Hasil SDKI 2012 KRR menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,34
remaja perempuan dan 31,24 remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa
perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Begitu pula gejala
PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak
diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,94 remaja perempuan dan 10,64 laki-laki
memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS. Tempat pelayanan
remaja juga belum banyak diketahui oleh remaja.
4. Kegiatan/Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
Sejak tahun 2003, Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model
pelayanan kesehatan pada remaja yang disebut dengan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) yang berciri khasnya adalah pelayanan konseling dan peningkatan
kemampuan remaja dalam menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS).
PKPR dapat terlaksana dengan optimal bila membentuk jejaring dan
terintegrasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi swasta, dan LSM
terkait kesehatan remaja dan dapat dilaksanakan dalam gedung fasilitas kesehatan
dan di luar gedung fasilitas kesehatan serta dapat dilaksanakan di puskesmas,
rumah sakit, sekolah, karang taruna, gereja atau tempat - tempat lain dimana
remaja berkumpul. Mengingat Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan
dasar yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat termasuk remaja dan
tersedianya tenaga kesehatan, maka PKPR sangat potensial untuk dilaksanakan di
Puskesmas. PKPR sangat erat terkait dengan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) yang juga dibina oleh puskesmas setempat.
Kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja juga terdapat dalam
Program Generasi Berencana (GenRe) yang diselenggarakan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang dilaksanakan melalui
pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan
pendekatan kepada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan kepada remaja
dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan
melalui pengembangan kelompok Bina Ketahanan Remaja (BKR). Remaja sebagai
sasaran program, adalah penduduk usia 10-24 tahun yang belum menikah.
Kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain Pemilihan Duta Mahasiswa,
seminar remaja, gelar seni budaya, pentas komedi, penyebaran poster, Junior Eagle
Award, GenRe Goes to School/ Kampus/ Pesantren, Jambore Kreatifitas Remaja
dan Temu Kader BKR (Bina Ketahanan Remaja)
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan
yang meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki
janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode
menstruasi terakhir sampai melahirkan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi menjadi 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari
bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Sistem reproduksi berfungsi memperbanyak spesies. Hanya melalui system
reproduksilah cetak biru genetic yang kompleks dari tiap-tiap spesies dapat bertahan
melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Dalam penghasilan janin
diperlukan organ reproduksi laki-laki dan perempuan.

3.2 Saran
Masyarakat perlu diberi penyuluhan pengetahuan tentang Pemahaman dan
ilmu mengenai Kesehatan Reproduksi Usia Reproduktif terutama untuk perempuan
pada masa sebelum hamil, maternal, melahirkan, nifas dan masa antara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sackey JA, Haug WL, Barss VA. The preconception office visit, UpToDate, Mar
19, 2015.
2. Moos MK, Dunlop AL, Jack BW, et al. Healthier women, healthier reproductive
outcomes: recommendations for the routine care of all women of reproductive age.
Am J Obstet Gynecol 2008; 199:S280.
3. Mazza D, Chapman A, Michie S. Barriers to the implementation of preconception
care guidelines as perceived by general practitioners: a qualitative study. BMC
Health Serv Res 2013; 13:36.
4. Bernstein PS, Sanghvi T, Merkatz IR. Improving preconception care. J Reprod Med
2000; 45:546.
5. Leuzzi RA, Scoles KS. Preconception counseling for the primary care physician.
Med Clin North Am 1996; 80:337.
6. Korenbrot CC, Steinberg A, Bender C, Newberry S. Preconception care: a
systematic review. Matern Child Health J 2002; 6:75.
7. Chandranipapongse W, Koren G. Preconception counseling for preventable risks.
Can Fam Physician 2013; 59:737.
8. Abdul Bari Saifuddin, ed. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Materna Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
9. Abdul Bari Saifuddin, ed. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
10. Proses Terjadinya Kehamilan http://bidanku.com/index.php?/proses-terjadinya
kehamilan#ixzz2LdscyXfp
11. Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi
Darurat Bencana. 2010 revisi untuk peninjauan lapangan.
12. Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar.2015. Jakarta : Kementerian Kesehatan
13. Winarti, Eko. 2017. BUKU AJAR KESEHATAN REPRODUKSI untuk
Mahasiswa Kebidanan. Siduarjo : Indomedia Pustaka.
14. Infodatin Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai