Anda di halaman 1dari 6

Ikatan Terselubung

Hubungan mertua dan menantu atau pun sebaliknya sangat menarik untuk dibahas.
Keduanya yang tinggal dalam satu rumah atau pun tidak tentunya memiliki hubungan yang
bermacam-macam. Ada yang memiliki hubungan yang harmonis, ada juga yang tidak.
A. Hubungan Mertua Menantu
Di bawah ini akan dilihat bagaimana hubungan mertua dengan menantu yang dapat
memunculkan beberapa kemungkinan, sebagai berikut:
1. Mertua yang suka ikut campur
Mertua merasa memiliki hak untuk ikut campur terhadap urusan keluarga kita. Mertua
juga memiliki pertimbangan bahwa kita belum memiliki pengalaman terkait urusan rumah
tangga. Mertua yang mengetahui ada masalah, akan bersikap menasihati bertubi-tubi tanpa
melihat bagaimana masalah yang sebenarnya. Ada juga mertua yang selalu memberikan
bantuan tanpa dimintai bantuan. Ini menyebabkan adanya rasa dikuasai. Terlebih jika kita
sebagai keluarga baru tidak mengharapkan bantuan tersebut.
2. Tidak mau berurusan
Mertua seperti ini menganggap bahwa kita tidak membutuhkan perhatian darinya,
sehingga mertua biasanya memikirkan dirinya sendiri. Mertua juga menganggap kita telah
matang secara psikologis sehingga tidak membutuhkan bantuan darinya. Ada juga mertua yang
bahkan tidak mau mengurusi sedikit pun urusan kita dalam membina rumah tangga. Hal ini
dikarenakan mertua merasa sudah cukup menjalankan perannya sebagai orang tua.
3. Membatasi berhubungan
Mertua seperti ini menganggap bahwa kita cukup mendapat perhatian darinya,
sehingga mertua biasanya bertindak sebagai pengawas atau penasihat. Mertua juga
menganggap kita telah matang secara psikologis sehingga mampu belajar mengurusi
keperluannya sendiri. Namun bila ada permasalahan dalam membina rumah tangga, mereka
lebih berperan sebagai penengah tanpa membela salah satu pihak. Dalam urusan finansial pum
mereka lebih banyak diam, membantu jika diminta tapi tetap mengawasi perkembangan
keluarga kita tentunya.
4. Mertua tunduk pada menantu.
Kondisi mertua tunduk pada menantu bisa terjadi jika menantu berasal dari latar
belakang keluarga yang lebih terhormat, lebih kaya, lebih berpendidikan, dan lebih segala-
galanya. Menantu yang memiliki kontrol ini akan menimbulkan konflik jika mertua lebih
mengutamakan pendapat menantu daripada pendapat anggota keluarga lain. Sikap tunduk
mertua itu sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada menantunya yang mau mengambil
anaknya sebagai istri atau suami. Selain itu, mertua yang tunduk pada menantu bisa
dikarenakan mertua tersebut menganut aturan bahwa orang yang derajatnya lebih rendah
harus menghormati orang yang derajatnya lebih tinggi, walaupun itu menantunya sendiri. Bagi
mertua yang tunduk pada menantu, yang terpenting adalah menaati aturan dalam tingkatan
kelas sosial.
4. Mertua yang menguasai menantu.
Mertua yang menguasai menantu berkebalikan dengan mertua yang tunduk pada
menantu. Mertua yang menguasai menantu bisa melakukan hal yang sangat ekstrim seperti
mengatur hal terkecil yang harus dilakukan menantunya. Misalnya, mertua menentukan
pakaian apa yang sebaiknya dikenakan menantunya, pergi ke suatu tempat yang harus atas
persetujuan mertua, buku bacaan yang baik untuk menantu, dan lain-lain. Dalam hubungan
yang seperti ini, menantu sama sekali tidak ada kesempatan untuk melawan jika tidak ingin
menimbulkan konflik. Keadaan ini dapat terus terjadi bahkan sampai menantunya memiliki
anak, sehingga cara menantu mendidik anaknya juga harus berdasarkan cara-cara yang baik
menurut mertua.
5. Mertua yang dekat dengan menantunya.
Tipe mertua yang dekat dengan menantu menganggap bahwa menantu sama dengan
anaknya sendiri. Ciri-ciri mertua tipe ini adalah mau menerima pendapat menantu, terbuka
dengan pandangan-pandangan menantu, mengerti apa yang menjadi kebutuhan menantunya,
dan sadar akan posisinya yang harus menjadi kakek/ nenek yang baik bagi cucu-cucunya. Bila
ada masalah yang muncul, maka mertua memilih untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi
keduanya. Meskipun ada ketergantungan menantu secara ekonomi atau materi, itu tidak
membuat mertua menjadi semena-mena atau menguasai menantunya. Mertua tipe ini memiliki
penyesuaian diri yang baik dengan lingkungannya. Mertua akan menyadari bahwa lingkungan
yang baru di rumahnya adalah lingkungan yang sudah ada menantu dan cucunya.
6. Mertua di rumah menantu.
Keadaan pasangan yang tinggal di rumah mertua berbeda dengan keadaan mertua yang
tinggal di rumah menantu. Hal yang terpenting untuk disadari adalah pendatang baru yang
tinggal tidak di rumahnya sendiri, perlu menyesuaikan diri. Latar belakang keluarga atau sifat
yang sama pun tidak bisa menjamin tidak adanya perselisihan antara menantu dan mertua.
Keduanya harus saling mengusahakan untuk menciptakan hubungan yang harmonis.

