Anda di halaman 1dari 3

Indikator Bahagia

Bahagia adalah rasa, dimana hati ikut berperan di dalamnya. Sedangkan hati bukanlah milik
manusia. Jadi kepada siapakah kita harus meminta jika ingin bahagia? Tentu saja kepada
pemilik hati yang sejati, tiada lain Allah SWT.

Bahagia, satu kata dengan berjuta cerita di dalamnya yang setiap orang ingin meraihnya.
Secara etimologi, kebahagiaan berarti dimana seseorang berada dalam keadaan yang senang,
tentram, damai, terlepas dari segala sesuatu yang menyusahkan.
Benarkah kebahagiaan sejati seperti itu?
Bagaimana orang berbahagia? Sebaiknya kita simak penuturan berikut! Ada tujuh
indikator kebahagiaan menurut pandangan Islam yang harus kita ketahui, di antaranya:
1. Qolbun Syakirun (Hati yang selalu bersyukur)
Hati akan merasa bahagia, apabila selalu mensyukuri apa yang telah di terima dan di
dapat. Tak pernah mengeluhkan apa pun pemberian Illahi. Selalu menerima apa adanya
(qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan yang menyelimuti hati, dijauhkan dari
stress, dan tak pernah merasakan lelah dalam menggapai cita kehidupan. Percayalah, hati yang
senantiasa bersyukur akan senantiasa berasa dalam buaian bahagia.
Apakahitu mungkin? Seperti iman kondisi kita juga naik turun. Begitupun dengan
perasaan. Bersyukur dengan ucapan memang lebih mudah tapi sikap danpola piker harus
banyak dilatih. Bersyukur dalam keiklhasan tidak dapat di peroleh secara instan. Harus ada
tahapannya.
2. Al-Azwaju Shalihah (Pasangan hidup yang shalih)
Kebahagiaan berumah tangga bukan hanya tercapai karena berlimpahnya harta,
melainkan dengan adanya pasangan yang shalih di dalam keluarga. Juga dengan pasangan yang
shalih, akan terlahir generasi-generasi penerus yang shalih pula, sehingga terciptalah keluarga
yang shalih dan shalihah.
3. Al-Auladul Abrar (Anak yang shalih dan shalihah)
Anak yang shalih dan shalihah selalu menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi kedua
orang tuanya. Mereka mampu menciptakan suasana bahagia di tengah kerisauan dan kelelahan
orang tua. Dengan doa yang senantiasa mereka panjatkan kepada Allah SWT untuk kedua orang
tuanya, dijamin dikabulkan oleh Allah SWT. Maka berbahagialah para orang tua yang memiliki
anak yang shalih dan shalihah.
4. Al-Baiatu Sholihah (Lingkungan yang kondusif untuk iman kita)
Berada dalam lingkungan orang-orang yang senantiasa melafadzkan Asma Allah di
setiap hembusan nafasnya, membuat kita merasa bahagia. Bahagia, karena dengan terlibatnya
kita dalam lingkungan yang kondusif tersebut, dapat menarik naluri menjadi lebih memahami
arti bahagia dalam balutan iman. Rasulullah SAW SAW pun selalu menganjurkan kita untuk
bergaul dan berkumpul bersama orang-orang shalih yang selalu mengajak pada kebaikan dan
mengingatkan bila kita salah. Disitulah letak kebahagiaan seorang muslim, sederhana namun
bermakna.
5. Al-Malul Halal (Harta yang halal)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya…” (Qs. Al-
Baqarah: 267)
Bukan banyaknya harta yang membuat manusia bahagia secara sempurna, tetapi
halalnya harta yang bisa menciptakan suasana bahagia yang nyata. Harta yang halal akan
menjauhkan setan dari hati. Sehingga hati menjadi bersih, suci, kokoh dan juga memberi
ketenangan dalam hidup. Maka, gapailah harta yang halal, agar bahagia menghampiri setiap
denyut nafas yang terhembus. Harta yang haram tidak akan mendatangkan bahagia, melainkan
akan menimbulkan celaka pada akhirnya.
6. Tafakuh Fid-Dien (Semangat untuk memahami agama)
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus.” (Qs. Al-Maidah: 16)
Allah SWT telah menjanjikan bahagia bagi orang-orang yang senantiasa memiliki
semangat untuk memahami agama dan kitab-Nya. Menyalakan cahaya dalam kegelapan,
menerangi setiap jalan yang tampak gelap gulita. Nah, dengan semangat yang tinggi inilah,
manusia akan senantiasa diliputi rasa bahagia. Memberikan cahaya terang tersendiri di dalam
hatinya, apa pun yang dihadapi tak pernah dirasakan sebagai beban, disitulah letak
kebahagiaan seorang muslim.
7. Umur Yang Barokah
Kenapa umur yang barokah dikatakan bahagia? jika usia yang semakin menua ini kian
meningkatkan rasa cinta-Nya pada Illahi, semakin sholeh nan sholehah, setiap detiknya tak
pernah lepas dari senandung Asma Allah ataupun dengan amal ibadah lainnya, maka hidup ini
serasa berlimpah dengan keberkahan. Umur yang panjang tidak terbuang sia-sia, tingkatkan
cinta pada-Nya, bangkitkan semangat bertemu dengan-Nya dalam balutan iman, maka umur
yang tak seberapa ini akan menciptakan sensasi bahagia yang berbeda dalam jiwa.
Firman Allah dalam kitab-Nya, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia
yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang
musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu
sekali-kali tidak akan menjauhkan daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)
***
Sekali lagi tanpa merasa bosan saya bertanya, bahagiakah Anda hari ini? Setelah
membaca penuturan di atas setidaknya saya berharap pemikiran bahagia dalam kehidupan kita
dapat diperluas. Setiap momen yang kita dapat adalah suatu kebahagiaan. Salah satunya dalam
memaknai hubungan mertua-menantu. Apakah Anda sudah menemukan harta karun yang
berupa kebahagiaan di sana? Jika sudah kita perdalam dengan membaca tulisan ini, jika belum
marilah kita mencari bersama melalui tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai