Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN F

T
Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit A
R
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus T
penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah A
setiap tahunnya. Produksi kecambah kelapa sawit di PPKS mengalami B
peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Berdasarkan data produksi tahun E
L
2008 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 4 967 953 butir.
Produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 3 584 048 butir.
L
Tinggi rendahnya produksi kecambah tergantung pada pasokan benih dan minat
a
pasar. Pada tahun 2008 PPKS mampu memproduksi 51 903 565 kecambah. Data
produksi kecambah kelapa sawit di PPKS tahun 2008 disajikan pada Tabel 13. m
pi
Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008 ra
Bulan Jumlah n
Januari 4,058,405
Februari 3,931,430 T
Maret 4,032,438
April 4,417,749 ab
Mei 4,377,500 el
Juni 4,588,985
Juli 4,967,953 1.
Agustus 4,443,716 A
September 3,584,048
Oktober 4,213,546 n
November 4,429,399 g
Desember 4,858,396
Total 51,903,565 ga
Rata-rata 4,325,297 ra
Sumber : Divisi Produksi
n
Pemasaran Dan Penyaluran Benih di PPKS Bi
ay
Sistem pemasaran yang dilakukan PPKS adalah dengan cara menjual
a ..............................
bahan tanaman secara langsung kepada konsumen. Pengguna kecambah yang
T
dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas
ab
Perkebunan, dll. Pada gambar 18 dapat dilihat jumlah terbesar kecambah tersalur
el
2.
R
en
ca
pada tahun 2008 adalah untuk perusahaan swasta dengan jumlah kecambah
tersalur sebanyak 25 953 061 butir. Kecambah tersebut digunakan untuk
pembukaan lahan baru dan replanting.

Gambar 18. Jumlah Kecambah yang Tersalur pada Tahun 2008

Saat ini PPKS telah menghasilkan 11 varietas dengan keunggulan


masing-masing. Pada tahun 2008 penjualan varietas SM-B lebih tinggi dibanding
10 varietas lainnya sebesar 13 457 800 kecambah.

Gambar 19. Histogram Penjualan Kecambah berbagai Varietas tahun 2008


Prospek Industri Benih Kelapa Sawit di Indonesia

Laju pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama tiga


tahun terakhir (2006-2008) mencapai 500 000 ha per tahun. Pada tahun 2006 luas
lahan kelapa sawit sebesar 6 594 914 ha meningkat menjadi 7 007 876 ha pada
tahun 2008. Luas areal kelapa sawit tahun 1980-2009 disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Areal Kelapa Sawit Tahun 1980-2009.


Tahun Luas Areal
1980 290,000
1990 1,126,000
1995 2,026,000
1996 2,250,000
1997 2,922,000
1998 3,561,000
1999 3,902,000
2000 4,158,079
2001 4,713,535
2002 5,067,058
2003 5,283,557
2004 5,284,723
2005 5,453,817
2006 6,594,914
2007 6,766,836
2008 7,007,876
2009 7,135,331
Sumber : Departemen Pertanian (2009)
Peningkatan luas areal kelapa sawit diikuti dengan peningkatan
permintaan benih. Permintaan benih kelapa sawit meningkat signifikan semenjak
tahun 2007 yang mencapai 224 922 000 butir. Saat ini terdapat 11 produsen resmi
benih kelapa sawit dengan kapasitas 180 juta butir.

Upaya Penanganan Perbenihan Kelapa Sawit Ke Depan

Peningkatan kebutuhan benih sebagai akibat pengembangan areal baru


kelapa sawit yang cukup tinggi ini diperkirakan hanya akan berlangsung beberapa
tahun ke depan. Diperkirakan pada tahun 2020 lahan perkebunan kelapa sawit
telah memenuhi batas maksimum. Sehingga, kebutuhan akan benih hanya sebatas
replanting saja. Menurut Taher dalam Susila (2005) telah mengidentifikasi
ketersediaan lahan yang cocok untuk kelapa sawit mencapai sekitar 2 960 000 ha.
Ketersediaan lahan untuk perluasan kelapa sawit disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Ketersediaan Lahan untuk Perluasan Kelapa Sawit


