Anda di halaman 1dari 24

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidaya-nya kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MEMAHAMI HAKIKAT, MARTABAT DAN
TANGGUNG JAWAB MANUSIA” Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya, makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran kepada
pembaca yang sifatnya membangun.

Blora, April 2018

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

KATA FENGANTAR.............................................................................. 1
DAFATR ISI............................................................................................ 2
BAB I........................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.............................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................4
BAB II........................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................
A.KEAJAIBAN PENCIPTAAN MANUSIA................................................5
B. HAKIKAT MANUSIA.............................................................................6
C. SIFAT, POTENSI DAN KEUNIKAN MANUSIA DIANTARA
MAHKLUK LAIN....................................................................................7
D. VISI HIDUP MANUSIA.........................................................................12
E. HUBUNGAN MANUSIA, TUHAN DAN ALAM..............................14

BAB III.....................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................... 22
A. KESIMPULAN......................................................................................22
B. SARAN..................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Siapakah manusia? Manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta. Asal-usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori
tentang species baru yang berasal dari spesies lain yang sebelumnya melalui proses evolusi.
Mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan. Membicarakan tentang manusia
dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metologi yang digunakan dan
terhadap filosofis yang mendasari.
Konsep manusia dalam al-qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling
menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas.Manusia
sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan
dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah memiliki kebabasan dalam tunduk atau
menentang takdir Allah.
Namun, pada umumnya manusia nampak lebih sering melanggar perintah Allah dan
senang sekali melakukan dosa. Jika demikian maka manusia semacam ini jauh dibawah
standar malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT, padahal
dijelaskan dalam Al-Qur’an, Malaikatpun sujud pada manusia. Kemudian, bagaimanakah
mempertanggungjawabkan firman Allah yang menyebutkan bahwa manusia adalah sebaik-
baiknya makhluk Allah?
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan untuk
melanggar perintah Allah, padahal Allah telah menjanjikan Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Dari ayat ini dapat dilihat bahwa sejak awal Allah menghendaki manusia untuk menjadi
hamba-Nya yang paling baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia menggabaikan
itu.
Jika manusia ingin mewujudkan potensi-potensi baik dalam dirinya, ia harus benar-
benar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan tentu manusia mampu untuk
menjalani itu. Sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 yang
berbunyi.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas melahirkan sebuah rumusan masalah yaitu:
1. Apa dan siapa sebenarnya manusia itu ?
2. Apa tujuan sebenarnya manusia hidup didunia ?
3. Apa tanggung jawab sebenarnya manusia hidup didunia ?
4. Jelaskan sifat, potensi, dan keunikan manusia dibanding dengan makhluk lain!
5. Apa misi hidup manusia?
6. Apa hubungan manusia, Tuhan dan Alam?

5
BAB 1

PEMBAHASAN

A. KEAJAIBAN PENCIPTAAN MANUSIA

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi
Adam. Dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Awal kehidupan dalam kandungan, menurut para ahli embriologi, terjadi dalam apa yang
di sebut proses reproduksi (Maurice Bucaille, 1986:200-222). Proses reproduksi sebenarnya
bermula dan beintikan pada konsep, yaitu pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh
sperma laki-laki. Sel telur dan sperma, dalam Islam di kenal dengan nama “nuftah” yakni
setetes cairan tertentu (Imam Bawani, 1990:16). Sebagaimana di nyatakan dalam Al-Quran
surat An-Nahl, ayat 4:” Dia (Allah SWT) telah menciptakan manusia dari nuftah (air mani),
tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”

Melalui proses reproduksi, dari bentuk nuftah selanjutnya berubah menjadi ‘alaqoh,
artinya segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Sesuai dengan
kenyataan, bahwa setelah terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, kira-kira 6 hari kemudian
cairan tersebut bergerak dan masuk ke dalam rongga kandungan, lalu menempel pada salah
satu dindingnya dalam posisi tergantung. Sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah,
ayat 36-40.

