Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
Roland Andika Setiawan T. 160110150004
Ahmad Salman Ali Ghufroni 160110150019
Anindya Ayu Pramesti 160110150033
Dea Fitri Khaerunnisa 160110150048
Muhammad Nahla Adiba 160110150052
Nada Qisthina Malik 160110150076
Almira Putri Miladiani 160110150090
Rissa Zharfany Ernata 160110150104
Bianca Saphira 160110150118
Saraswati Nugrahani 160110150134
Riham 160110150149
Nazirul Mubin Bin Roslan 160110152002
Wern Xin Ying 160110152016
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Anis Deanna 160110152029
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya makalah kasus 3
tutorial Blok Community Dentistry 3 ini.
Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada tutorial ini dapat
senantiasa dilakukan oleh mahasiswa. Upaya ini diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan penguasaan materi oleh mahasiswa sesuai dengan kompetensi
yang dipersyaratkan.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kasus ini dijelaskan bahwa drg. Judika menilai bahwa kesadaran
masyarakat nengenai keseharan gigi dan mulut kurang baik. Sehingga drg. Judika
berencana akan melakukan pelayanan kesehatan kuratif, tanpa melupakan
pelajyanan kesehatan lainnya yaitu preventif, promotif serta rehabilitatif.
1
2
1.2 Tujuan
Penulis melakukan observasi terhadap pelayanan kesehatan kuratif, promotif,
preventif, serta rehabilitatif yang akan dilakukan drg. Judika untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang baik.
3
ANALISIS KASUS
Dokter gigi Judika berpraktik di puskesmas dan praktik sore di rumahnya.
Dokter gigi Judika menilai kesadaran masyarakat mengenai kesehatan giginya
belum baik. Terbukti dari indeks DMF-T dan def-t nya 5, serta indeks kebutuhan
perawatan gusinya tinggi dan ada penduduk yang menderita kanker di rongga
mulut.
Dengan temuan diatas, drg Judika berencana akan memberikan pelayanan
kuratif dengan tidak melupakan upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Upaya
kuratif seperti penambalan dan skeling akan tetap berjalan. Upaya preventif di
dalam gedung di Puskesmas dan di tempat praktiknya berupa pelayanan
pencegahan di bidang kedokteran gigi berupa pemberian fluor. Pemberian fluor
tersebut seingat drg Judika ada dua model, yaitu pemberian fluor secara sistemik
yang terdiri dari pemberian fluor pada air minum, penambahan fluor pada garam,
fluoridasi air di sekolah, penambahan fluor pada susu dan pemberian suplemen
fluor. Model kedua yaitu pemberian fluor secara topikal/topical fluoridation yang
terdiri dari profesional applied dan self applied. Dokter gigi Judika juga tidak lupa
memperhatikan aspek etik pemberian fluor untuk model pertama. Drg Judika
setelah mempelajari kedua modelpemberian fluor dan aspek etiknya, akhirnya
memutuskan mengambil pemberian fluor model kedua untuk dilakukan di
puskesmas dan di praktik sorenya. Pemberian fluornya disesuaikan dengan
kebutuhan pasiennya.
Selain upaya preventif, drg Judika juga melaksanakan upaya promotif dengan
memberikan penyuluhan mengenai bagaimana pencegahan penyakit karies,
penyakit periodontal, penyakit kanker di ronga mulut dan pencegahan penyakit
terhadap terjadinya maloklusi pada anak. Dokter gigi Judika menyiapkan materi
penyuluhan drg Judika juga berencana mengetahui kualitas hidup penduduk dari
segi kesehatan gigi melalui pemberian kuisioner Oral Health Related Quality of
Life (OHRQoL).
1.3 Terminologi
1. Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL)
4
1.5 Hipotesis
Kesedaran masyarakat mengnai kesehatan gigi belum baik, maka drg.
Judika berencana akan memberikan pelayanan preventif, promotive, kuratif,
rehabilitative, sehingga diharapkan kualitas hidup masyarakat terus terjaga
dengan baik
1.6 Mekanisme
- Kanker di rongga
Kerana mulut
memperhatikan aspek
- terjadi maloklusi
etiknya, dipilih model
anak
Fluoridasi secara
topikal
10. Bagaimana upaya promotive pada penyakit karies, perio, kanker rongga
mulut dan maloklusi pada anak?
