Adoc - Tips - Pembahasan Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Saw
Adoc - Tips - Pembahasan Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Saw
T
Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit A
R
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus T
penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah A
setiap tahunnya. Produksi kecambah kelapa sawit di PPKS mengalami B
peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data produksi tahun E
L
2008 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 4 967 953 butir.
Produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 3 584 048 butir.
L
Tinggi rendahnya produksi kecambah tergantung pada pasokan benih dan minat
a
pasar. Pada tahun 2008 PPKS mampu memproduksi 51 903 565 kecambah. Data
produksi kecambah kelapa sawit di PPKS tahun 2008 disajikan pada Tabel 13. m
pi
Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008 ra
Bulan Jumlah n
Januari 4,058,405
Februari 3,931,430 T
Maret 4,032,438
April 4,417,749 ab
Mei 4,377,500 el
Juni 4,588,985
Juli 4,967,953 1.
Agustus 4,443,716 A
September 3,584,048
Oktober 4,213,546 n
November 4,429,399 g
Desember 4,858,396
Total 51,903,565 ga
Rata-rata 4,325,297 ra
Sumber : Divisi Produksi
n
Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS Bi
ay
Sistem pemasaran yang dilakukan PPKS adalah dengan cara menjual
a ..............................
bahan tanaman secara langsung kepada konsumen. Pengguna kecambah yang
T
dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas
ab
Perkebunan, dll. Pada gambar 18 dapat dilihat jumlah terbesar kecambah tersalur
el
2.
R
en
ca
pada tahun 2008 adalah untuk perusahaan swasta dengan jumlah kecambah
tersalur sebanyak 25 953 061 butir. Kecambah tersebut digunakan untuk
pembukaan lahan baru dan replanting.
b. Faktor Kelemahan
1) Waktu produksi lama
Untuk menghasilkan kecambah kelapa sawit diperlukan waktu ± 9 bulan
(mulai penyerbukan hingga menjadi kecambah unggul), dikarenakan benih
kelapa sawit mengalami dormansi, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
mempercepat proses pematahan dormansi benih kelapa sawit.
2) Pengelolaan SDM cenderung generalis
Untuk mendukung proses produksi dalam menghadapi persaingan, sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor penting. PPKS selain sebagai
lembaga penelitian juga bergerak dalam bisnis kecambah sehingga ada
beberapa SDM yang merangkap sebagai peneliti tetapi juga harus mengurusi
bisnis sehingga tidak fokus pada satu pekerjaan.
3) Promosi belum maksimal
Promosi yang terus-menerus diperlukan untuk mendapatkan konsumen
lebih banyak lagi. Promosi bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti
jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu dilakukan sebagai
media promosi.
4) Lokasi kebun induk/bapak tidak satu hamparan
Lokasi yang digunakan PPKS dalam hal produksi benih, sumber pohon
induk dan pohon bapak tidak satu hamparan sehingga terkadang menyulitkan
dalam hal pengontrolan. Hal ini disebabkan karena pihak PPKS tidak
memiliki lahan sendiri dalam melakukan uji lapangan sehingga harus bekerja
sama dengan PTPN IV.
Matrik IFE PPKS disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Matrik IFE PPKS
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Sumber daya manusia yang handal 0.081 4 0.32
Produk yang berkualitas dan teruji 0.087 4 0.35
Citra dan reputasi 0.077 4 0.31
Harga produk yang lebih kompetitif dan
pemberlakuan diskon harga 0.076 3.67 0.28
Ketersediaan plasma nutfah 0.085 3.33 0.28
Diversifikasi produk 0.079 3.33 0.26
Layanan purna jual 0.087 4 0.35
Program waralaba 0.077 3.67 0.28
Baiknya hubungan atasan dan bawahan 0.079 3.67 0.29
Kelemahan
Waktu produksi lama 0.063 2 0.13
Pengelolaan SDM cenderung generalis 0.070 2 0.14
Promosi belum maksimal 0.078 1.33 0.10
Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan 0.061 2 0.12
TOTAL 1 3.21
Keterangan :
Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa
sawit.
Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor kekuatan mempunyai nilai positif dari 1
sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor kelemahan mempunyai nilai negatif, jika ancamannya
besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4.
Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.
Berdasarkan hasil analisis matrik IFE pada tabel 16, yang menjadi faktor
kekuatan utama PPKS adalah produk yang berkualitas dan teruji dan layanan
purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4, artinya bahwa faktor
kunci tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan. Dalam meningkatkan
kualitas produk, PPKS selalu melakukan inovasi dengan cara menghasilkan
berbagai produk sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan adanya produk yang
berkualitas dan teruji seperti 11 varietas unggul kelapa sawit yang memiliki
keunggulan masing-masing varietas. Layanan purna jual merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang diberikan kepada konsumen yang telah menggunakan
produk PPKS.