Propinsi Luas (Ha)
Jambi 50,000
Kalimantan Tengah 310,000
Kalimantan Timur 370,000
Sulawesi Selatan 130,000
Sulawesi Tengah 200,000
Papua Barat 2,000,000
Total 2,960,000

Di Sumatera Utara lahan tersedia untuk perluasan lahan umumnya pada


status lahan kritis dengan kandungan hara yang rendah sehingga tidak potensial
untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Sehingga perluasan lahan terpusat
di bagian Indonesia Timur. Jika perluasan dilakukan antara tahun 2006-2020,
maka setiap tahun Indonesia harus melakukan perluasan sekitar 200 000-300 000
ha dengan kebutuhan benih sekitar 40 juta-60 juta butir. Selain itu, kebutuhan
peremajaan sebesar 5 % dari total areal perkebunan. Sehingga total kebutuhan
benih diperkirakan 120 juta-150 juta butir per tahun.
Selanjutnya kebutuhan benih hanya diperlukan untuk peremajaan yang
jumlahnya sekitar 100 juta kecambah per tahun. Untuk mengantisipasi kondisi
tersebut, PPKS terus melakukan inovasi yaitu dengan menghasilkan benih sesuai
permintaan konsumen. Salah satunya dengan mengembangkan program kultur
jaringan.
Analisis Internal Dan Eksternal
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

A. Analisis Matrik IFE (Internal Factor Evaluation)

Analisis internal PPKS terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan.


Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan yang dimiliki PPKS adalah sebagai berikut :
1) Sumber Daya Manusia yang handal
PPKS Marihat memiliki cukup banyak tenaga kerja yang tersebar dalam
Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman dan kebun komersial. Jumlah
keseluruhan tenaga kerja yang dimiliki oleh PPKS Marihat adalah sebanyak
734 orang yang terdiri dari 27 karyawan pimpinan dengan pendidikan
Sarjana-Doktor, 263 karyawan pelaksana dan 444 karyawan PKWT/KHL
dengan tingkat pendidikan yang beragam mulai SD-Sarjana. Pekerja di
perusahaan ini memiliki kelebihan yaitu tingkat kedisiplinan, loyalitas,
integritas dan kejujuran yang tinggi.
Perusahaan cukup memeperhatikan kesejahteraan para karyawannya
dengan memberikan berbagai fasilitas seperti fasilitas kesehatan, fasilitas
kendaraan, perumahan karyawan dan juga fasilitas berupa pemberian telur
dan susu. Karyawan di perusahaan juga memperoleh pendapatan lain di luar
gaji pokok per bulan untuk karyawan pimpinan, karyawan pelaksana dan
karyawan PKWT/KHL akan memperoleh IKUK (insentif kerja unit kerja)
dan insentif produksi setiap bulannya jika target yang diberikan perusahaan
tercapai.
2) Produk yang berkualitas dan teruji
Produk yang dihasilkan PPKS berasal dari hasil penelitian pemuliaan
yang berkesinambungan, terukur dan setiap varietas yang dilepas selalu
dilakukan progeny test di lapangan.
3) Harga produk yang lebih kompetitif/pemberlakuan diskon
Harga produk yang relatif lebih murah dibanding produsen benih lain.
PPKS selain melayani permintaan dari kebun milik Negara, Swasta, Dinas
Perkebunan, juga memberikan alokasi produksi kecambahnya sebanyak 30 %
untuk petani. Setiap petani yang membeli kecambah dari PPKS ≤ 2 000 butir
akan diberikan diskon 10 %.
4) Citra dan reputasi
Citra dan reputasi PPKS sebagai satu-satunya produsen benih milik
pemerintah dan sebagai lembaga penelitian kelapa sawit merupakan salah
satu kekuatan daya tarik tersendiri bagi konsumen.
5) Ketersediaan plasma nutfah
Ketersediaan plasma nutfah dalam hal ini untuk calon pohon induk dan
pohon bapak untuk produksi benih juga merupakan faktor kekuatan yang
sangat mendukung.
6) Diversifikasi produk
Selain kecambah, PPKS juga memproduksi bibit kelapa sawit yang berasal
dari kultur jaringan dan benih kakao. Produk lainnya seperti Marihat
Fungicide (MARFU-P) untuk pengendalian Ganoderma, Feromonas untuk
pengendalian kumbang tanduk Oryctes rhinoceros, Kompos PALM BIONIC
dari tandan kosong kelapa sawit sebagai penyubur tanah, Pakan ternak, dan
Paket Teknologi Produksi Biodiesel Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini.
7) Layanan Purna jual
Setiap konsumen yang membeli kecambah > 100 000 butir mendapatkan
layanan purna jual gratis (mulai dari teknis budidaya sampai tanaman
menghasilkan). PPKS juga membebaskan biaya kirim hingga ke bandara
terdekat dimana kecambah tersebut ditanam.
8) Program waralaba
PPKS membuka program waralaba untuk benih, bibit dan varietas.
Program waralaba merupakan bentuk kerja sama dalam penggunaan hak atas
kekayaan intelektualnya antara pewaralaba dan terwaralaba. Terwaralaba
berhak menggunakan nama, merek usaha dagang, produk dan jasa dari
pewaralaba dalam kurun waktu tertentu. Terwaralaba membayar kompensasi
atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual tersebut.
Program ini dilakukan guna mempermudah petani pekebun yang jauh agar
lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul. Waralaba dibuka pada daerah
sentra pengembangan kelapa sawit, sehingga dengan demikian dampak
penggunaan benih ilegitim (palsu) dapat dihindari.
9) Baiknya hubungan antara atasan dan bawahan
Keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari baiknya hubungan antara
atasan dan bawahannya, karena keberhasilan manajemen dilakukan dengan
mengunakan tenaga dan pikiran orang lain.