Setelah melalui proses sebagai ‘alaqoh, kemudian embrio tersebut memasuki tahap
perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang di gulung-gulung (mudhghah).
Informasi seperti ini sesuai dengan ilmu kedokteran modern, bahwa kurang lebih usia 20 hari
terhitung dari peristiwa konsepsi, daging tersebut secara bertahap mulai mengambil bentuk
yang semakin sempurna, antara lain di tandai oleh munculnya jaringan tulang dan otot serta
berbagai organ kehidupan yang lain. Sebagaimana di nyatakan dalam Al-Quran surat Al-
Mukminun, ayat 14.

‫خلقناالنّطفة َ علقة َ فخلقناالعلقة َ مضغة َ فخلقنا المضغة َعظمافكسوناالعظم لحماث ّم أنشأْنه خلقا أخر فتبارك هللا‬
‫أحسن‬

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk

6
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Surat Al-
Mu’minun 14)

HAKIKAT MANUSIA

Jelaskan bahwa manusia sebagai mahluk social memiliki fungsi biologis, proteksi,
sosialisasi/pendidikan. Supportive dan ekspresive. Dari fungsi-fungsi ini diharapkan bukan
saja menjadi landasan, materi kegiatan dan bahkan pendekatan/ proses-proses dalam
merancang, mengoperasikan, mengevaluasi program pendidikan non formal.

B. HAKIKAT MANUSIA

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya
manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam.

1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.

3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.

5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati

6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan


dengan potensi yang tak terbatas

7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.

8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.

Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang berlangsung
dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia adalah keturunan, lingkungan, dan manusia itu sendiri.

7
C. SIFAT, POTENSI DAN KEUNIKAN MANUSIA DIANTARA MAKHLUK-
MAHKLUK LAIN

1. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia
memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera
yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan,
yaitu :

1) Kemampuan Menyadari Diri

Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka
manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik
diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku
yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya.
Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia dapat membuat jarak
(distansi) dengan lingkungannya. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa
manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lainnya.

2) Kemampuan Bereksistensi

Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri,


menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan
menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga
dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat atau
ruang ini (di sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan
ke “masa depan” ataupun “masa lampau”. Kemampuan menempatkan diri dan
menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia
memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada diri manusia terdapat unsur
kebebasan.

3) Kata Hati (Consecience Of Man)

Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati,
dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang
baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan
dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”.
Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi.

8
Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh
kata hati yang tajam.

4) Moral

Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang
singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai
manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya
perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan
realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang
rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral
tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinngi, serta segenap
perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang tinggi. Moral (etika)
menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar ataukah yang salah, yang
berperikemanusiaan atau yang jahat.

5) Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan


sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat
diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti
menanggung tuntutan kata hati, misalnya penyesalan yang mendalam.
Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-
norma sosial. Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan
norma-norma agama misalnya perasaan berdosa dan terkutuk.

6) Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan
kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata
hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat
manusia.

7) Kewajiban dan Hak

Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.


Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi
kewajiban

Realisasi hak dan kewajiban dalam prakteknya bersifat relatif, disesuaikan


dengan situasi dan kondisi. Jadi, meskipun setiap warga punya hak untuk
menikmati pendidikan, tetapi jika fasilitas pendidikan yang tersedia belum
memadai maka orang harus menerima keadaan relisasinya sesuai dengan situasi
dan kondisi.

8) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

9
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalamanpahitdanpenderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan,
diri sendiri dan Tuhan.

Kebahagiaan ini dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang


dapat dikembangkan, yaitu kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati
hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian pendidikan
mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan,
utamanya pendidikan keagamaan.

2. Potensi-Potensi Dasar Manusia dalam Islam


Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan
yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa
potensi dasar yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat
dalam dirinya) dan potensi eksternal (potensi yang disertakan Allah untuk
membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk melaksanakn
tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah dan
didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan
tanggung jawab dengan sempurna
a. Potensi Fitriyah
Ditinjau dari beberapa kamus dan pendapat tokoh islam, fitrah mempunyai
makna sebagai berikut :
a) Fitrah berasal dari kata (fi‟il) fathara yang berarti “menjadikan” secara etimologi
fitrah berarti kejadian asli, agama, ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar, dan
kesucian
b) Fitrah Allah untuk manusia merupakan potensi dan kreativitas yang dapat
dibangun dan membangun, yang memilliki kemungkinan berkembang dan
meningkat sehingga kemampuannya jauh melampaui kemampuan fisiknya. Sesuai
dengan Al-Qur‟an surat Ar-Rum ayat : 30 yaitu : Artinya : Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Pada ayat
ini Allah telah menciptakan semua makhluknya berdasarkan fitrahnya. Surat ini
telah menginspirasikan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan fitrah atau
potensi itu dengan baik dan dan lurus.
c) Fitrah berarti ikhlas. Maksudnya manusia lahir dengan berbagai sifat, salah
satunya adalah kemurnian (keikhlasan) dalam menjalankan suatu aktivitas.
Berkaitan dengan makna ini ada hadits yaitu : “Tiga perkara yang menjadikannya
selamat adalah ikhlas, berupa fitrah Allah, di mana manusia diciptakan darinya,
sholat berupa agama, dan taat berupa benteng penjagaan” (HR. Abu Hamdi dari
Mu‟adz)

10
b. Potensi Ruhiyah
Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan
memilih jalan yang hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju
kedurhakaan. Bentuk dari roh ini sendiri pada hakikatnya tidak dapat dijelaskan.
Ruh merupakan kekuatan yang membuat jasmani mampu melaksanakan
tugasnya. Ia adalah unsur maknawi dalam pelaksanaan tugas. Tanpa ruh, jasmani
tidak akan mampu melaksanakan apa pun.
Potensi ini terdapat pada surat AsySyams ayat 7
{ ‫} ون ْف ٍس وما س َّواها‬
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) dan
Asy-Syams ayat 8 :
{ ‫} فأ ْلهمها فُ ُجورها وت ْقواها‬
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat
membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan).
Menurut Ibn „Asyur kata „nafs‟ pada surat Asy-Syams ayat ke-7 menunjukan
nakiroh maka arti kata tersebut menunjukan nama jenis, yaitu mencakup jati diri
seluruh manusia seperti arti kata „nafs‟ pada surat Alinfithar ayat 5 yaitu : Artinya
: maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang
dilalaikannya.
Menurut Al-Qurthubi sebagian ulama mengartikan „nafs‟ adalah nabi
Adam namun sebagian lain mengartikan secara umum yaitu jati diri manusia itu
sendiri. Pada arti kata „nafs‟ ini terdapat tiga unsur yaitu :
1) Qolbu : menurut para ulama salaf adalah nafs yang terletak di jantung
2) Domir : bagian yang samar, tersembunyi dan kasat mata
3) Fuad : mempunyai manfaat dan fungsi
Dengan demikian, dalam potensi ruhaniyyah terdapat pertanggungjawaban
atas diberinya manusia kekuatan pemikir yang mampu untuk memilih dan
mengarahkan potensipotensi fitrah yang dapat berkembang di ladang kebaikan
dan ladang keburukan ini. Karena itu, jiwa manusia bebas tetapi bertanggung
jawab. Ia adalah kekuatan yang dibebani tugas, dan ia adalah karunia yang
dibebani kewajiban. Demikianlah yang dikehendaki Allah secara garis besar
terhadap manusia. Segala sesuatu yang sempurna dalam menjalankan peranannya,
maka itu adalah implementasi kehendak Allah dan qadar-Nya yang umum.

c. Potensi Aqliyah
Potensi Aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam‟a basar,
fu‟ad). Dengan potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan
ilmiah tentang „kekuasaan‟ Allah. Serta dengan potensi ini ia dapat mempelajari
dan memahami dengan benar seluruh hal yang dapat bermanfaat baginya dan
tentu harus diterima dan hal yang mudharat baginya tentu harus dihindarkan.
Potensi Aliyah juga merupakan potensi yang dianugerahkan Allah kepada
manusia agar manusia dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil

11
dan mapu berargumen terhadap pemilihan yang dilakukan oleh potensi ruhiyah.
Allah berfirman dalam Al-qur‟an surat An-Nahl ayat 78 : Artinya : Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. Ayat ini menurut Tafsir Al-maraghi mengandung penjelasan bahwa
setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu
dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah
memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :
a) Akal sebagai alat untuk memahami sesuatu, terutama dengan akal itu kamu
dapat membedakan antara yang baik dan jelek, antara yang lurus dan yangs
esat, antara yang benar dan yang salah
b) Pendengaran sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan
pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu
c) Penglihatan sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan
penglihatan itu kamu dapat mengenal diantara kamu.
d) Perangkat hidup yang lain sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk
mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat
pula meilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
e) Menurut An-Nawawi menafsirkan ayat ini bahwa agar kamu (manusia)
menggunakan ni‟mat Allah itu untuk kebaikan, maka kamu mendengar akan
nasihat Allah, dan melihat tanda-tanda Allah dan memikirkan kebesaran Allah
f) Potensi Jasmaniyah
Ialah kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan
sempurna, baik rupa, kekuatan dan kemampuan. Sebagaimana pada firman Allah
Al-Qur‟an surat At-Tin ayat 4 yaitu Artinya : sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya

3. Keunikan Manusia
Keunikan pertama, makhluk Allah yang mendapat tanggung jawab besar (mukallaf).
Dahulu Allah telah menawarkan amanah kepada langit dan gunung-gunung, tetapi
semuanya menolak dan hanya manusia yang menerimanya. Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab:72)
Keunikan kedua, manusia adalah makhluk Allah yang diberi pilihan(mukhayyar).
Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk beriman, taat dan
besyukur atau sebaliknya kufur, ingkar dan tidak bersyukur. Hanya saja dengan
kebebasan memilih ini manusia harus siap menanggung konsekuensinya, yaitu adanya
balasan atas pilihannya. Jika ia memilih untuk berbuat baik maka ia pun akan
mendapat pahala, balasan kebaikan dan surga. Sebaliknya, jika ia memilih untuk
berbuat buruk maka ia pun akan mendapat dosa, balasan keburukan.

12
D. VISI HIDUP MANUSIA

Visi merupakan cita-cita, harapan dan impian yang ingin dicapai. Sedangkan misi
adalah program utama atau program pokok yang harus dilaksanakan yang merupakan
penjabaran dari visi. Alqur’an sebagai kitab petunjuk dan pedoman, telah
mempertegas baik visi maupun misi hidup seorang muslim. Dapat dirumuskan lebih
kurang visi seorang muslim adalah:

1. Menjadi pribadi yang beriman yang teguh

2. Berilmu yang luas

3. Beramal saleh serta bertakwa untuk memeraih kebahagian dunia dan akhirat.

Ayat-ayat berkaitan dengan visi tersebut adalah cukup banyak, antara lain
Mengenai visi disebutkan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 201, yang
artinya : Dan di antara mereka ada yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan (kebahagian) di dunia dan kebahagian di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka”.

Visi hidup muslim berdasarkan ayat di atas adalah tidak terbatas di dunia, tapi
hingga akhirat. Sebab Islam mengajarkan, bahwa ada kehidupan setelah dunia ini
berakhir, yaitu kehidupan di akhirat yang sifatnya abadi. Visi seorang Muslim jangka
panjang adalah ingin menggapai bahagia dunia dan akhirat. Namun visi yang
demikian itu, tidak mungkin dapat tercapai tanpa direalisasikan melalui misi.

Paling tidak ada lima misi utama sebagai berikut :

1. Beribadah Kepada Allah Secara Tulus

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Firman


Allah dalam surat adz-dzariyat ayat 56, yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Ibadah (al-‘ibadah)
secara bahasa mempunyai arti ketaatan, pengabdian, kepatuhan atau tunduk dan
penghambaan diri kepada Allah. Ibadah menurut Yusuf Qardhowi adalah puncak
perendahan diri seseorang manusia yang berkaitan dengan puncak kecintaan kepada
Allah.

2. Bekerja Dengan Landasan Moral Agama

Berkaitan dengan kerja dalam Alqur’an surah An-Naba’ ayat 11 Allah


berfirman yang artinya : “Kami jadikan waktu siang untuk mencari penghidupan”.
Selain itu dalam surat al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya : “Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu berntung”.

Persepsi sebahagian masyarakat kita tentang kerja adalah keliru. Kerja


dipahami sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan secara konkrit, mendatangkan

13
keuntungan secara materi atau memperoleh jasa atau gaji (upah) dari pekerjaannya
itu. Pemahaman tersebut adalah lebih bersifat formal dan merupakan bagian dari
makna kerja yang sesungguhnya menurut konsep Islam.

