Anda di halaman 1dari 45

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian Gambaran Umum Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang adalah Unit

Pelaksana Teknis di bidang Pemasyarakatan yang berada dibawah

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia cq. Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan dan bertanggung jawab langsung kepada

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang didirikan pada

Tahun 1912 oleh Pemerintah Hindia Belanda, seiring dengan

perkembangan zaman dan lahirnya sistem pemasyarakatan di

Indonesia pada tahun 1964, bangunan yang dulunya digunakan

sebagai penjara bagi kaum pribumi dirubah fungsinya sebagai

Lembaga Pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang dibentuk

berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

No.M.01.PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemayarakatan yang beralamat di Jl.Bekasi Timur No.170

Jakarta Timur. Bagunannya mengalami beberapa kali perubahan,

hingga akhirnya perubahan dan renovasi total dilakukan pada Tahun

2006. Kini Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang berkapasitas

902 orang terdiri dari 3 Blok Hunian yang mencakup 208 kamar.
72

Sebagai Unit Pelaksana Teknis, Lembaga Pemasyarakatan

Kelas I Cipinang saat ini harus melayani Warga Binaan

Pemasyarakatan dengan jumlah lebih kurang tiga kali lipat dari jumlah

ideal berdasarkan jumlah dan Klasifikasi kamar. Data per-Desember

2015, tercatat jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan berjumlah 2955

yang terdiri dari 2901 orang narapidana dan 54 orang tahanan jumlah

Pegawai yang bertugas melayani Warga Binaan Pemasyarakatan dan

masyarakat hanya berjumlah 304 orang.

Lapas ini juga memiliki 3 blok narapidana dengan sifat dan

karakter serta kapasitas yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

TABEL I

Jumlah Blok dan Kamar Narapidana

Lapas Kelas I Cipinang

Blok A Blok B Blok C


Model Medium Maksimum Maksimum
Security Security Security

80 Kamar 56 Kamar 48 Kamar


Kamar Hunian
Hunian Hunian Hunian

16 Blok
12 kamar
Staff Sel - Terpidana
Isolasi
Teroris
Sumber : Urusan Umum Lapas Kelas I Cipinang, Desember 2015

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 3 blok yang ada

di Lapas ini, 2 diantaranya bersifat maximum security, yang berarti

Lembaga Pemasyarakatan ini lebih memprioritaskan keamanan dalam

hal keadaan kamar hunian narapidana.


73

Sebagai representatif pembinaan, Lembaga Pemasyarakatan

ini memiliki sarana-sarana fisik yang menunjang pelaksanaan

pembinaan narapidana, seperti tempat ibadah, ruang pendidikan,

sarana olahraga dan sarana kegiatan bimbingan kerja untuk

narapidana. Sarana pembinaan tersebut diharapkan dapat menunjang

pelaksanaan hak-hak narapidana selama menjalani pidananya di

Lapas ini. Untuk lebih jelasnya sarana pembinan yang ada di lapas ini

dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL II

Sarana Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang

No. Sarana Fisik Ada/Tidak ada Keterangan


1. Masjid Ada Baik
2. Gereja Ada Baik
3. Ruang pendidikan Ada Baik
4. Ruang pertemuan Ada Baik
5. Ruangan perpustakaan Ada Stok buku kurang
6. Ruang rawat pasien Ada Baik
7. Poliklinik Ada Alat tidak lengkap
8. Bengkel kerja Ada Baik
9. Lapangan sepak bola Ada Baik
10. Lapangan volly Ada Baik
11. Tennis meja Ada Baik
12. Lap. Badminton Ada Baik
13. Alat musik band Ada Baik
14. Lapangan Basket Ada Baik
Sumber : Urusan Umum Lapas KelasI Cipinang, Desember 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lembaga

Pemasyarakatan ini sudah menyediakan sarana pembinaan yang

dapat menunjang pelaksanaan hak-hak narapidana dan berdasarkan


74

pengamatan langsung, data yang ada pada tabel di atassesuai

dengan keadaan dilapangan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Registrasi

Lembaga Pemasyarakatan, diketahui bahwa penghuni Lembaga

Pemasyarakatan ini berstatus narapidana serta masih ada

yangberstatus tahanan. Dengan demikian, sesuai dengan fungsi

Lembaga Pemasyarakatan, maka Lembaga Pemasyarakatan ini telah

menjalankan aturan yang berlaku bahwa Lembaga Pemasyarakatan

hanya sebagai tempat untuk melaksanakan pembinaan dan

pembimbingan narapidana.

Jumlah seluruh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan ini

pada Desember 2015 sebanyak 2955 yang terdiri dari 2901 orang

narapidana dan 54 orang tahanan. Jika dibandingkan dengan

kapasitas hunian Lembaga Pemasyarakatan ini yang jumlah daya

tampungnya 920 orang narapidana, maka Lembaga Pemasyarakatan

ini sangatlah over capacity. Dengan demikian ruang gerak setiap

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan tidak leluasa karena jumlah

narapidana yang ada lebih banyak dari kapasitas.

Setiap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan harus di data

pada bagian Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan untuk

memudahkan dalam pelaksanaan pembinaan. Pendataan narapidana

ini dilakukan berdasarkan kategorisasi seperti yang diatur dalam Pasal

12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

yaitu setiap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan


75

dikategorisasikan berdasarkan umur, jenis kelamin, lama pidana, jenis

kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

TABEL III

Jumlah Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Cipinang

Berdasarkan Masa Pidana

Frekuensi
No. Status Narapidana Jumlah
P W
1. B I (pidana di atas1 tahun) 2788 - -
2. BIIa (pidana 3 bulan s.d 1 tahun) 23 - -
3. BIIb (pidana dibawah 3 bulan) - - -
4. BIII (pidana kurungan 28
penggantidenda)
5. SH 40
6. Mati 19
7. Titipan 3
8. Tahanan 54
Jumlah 2955
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Kelas I Cipinang, Desember 2015

Tabel III menunjukkan bahwa masa pidana narapidana di

Lapas ini semuanya di atas 1 (satu) Tahun dan dapat juga diketahui

bahwa narapidana pria jauh lebih banyak dibandingkan dengan

narapidana wanita. Dengan melihat masa pidana tersebut, maka

dapat dijadikan suatu indikator alasan untuk lebih memperhatikan hak-

hak narapidana.
76

TABEL IV

Jumlah Narapidana Berdasarkan

Jenis Kejahatan Yang Dilakukan

No. Jenis Kejahatan Jumlah


1. Pembunuhan 79
2. Perampokan 62
3. Narkoba 2408
4. Pencurian 53
5. Penipuan 26
6. UU Darurat 12/51 13
7. Terorisme 18
8. Lain - Lain 296
Jumlah 2955
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Kelas I Cipinang,Desember 2015

Tabel IV menunjukkan bahwa jenis kejahatan terbanyak yang

dilakukan oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Cipinang yaitu Narkotika. Dengan demikian beban Lembaga

Pemasyarakatan ini cukup berat mengingat masa pidana untuk jenis

kejahatan tersebut rata-rata di atas 5 (lima) Tahun.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia Nomor M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang struktur

Organisasi Lapas, maka Lapas ini diKelasifikasikan sebagai Lapas

Kelas I, dengan struktur organisasinya terdiri atas:

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

2. Kepala Bagian Tata Usaha, membawahi Urusan Kepegawaian

dan Keuangan, dan Urusan Umum.