B. Hubungan Menantu Mertua


Hubungan menantu dan mertua ini maksudnya lebih melihat hubungan dari sudut
menantu. Hubungan yang dilihat dari sudut menantu tentunya berbeda dengan hubungan yang
dilihat dari sudut mertua. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa kemungkinan yang dapat
terjadi pada menantu.
1. Menantu yang tidak mau berurusan dengan mertua.
Menantu yang seperti ini kurang memberi perhatian kepada mertuanya, baik di saat
mertua sedang senang maupun di saat mertua sedang susah. Menantu menganggap bahwa
mertuanya bukan bagian dari keluarganya. Ia menganggap ada tembok pemisah di antara
mereka. Menantu seperti ini biasanya dikarenakan hubungan pernikahannya tidak mendapat
restu dari mertuanya dan pengaruhnya nanti akan memunculkan hubungan yang dingin di
antara menantu dan mertua.
2. Menantu yang tergantung.
Menantu tipe ini bersifat kurang inisiatif dalam melakukan berbagai kegiatannya. Jika
menantu belum bekerja, namun sudah mendapatkan bantuan secara finansial dari mertua
maka ini akan semakin membuat menantu menjadi tergantung dengan mertua. Menantu
biasanya memiliki harapan yang kurang realistis dalam hidupnya dan kurang mempunyai
semangat untuk maju.
3. Menantu yang membatasi hubungan dengan mertua
Menantu seperti ini memberikan kebebasan kepada mertua untuk berhubungan dengan
sang anak, sedangkan dengan dirinya ia lebih memilih banyak diam selama tidak mengganggu
kehidupan rumah tangga. Menantu akan memberikan respon atau pendapat jika diminta, tapi
akan diam bila mertua tidak meminta. Menantu seperti ini lebih bersikap menjaga dan
menjadikan suami sebagai mediator hubungan menantu dengan mertua.
4. Menantu yang tunduk pada mertua
Menantu yang tunduk pada mertua ialah menantu yang berpikir bahwa mertuanya
lebih berpengalaman sehingga segala hal yang diarahkan oleh mertuanya dianggap benar.
Menantu yang tunduk pada mertua belum tentu tergantung pada mertua. Ini dikarenakan
tunduk yang dilakukan menantu berlandaskan rasa hormat dan bakti kepada mertua. Apabila
tunduk yang dilakukan menantu sesuai dengan apa yang dirasa baik oleh pasangannya maka
tidak akan ada konflik, tetapi apabila yang dilakukan menantu tidak sesuai dengan apa yang
dirasa baik oleh pasangannya, maka bisa jadi akan muncul konflik di antara pasangan tersebut.
4. Menantu yang menguasai mertua
Menantu yang ingin menguasai mertua biasanya karena memiliki latar belakang yang
dirasa kuat, sehingga dapat menguasai mertua. Apabila mertua juga merasa merasa dapat
menguasai, maka kondisi ini akan memicu konflik di antara menantu dan mertua. Pasangan
menantu tersebut yang tak lain adalah anak dari mertua tersebut biasanya akan bingung karena
tidak bisa memihak. Kedua orang tersebut sama-sama dicintainya.