3. Membangun Keluarga Yang Islami

Seorang Muslim tidak boleh hanya asyik berkerja, akan tetapi harus pula
membagi waktu untuk kepentingan keluarga. Penyediaan waktu untuk keluarga antara
lain dalam tujuan pendidikan dan menjalin hubungan kasih sayang dengan isteri/suami
dan anak. Dasar perencanaan ini adanya perintah Allah dalam surat At-tahrim ayat 6,
yang artinya : “Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
nereka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar lagi keras, yang tidak merdurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Kewajiban utama dalam pemenuhan berbagai kebutuhan keluarga adalah


suami. Namun dalam waktu yang bersamaan suami dan isteri juga harus bersama-sama
dalam membina keluarga yang Islami. Keluarga Islami dicirikan pada beriman kepada
Allah dan megakkan ajaran agama dalam keluarga secara bersama-sama.

4.Membangun Masyarakat Bermoral

Dalam kaitan ini ahli hikmah berkata : “Kambing jika berkelompok,


harimaupun akan takut, tapi jika menyendiri, akan menjadi santapan harimau”.
Kemudian ahli sosiologi juga menyebutkan, manusia merupakan makhluk
bermasyarakat (zoon politicon). Artinya keinginan untuk bermasyarakat sudah
merupakan pembawaan atau naluriyah manusia. Apalagi dilihat dari sisi
ketergantungan, memang manusia tidak bisa melepaskan diri dari orang lain.

5. Memelihara Kesehatan Pribadi.

Kesehatan adalah amat penting dalam pelaksanaan keempat misi di atas.Kesehatan


yang prima akan dapat diwujudkan melalui tidur yang cukup, istirahat, olah raga dan
berobat secara rutin. Berkaitan dengan istirahat dan tidur, dalam surah An-Naba’ ayat
9-11 Allah berfirman yang artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan
Kami jadikan waktu malam sebagai pakaian dan kami jadikan siang untuk bekerja”.

Akhirnya, jika kelima program utama di atas yang merupakan misi hidup Muslim dapat
diprogram dan dilaksanakan dengan baik, maka visi muslim akan tercapai.

E. HUBUNGAN MANUSIA, TUHAN DAN ALAM

1. Pengertian Tuhan

Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan
mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya.[1] Tuhan adalah

14
sesuatu yang terdapat dalam pikiran (mind) manusia. Dalam stuktur dalam manusia, hati
merupakan kamar kecil yang terdapat di dalamnya yaitu hati nurani atau suara hati atau
disebut dengan bashirah merupakan satu titik kecil atau kotak kecil (black box) yang
tersembunyi secara kuat dan rapih di dalam hati, hati nurani merupakan hot line manusia
dengan Tuhan atau yang menghubungkan manusia dengan tuhan atau disebut dengan (god
spot) titik Tuhan disinilah Tuhan hadir di setiap manusia. Menurut Ibn Qayyim Al-Jauzy,
bashirah adalah cahaya yang ditempatkan Allah di dalam hati manusia.[2] Di dalam Hadits
Rasulullah SAW (Hadis Qudsi) bahwa Allah SWT berada di dalam inti manusia berikut
Hadistnya:

“Aku jadikan pada manusia itu ada istana (qashr), didalam istana itu ada dada (Shadr), di
dalam shadr itu ada kalbu (Qalb), di dalam qalb itu ada (fu’ad) , di dalam fu’ad itu ada
(syaghaf), di dalam syaghaf itu ada (lubb), di dalam lubb itu ada (sirr), dan di dalam sirr itu
ada Aku (Ana).”[3]

Hadist ini menjelaskan bahwa Aku ini adalah Allah SWT. Hati nurani akan menjadi
pembimbing terhadap apa yang harus ditempuh dan apa yang harus diperbuat sesuai dengan
world viewnya (iman). Karena iman terletak di kalbu. Untuk itulah kalbu itulah yang menjadi
sasaran pendidikan untuk diisi dengan iman.