77

3. Kepala Bidang Pembinaan Narapidana, membawahi Seksi

Registrasi, Seksi Perawatan dan Seksi Bimbingan

Kemasyarakatan.

4. Kepala Bidang Kegiatan Kerja, membawahi Seksi Bimbingan

Kerja, Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, dan Seksi Sarana Kerja.

5. Kepala Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib,

membawahi Seksi Keamanan, dan Sub Seksi Pelaporan dan Tata

Tertib.

6. Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas, membawahi seluruh

petugas pengamanan Lapas.

Struktur Organisasi Ini diperkuat oleh petugas Lapas Kelas I

Cipinang yang keseluruhannya berjumlah 304 orang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :


78

TABEL V

Jumlah Petugas Lapas Kelas I Cipinang

Berdasarkan Struktur Organisasi Lapas

Frekuensi
No. Bagian/Seksi/SubSeksi Jumlah
P W
1. Kalapas 1 1
2. Bagian tata Usaha 1 1
3. Urusan Kepegawaian&Keuangan 20 8 28
4. Urusan Umum 10 4 14
5. Kepala Bidang Pembinaan 1 1
6. Seksi registrasi 10 14
7. Seksi Bimkemas 9 4 15
8. Seksi Perawatan 23 6 33
9. Bidang Administrasi Kamtib 1 10 1
10. Seksi Keamanan 7 9
11. Seksi Pelaporan dan Tatib 5 2 10
12. Kepala Bidang Kegiatan Kerja 1 5 1
13. Seksi Bimbingan Kerja 14 15
14. Seksi Sarana Kerja 3 1 3
15. SeksiPengelolaanHasilKerja 4 4
16. Ka.KPLP 1 1
17. Staf KPLP 30 35
18. Regu Pengamanan Lapas 118 5 118

Jumlah 259 45 304


Sumber : Urusan Kepegawaian Lapas Kelas I Cipinang,Desember 2015

Jika jumlah petugas Lembaga Pemasyarakatan tersebut di atas

dibandingkan dengan jumlah narapidana yang ada, yaitu 304 petugas

dibandingkan 2955 narapidana maka hasil yang diperoleh ialah sama

dengan 1 banding 10 orang. Ini menunjukkan secara kuantitas,

kekuatan yang ada tidak sebanding baik diukur dari segi keamanan

maupun pembinaan.
79

B. Deskripsi Hasil Penelitian.

1. Pemenuhan Hak Melakukan Ibadah Sesuai Dengan Agama

Dan Kepercayaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Registrasi,

diketahui bahwa narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

beragama Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Untuk pelaksanaan

hak melakukan ibadah sesuai dangan agama dan kepercayaan

narapidana, menurut pengamatan, masing-masing sudah berjalan

dengan baik, yaitu untuk narapidana yang beragama Islam

diberikan kebebasan untuk melakukan Sholat 5 waktu

berdasarkan jadwal yang dibuat disetiap Blok, dan sholat Jumat

serta merayakan hari besar agama Islam. Untuk narapidana yang

beragama Kristen diberikan kebebasan untuk melakukan

kebaktian pada hari Minggu dan hari-hari lainnya seperti yang

telah ditentukan dan juga dapat merayakan hari besar agama

Kristen, begitu juga dengan hari besar agama lainya.

2. Pemenuhan Hak Mendapatkan Bimbingan Rohani dan

Jasmani.

Wujud bimbingan rohani yang dimaksud adalah diberikan

melalui bimbingan rohani dan budi pekerti. Berdasarkan

wawancara penulis dengan petugas seksi Petugas Bimbingan

Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan ini, untuk narapidana


80

yang beragama Kristen, bimbingan rohani diberikan dalam bentuk

Pengenalan Firman Tuhan melalui pembacaan Alkitab yang diikuti

diskusi dan sharing antar narapidana yang dibimbing oleh petugas

yang biasa disebut Vikaris, dari HKBP Karnolong Matraman

Jakarta Timur. Kegiatan ini dilakukan sekali dalam seminggu, yaitu

setiap hari Kamis. Kehadiran narapidana dalam kegiatan ini cukup

baik dan dari data absensi yang ada dan pengamatan dilapangan,

prosentase kehadiran di atas 75 persen. Dengan demikian

kegiatan ini sudah berjalan dengan baik. Untuk narapidana yang

beragama Islam, bimbingan Rohani diberikan dalam bentuk

pengajian dan pembacaan Alquran dan juga diikuti dengan diskusi

agama antara narapidana. Kegiatan ini dibimbing oleh ustadz dari

Yayasan Istiqlal, Yayasan Al Azhar serta Departemen agama dan

didampingi oleh seorang petugas dari Seksi Bimbingan

Kemasyarakatan. Kegiatan ini dilakukan 2 (dua) kali dalam

seminggu yaitu setiap hari Senin dan Rabu. Ke. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, kegiatan ini berjalan cukup baik tetapi

keikutsertaan narapidana dalam kegiatan ini masih kurang dari

yang diharapkan.

Ketika hal ini ditanyakan kepada petugas, diketahui bahwa

di Lembaga Pemasyarakatan ini, khususnya dalam bidang ini

petugasnya kurang memadai sehingga tidak ada petugas khusus

yang menggerakkan narapidana untuk mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan ini sudah berjalan dengan baik namun perlu tambahan


81

petugas untuk kegiatan tersebut, dan kesadaran narapidana

dalam hal ini sangat diperlukan.

Untuk kegiatan bimbingan jasmani narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan ini diberikan dalam bentuk olahraga yakni senam

pagi seminggu sekali, sepak bola, tennis meja dan badminton.

Berdasarkan pengamatan di lapangan kegiatan senam pagi sudah

berjalan namun angka keikutsertaan narapidana untuk kegiatan ini

sangat rendah. Petugas hanya mengawasi berjalannya senam

tetapi tidak melakukan pemeriksaan blok sebelum senam dimulai

untuk menggerakkan narapidana supaya semuanya mengikuti

senam pagi. Dalam hal ini kesadaran narapidana untuk kesehatan

mereka sendiri masih kurang. Olahraga yang paling digemari dan

dilakukan hampir setiap hari pada waktu sore ialah sepak bola.

Kegiatan ini tidak dibimbing oleh petugas namun dikoordinasikan

oleh seorang Pemuka Olahraga, yakni narapidana yang

berdasarkan Surat Keputusan Kalapas diperbantukan untuk

melaksanakan kegiatan olah raga yang ada. Penulis melihat

animo narapidana cukup besar untuk olahraga ini, apalagi

suporter yang sangat antusias selama jalannya tiap pertandingan.

Olahraga lain yang digemari yaitu tennis meja dan

badminton namun animo narapidana tidak sebesar seperti pada

sepak bola, hal ini dikarenakan sarana untuk olah raga ini sangat

terbatas, yakni hanya ada 3 meja tennis, 1 lapangan badminton,

belum raket, bad dan bolanya atau cock nya tidak disediakan oleh
82

Lembaga Pemasyarakatan secara berkelanjutan. Pada awalnya

disediakan namun sudah rusak dan untuk bermain narapidana

menyediakan alat sendiri. Olahraga volly kurang diminati karena

tidak tersediannya bola dan net. Sedangkan untuk menyediakan

sendiri alat olahraga ini sangat mahal. Ketika hal ini ditanyakan

kepada petugas keterangan yang diperoleh sama dengan yang di

atasyaitu pada awalnya Lembaga Pemasyarakatan menyediakan

namun setelah rusak tidak diadakan lagi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan didukung

dengan data yang diperoleh, untuk pemenuhan hak mendapatkan

pelayanan rohani dan jasmani narapidana sudah berjalan cukup

baik dengan syarat perlu penambahan petugas yang menguasai

bidang ini, dan kesadaran narapidana juga sangat diperlukan demi

berjalannya kegiatan tersebut.

3. Pemenuhan Hak Mendapatkan Pendidikan Dan Pengajaran.

Dalam pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan

pengajaran, sejak Tahun 2010 di Lembaga Pemasyarakatan ini

telah mengadakan suatu kerjasama dengan Departemen

Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran bagi narapidana. Program ini dikenal

dengan sebutan Program Paket Kegiatan Belajar Mengajar

(PKBM) bagi narapidana.


83

Jenis Paket yang ada untuk PKBM ini ialah Paket A untuk

yang tidak tamat SD, Paket B untuk yang tidak tamat SLTP dan

setaranya, dan Paket C untuk yang tidak tamat SLTA dan

setaranya. Data Seksi Pembinaan mengenai jumlah narapidana

yang mengikuti paket tersebut untuk Tahun 2014/2015 seperti

pada tabel berikut :

TABEL VI

Jumlah Narapidana Yang Mengikuti PKBM

di Lembaga PemasyarakatanKelas I Cipinang

No. Jenis Paket Belajar Jumlah


1. Paket B 8
2. Paket C 7
Jumlah 15
Sumber : Seksi Bimpas Lapas ICipinang, Desember 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Program

PKBM yang paling banyak diikuti yaitu Program Paket A . Sejak

dimulainya program ini sampai pada akhir per semesternya,

semua peserta masing-masing Paket dinyatakan lulus dan dapat

melanjutkan pada Paket berikutnya serta diberikan ijazah yang

setara dengan jenis pendidikan yang sama pada sekolah umum di

luar Lembaga Pemasyarakatan dan diakui.


84

4. Pemenuhan Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dan

Makanan Yang Layak.

Dalam rangka pemenuhan hak ini, Lembaga

PemasyarakatanKelas I Cipinang menyediakan beberapa sarana

untuk narapidana berupa :

- Ruangan khusus sebagai poliklinik beserta peralatan medis.

- Ruangan khusus sebagai tempat perawatan narapidana yang

sakit.

- Tenaga medis, yaitu serang dokter.

- Mobil dinas ambulance sebagai angkutan narapidana yang

akan dibawa ke Rumah Sakit.

Pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan sejak pertama kali

narapidana masuk ke Lapas. Masing-masing narapidana diberikan

kartu berobat sebagai catatan kontrol kesehatannya.

Jadwal praktek dokter di Lapas ini setiap Hari Pukul 09.00

Wita sampai Pukul 11.30 WIB. Hasil pengamatan penulis di

lapangan, masih terdapat beberapa kekurangan dalam

pemenuhan hak ini, yaitu peralatan medis belum memadai dan

peralatan yang ada kurang terawat dengan baik. Selain itu, dokter

sering datang tidak tepat waktu dan lebih lambat dari jadwal yang

ditentukan akhirnya waktu untuk berobat menjadi lebih singkat.


85

Untuk mengetahui tanggapan narapidana mengenai

pelayanan kesehatan di Lapas ini, penulis menggunakan angket

pertanyaan kepada 30 orang narapidana sebagai responden dan

hasilnya seperti dalam tabel berikut :

TABEL VII

Tanggapan Narapidana Terhadap Pelayanan Kesehatan Di

Lapas Kelas I Cipinang

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Baik 4 13,4

2. Sedang 10 33,3

3. Kurang 16 53,3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa menurut

jawaban kebanyakan responden, pelayanan kesehatan di Lapas

ini masih kurang baik. Namun ada suatu hal yang menurut penulis

sebagai suatu tindakan tepat dari pihak Lapas yaitu dengan

melokalisir para narapidana yang sakit dalam satu ruangan

khusus perawatan narapidana.

Penyediaan makanan bagi narapidana di semua lapas,

dilaksanakan oleh pihak ketiga (pemborong) melalui tender yang

dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali atau pada saat pengajuan


86

anggaran setiap Tahunnya. Hal tersebut diketahui dari hasil

wawancara dengan Kalapas ini.

Ketentuan mengenai jenis dan banyaknya makanan yang

harus disediakan oleh pihak Lapas telah diatur dalam Surat

Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-

UM.01.06 Tahun 1989 Tanggal 18 maret 1989 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Biaya Bahan Makanan Narapidana. Dalam Surat

Edaran tersebut telah diatur mengenai jumlah kalori yang harus

disediakan bagi narapidana yakni sebesar 2.250 kalori per orang

per Hari, dan daftar menu yang harus disediakan oleh pemborong

setiap harinya selama satu Minggu juga telah ditetapkan seperti

yang ada dalam tabel VIII.

TABEL VIII

Menu Makanan Narapidana Menurut Surat Edaran

Menteri Kehakiman Republik Indonesia

No. Hari Pagi S i a ng Sore


1. Senin a. bubur a. nasi a. nasi
b. singkong b. sayur sop b. sayur tumis
rebus c. pisang c. tempe masak
c. air panas d. masak daging santan
e. air masak d. air panas
2. Selasa a. bubur a. nasi
b. singkong b. sayur a. nasi
rebus c. ikan asin b. pecel bumbu
c. air panas d. air panas kacang
a. nasi c. tempe masak
3. Rabu a. bubur b. sayur asem santan
b. singkong c. telur rebus d. air panas
rebus d. tempe masak a. nasi
c. air panas santan b. sayur tumis
d. air panas c. ikan asin
4. Kamis a. bubur a. nasi d. air panas
87

b. singkong b. sayur sop


rebus c. pisang
c. air panas d. masak daging a. nasi
e. air masak b. gado-gado
5. Jumat a. bubur a. nasi c. tempe dan
kacang ijo b. sayur asem sambal
b. singkong c. telur rebus d. air panas
rebus d. air panas
c. air panas a. nasi
6. S a b t u a. bubur a. nasi b. sayur tumis
b. singkong
b. sayur c. tempe masak
rebus c. ikan asin santan
c. air panas
d. air panas d. air panas
7. M i n g g u a. bubur a. nasi a. nasi
b. singkong
b. sayur asem b. pecel bumbu
rebus c. pisang kacang
c. air panas
d. ikan asin c. tempe masak
d. air panas santan
d. air panas
a. nasi
b. sayur tumis
c. tempe masak
santan
d. air panas
Sumber : SeksiPerawatan Narapidana Lapas Kelas I Cipinang