Catatan Hati
Setelah kita memahami hubungan mertua-menantu, kita harus lebih bijak dalam
menerapkannya di kehidupan rumah tangga kita. Nah, termasuk dimanakah hubungan sobat
dengan mertua?
Berdasarkan pengalaman, mertuaku tidak hanya berdasar pada satu sikap saja. Seiring
berjalannya waktu, sikap dan pemahaman kami mulai berubah. Alhamdulillahnya, mertua
termasuk juga orang yang pembelajar. Walau diawal ada gesekan kini semuanya menjadi
semakin mudah.
Berkebalikan dengan sikapku yang acuh terhadap orang lain mertua sangat peduli akan
kehidupan anak-anaknya. Salah satunya mengenai materi. Aku termasuk orang yang easy
going, asalkan bisa dilakukan bersama suami dan hasil dari musyawarah apapun rela kulakukan.
Tapi mertua berbeda melihat kami mengontrak beliau sudah bingung untuk mencarikan rumah,
saat melihat kontrakan kami yang sederhana beliau bingung mencarikan perlengkapan ini dan
itu. Pada awalnya semua berjalan baik tapi kemudian tahapan mertua mulai mencampuri
urusan keluarga kami mulai terasa. Bahkan semakin dalam. Disaat seperti ini tentu saja sikapku
menjadi menantu yang tidak menurut pada mertua. Pada awalnya suami merasa keberatan,
tapi setelah diskusi panjang dan pembicaraan tentang keluarga masing-masing kami mulai bisa
mengambil sikap.
1. Apapun segala kondisi bila dihadapan mertua suami tetaplah menjadi anaknya. Ia
dapat menuruti keinginan ibunya, tapi bila ada keputusan tentang keluarga tetap
harus dari hasil musyawarah bersama.
2. Sendiko dawuh apapun nasehat orang tua, walau realisasinya berbeda sekalipun.
3. Mertua akan selalu menjadi yang ‘pertama’ (walau bagaimanapun ini karena selama
sebelum menikah mertualah yang sangat dekat dengan suami).
4. Rahasia/ permasalahan keluarga harus tetap terjaga diantara kami berdua (suami
Istri) orang tua masing-masing diberitahu jika perlu.
5. Tidak ada rahasia diantara kami.
6. Saling menerima dan memaafkan akan kesalahan dan kekurangan masing=masing.

Selain memperbaiki hubungan dengan mertua akupun juga menjalin hubungan yang
baik dengan ipar. Hal ini untuk memperlancar komunikasi dengan keluarga suami. Dari sinilah
aku mulai bisa menganalisa mengapa sikap mertua berbeda dari apa yang kuharapkan. ‘Sudut
pandang’ itulah kuncinya. Kami berbeda sudut pandang dalam menjalani kehidupan ini, salah
satunya karena perbedaan pengalaman dan pendidikan yang kami jalani. Untuk itulah akupun
selalu membuka diskusi jika ada kesempatan mengenai, SIAPA AKU. Entah disukai atau tidak
inilah menantunya. Perlahan tapi pasti mertuapun juga melakukan hal yang sama. Dimana
beliau bisa mengeluarkan isi pikiran dan harapan yang selama ini dipendamnya.
Menerima kenyataan, banyak bersyukur dan tidak terlalu berharap adalah beberapa hal
yang akhirnya harus bisa kami manajemen. Saat mertua tidak bisa menerimaku secara utuh
ataupun sebaliknya aku mulai bisa merelakan. Walau memang membutuhkan waktu untuk
merajut lagi. Disinilah peran suami sebagai perantara. Terlebih semua keluarga dari pihak suami
juga memahami dan mendorong kami untuk menjalani hubungan yang lebih baik. Alhamdulillah
hubungan kami semakin baik, bahkan dengan ipar dan keluarga besar. Terlebih setelah ada
seorang anak sekaligus cucu pertama diantara kami.

Salam sayang dari keluarga D.

Anda mungkin juga menyukai