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flour
Definisi
2Sumber Fluoride
1. Lithosphere
Kandungan fluoride dalam tanah bergantung dari kedalaman tanah
tersebeut. Di dalam gunung yang sangat tinggi kandungan fluoride di dalam
tanah biasanya rendah
2. Fluoride di dalam air
Konsentrasi fluoride pada air laut adalah sekitar 1.2 – 1.4 mg/L, sedangkan
pada air tanah konsentrasi fluoride adalah diatas 67 mg/L dan pada air
permukaan konsentrasi fluoride adalah 0.1 mg/L
3. Fluoride di udara
Polusi fluoride di udara dapat disebabkan oleh proses industry,
pertambangan, pembakaran batu bara, serta pupuk dan pestisida yang tidak
8
2.1.2 Manfaat
Peneliti telah mengusulkan bahwa fluoride memiliki beberapa fungsi, yaitu:
2.1.3 Indikasi
1. Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi
2. Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
3. Gigi yang sensitif
4. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan
gigi (contoh:Down syndrome).
5. Pasien yang sedang dalam perawatan ortodontik
2.1.4 Kontraindikasi
1. Pasien anak dengan resiko karies rendah.
2. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
3. Perawatan untuk kavitas besar yang terbuka
2.1.5 Efek Samping
1. Toxic
Fluoride merupakan senyawa yang berbeda dalam hal bioavabilitas
juga potensinya menjadi senyawa yang toxic. Potensial toksisitas dari
senyawa fluoride ini berbeda-beda, tergantung dengan berbagai faktor
seperti kelarutan senyawa dan juga kandungan kation dari senyawa tersebut.
Contohnya yaitu senyawa stannous fluoride sedikit lebih beracun dari
sodium fluoride karena dosis tinggi ion timah yang nantinya akan
10
2.2 Flouridasi
Definisi
Fluoridasi adalah cara yang ditempuh dengan menambahkan fluor ke
dalam air minum, garam dapur, atau minuman susu dan dipasarkan di masyarakat.
Tujuan fluoridasi adalah tidak menimbulkan kerusakan (fluorosis dan toksisitas),
menghambat karies aktif, mencegah karies pada permukaan gigi yang utuh, dan
meremineralisasi gigi yang terdelkasifikasi. Pemberian fluor secara sistemik adalah
pemberian fluor yang diingesti dan dideliveri ke rongga mulut melalui aliran
darah.Pemberian fluor secara sistemik contohnya melalui fluorodasi air di
komunitas dan sekolah serta fluor dalam uplemen seperti tablet, drop, garam,
vitamin, susu, dan jus. Fluor topikal digunakan secara intraoral dengan variasi
jumlah waktu, pada permukaan mahkota dan akar yang terekspos. Terdapat dua
cara pemberian fluor topikal yaitu: professional-applied dan self-applied. Fluor
professional-applied diberikan dalam bentuk larutan, gel, varnish, pasta profilaksis,
bahan restorasi, dan alat yang mengeluarkan fluor. Fluor self–applied diberikan
dalam bentuk dentrifice, obat kumur, dan gel.
11
Metabolisme
Metabolisme fluor diawali dengan asupan ke dalam tubuh. Makanan
biasanya mengandung 0,5 ppm sedangkan ikan laut mengandung 6-27 ppm.
Minuman biasanya mengandung 0,1-1,4 ppm bergantung pada air yang digunakan
untuk mengolahnya sedangkan teh mengandung 7 ppm. Rata-rata asupan fluor
untuk anak 0,5 mg/kg per hari. Obat kumur biasanya mengandung 230 ppm. Gel
APF biasanya mengandung 12300 ppm. Pasta gigi biasanya mengandung 1000-
1500 ppm.
Fluor diserap sebanyak 75-90% melalui difusi di lambung dan usus halus.