Sesuai dengan susunan menu yang telah ditetapkan

tersebut, maka jenis bahan makanan yang harus disediakan oleh

pemborong makanan berdasarkan Surat Edaran tersebut di

atasadalah terdiri dari 16 jenis di luar beras yaitu :

1. Ubi kayu

2. Daging sapi atau kerbau segar

3. Ikan asin / kering segar

4. Telur itik / ayam

5. Tempe / kacang kedele

6. Kacang hijau

7. Kacang tanah
88

8. Daging Kelapa

9. Sayur segar

10. Bumbu terasi

11. Garam dapur

12. Gula kelapa / aren / pasir

13. Minyak goreng / kelapa

14. Pisang

15. Cabe merah

16. Minyak tanah.

Besarnya biaya makan bagi narapidana yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia sesuai dengan data pada Bulan Januari 2006

sebesar Rp.8.000,00 (delapan ribu rupiah), per orang per hari di

luar beras. Menurut penulis, nilai tersebut sudah mencukupi

asalkan dilaksanakan dengan benar.

Hasil pengamatan penulis yang didapatkan di lapangan

diketahui bahwa pemberian jatah makan bagi narapidana di Lapas

ini belum memenuhi standar gizi. Proses pengolahan makanan

atau memasaknya dilakukan oleh narapidana yang ditugaskan

sebagai koki, yang pengetahuan dan kemampuan memasaknya

hanya diperoleh secara otodidak turun temurun antar mereka.

Penulis melihat langsung proses memasaknya dan sempat

mencicipi hasil masakan tersebut, dan ternyata bumbu pada

makanan tersebut kurang terasa karena memang pada saat


89

pengolahannya, penggunaan bumbu dapur sangat kurang sekali.

Padahal penggunaan bumbu dapur sangat menentukan hasil cita

rasa makanan tersebut. Selain itu menu yang ada hampir sama

untuk setiap harinya, terutama pada sayuran, hanya diberikan

kangkung secara terus menerus, potongan ikan/daging yang

terlalu kecil untuk ukuran orang dewasa. Untuk lebih jelasnya agar

dapat dibandingkan dengan menu makanan narapidana menurut

Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia, penulis

menyusun menu makanan sebenarnya yang ada di Lapas ini

kedalam tabel IX.

TABEL IX

Menu Makanan Narapidana

Di Lapas Kelas I Cipinang

No. Hari Pagi Siang Sore


1. Senin a. nasi a. nasi a. nasi
campur b. tumis b. tumis kangkung
kelapa kangkung c. bubur kacang ijo
b. singkong c. pisang d. air panas
rebus d. msak daging
c. air panas sapi a. nasi
2. Selasa a. nasi e. air masak b. syr santan
campur a. nasi kangkung
kelapa b. syr santan c. ikan asin goreng
b. singkong kangkung d. air panas
rebus c. tempe bacem
c. air panas d. air panas
3. Rabu a. nasi a. nasi a. nasi
campur b. syr urap b. sayur urap
kelapa kangkung kangkung
b. singkong c. telur rebus c. ikan asin goreng
rebus d. air panas d. air panas
c. air panas
4. Kamis a. nasi a. nasi a. nasi
campur b. sop kol dan b. sop kol dan
90

kelapa wortel wortel


b. singkong c. pisang c. tempe bacem
rebus d. msak daging d. bubur kacang ijo
c. air panas sapi e. air panas
e. air masak
5. Jumat a. nasi a. nasi a. nasi
campur b. pecel b. sayur pecel
kelapa kangkung kangkung
b. singkong c. telur rebus c. tempe masak
rebus d. air panas santan
c. air panas d. air panas
6. S a b t u a. nasi a. nasi a. nasi
campur b. tumis b. sayur tumis
kelapa kangkung kangkung
b. singkong c. tempe santan c. ikan asin goreng
rebus d. pisang d. air panas
c. air panas e. air panas
7. M i n g g u a. nasi a. nasi a. nasi
kelapa b. santan b. syr santan
b. singkong kangkung kangkung
rebus c. tempe bacem c. ikan asin goreng
c. air panas d. air panas d. kolak singkong
Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Untuk mengetahui tingkat kepuasan atau tanggapan dari

para narapidana di Lapas ini mengenai keadaan penyediaan

makanan untuk mereka, penulis menggunakan angket pertanyaan

kepada 30 orang narapidana sebagai responden dan hasilnya

seperti pada tabel berikut :


91

TABEL X

Penyediaan Makanan Narapidana

menurut Narapidana di Di Lapas Kelas I Cipinang

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Baik 17 56,7

2. Cukup 7 23,3

3. Kurang 6 20

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel X di atas menunjukkan bahwa para narapidana

belum cukup puas dengan penyediaan makanan untuk

mereka.Berdasarkan data dan hasil pengamatan untuk

pemenuhan hak ini belum berjalan dengan baik.

5. Pemenuhan Hak Menyampaikan Keluhan.

Setiap narapidana berhak menyampaikan keluhan kepada

Kepala Lapas atas perlakuan petugas atau sesama penghuni

terhadap dirinya. Keluhan yang dimaksud disampaikan apabila

perlakuan tersebut benar-benar dirasakan dapat mengganggu hak

narapidana yang bersangkutan. Keluhan dapat disampaikan

secara lisan atau tertulis dengan tetap memperhatikan tata tertib

Lapas. Untuk dapat mengetahui pelaksanaan hak ini di Lapas,

penulis mengunakan angket pertanyaan kepada 30 orang

responden narapidana, dengan hasil seperti pada tabel berikut :


92

TABEL XI

Jumlah Narapidana Yang Pernah Memanfaatkan

Hak Menyampaikan Keluhan Kepada Petugas

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Pernah 9 30

2. Tidak pernah 21 70

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis

Tabel XI di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tidak pernah menggunakan hak yang diberikan kepada

mereka dalam hal penyampaian keluhan. Untuk mengetahui

alasan mereka, penulis melakukan wawancara dengan salah

seorang responden yang tidak pernah menyampaikan keluhannya

kepada petugas, diketahui ada beberapa alasan yaitu tidak

adanya hal yang dikeluhkan, takut diancam dan dianggap penakut

oleh sesama narapidana, dan mengkhawatirkan keluhan yang

mereka sampaikan tidak akan ditanggapi dan tidak ditindaklanjuti

oleh petugas.

Untuk mengetahui tanggapan petugas mengenai hal ini,

penulis mewawancarai seorang petugas pengamanan Lapas ini

dan diperoleh jawaban bahwa selama ini Lapas selalu membuka

diri untuk menerima berbagai informasi dari narapidana termasuk

keluhan-keluhan mereka. Namun,memang tidak semua keluhan

tersebut ditindaklanjuti. Dalam hal ini dilihat muatan dari keluhan


93

yang disampaikan, apabila penting dan menyangkut keamanan

dan ketertiban Lapas maka keluhan tersebut akan ditindaklanjuti.

Misalnya pengaduan adanya ancaman keselamatan diri

narapidana atau keluhan karena sakit, pasti

ditindaklanjuti.Berdasarkan informasi dan pengamatan di

lapangan, menurut penulis pemenuhan hak ini sudah berjalan

cukup baik.

6. Pemenuhan Hak Mendapatkan Bahan Bacaan dan Mengikuti

Siaran Media Massa Lainnya Yang Tidak Dilarang.

Setiap Lapas harus menyediakan bahan bacaan, media

massa yang berupa media cetak dan media elektronik. Bahan

bacaan dan media massa tersebut harus menunjang program

pembinaan narapidana dan tidak bertentangan dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Di Lapas ini, dalam pemenuhan hak tersebut telah

menyediakan perpustakaan sebagai ruang baca dan tempat

peminjaman buku bacaan. Selain itu, Lapas menyediakan 18 unit

televisi yang ditempatkan pada setiap Blok hunian narapidana.

Hasil pengamatan penulis, buku-buku yang ada di perpustakaan

Lapas ini kurang variatif. Buku-buku yang ada kebanyakan buku-

buku pelajaran Sekolah Dasar dan Menengah yang kondisinya

sudah usang. Buku-buku lain, tabloid, majalah dan surat kabar

belum banyak tersedia. Sebagai saluran informasi di Lapas ini


94

hanya melalui siaran televisi saja. Menurut Kepala Bidang

Pembinaan Narapidana, televisi yang ada sudah cukup sebagai

sarana informasi sekaligus hiburan bagi narapidana. Untuk

mengetahui pernah tidaknya narapidana memanfaatkan

perpustakaan yang ada, penulis membuat suatu pertanyaan

dalam bentuk angket, dan hasil yang diperoleh seperti pada tabel

berikut :

TABEL XII

Pemanfaatan Perpustakaan Lapas

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Pernah 3 10

2. Tidak pernah 27 90

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel di atas menunjukkan bahwa animo narapidana

terhadap perpustakaan yang ada sangat kurang sekali.Namun hal

tersebut dapat dimaklumi jika melihat kondisi perpustakaan Lapas

tersebut.
95

7. Pemenuhan Hak Mendapatkan Upah Atau Premi Atas

Pekerjaan Yang Dilakukan.

Setiap narapidana yang berkerja berhak mendapatkan

upah atau premi. Besarnya upah atau premi tersebut sesuai

dengan peraturan perungang-undangan yang berlaku.

Data yang diperoleh pada Seksi Bimbingan Kerja

Narapidana Lapas ini, diketahui ada 248 narapidana yang bekerja,

yang mendapatkan premi, dengan perincian :

- 43 orang narapidana pekerja daur ulang karet.

- 70 orang narapidana pekerja jahit.

- 12 orang narapidana pekerja loundry.

- 105 orang narapidana bekerja pada Koperasi Pengayoman

Lapas.

- 13 orang narapidana pekerja batik.

- 5 orang narapidana pekerja bengkel.

Dalam hal ini penulis tidak memaparkan besarnya nilai

upah yang narapidana dapatkan dalam pekerjaannya namun

menurut Kepala Seksi Bimbingan Kerja Narapidana Lapas ini

dikatakan bahwa dari upah yang mereka dapatkan tidak seratus

persen mereka terima karena menurut Direktur Jenderal

Pemasyarakatan, upah yang mereka terima dibagi atas 50 %

untuk narapidana itu sendiri, 15 % untuk disetorkan pada kas

negara, dan 35 % dipergunakan untuk menunjang kegiatan

pembinaan di Lapas. Mengenai waktu dan cara pembayaran


96

upah, masing-masing jenis pekerjaan mempunyai teknis

tersendiri.

Untuk membuktikannya, penulis menanyakan hal tersebut

kepada salah seorang narapidana yang bekerja pada proyek

rehab Lapas. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa upah

mereka per hari Rp.30.000,00 dan yang mereka terima ialah 50%

dari upah tersebut yakni Rp.15.000,00. Pembayaran upah

dilakukan oleh pemborong bangunan melalui Kepala Seksi

Bimbingan Kerja Narapidana setiap 2 minggu sekali selama

proyek berjalan.

Dengan demikian penulis melihat bahwa pemenuhan hak

ini sudah berjalan dengan cukup baik.

8. Pemenuhan Hak Menerima Kunjungan Keluarga, Penasehat

Hukum, atau Orang Tertentu Lainnya.

Setiap narapidana berhak menerima kunjungan dari

keluarga, penasehat hukum, dan orang tertentu lainnya. Kegiatan

ini dicatat pada buku daftar kunjungan. Setiap Lapas wajib

menyediakan ruangan khusus untu menerima kunjungan.

Di Lapas ini, waktu kunjungan dilaksanakan setiap hari

kerja , yang berlangsung dari Pukul 09.00 Wib sampai dengan

Pukul 12.00 Wib dan dilanjutkan pukul 13.00 Wib sampai dengan

15.00 Wib. Untuk setiap pengunjung diberikan waktu 30 menit.


97

Menurut Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas I Cipinang

masih banyak juga Narapidana yang tidak pernah sama sekali

dibesuk atau dikunjungi, faktor yang mempengaruhi kegiatan ini

ialah karena lokasi keluarga narapidana dengan Lapas ini sangat

jauh, ditambah dengan masalah ekonomi keluarga narapidana

yang rata-rata kurang mampu, membuat pihak keluarga berpikir

untuk melakukan suatu kunjungan mengingat untuk melakukan

suatu kunjungan diperlukan biaya transportasi yang tidak sedikit,

dan ditambah biaya untuk oleh-oleh bagi narapidana yang akan

dikunjungi.

9. Pemenuhan Hak Pengurangan Masa Pidana (Remisi).

Setiap narapidana yang berkelakuan baik selama menjalani

pidana berhak mendapatkan remisi. Remisi terdiri atas Remisi

Umum, Remisi Khusus dan Remisi Tambahan. Remisi Umum

diberikan pada hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia tanggal 17 Agustus. Remisi Khusus diberikan pada

setiap hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana. Remisi

Tambahan diberikan hanya kepada narapidana yang berbuat jasa

kepada negara dan kemanusiaan, dan atau melakukan perbuatan

yang membantu kegiatan pembinaan di Lapas. Remisi Tambahan

biasanya diberikan kepada Pemuka, yaitu narapidana yang

berdasarkan Surat Keputusan Kalapas diperbantukan untuk

kegiatan pembinaan di Lapas. Remisi ini dapat dicabut atau tidak


98

diberikan apabila ada narapidana yang melakukan pelanggaran

keamanan dan tata tertib di Lapas ini. Untuk mengetahui jumlah

narapidana di Lapas ini yang mendapatkan remisi, penulis

menyusunnya ke dalam tabel berikut :

TABEL XIII

Jumlah Narapidana Lapas Kelas I Cipinang Yang Diusulkan

Untuk Mendapatkan Remisi Tahun 2015

No. Remisi Jumlah/Isi

1. Remisi Umum 1099 / 2955

2. Remisi Khusus 1099 / 2955

3. Remisi Tambahan 8 / 335

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk Remisi Umum dan

Remisi Khusus sudah baik dilihat dari jumlah yang diusulkan.