Allah dalam artian menumbuh kembangkan merupakan fungsi rububiyah yang biasa
dipahami sebagai fungsi kependidikan. Jadi proses penciptaan alam semesta dan manusia
merupakan hakikat perwujudan atau realisasi dari fungsi rububiyah (kependidikan).
Sebagaimana dalam Firman Allah yang merupakan wahyu yang pertama yang di terima oleh
Rasulullah SAW yaitu sebagai berikut:

Terjemahan:

15
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (Qs. Al-Alaq:1-5).

Dalam Ayat diatas Allah merupakan seorang pendidik yang memberi pengajaran dari
ciptaan-Nya, karena Allah SWt menginginkan manusia menjadi baik dan bahagia hidup di
dunia dan akhirat karena itulah manusia harus mempunyai bekal pengetahuan agar
mengetahui apa yang belum diketahuinya.

B. Manusia dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

1. Pengertian Manusia

Dalam Al-Qur’an manusia disebut dengan nama:

a. Insan, ins, nas, unas

Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arab yaitu:

1) nasiya yang berarti lupa. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa.[5] Ini menunjukan bahwa adanya keterkaitan manusia dengan kesadaran
dirinya.

2) al-uns yang berarti jinak atau harmoni dan tampak. Jinak artinya manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. [6]

3) Anasa yanusu yang artinya berguncang menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raganya.[7] Ini menunjukan adanya keterkaitan substansial antara
manusia dengan kemampuan penalaran. Dengan penalaran manusia dapat mengambil
pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan
terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan haknya. Pengertian ini
menunjukan bahwa pada manusia terdapat potensi untuk dapat dididik , sehingga ia disebut
juga makhluk yang di beri pelajaran (animal educabil).

Manusia dalam pengertian insan menunjukan makhluk yang berakal, yang berperan
sebagai subyek kebudayaan. Dapat juga dikatakan bahwa manusia sebagai insan menunjukan
manusia sebagai makhluk psikis yang mempunyai potensi rohani, seperti fitrah, kalbu, akal.
Potensi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya
dibandingkan makhluk-makhluk lainnya.

b. Al-Basyar (makhluk Biologis)

Al-Basyar meupakan bentuk jamak dari kata Basyarah (permukaan kulit kepala,
wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuh rambut). Manusia merupakan subjek
kebudayaan dalam pengertian material sebagai yang tampak dalam aktivitas fisiknya.

c. Bani Adam atau Zurriyat Adam

16
Manusia disebut dengan Bani Adam karena manusia merupakan keturunan dari Nabi Adam.

2. Hakekat Manusia

Dalam pengertian yang telah dijelaskan diatas bahwa manusia mempunyai dua
komponen yaitu jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan fisik atau jasmani manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya yang memerlukan dukungan fisik dan dengan kelengkapan
rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental.
Selanjutnya untuk memfungsikan kedua unsur tersebut secara baik diperlukan pembinaan dan
bimbingan disinilah pendidikan sangat diperlukan berikut ini penjelasan penulis antara dua
komponen tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Jasmani

Manusia sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bisa
diraih dengan jasmani yang sehat dan kuat sebagaimana firman Allah Dalam QS. Al-
Baqarah: 247 berikut penggalan ayatnya:

Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.(Qs. Al-Baqarah:247)

Aspek jasmaniah merupakan salah satu pokok untuk mendapatkan kemajuan dan
kebahagiaan dalam kehidupan manusia, Kebutuhan jasmani berfungsi sebagai alat atau
sarana untuk mencapai tujuan-tujuan manusia terutama sebagai sarana untuk melaksanakan
kewajiban-kewajibannya.

b.Rohani

Terjemahan:

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.(Qs. AL-Hijr:29).

Dalam ayat tersebut bahwa Allah SWT menyempurnakan proses kejadian manusia
dengan meniupkan ruh pada diri manusia maka ketika ruh telah ditiupkan maka pada saat
itulah manusia dalam bentuk yang sempurna mempunyai sifat dan potensi untuk mengetahui
sesuatu berikut ini beberapa potensi rohani yang dimiliki oleh manusia yaitu sebagai berikut:

1). Fitrah

17
Kata fitrah (fathara) mempunyai arti belahan, muncul, kejadian dan penciptaan. Maka
yang dimaksud fitrah adalah keadaan semula jadi atau bawaan sejak lahir manusia.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. AR-
Ruum:30).

Pada ayat tersebut bahwa sejak asal kejadian manusia telah diciptakan membawa
fitrah (potensi) keberagamaan yang benar, yakni agama hanif dan agama tauhid, tidak bisa
menghindar (la tabdila) dari fitrah itu.

Fitrah-fitrah ini merupakan kesiapan-kesiapan anak manusia untuk bisa dibentuk


menjadi manusia dengan segala keunggulannya. Kesiapan manusia menjadi makhluk rasional
intelektual misalnya, sudah diberikan oleh Allah dalam bentuk kemampuan untuk membuat
kategori-kategori dan kemampuan menempatkan realita-realita dalam suatu kerangka ruang
dan waktu. Kesepakatan-kesepakatan yang dimiliki manusia dalam menyerap fenomena-
fenomena empiris menunjukkan kesiapannya untuk menjadi makhluk rasional yang mampu
untuk menalar dan mampu menggagas konsep dan inferensi dari apa yang diamatinya.

2). Syahwat

Syahwat berasal dari bahasa arab syahiya-syaha yasyha-syahwatan secara lughawi


berarti menyukai dan menyenangi. Sedangkan pengertian syahwat adalah kecenderungan
jiwa terhadap apa yang dikehendakinya.[11] Berikut ini Allah SWT menggambarkan potensi
syahwat dalam QS. Al-Imran ayat 14 yaitu sebagai berikut:

Terjemahan:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Qs. Al-Imran:14).

18
Dalam ayat diatas pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan kesenangan
kepada wanita (Seksual), anak-anak (kebanggaan), harta kekayaan (kebanggaan,
kesombongan, dan kemanfaatan), kendaraan yang bagus (kebanggaan, kenyamanan,
kemanfaatan), binatang ternak ( kesenangan dan kemanfaatan) dan sawah ladang
(Kesenangan da kemamfaatan).

Dengan demikan Syahwat merupakan bentuk yang berhubungan dengan kesenangan


duniawi saja namun menurut Al-Qur’an ini manusiawi, syahwat menimbulkan potensi untuk
berlaku menyimpang. Namun baik dan bagusnya syahwat itu kalau di bimbing dan diberi
petunjuk hikmah (petunjuk akal dan syariat). Dalam Qs. Al-Hujurat: 14 merupakan refleksi
dari potensi syahwat yang dibimbing dan dibina oleh petunjuk hikmah dan syariat berikut
Firman Allah SWT:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya


(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-
orang yang benar (QS. Al-Hujurat:150).

Berjuang dengan harta benda adalah sifat pemurah dan berjuang dengan jiwa ini
merupakan refleksi dari syahwat yang terpimpin dan terbina. Dengan adanya syahwat maka
manusia memerlukan arahan bimbingan dan binaan untuk mencapai syahwat yang lurus.

3). Aql (Akal)

Akal yang berasal dari bahasa arab aqala yaitu mengikat atau menahan. secara umum
akal difahami sebagai potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan.[12] aqala
mengandung arti yaitu mengerti, memahami, berfikir.

Menurut Al-ghazali yang dikutif oleh Zainuddin dalam bukunya seluk beluk
pendidikan dari Al-Ghazali pengertian akal ada empat tahapan sesuai dengan tahap
perkembangan akal pikiran manusia yaitu:

a) Akal yaitu suatu sifat yang membedakan manusia dari segala binatang.

b) Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamyiz.

c) Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dengan
berlangsung berbagai keadaan.

19
d) Hakikat akal adalah puncak kekuatan ghaizah (semangat) untuk mengetahui akibat dari
segala persoalan dan mencegah hawa nafsu, yang mengajak pada kesenangan seketika dan
mengendalikan syahwat tersebut.

Pendidikan akal merupakan cakupan pencapaian kebenaran ilmiah yaitu kebenaran


diperoleh melalui penelaahan terhadap sumber-sumber yang valid. Dalam ayat berikut ini
bahwa manusia agar memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi dalam realitas kehidupan ini
merupakan kegiatan pendidikan dari akal.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?

3. Proses Kejadian Manusia

Terjemahan:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.(Qs. Al-
Muminuun:12-14).

Dalam ayat diatas Allah menjelaskan tahapan demi tahapan proses kejadian manusia
sampai kepada kesempurnaan. Manusia diciptakan dari sejak awal pemancaran (bentuk
nutfah) berkembang menuju martabat manusia yang sempurna dengan segala
karakterristiknya, Allah bermaksud membuktikan ketuhanan-Nya dengan mempersaksikan
hakikat dirinya sendiri. Manusia merupakan makhluk lemah yang tidak mampu menguasai,
mengatur dan memelihara dirinya sendiri sehingga ia membutuhkan penguasa, pengatur, dan
pemelihara yaitu Allah Rabb Al-Alamin.

20
Terjemahan:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.(Qs. An-Nahl 78).

Manusia ketika lahir yang tidak mengetahui apa-apa tetapi Allah SWt membekali manusia
alat berupa pendengaran, penglihatan dan hati untuk dipergunakan secara baik dan benar aga
manusia bisa mengetahui segala sesuatunya melalui alat tersebut sehingga manusia bersyukur
apa yang di dapatnya dari Alah SWT.

4. Golongan Manusia

Al-Ghazali membagi umat manusia kedalam tiga golongan:

a. Kaum Awam; yang cara berpikirnya sederhana sekali tidak dapat menangkap hakekat-
hakekat, mereka mempunyai sifat lekas percaya dan menurut. Golongan ini harus dihadapi
dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk.[13]

b. Kaum pilihan; yang akalnya tajam dan berpikir secara mendalam harus dihadapi dengan
sikap menjelaskan hikmat-hikmat.

c. Kaum Penekar; harus dihadapi dengan sikap mematahkan argumen-argumen.

Terjemaahan:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
siapa yang dapat petunjuk. (Qs. AN-Nahl: 125).

C. Alam dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Alam semesta, kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu di
mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya.[15] Alam semesta adalah

21
kumpulan jauhar yang tersusun dari materi (maddah) dan bentuk (Shurah) yang ada di langit
(al-jawhar al murakka min al-madah wa al-shurah min ardh wa sama).

Islam memandang bahwa alam adalah ciptaan Allah SWT, sekaligus merupakan bukti
karya agung-Nya, sebagai konsekuensinya alam adalah pesan dan tanda-tanda Allah akan
keberadaan-Nya. Alam merupakan wahyu yang tidak tertulis. Jadi setiap manusia harus
membaca wahyu Allah yang baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Seluruhnya makhluk Tuhan yang diciptakan untuk satu tujuan, alam ini tunduk di bawah
sunah Allah dengan ketentuan-ketentuan-Nya.

Terjemahan:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.(Qs. Al-Israa:44).

Tuhan telah menjadikan alam dengan seperangkat aturannya yang dia sebut dengan
istilah qadar. Qadar baginya bukanlah seperti apa yang dipahami oleh mayoritas para teolog
(mutakallimum) sebagai ketentuan yang deterministik, mengikat serta membatasi kebebasan
manusia, melainkan segala ketentuan yang ada pada alam ini, terutama benda-benda fisik.
Qadar itulah yang memberikan karakteristik dan sifat khusus padanya. Karakteristik dan sifat
itulah yang merupakan amar Tuhan terhadap alam. Karenanya segala yang ada di alam adalah
Islam, karena ia tunduk dan patuh terhadap amar Tuhan. Amar Tuhan itulah yang kemudian
menjadi amanah bagi alam ini. Karenanya, pula, al-Qur`an mengatakan bahwa alam bertasbih
kepada Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta ini bukanlah tanpa tujuan. Ia hendak
merealisasikan tujuanNya itu lewat ciptaanNya dan misiNya yaitu untuk beribadah kepada.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia
memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera
yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.

B. Saran
Kami sangat menyadari bahwa penyusunan makalah kami ini sangatlah
kurang dari kesempurnaan, oleh karena itu pembaca atau mahasiswa yang mmbaca
makalah ini, kami mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah arti dan kami sebagai
manusia membuka hati kami untuk kritik dan saran membangun demi penyusunan
makalah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/sifat-dan-hakikat-manusia/

http://lingkar-7.blogspot.co.id/2010/05/3-keunikan-manusia-sebagai-makhluk.html

24

Anda mungkin juga menyukai