Konsentrasi puncak dalam plasma sekitar 30 menit hingga 60 menit. Fluor biasanya
diabsorpsi dalam bentuk NaF (paling tinggi), CaF2, MgF, dan AlF3. Absorpsi fluor
berbanding lurus dengan keasaman. Absorpsi fluor berbanding terbalik dengan
asupan makanan. Fluor dalam plasma berbentuk Ionik dan nonionik. Penjumlahan
keduanya merupakan plasma fluor total. Kadar fluor dalam plasma bertambah
seiring umur. (Marya, 2011)
Farmakokinetik
Absorpsi, distribusi dan ekskresi fluor terjadi serentak. Analisis
farmakokinetik kurva konsentrasi fluor plasma setelah asupan dosis tunggal fluor
memberikan informasi penting tentang kinetika fluor dalam tubuh. Dengan
memplot konsentrasi plasma fluoride sebagai fungsi waktu pada skala
semilogarithmic, tiga fase eksponensial dapat dibedakan; peningkatan awal diikuti
oleh penurunan cepat selama sekitar 1 jam dan kemudian penurunan yang lebih
lambat. Fase-fase ini mewakili absorpsi, distribusi dan eliminasi. Setelah konsumsi,
kadar fluoride plasma meningkat secara terukur dalam beberapa menit pertama dan
mencapai konsentrasi puncak dalam 20-60 menit. Peningkatan awal konsentrasi
fluor plasma mencerminkan penyerapan fluor dari saluran pencernaan ke darah.
Konsentrasi puncak tergantung pada jumlah yang dicerna, tingkat penyerapan,
volume distribusi, tingkat fluor, dan pembersihan dari plasma oleh ginjal dan
tulang. (Marya, 2011)
dipertahankan pada 1 ppm. Sebagian komunitas yang memiliki cuaca yang panas
menjaga fluoride kurang dari 1 ppm. Hal ini sebagai bentuk kompensasi konsumsi
yang berlebihan. Konsentrasi fluor yang baik adalah 0,7–1,2 mg fluoride/liter
tergantung temperatur lokal rata-rata tiap tahun. Biasanya pada musim panas kadar
fluor menurun sedangkan pada musim dingin kadar fluor meningkat. (Hiremath,
2007)
Pemberian fluor pada air minum dilakukan melalui fluoridasi air minum
secara sentral (fluoridated water supply). Untuk gigi anak, anak itu akan mendapat
proteksi terhadap karies jika fluor dikonsumsi sejak lahir. Untuk gigi permanen,
proteksi terhadap karies akan diperoleh jika anak mengkonsumsi air minum yang
difluoridasi ketika usianya tidak lebih dari 2 tahun.
Pemberian fluor di air minum bervariasi antara 1–1,2 ppm (parts per
million). Konsentrasi optimal fluor pada air minum adalah 1 ppm. Pengaruh
antikaries dan fluoride pada anak-anak adalah pada masa pertumbuhan dan
mineralisasi giginya.
Selain mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak
baik yaitu dengan adanya ‘mottled enamel’ di mana enamel gigi-gigi kelihatan
kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaanya dan bila fluor yang masuk dalam
tubuh terlalu banyak, ia dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Dalam suatu
populasi, fluoridasi air minum dengan 1 ppm fluoride terdapat bentuk ‘mottled
teeth’ yang paling ringan kurng lebih 10%.
Keuntungan:
1. Cukup ekonomis
2. Praktis / mudah dilakukan
3. Efektif menurunkan resiko karies sekitar 40 hingga 50%
Kerugian:
1. Konsumsi garam yang berfluoride sampai 4-5 tahun tidak terlalu berpengaruh,
karena manfaatnya kurang terasa pada usia anak yang telalu muda/kecil.
2. Tidak berpengaruh pada pasien dengan medically compromised (hipertensi,
gagal ginjal, dll)
Keuntungan:
fluor dalam bentuk 2,2 mg sodium fluorida ditambahkan pada liter susu.
Tablet Fluor
Di jerman anak usia 3-4 tahun tiap hari diberi 1mg tablet fluor (NaF)
selama 3 tahun dan menunjukkan reduksi karies sebesar 38% sedangkan
17
anak usia 6 tahun duberi 1 tablet / hari selama 6 tahun dan menunjukkan
def(s)nya menurun sebanyak 26%. Menurut berbagai penelitian, tablet NaF
dapat menurunkan karies gigi sebanding dengan hasil yang dicapai pada
fluoridasi air minum.
Anjuran pemberian dosisnya :
(1 tablet NaF = 2,21mg NaF = 1mg F)
Anak usia 0-2 tahun : 1 tablet untuk 1 quart hari
Anak usia 2-3 tahun : 1 tablet untuk selang 1 hari
Anak usia 3-10 tahun : 1 tablet / hari
Bila air minum yang mengandung fluor ≥ 0,5 ppm maka tablet tidak
dianjurkan.
Di Indonesia menurut Suwelo anjuran pemberian tablet adalah untuk
daerah – daerah yang kadar fluor air minumnya < 0,3 ppm, dengan dosis
pemakaian :
18
Larutkan 2 g NaF dalam 100 ml asam fosforik 0,1 M. larutkan ditambah 50%
HF untuk menyesusaikan pH 3 dan konsentrasi 1,23%. Aplikasi berulang dan gigi
lembab selama 4 minit. 1 atau 2 kali setahun.
4. Fluoride varnish
22.6 mgF/ml, 5% NaF dalam Colophonium base.
Aplikasi mengunakan sikat stau aplikator hanya di permukaan gigi, tidak di
jaringan lunak. 3-4 menit
5. Fluoride impregnated floss and prophylactic paste
The major functions of prophylactic paste are:
1) To clean the tooth surface through the removal of all exogenous deposits.
2) Polish the dental hard tissues, including restorations.
6. Fluoride containing dental materials and devices
7) Biarkan selama 3 menit dan lakukan hal yang sama pada kuadran lainnya.
20
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak makan dan minum 1 jam dan melakukan
kontrol sekali tiga bulan.
3. Metode harus sesuai untuk digunakan oleh kelompok besar dan dengan biaya
yang cukup rendah.
Konsentrasi fluoride dalam pasta gigi, larutan kumur, dan gel untuk
digunakan di rumah di USA diatur oleh Food and Drug Administration. Untuk pasta
gigi, agen telah mengusulkan berbagai konsentrasi dari 850 hingga 1150 ppm total
fluoride (USFDA, 1988). Karena, ketersediaan ion fluoride dalam konsentrasi yang
aman dan efektif adalah pertimbangan yang paling penting, agensi telah lebih lanjut
menentukan konsentrasi ion fluoride minimal yang harus tersedia dalam pasta gigi,
tergantung pada bahan aktifnya.
Penggunaan pasta gigi secara teratur merupakan cara yang paling efektif
karena fluoride berkontak langsung dengan gigi. Pasta gigi mempunyai keuntungan
karena bisa diaplikasikan sesering mungkin tanpa harus menggunakan resep atau
bantuan professional.
Teknik penggunaan pasta gigi berfluoride ini efektif digunakan setidaknya dua kali
sehari, yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
22
1. Sekali Sehari (konsentrasi rendah dan frekuensi tinggi): 0.02% NaF, 0.05%
NaF
2. Sekali Seminggu (konsentrasi tinggi dan frekuensi rendah): 0.2% NaF, 0.5%
NaF
siswa dan siswi di sekolah tersebut akan membeli makanan yang tidak memiliki
kadar gula tinggi dan dapat menjaga kesehatan giginya dari karies.
2. Membangun peraturan publik mengenai kesehatan
Contohnya yaitu pemerintah setempat membuat kebijakan mengenai fluoridasi
air di daerahnya, kebijakan mengurangi produksi makanan dengan kadar gula
tinggi, dll.
3. Menguatkan aksi komunitas
Contohnya yaitu meneruskan dan meningkatkan partisipasi publik dalam
melakukan edukasi mengenai karies, partisipasi publik dalam menjalankan
program pemerintah pengenai fluoridasi, dll.
4. Meningkatkan kemampuan individu
Peningkatan kemampuan individu dalam menghindari penyakit karies dapat
dilakukan dengan cara pemberian informasi dan edukasi mengenai kesehatan
gigi dan mulut serta mengenai penyakit karies itu sendiri. Pemberian informasi
dan edukasi ini dapat dilakukan dengan cara menyebarkan leaftlet atau poster
mengenai karies dan dapat dilakukan juga dengan penyuluhan. Dalam hal ini
diberikan penjelasan mengenai karies, perjalanan karies, faktor penyebab karies,
cara mencegahnya, dan cara mengobatinya.
5. Menyediakan pelayanan kesehatan
Penyediaan pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh seluruh kelompok
masyarakat. Contoh pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gigi mulut
di puskesmas, program kontrol plak, caries test activity.
Promosi karies untuk mencegah karies dental:
1. Hal yang dapat dilakukan pada individu
1. Pengaturan diet
2. Kunjungan berkala ke dokter gigi
3. Perminataan terhadap pelayanan kesehatan
2. Hal yang dapat dilakukan di komunitas masyarakat
1. Program edukasi kesehatan gigi dan mulut (contoh berupa penyuluhan)
2. Promosi untuk penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut, penyakit
karies, dll
24
1. Fase prenatal
Pada fase prenatal terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor
herediter dan juga faktor kongenital, dimana faktor tersebuat terjadi pada kondisi
fetus/embrio dan kondisi ibu saat hamil. Kondisi fetus/embrio terdiri dari gangguan
selama dalam kandungan, sedangkan kondisi ibu hamil meliputi penyakit dan
nutrisi.
2. Fase postnatal
1) Faktor intrisi
25
Gigi sulung yang tanggal secara prematur, tanggalnya gigi tetap, retensi gigi
sulung, erupsi gigi tetap yang terlambat, restorasi gigi yang tidak baik, dan
frenulum labialis yang abnormal.
2) Faktor sistemik
Malnutrisi, penyakit sistemik, dan fungsi abnormal dari kelenjar endokrin.
3) Faktor lingkungan
Menghisap ibu jari, cara bernafas yang menggunakan mulut, cara berbicara
yang salah dan cara menelan yang salah.
Upaya promotif ini dapat dilakukan secara langsung oleh dokter gigi di
puskesmas, atau bisa melalui kaderisasi pada masyarakat setempat. Pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan untuk menyebarkan informasi mengenai kanker di
26
rongga mulut merupakan salah satu dari sekian banyak perspektif mengenai
pembangunan masyakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menumbuhkan dan
meningkatkan kepedulian sosial kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan
atau di pemukiman kumuh.Sasaran untuk pemberdayaan masyarakat ini yaitu
masyarakat di daerah setempat itu sendiri secara optimal. Selain itu, kegiatan ini
juga mengikut sertakan tokoh masyarakat guna menggerakkan peran masyarakat.
(Jelita Permatasari n.d.)
Hal pertama yang dilakukan yaitu pelatihan kader dengan memilih satu
perwakilan dari setiap dusun, nantinya setiap kader akan menyebarkan informasi
mengenai kanker rongga mulut kepada masyarakat setempat dan melakukan
penyuluhan kepada masyarakat sasaran dan dapat melakukan pemeriksaan
sederhana. (Jelita Permatasari n.d.)
1. Definisi
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel,
mengubah genom sel ( komplemen genetik total sel ) dan menyebabkan
penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Kanker adalah istilah umum untuk
petumbuhan sel tidak normal yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan
tidak berirama dan dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh.
3. Epidimiologi
Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang
terjadi pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita.
Tingkat3: Ukuran lesi >4cm, mungkin teraba benjolan pada satu sisi limpa
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan berdasarkan:
1) Faktor local yang meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi karies, gigi palsu.
2) Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari, trauma yang kronik. Kanker mulut biasa juga terjadi karena
kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan pada mulut sehingga mulut
menjadi kotor.
3) Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
(Jelita Permatasari n.d.)
1. Kontrol Plak
28
2. Profilaksis mulut.
3. Pencegahan dengan tindakan sistemik.
4. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
1. Kontrol Plak
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia :
2) Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur seperti
chlorhexidine.
2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
scaling, root planing dan pemolisan gigi.
1. Karasteriktik individu
2. Biological/genetic
Jenis/tingkat cacat
3. Lingkungan :
-Karakteristik pengasuh
1. Oral Health
2. Social/emotional
3. Environment
4. Function
5. Treatment
32
Pentingnya OHRQoL
OHRQoL penting untuk alasan teoritis dan praktis. Penilaian OHRQoL
memungkinkan untuk beralih dari kriteria medis / gigi tradisional ke penilaian dan
perawatan yang berfokus pada pengalaman sosial dan emosional seseorang dan
fungsi fisik dalam menentukan sasaran dan hasil pengobatan yang tepat (Christie et
al., 1993)
Laporan dan konferensi Surgeon General, The Face of the Child, menyoroti
pentingnya kesehatan mulut anak-anak terhadap kesehatan dan kesejahteraan
mereka secara keseluruhan dan dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh
kesehatan mulut pada kualitas hidup anak-anak (Mouradian, 2001; Wilson-
Genderson et al ., 2007).
Pengukuran OHRQOL
Para peneliti sekarang mengakui pentingnya dari OHRQOL dan sudah
mulai menghasilkan instrumen pengukuran. Pada dasarnya, ada 3 kategori
OHRQOL ukuran, seperti yang ditunjukkan oleh Slade.
1. Indikator social
Secara singkat, indikator social digunakan untuk menilai efek dari kondisi
mulut di tingkat masyarakat. Biasanya, survei populasi besar yang dilakukan
untuk mengungkapkan beban penyakit mulut pada seluruh penduduk dengan
cara indikator sosial seperti kegiatan yang terbatas, kehilangan pekerjaan dan
absen sekolah karena kondisi oral. Sementara indikator social bagi pembuat
kebijakan berarti mereka memiliki keterbatasan dalam menilai OHRQOL.
34
3. Kuesioner
PEMBAHASAN
Judika adalah dokter gigi yang berpraktik di puskesmas dan dirumah. Dokter gigi
Judika menilai kesadaran masyarakat mengenaik kesehatan gigi masih kurang dilihat
dari indeks DMF-T dan def-t nya 5, indek kebutuhan perawatan gusi tinggi, dan ada
penduduk yang menderita kanker di rongga mulut
Selain upaya preventif dan promotif yang diberikan, drg. Judika juga
memberikan upaya kuratif seperti penambalan dan skeling di puskesmas dan praktik di
rumah. Sedangkan, upaya rehabilitatif yang dilakukan drg. Judika adalah menyiapkan
materi penyuluhan untuk mengetahui kualitas hidup penduduk dari segi kesehatan gigi
melalui pemberian kuisioner Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL).
37
KESIMPULAN
Drg. Judika melakukan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif pada
masyarkat sekitar tempat beliau berpraktik. Hal ini dilakukan karena menilai tingkat
bahwa kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut kurang baik. Setelah
melakukan upaya-upaya tersebut, drg. Judika melakukan kuisioner Oral Health Related
Quality of Life (OHRQoL) untuk mengetahui kualitas hidup penduduk dari segi
kesehatan giginya. Harapannya dengan dilakukan upaya preventif, promotif, kuratif
dan rehabilitatif dapat mencegah terjadinya karies, penyakit periodontal, penyakit
kanker rongga mulut, dan terjadinya maloklusi pada anak
39
DAFTAR PUSTAKA
Marya, CM. 2011. A Textbook of Public Health Dentistry. India: Jaypee Brothers
Sriyono, N. W. 2009. Prof. Niken: Fluoridasi Turunkan Prevalensi Penyakit Gigi dan
Mulut.(https://ugm.ac.id/id/newsPdf/875prof.niken:.fluoridasi.turunkan.prevalensi.pe
Hiremath, SS. 2007. Textbook of Preventive and Community Dentistry. New Delhi:
Marya, CM. 2011. A Textbook of Public Health Dentistry. India: Jaypee Brothers
Pintauli, S., Hamada, T.. 2010. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU Press.