Faktor yang menjadi kelemahan utama PPKS berdasarkan hasil
identifikasi dari matrik IFE yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078
dengan rating skala 1.33, artinya bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan
utama perusahaan. Keterbatasan informasi tentang pemesanan kecambah unggul
seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih liar
dan benih palsu.
Promosi yang dilakukan PPKS masih bersifat personal dengan konsumen
yaitu setiap ada pembelian, pertemuan ataupun kegiatan lainnya, biasanya PPKS
memberikan brosur yang berisi tentang produk-produknya untuk disebarkan ke
konsumen. Cara promosi ini efektif bila dilakukan pada konsumen dari daerah
Medan, tetapi untuk promosi ke luar daerah akan lebih baik dilakukan melalui
media komunikasi seperti jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu
dilakukan sebagai media promosi.
Hasil analisis matrik IFE PPKS yang meliputi faktor kekuatan dan
kelemahan diperoleh nilai skor sebesar 3.21. Total nilai tersebut
mengidentifikasikan bahwa perusahaan berada pada tingkat kuat dalam
memanfaatkan kekuatan yang ada, sehingga dapat menutupi kelemahan yang
dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.
Analisis eksternal produksi dan pemasaran benih PPKS terdiri dari faktor
peluang dan ancaman. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan
sebagai berikut :
a. Faktor Peluang
Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang dalam produksi benih adalah
sebagai berikut :
1) Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) permintaan akan benih
kelapa sawit dalam negeri mencapai 239 921 000 benih sedangkan produksi
dalam negeri benih kelapa sawit hanya 181 500 000 benih. Benih tersebut
dibutuhkan selain untuk perluasan lahan juga untuk replanting.
2) Peningkatan luas areal kelapa sawit
Peningkatan luas areal kelapa sawit juga merupakan peluang bagi produksi
benih kelapa sawit. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) sejak
2007, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 6 766 836 ha
pada 2007 menjadi 7 135 331 ha pada tahun 2009.
3) Munculnya teknologi baru
Munculnya teknologi baru yang diterapkan dalam bentuk penelitian
merupakan peluang yang sangat mendukung bagi pengembangan produk.
b. Faktor Ancaman
1) Bertambahnya jumlah produsen benih resmi
Tingkat daya saing produk di dalam perdagangan bahan tanaman kelapa
sawit tidak hanya ditentukan perbedaan harga, tetapi juga oleh aspek-aspek
lain seperti kualitas dan pelayanan. Bentuk persaingan bervariasi, tetapi yang
paling sering muncul adalah persaingan harga dan kualitas. Hingga tahun
2009 di Indonesia terdapat 11 produsen benih kelapa sawit yang secara resmi
diakui oleh pemerintah Indonesia. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
porsi benih yang tersalur dari masing-masing produsen benih.
2) Krisis global
Krisis global diperkirakan akan berimbas pada lesunya permintaan benih
sehingga PPKS membuat target produksi pada tahun 2009 yaitu
35 juta butir kecambah, menurun dari kapasitas produksi pada tahun 2008
yang mencapai 51 juta butir kecambah.
3) Rawan pemalsuan produk
PPKS merupakan produsen benih unggul pertama dan terbesar
di Indonesia sehingga sering dijadikan contoh bagi para pemalsu produk guna
mengambil keuntungan bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Keterbatasan biaya maupun informasi tentang pemesan kecambah unggul
seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih
liar dan benih palsu yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang
berlanjut.
4) Pemerintah membuka kran impor benih
Perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia kebanyakan pemegang
saham/pemiliknya berasal dari luar negeri, oleh karena itu mereka
menginginkan penggunaan material dari Negara asal mereka. Misalnya dari
Malaysia, Papua Nugini, Thailand, Kamerun, dan Costa Rika. Para pengelola
kebun diizinkan melakukan impor benih dengan perjanjian mereka tidak akan
mengimpor yang varietasnya ada di Indonesia.
Matrik EFE PPKS disajikan pada Tabel 17.
Berdasarkan analisis matrik EFE pada tabel 17, yang menjadi faktor
peluang utama adalah pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan
nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Pertumbuhan permintaan benih
kelapa sawit dipicu oleh peningkatan harga CPO yang luar biasa mulai tahun
2007, sampai dengan saat ini mengingat prospek pengembangan kelapa sawit
ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia,
tetapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (biofuel). Sehingga memberikan
peluang untuk terus memproduksi benih kelapa sawit
Faktor yang menjadi ancaman perusahaan yang utama adalah rawannya
pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Faktor ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang.
Hasil analisis matrik EFE PPKS yang meliputi faktor peluang dan
ancaman diperoleh nilai skor sebesar 3.27. Total nilai tersebut
mengidentifikasikan bahwa eksternal perusahaan berada pada tingkat tinggi dalam
memanfaatkan peluang yang ada, sehingga dapat mengatasi ancaman yang
dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.
4
1 2 3
Tinggi
3 4 5 6
Skor EFE
Medium
2 7 8 9
Rendah
1
Gambar 20. Matrik IE PPKS
D. Analisis Matrik SWOT