b. Faktor Kelemahan
1) Waktu produksi lama
Untuk menghasilkan kecambah kelapa sawit diperlukan waktu ± 9 bulan
(mulai penyerbukan hingga menjadi kecambah unggul), dikarenakan benih
kelapa sawit mengalami dormansi, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
mempercepat proses pematahan dormansi benih kelapa sawit.
2) Pengelolaan SDM cenderung generalis
Untuk mendukung proses produksi dalam menghadapi persaingan, sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor penting. PPKS selain sebagai
lembaga penelitian juga bergerak dalam bisnis kecambah sehingga ada
beberapa SDM yang merangkap sebagai peneliti tetapi juga harus mengurusi
bisnis sehingga tidak fokus pada satu pekerjaan.
3) Promosi belum maksimal
Promosi yang terus-menerus diperlukan untuk mendapatkan konsumen
lebih banyak lagi. Promosi bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti
jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu dilakukan sebagai
media promosi.
4) Lokasi kebun induk/bapak tidak satu hamparan
Lokasi yang digunakan PPKS dalam hal produksi benih, sumber pohon
induk dan pohon bapak tidak satu hamparan sehingga terkadang menyulitkan
dalam hal pengontrolan. Hal ini disebabkan karena pihak PPKS tidak
memiliki lahan sendiri dalam melakukan uji lapangan sehingga harus bekerja
sama dengan PTPN IV.
Matrik IFE PPKS disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Matrik IFE PPKS
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Sumber daya manusia yang handal 0.081 4 0.32
Produk yang berkualitas dan teruji 0.087 4 0.35
Citra dan reputasi 0.077 4 0.31
Harga produk yang lebih kompetitif dan
pemberlakuan diskon harga 0.076 3.67 0.28
Ketersediaan plasma nutfah 0.085 3.33 0.28
Diversifikasi produk 0.079 3.33 0.26
Layanan purna jual 0.087 4 0.35
Program waralaba 0.077 3.67 0.28
Baiknya hubungan atasan dan bawahan 0.079 3.67 0.29
Kelemahan
Waktu produksi lama 0.063 2 0.13
Pengelolaan SDM cenderung generalis 0.070 2 0.14
Promosi belum maksimal 0.078 1.33 0.10
Lokasi kebun Induk dan Bapak tidak satu hamparan 0.061 2 0.12
TOTAL 1 3.21
Keterangan :
Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa
sawit.
Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor kekuatan mempunyai nilai positif dari 1
sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor kelemahan mempunyai nilai negatif, jika ancamannya
besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4.
Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE pada tabel 16, yang menjadi faktor
kekuatan utama PPKS adalah produk yang berkualitas dan teruji dan layanan
purna jual dengan nilai sebesar 0.087 dengan rating skala 4, artinya bahwa faktor
kunci tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan. Dalam meningkatkan
kualitas produk, PPKS selalu melakukan inovasi dengan cara menghasilkan
berbagai produk sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan adanya produk yang
berkualitas dan teruji seperti 11 varietas unggul kelapa sawit yang memiliki
keunggulan masing-masing varietas. Layanan purna jual merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang diberikan kepada konsumen yang telah menggunakan
produk PPKS.
Faktor yang menjadi kelemahan utama PPKS berdasarkan hasil
identifikasi dari matrik IFE yaitu promosi belum maksimal dengan nilai 0.078
dengan rating skala 1.33, artinya bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan
utama perusahaan. Keterbatasan informasi tentang pemesanan kecambah unggul
seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih liar
dan benih palsu.
Promosi yang dilakukan PPKS masih bersifat personal dengan konsumen
yaitu setiap ada pembelian, pertemuan ataupun kegiatan lainnya, biasanya PPKS
memberikan brosur yang berisi tentang produk-produknya untuk disebarkan ke
konsumen. Cara promosi ini efektif bila dilakukan pada konsumen dari daerah
Medan, tetapi untuk promosi ke luar daerah akan lebih baik dilakukan melalui
media komunikasi seperti jaringan komputer, media massa, dan televisi juga perlu
dilakukan sebagai media promosi.
Hasil analisis matrik IFE PPKS yang meliputi faktor kekuatan dan
kelemahan diperoleh nilai skor sebesar 3.21. Total nilai tersebut
mengidentifikasikan bahwa perusahaan berada pada tingkat kuat dalam
memanfaatkan kekuatan yang ada, sehingga dapat menutupi kelemahan yang
dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.