Untuk Remisi Umum diketahui bahwa dari 2955 orang narapidana

yang ada hanya 1099 orang yang diusulkan ; dengan demikian

ada 1856 orang narapidana yang tidak diusulkan. Berdasarkan

keterangan Kepala Seksi Registrasi diketahui bahwa ke 1856

narapidana tersebut selama tahun 2015 sampai dengan waktu

penelitian ini, belum bisa di usulkan karena belum memenuhi dan

ada juga yang melakukan pelanggaran keamanan dan ketertiban

Lapas sehingga tidak diusulkan untuk mendapatkan Remisi


99

Umum. Untuk Remisi Khusus semua narapidana diusulkan untuk

mendapatkannya.

Dalam pelaksanaan hak ini Lapas berusaha sebaik

mungkin dalam pengusulan remisi selanjutnya tergantung pada

narapidana itu sendiri apakah mereka memenuhi persyaratan

untuk mendapatkan remisi atau tidak ; maksudnya ialah apabila

mereka ingin mendapatkan remisi tersebut maka mereka harus

melaksanakan semua kewajiban mereka di Lapas tetapi apabila

mereka tidak melaksanakan kewajiban mereka, maka mereka

tidak akan mendapatkan remisi tersebut.

Berdasarkan pengamatan, pemenuhan hak ini sudah

sangat obyektif dan berjalan dengan baik.

10. Pemenuhan Hak Mendapatkan Kesempatan Berasimilasi,

Termasuk Cuti Mengunjungi Keluarga.

Asimilasi diawali dengan memperkenalkan narapidana

dengan masyarakat sesama narapidana dan kemudian dengan

masyarakat di luar Lapas. Asimilasi di dalam Lapas ini dapat

berupa pembauran dan pergaulan serta interaksi antar sesama

narapidana. Selain itu juga mengikutsertakan narapidana dalam

kegiatan pembinaan di dalam Lapas. Untuk asmilasi di luar

Lapas, berdasarkan data dari bagian Pembinaan, diperoleh data

seperti dalam tabel berikut :


100

TABEL XIV

Asimilasi Luar Tembok Narapidana

Lapas Kelas I Cipinang

No. Jenis Asimilasi Jumlah

1. Kerja Sosial 1

2. Kerja Kebun 5

Jumlah 6

Sumber : Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Desember 2015.

Hal tersebut dikarenakan untuk menentukan narapidana

yang akan berasimilasi di luar Lapas tidaklah mudah. Persyaratan

½ masa pidana yang harus mereka lalui tidaklah semata-mata

syarat untuk dapat di asimilasikan di luar Lapas, tetapi syarat

lainnya seperti pernah mengikuti kegiatan pembinaan lainnya di

dalam Lapas dan ditambah dengan penilaian kepribadian

narapidana yang bersangkutan sangat mempengaruhi untuk

dapat diasimilasikan di luar Lapas.

Kegiatan Cuti Mengunjungi Keluarga, menurut data pada

bagian Pembinaan Lapas ini, diketahui bahwa selama Tahun

2015 sejak awal tahun sampai dengan waktu penelitian belum

ada narapidana yang memanfaatkan hak ini. Berdasarkan

pengamatan dalam pemenuhan hak mendapatkan asimilasi

sudah berjalan dengan cukup baik.


101

11. Pemenuhan Hak Mendapatkan Pembebasan Bersyarat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara dan Syarat

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, setiap

narapidana berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB).

Hak ini diberikan dengan syarat narapidana tersebut telah

menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) dari masa

pidananya dengan ketentuan 2/3 (duapertiga) dari masa pidana

tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan. Selain itu syarat

lainnya yang harus dipenuhi oleh narapidana ialah narapidana

tersebut selama menjalani pidananya berkelakuan baik dan tidak

ada catatan pelanggaran keamanan dan ketertiban di Lapas,

minimal selama setahun terakhir. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara dan Syarat

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tidak berlaku

pada tindak kejahatan Narkotika, Tipikor dan Terorisme, karena

hal tersbut telah di atur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 99 Tahun 2012.

Setelah seorang narapidana memenuhi persyaratan,

disidangkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lapas,

dan jika disetujui akan diusulkan oleh Kalapas kepada Direktur

Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) melalui Kantor Wilayah

(Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM setempat. Proses ini

memakan waktu cukup lama karena harus disidangkan lagi di


102

kanwil dan di Ditjenpas. Setelah disetujui oleh Dirjenpas, maka

Surat Keputusan PB akan dikirimkan kembali ke Lapas.

Data Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lapas ini

menyebutkan bahwa narapidana yang mendapatkan PB selama

Tahun 2015 sebanyak 434 orang narapidana. Sedangkan untuk

Tahun 2016 sejak Januari sampai dengan waktu penelitian,

narapidana yang mendapatkan PB berjumlah 38 orang.

Menurut keterangan dari Kepala Bidang Pembinaan

Lapas ini, syarat 2/3 masa pidana yang harus dijalani bukan

merupakan satu-satunya syarat, tetapi masih ada lagi baik syarat

substantif maupun administratif. Syarat substantif wujudnya

selain narapidana harus menjalani 2/3 masa pidananya,

narapidana tersebut tidak melakukan pelanggaran keamanan dan

ketertiban di lapas minimal setahun terakhir. Syarat administratif

wujudnya ialah adanya surat jaminan dari pihak keluarga,

penelitian kemasyarakatan terhadap narapidana maupun

keluarga sebagai penjamin. Menurutnya, kendala yang paling

sering terjadi dalam hal syarat surat jaminan, jika pihak keluarga

narapidana tersebut berada di luar kota Jakarta, dan atau antar

kota bahkan provinsi. Hal tersebut akan menghabiskan banyak

waktu dalam melakukan penelitian kemasyarakatan oleh Balai

Pemasyarakatan (Bapas).

Untuk mengetahui tanggapan narapidana terhadap

pelaksanaan PB di lapas ini, penulis melakukan wawancara


103

dengan beberapa orang narapidana, dan dari seorang narapidana

diketahui bahwa yang menjadi kendala dalam pengurusan PB

ialah masalah keuangan. Untuk mendapatkan PB, selain syarat

tersebut diatas, juga narapidana harus menyediakan biaya

kepengurusan PB. Biaya tersebut dipergunakan untuk

memperlancar proses pengusulan PB mulai dari Lapas, Kanwil,

sampai Ditjenpas. Berdasarkan informasi yang diperoleh di

lapangan, menurut penulis, pelaksanaan hak mendapatkan PB di

Lapas ini belum berjalan dengan baik karena disatu sisi, program

ini berjalan, namun di sisi lain program ini tidak dijalankan dengan

murni sesuai aturan dan diskriminatif.

12. Pemenuhan Hak Mendapatkan Cuti Menjelang Bebas (CMB).

CMB dan PB mempunyai kesamaan. Yang

membedakannya ialah CMB paling lama diberikan 6 (enam) bulan

atau sebesar remisi terakhir sedangkan PB bisa lebih lama dari

waktu CMB, tergantung dari lamanya masa pidana narapidana

yang melaksanakannya. Tetapi sampai saat ini belum pernah ada

narpidana yang melakukan CMB.