B. Analisis Matrik EFE (External Factor Evaluation)

Analisis eksternal produksi dan pemasaran benih PPKS terdiri dari faktor
peluang dan ancaman. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan
sebagai berikut :
a. Faktor Peluang
Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang dalam produksi benih adalah
sebagai berikut :
1) Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) permintaan akan benih
kelapa sawit dalam negeri mencapai 239 921 000 benih sedangkan produksi
dalam negeri benih kelapa sawit hanya 181 500 000 benih. Benih tersebut
dibutuhkan selain untuk perluasan lahan juga untuk replanting.
2) Peningkatan luas areal kelapa sawit
Peningkatan luas areal kelapa sawit juga merupakan peluang bagi produksi
benih kelapa sawit. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) sejak
2007, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 6 766 836 ha
pada 2007 menjadi 7 135 331 ha pada tahun 2009.
3) Munculnya teknologi baru
Munculnya teknologi baru yang diterapkan dalam bentuk penelitian
merupakan peluang yang sangat mendukung bagi pengembangan produk.

b. Faktor Ancaman
1) Bertambahnya jumlah produsen benih resmi
Tingkat daya saing produk di dalam perdagangan bahan tanaman kelapa
sawit tidak hanya ditentukan perbedaan harga, tetapi juga oleh aspek-aspek
lain seperti kualitas dan pelayanan. Bentuk persaingan bervariasi, tetapi yang
paling sering muncul adalah persaingan harga dan kualitas. Hingga tahun
2009 di Indonesia terdapat 11 produsen benih kelapa sawit yang secara resmi
diakui oleh pemerintah Indonesia. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
porsi benih yang tersalur dari masing-masing produsen benih.
2) Krisis global
Krisis global diperkirakan akan berimbas pada lesunya permintaan benih
sehingga PPKS membuat target produksi pada tahun 2009 yaitu
35 juta butir kecambah, menurun dari kapasitas produksi pada tahun 2008
yang mencapai 51 juta butir kecambah.
3) Rawan pemalsuan produk
PPKS merupakan produsen benih unggul pertama dan terbesar
di Indonesia sehingga sering dijadikan contoh bagi para pemalsu produk guna
mengambil keuntungan bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Keterbatasan biaya maupun informasi tentang pemesan kecambah unggul
seringkali membuat pekebun mengambil jalan pintas, yaitu membeli benih
liar dan benih palsu yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang
berlanjut.
4) Pemerintah membuka kran impor benih
Perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia kebanyakan pemegang
saham/pemiliknya berasal dari luar negeri, oleh karena itu mereka
menginginkan penggunaan material dari Negara asal mereka. Misalnya dari
Malaysia, Papua Nugini, Thailand, Kamerun, dan Costa Rika. Para pengelola
kebun diizinkan melakukan impor benih dengan perjanjian mereka tidak akan
mengimpor yang varietasnya ada di Indonesia.
Matrik EFE PPKS disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Matrik EFE PPKS


Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
Pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat 0.156 3.67 0.57
Peningkatan luas areal kelapa sawit 0.139 3.33 0.46
Munculnya teknologi baru 0.154 3.33 0.51
Ancaman
Bertambahnya jumlah produsen benih resmi 0.142 3.33 0.47
Krisis finansial global 0.150 2.67 0.40
Rawan pemalsuan produk 0.159 3 0.48
Pemerintah membuka kran impor benih 0.144 2.67 0.38
TOTAL 1 3.27
Keterangan :
Bobot masing-masing faktor dimulai dari 1 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi stategis produksi bahan tanaman kelapa
sawit.
Rating masing-masing faktor dimulai dari 4(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi PPKS. Faktor peluang mempunyai nilai positif dari 1
sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor ancaman mempunyai nilai negatif, jika ancamannya
besar sekali maka nilainya 1 dan jika kecil maka nilainya 4.
Skor merupakan perkalian bobot dengan rating.

Berdasarkan analisis matrik EFE pada tabel 17, yang menjadi faktor
peluang utama adalah pertumbuhan permintaan benih nasional meningkat dengan
nilai sebesar 0.156 dengan rating skala 3.67. Pertumbuhan permintaan benih
kelapa sawit dipicu oleh peningkatan harga CPO yang luar biasa mulai tahun
2007, sampai dengan saat ini mengingat prospek pengembangan kelapa sawit
ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia,
tetapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (biofuel). Sehingga memberikan
peluang untuk terus memproduksi benih kelapa sawit
Faktor yang menjadi ancaman perusahaan yang utama adalah rawannya
pemalsuan produk dengan nilai sebesar 0.159 dengan rating skala 3. Faktor ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengatasi ancaman sedang.
Hasil analisis matrik EFE PPKS yang meliputi faktor peluang dan
ancaman diperoleh nilai skor sebesar 3.27. Total nilai tersebut
mengidentifikasikan bahwa eksternal perusahaan berada pada tingkat tinggi dalam
memanfaatkan peluang yang ada, sehingga dapat mengatasi ancaman yang
dihadapi perusahaan dalam melakukan usaha produksi benih.

C. Analisis Matrik IE (Internal-Eksternal)

Hasil analisis matrik IE berguna untuk mengetahui posisi perusahaan.


Berdasarkan hasil analisis matrik IFE skor nilai yang diperoleh sebesar 3.21,
artinya bahwa perusahaan mempunyai kekuatan yang kuat, sedangkan skor matrik
EFE tergolong tinggi yaitu sebesar 3.27, artinya bahwa perusahaan dapat
memanfaatkan peluang tinggi. Bila kedua hasil matrik digabung maka nilai
tersebut berada pada koordinat (3.21;3.27), bila dipetakan dalam matrik IE, maka
posisi perusahaan berada pada sel 1 yaitu strategi pertumbuhan (Growth) dan
strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk
produk yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar. Strategi
pengembangan produk berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki
atau memodifikasi produk yang sudah ada. Matrik Internal-Eksternal PPKS
disajikan pada Gambar 20.
Skor IFE
Kuat Rata-rata Lemah
4 3 2 1