13. Pemenuhan Hak-Hak Narapidana Yang Lainnya.

Hak-hak lain yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara dan


104

Syarat Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan ialah

hak politik, hak memilih dan hak keperdataan lainnya.

Data Seksi Registrasi Lapas ini, sekalian merupakan

implementasi dari hak-hak tersebut, pada saat Pemilihan Umum

(Pemilu) wakil rakyar tingkat daerah, Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014 yang lalu, semua narapidana di Lapas ini

diberikan hak untuk memilih, bahkan Lapas ini dijadikan Tempat

Pemungutan Suara (TPS) khusus untuk narapidana. Untuk

pemilihan Presiden Republik Indonesia, tidak semua narapidana

mendapatkan hak pilihnya karena menurut Kepala Seksi

Registrasi Lapas ini, tidak semua narapidana di Lapas ini memiliki

Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat untuk memilih.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, menurut

penulis, pelaksanaan hak-hak narapidana yang lainnya juga

sudah berjalan dengan baik.

C. Petugas Lapas Sebagai Salah Satu Faktor Yang Berpengaruh

Dalam Pelayanan Hak-hak Narapidana.

Aparat penegak hukum mempunyai pengaruh dalam

penegakan hukum. Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, bahwa Petugas Lapas adalah

aparat penegak hukum. Dengan demikian petugas pemasyarakatan

berperan dalam menerapkan hukum, yang dalam hal ini ialah

penegakan hak-hak narapidana di Lapas seperti yang terdapat dalam


105

Undang-Undang Pemasyarakatan. Menurut Undang-Undang

Pemasyarakatan, Pemasyarakatan adalah suatu proses pembinaan

yang melibatkan 3 komponen secara terpadu, yakni petugas Lapas,

narapidana dan masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa hak-hak

narapidana ini adanya di dalam Lapas, maka yang paling penting ialah

keterpaduan antara petugas dan narapidana dalam pemenuhan hak-

hak tersebut.

Faktor aparat penegak hukum yang dimaksud dalam hal ini

terdiri atas kualitas dan kuantitas petugas Lapas. Di Lapas ini,

petugasnya berjumlah 304 orang yang memiliki tupoksinya masing –

masing. Dari 304 petugas, terdapat 107 orang petugas pengamanan.

Data tersebut menunjukkan bahwa Lapas ini tetap mendahulukan

pengamanan, yaitu dengan personil terbanyak. Namun, pembinaan

juga tetap merupakan hal yang penting karena sistem

pemasyarakatan ini menggunakan pendekatan pengamanan (security

approach) dan pendekatan pembinaan (treatment approach) yang

dalam pelaksanaannya selalu bersamaan.

Untuk mengetahui secara terperinci jumlah petugas bagian

pembinaan dan bimbingan kegiatan kerja narapidana, penulis

menyusunnya dalam tabel XV.


106

TABEL XV

Jumlah Petugas Pembinaan dan Bimbingan Kerja Pada Lapas

Kelas I Cipinang.

No. Bagian / Bidang Tugas Jumlah


1. Kepala Bidang Pembinaan 1
Kepala Seksi Registrasi 1
Staf Registrasi 13
Kepala Seksi Bimkemas 1
Staf Bimkemas 15
2. Kepala BidangKegiatan Kerja 1
Kepala Seksi Sarana Kerja 1
Staf Sarana Kerja 3
Kepala Seksi PengelolaanHasil Kerja 1
Staf Pengelolaan Hasil Kerja 3
Kepala Seksi Bimbingan Kerja 1
Staf Bimbingan Kerja 2

Jumlah 43
Sumber : Urusan Kepegawaian Lapas Kelas I Cipinang Tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah petugas yang terlibat

langsung dengan kegiatan pembinaan narapidana di Lapas ini 43

orang. Jika dibandingkan lagi dengan isi Lapas 2955 orang

narapidana maka hasilnya adalah 1 orang petugas banding 100 orang

narapidana.Menurut Kepala Bidang Pembinaan, secara kuantitas,

jumlah petugas tersebut memang masih kurang memadai sehingga

kurang maksimal dalam menangani narapidana. Contohnya seperti

pada bagian registrasi lapas, yang hanya memilki 13 orang staf yang

bertanggung jawab dalam pencatatan data dan perhitungan

remisi,waktu 1/2 dan 2/3 masa pidana dan tanggal bebas narapidana

yang jumlahnya 2955 orang. Tentunya hal ini cukup membebani


107

petugas tersebut. Masih menurutnya, walaupun demikian, sistem

harus terus berjalan dan solusi dari kurangnya petugas tersebut

diatasi dengan strategi dan manajemen dalam penempatan petugas

sesuai dengan kemampuanya dalam rangka pemenuhan hak-hak

narapidana.Selain itu, narapidana juga diperbantukan untuk bidang

ini. Dari pengamatan, penulis mengetahui ada 4 orang narapidana

yang diperbantukan untuk bagian registrasi.

Faktor kualitas merupakan hal yang sama pentingnya dengan

fakor kuantitas petugas. Kuantitas petugas yang memadai harus

ditunjang dengan kualitas sumber daya manusianya juga.

Berdasarkan data dari bagian kepegawaian Lapas ini, latar belakang

pendidikan petugas Lapas ini penulis paparkan dalam tabel berikut :

TABEL XVI

Latar Belakang Pendidikan Petugas

Lapas Kelas I Cipinang

No. Pendidikan Jumlah


1. SD 1
2. SLTP 2
3. SLTA 162
4. D3 13
5. S1 110
6. S2 16
Jumlah 304
Sumber : DataPrimer, telah diolah Penulis.

Tabel XVI pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa

prosentase latar belakang pendidikan terbanyak ialah SLTA, dan


108

untuk latar belakang tingkat pendidikan DIII sampai dengan S2 adalah

26,8 prosen. Menurut penulis, jumlah petugas dengan latar belakang

pendidikan tersebut sudah cukup memadai namun perlu penambahan

pengetahuan seputar sistem pemasyarakatan dan hak asasi manusia

dalam menunjang pelaksanaan tugasnya disamping penempatan

petugas pada tempat yang benar sesuai dengan kemampuannya.

Kaitannya dengan pelaksanaan hak-hak narapidana di Lapas

ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana pemahaman petugas

tentang hak asasi manusia khususnya hak-hak narapidana. Hasil

yang diperoleh dari 20 orang responden petugas Lapas seperti pada

tabel berikut :

TABEL XVII

Tingkat Pemahaman Petugas Lapas

Terhadap Hak-Hak Narapidana

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Tahu 16 80

2. Tidak Tahu 4 20

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel XVII di atas menunjukan bahwa sebagian besar petugas

Lapas ini telah mengetahui hak-hak narapidana di Lapas.


109

D. Narapidana Sebagai Salah Satu Faktor Yang Berpengaruh Dalam

Pemenuhan Hak-hak Narapidana.