4
1 2 3
Tinggi

3 4 5 6
Skor EFE
Medium
2 7 8 9
Rendah
1
Gambar 20. Matrik IE PPKS
D. Analisis Matrik SWOT

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dapat


diformulasikan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini
dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT. Adapun alternatif strategi
tersebut sebagai berikut :
1. Strategi S-O
Strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang
eksternal yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan.
Alternatif strategi S-O yang dapat dikembangkan adalah meningkatkan
kapasitas produksi, mengoptimalkan kemampuan SDM untuk
mengembangkan teknologi baru dalam bentuk penelitian dan penambahan
pohon induk aktif.
Meningkatkan kapasitas produksi benih kelapa sawit di dalam negeri
melalui penambahan pohon induk aktif merupakan upaya mengantisipasi
kebutuhan benih kelapa sawit ke depannya.
2. Strategi S-T
Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk menghindari ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan. Alternatif strategi S-T yang dapat dikembangkan adalah
melayani permintaan konsumen sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu,
meningkatkan R & D untuk inovasi baru, pengembangan produk asal kultur
jaringan dan varietas yang tahan serangan Ganoderma sp. serta adaptif
terhadap lingkungan.
Salah satu sara untuk menghadapi persaingan dengan produsen benih
kelapa sawit lainnya adalah dengan meningkatkan penelitian dan
pengembangan (R & D) untuk inovasi baru yang menghasilkan benih sesuai
permintaan konsumen seperti mengembangkan program kultur jaringan yang
menghasilkan tanaman seragam dan toleran terhadap beberapa penyakit yang
bersifat genetik dapat dilakukan secara mudah, misalnya crowm disease,
genetic orange spott.
3. Strategi W-O
Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang
bertujuan memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Alternatif strategi W-O yang dapat dikembangkan adalah mengusahakan
pengembangan dan pelatihan SDM, menjadi pemasar yang mendidik
(memberikan informasi dan meyakinkan konsumen), dan spesialisasi
pekerjaan (peneliti tidak mengurusi bisnis).
4. Strategi W-T
Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi yang
ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal. Alternatif strategi W-T yang dapat dikembangkan adalah
membentuk kemitraan, pengembangan program waralaba, dan sosialisasi
dampak pengunaan benih palsu ke petani.
Kemitraan dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang merupakan
pasar potensial, hal ini untuk mempertahankan pasar yang ada serta
memperluas pangsa pasar. Untuk mengatasi masalah penggunaan benih palsu,
PPKS sebagai Pusat Penelitian Kelapa Sawit bekerja sama dengan berbagai
pihak dapat mengembangkan program waralaba yang mempermudah petani
pekebun yang jauh agar lebih mudah untuk mendapatkan benih unggul dan
memberikan program penyuluhan kepada para pekebun mengenai dampak
dari penggunaan benih liar dan benih palsu yang dapat menurunkan produksi
minyak/ha sampai 50 %.
Matriks SWOT produksi dan pemasaran benih kelapa sawit yang berisikan
alternatif-alternatif strategi disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Matrik SWOT
IFE Strength (S) Weakness (W)
1. SDM yang handal 1. Waktu produksi lama
2. Produk yang berkualitas 2. Pengelolaan SDM
dan teruji cenderung generalis
3. Harga produk yang lebih 3. Promosi belum maksimal
kompetitif dan 4. Lokasi kebun induk/bapak
pemberlakuan diskon harga tidak satu hamparan
4. Citra dan reputasi
EFE 5. Ketersediaan plasma
nutfah
6. Diversifikasi produk
7. Layanan purna jual
8. Program waralaba
9. Baiknya hubungan atasan
dan bawahan
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Pertumbuhan 1. Meningkatkan kapasitas 1. Mengusahakan
permintaan benih produksi (S 3.5 & O1.3) pengembangan dan
nasional meningkat 2. Mengoptimalkan pelatihan SDM (W2 & O2)
2. Munculnya kemampuan SDM dalam 2. Menjadi pemasar yang
teknologi baru mengembangkan teknologi mendidik (memberikan
3. Meningkatnya baru dalam bentuk informasi dan meyakinkan
perluasan lahan penelitian (S1 & O2) konsumen) (W3 & O2)
kelapa sawit 3. Penambahan pohon induk 3. Spesialisasi pekerjaan
aktif (S5 & O1.2.3) (peneliti tidak mengurusi
bisnis) (W2 & O1)
Threats(T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Bertambahnya 1. Melayani permintaan 1. Membentuk kemitraan
jumlah produsen konsumen sesuai dengan (W3 & T1.2.3.4)
benih resmi spesifikasi dan tepat waktu 2. Pengembangan program
2. Krisis finansial (S2.3.5 & T1) waralaba (W3 & T1.2)
global 2. Meningkatkan R & D 3. Sosialisasi dampak
3. Rawan pemalsuan untuk inovasi baru (S2.5 & penggunaan benih palsu ke
4. Pemerintah T1.2.4) petani (W3 & T3)
membuka kran 3. Pengembangan produk asal
impor benih kultur jaringan dan varietas
yang tahan serangan
Ganoderma sp. sertaadaptif
terhadap lingkungan (S6 &
T1.4)
Pengaruh Panjang Kecambah Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery

Daya tumbuh bibit yang mencerminkan persentase kecambah yang berhasil


tumbuh membentuk bibit pada media pembibitan. Dalam percobaan ini diketahui
bahwa kriteria kecambah tidak mempengaruhi daya tumbuh bibit. Namun terlihat
dari rata-rata persentase daya tumbuh bibit semakin rendah seiring dengan
semakin panjang kecambah. Kecambah asal Marihat perlakuan P3 memiliki
persentase terendah yaitu 98.33 % dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini
dikarenakan semakin panjang kecambah semakin besar resiko untuk kecambah
patah ketika akan ditanam sehingga dapat menyebabkan kecambah menjadi luka
dan mati, terbukti dengan dijumpai kecambah yang tidak tumbuh pada perlakuan
P3 karena membusuk. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) bibit
yang mati dan abnormal dapat timbul karena perlakuan atau lingkungan, antara
lain karena kesalahan penanaman seperti terbalik, terlalu dalam atau tanah terlalu
padat, tercampur batu atau kayu, kurang penyiraman atau tergenang, gangguan
hama atau penyakit, kesalahan pemupukan dan jarak bibit yang terlalu rapat
sehingga kekurangan matahari.
Pertumbuhan merupakan hasil dari pembelahan sel dan pembesaran volume
sel, dalam pembelahan membutuhkan energi yang sangat tinggi yang diperoleh
dari proses respirasi. Hal ini sesuai dengan Gardner, et al. (1991) yang
menyatakan munculnya semai memerlukan energi yang tinggi lewat respirasi
cadangan makanan yang terdapat dalam biji. Laju respirasi tergantung pada
ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diuraikan (karbohidrat, lemak,
protein). Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam
endosperm. Selama beberapa minggu awal perkembangannya, kecambah
bergantung pada suplai dari endosperm, kandungan utama berupa lemak (minyak
inti). Cadangan makanan yang cukup sehingga proses respirasi berjalan dengan
baik yang mengakibatkan laju pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang dan
jumlah daun tanaman lebih cepat.
Perbedaan tinggi bibit disebabkan karena adanya perbedaan dalam
kecepatan berkecambah atau muncul tunas dipermukaan tanah. Perlakuan P3
memiliki panjang plumula dan radikula lebih panjang daripada perlakuan lainnya
sehingga potensi untuk muncul ke permukaan lebih cepat. Semakin lambat
kecepatan muncul kecambah dipermukaan tanah menyebabkan tinggi bibit
semakin rendah. Tinggi bibit yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3,
sedangkan tinggi bibit terendah pada perlakuan P0.
Tanaman bersifat mencari cahaya (fototrop) untuk dapat menangkap cahaya
yang digunakan untuk proses fotosintesis tanaman. Menurut Lubis (2008)
fotosintesa dimulai pada umur 1 bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk
dan selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan
makanan mulai tergantikan. Perlakuan P3 lebih cepat dalam proses pembentukan
daun dibandingkan dengan perlakuan P0.

Anda mungkin juga menyukai