Narapidana dalam sistem pemasyarakatan diposisikan bukan

hanya sebagai obyek pembinan, tetapi lebih dari pada itu, yakni

sebagai subyek pembinaan. Artinya, dalam proses pembinaan tidak

semata-mata petugas yang berperan di dalamnya, namun narapidana

juga harus ikut berpartisipasi aktif. Dalam hal ini narapidana sendiri

turut menentukan terlaksana tidaknya hak-hak mereka.

Hak-hak narapidana merupakan implementasi dari hak asasi

manusia. Hak asasi manusia dijamin oleh hukum. Dalam penegakan

hukumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut L.M Friedman

(H.A.Abu Ayyub Saleh, 2006:9) dan Soedjono Soekanto (2005:8),

Salah satu Faktor dalam teori yang mereka kemukakan ialah faktor

masyarakat. Narapidana juga merupakan suatu masyarakat.

Alasannya ialah karena narapidana merupakan suatu komunitas yang

hidup dan berinteraksi dalam suatu wilayah atau tempat, dan diatur

oleh aturan hukum yang berlaku. Oleh sebab itu dalam hal ini

narapidana dikategorikan juga sebagai suatu masyarakat.

Sebagai masyarakat, narapidana juga mempunyai hak dan

kewajiban. Selain itu narapidana juga diberikan kebebasan dalam

menentukan pilihan, apakah akan mendukung atau tidak dalam

pelaksanaan hak-hak mereka di Lapas melalui sikap dan

perbuatannya. Maksudnya ialah untuk dapat memperoleh hak-hak


110

mereka, maka mereka harus melakukan kewajiban mereka selama di

Lapas. Contonya yaitu Narapidana wajib mengikuti secara tertib

program pembinaan dan kegiatan yang telah ditentukan. Selain itu

narapidana juga wajib menjaga keamanan dan ketertiban Lapas. Jika

hal tersebut dilangar, maka hak-hak mereka akan dicabut dan atau

tidak diberikan.

Salah satu bentuk partisipasi narapidana dalam pemenuhan

hak-hak mereka, dapat diukur dari besar kecilnya tingkat pelanggaran

keamanan dan ketertiban Lapas yang dilakukan oleh mereka. Untuk

mengetahui pemahaman narapidana terhadap hak-hak mereka dan

juga tanggapan mereka terhadap pelaksanaan hak-hak mereka,

penulis menghimpun jawaban dari para responden dan hasilnya

seperti dalam tabel dibawah ini :

TABEL XVIII

Pemahaman Narapidana

Terhadap Hak-Hak Mereka di Lapas

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Tahu 22 73,4

2. Tidak Tahu 8 26,6

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

telah mengetahui hak-hak mereka di Lapas.


111

TABEL XIX

Tanggapan Narapidana Terhadap

Pemenuhan Hak-Hak Mereka di Lapas

No. Jawaban Frekuensi Prosentase

1. Baik 16 53,4

2. Kurang Baik 6 20,0

3. Tidak Tahu 8 26,6

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel XIX di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden merasakan bahwa pelaksanaan hak-hak mereka di Lapas

sudah baik.

Pemahaman dan tanggapan narapidana terhadap hak-hak

mereka dan pelaksanaannya dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan mereka, yang berdasarkan data dari Seksi Registrasi

Lapas ini, Penulis menyusunnya dalam tabel XX.


112

TABEL XX

Latar Belakang Pendidikan

Narapidana Lapas Kelas I Cipinang.

No. Pendidikan Jumlah Prosentase


1. Buta Huruf 18 8,6
2. SD 753 46,6
3. SLTP 754 28,7
4. SLTA 1043 14,6
5. STM 147 1,5
6. SMK 91
7. S1 71
8. S2 6
9. Madrasah 5
10. D1 5
11. D2 2
12. D3 49
13. DOKTOR 1
Jumlah 2955 100
Sumber : Seksi Registrasi Lapas Kelas I Cipinang, Tahun 2015

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar narapidana

Lapas ini sudah pernah bersekolah, setidaknya setingkat SD. Dengan

berbagai latar belakang pendidikan para narapidana seperti pada

tabel di atas juga mempengaruhi sikap dan perilaku serta tingkat

pemahaman narapidana terhadap keberadaannya di Lapas beserta

hak dan kewajibannya. Berdasarkan data dan pengamatan, menurut

penulis, peran serta narapidana di Lapas ini cukup baik dalam

pemenuhan hak-hak mereka.


113

E. Peranan Lapas Dalam Pemenuhan Hak-Hak Narapidana.

Sebagai tempat pembinaan narapidana, Lapas mempunyai

fungsi strategis dalam mengimplementasikan hak asasi narapidana

sebagai manusia melalui pelaksanaan hak-hak narapidana.

Jumlah petugas Lapas yang ada saat penelitian, khususnya

petugas yang terlibat langsung dalam pembinaan narapidana

sangatlah minim petugas. Namun demi terlaksananya pembinaan,

kekurangan petugas bukanlah suatu alasan terhambatnya pembinaan,

apalagi jika sampai tidak berjalan. Kaitannya dengan hal tersebut,

Kalapas mengatakan bahwa kurangnya jumlah petugas tersebut

disiasati dengan menempatkan petugas dengan latar belakang yang

memadai serta yang menguasai tepat pada bidang tugas yang

strategis terhadap pembinaan narapidana.

Upaya lainnya yang dilakukan Lapas ini dalam peningkatan

pengetahuan petugas tentang hak asasi manusia untuk menunjang

tugas khususnya yang menyangkut pelaksanaan hak-hak narapidana

adalah dengan mengikutkan petugas Lapas ini dalam pendidikan dan

latihan Hak Asasi manusia (Diklat HAM) yang diadakan oleh Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) secara bergantian setiap

tahunnya di Badan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jakarta. Program

ini diharapkan meningkatkan pengetahuan petugas Lapas tentang

HAM, terutama bagi petugas yang berhadapan langsung dengan

narapidana.
114

Sebagai akhir dari penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana

sikap dan perlakuan petugas Lapas terhadap narapidana menurut

narapidana, dan juga bagaimana tanggapan petugas terhadap

pelaksanaan hak-hak narapidana di Lapas ini, penulis menggunakan

angket pertanyaan kepada 30 orang responden narapidana dan 20

orang responden petugas Lapas ini, dan hasilnya seperti dalam tabel

XXI.

TABEL XXI

Sikap dan Perlakuan Petugas Terhadap Narapidana Menurut

Narapidana

No. Tanggapan Frekuensi Prosentase

1. Baik 28 93,3

2. Tidak baik 2 6,7

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel XXI di atas menunjukkan bahwa menurut sebagian besar

responden narapidana, sikap dan perlakuan petugas lapas terhadap

narapidana sudah baik.


115

TABEL XXII

Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Di Lapas Ini

Menurut Petugas Lapas

No. Tanggapan Frekuensi Prosentase

1. Baik 12 60

2. Kurang Baik 4 20

3. Tidak Tahu 4 20

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer, telah diolah Penulis.

Tabel XXII di atas menunjukkan bahwa menurut sebagian

besar responden petugas, pelaksanaan hak-hak narapidana di Lapas

ini sudah baik.

Anda mungkin juga menyukai