Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

Mini Project

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP IMUNISASI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMAJANG, KECAMATAN
MAMAJANG, KOTA MAKASSAR TAHUN 2018

OLEH :
dr. Muh Afif Amjad Saleh

Pendamping :
dr. Ermafuri

Wahana :
Puskesmas Mamajang
Kota Makassar, Sulawesi Selatan

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mini Project ini diajukan oleh:

Nama : dr. Muh Afif Amjad Saleh

Judul Laporan :

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Mamajang,


kecamatan Mamajang, Kota Makassar Tahun 2018

Telah disusun sebagai bagian dari Persyaratan yang diperlukan untuk Menyelesaikan
program Dokter Internsip Indonesia.

Mengetahui,

Makassar , April 2018

Pembimbing Internsip Peserta Internship

dr. Ermafuri dr. Muh Afif Amjad Saleh

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai penyakit infeksi pada anak antara lain poliomelitis, campak, diptheri,
pertusis tetanus dan Tubercolusis atau TBC dapat dicegah dengan pemberian imunisasi pada
bayi. Pemberian imunisasi pada anak sangat penting untuk mengurangi mortalitas dan
morbiditas terdapat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.1
Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka sasaran yang
ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu untuk diberikan penyuluhan
tentang pentingnya imunisasi bagi anak, menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke
Posyandu. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni faktor pendidikan
(pengetahuan), usia, dan penyuluhan oleh bidan dan perawat setempat.1
Semua orang tua, tentu berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat. Jangankan
sakit berat, sakit ringanpun kalau mungkin jangan sampai diderita anaknya. Salah satu upaya
agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberi
imunisasi.1
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat ini terbukti dengan
menurunya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10%
dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya
menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.1
Sedangkan untuk Puskesmas Mamajang, kecamatan Mamajang, angka keberhasilan
untuk imunisasi dasar adalah 96% untuk imunisasi BCG, 89% untuk imunisasi Hepatitis B,
96% untuk imunisasi DPT-HB, 100% untuk imunisasi polio, dan 94% untuk imunisasi
campak.1
Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran serta petugas kesehatan baik di
posyandu maupun puskesmas. Peran orangtua tentunya memegang peranan utama dalam
terlaksananya program imunisasi dasar. Maka dari itu, penulis merasa perlu mengkaji lebih
lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan keterlibatan anak dalam
imunisasi dasar.1

3
B. Rumusan Masalah
Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Mamajang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah
kerja Puskesmas Mamajang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Dapat memperkaya konsep/ teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada
bayi.
b. Manfaat praktis
Dapat memberikan masukkan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan pengetahuan
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi khususnya melalui perspektif motivasi.

c. Manfaat bagi peneliti


Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat mini project ini.
d. Manfaat bagi puskesmas
Untuk memberi tambahan informasi sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
penyuluhan maupun pendidikan kepada masyarakat mengenai imunisasi dasar selanjutnya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan


a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini adalah setelah orang melakukan
pengindraan obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan
manusia melalui mata dan telinga .2
Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.3
Benyamin Bloom (1980) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku
manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni a) kognitif (cognitive), b)
afektif (affective) dan c) psikomotor (psychomotor).2
b. Tingkat Pengetahuan
Setelah ada beberapa definisi pengetahuan yang telah diuraikan di atas, pengetahuan
yang dicakup kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :2,3
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang sah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recal) terhadap suatu
spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh suatu
sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara besar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar,
menyebarkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan obyek yang dipelajari tersebut.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau sisi lain.

5
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membantu
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang
Beberapa aktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu :2
1. Kecerdasan
Intelegensi (kecerdasan) merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan
inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah
tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan
pesan dalam suatu komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara Common sense
dapat dikatakan bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu
pesan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
2. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan,
menimbulkan sifat positif serta memberkan atau meningkatkan ketrampilan masyarakat atau
individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan
yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu. Jadi
tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikannya.
3. Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO (World Health
Organitation), menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu
salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang
6
terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana seseorang dapat mendapatkan
pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
4. Informasi
Teori depensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa media massa
dianggap sebagai informasi yang memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan,
perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas
sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi cognitive, afektif dan
behavior. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau
menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan
nilai-nilai tertentu.
Media ini menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubik yang
terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi
televisi, radio, video, slide dan film serta papan (bilboard).2
5. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai arah yang berlagu bagi
obyek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.3
B. Konsep Dasar Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit tertentu.4,5
b. Kekebalan pada Tubuh
1. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekebalan
aktif dibagi dalam 2 kategori : 4,5,6
 Kekebalan aktif alamiah
Merupakan kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak dengan sendiri setelah mengalami
atau sembuh dari suatu penyakit.
 Kekebalan aktif buatan
Merupakan kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi).

7
2. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak tetapi tidak membuat
zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat
pendek, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif dibagi dalam dua
jenis : 4,5,6
 Kekebalan pasif alamiah
Merupakan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
 Kekebalan pasif buatan
Merupakan kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.
c. Tujuan Pemberian Imunisasi4
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
2. Mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
d. Imunisasi yang diwajibkan (PPI)4
Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DPT, dan campak.
1. BCG (Bacillus Calmette Guerin)6,7,8
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan di
insertio m.deltoideus lengan kanan dengan dosis 0,05 ml untuk bayi dibawah usia 1 tahun dan
0,1 ml untuk anak usia 1 tahun atau lebih. Jika diberikan pada usia lebih dari 2 bulan maka uji
mantoux terlebih dahulu, jika uji mantoux (+)  maka tidak perlu diimunisasi.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat :6,7
a. efektivitas perlindungan hanya 40%
b. sekitar 70% kasus TBC berat ternyata mempunyai parut BCG
c. kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun
mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada pasien
HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi: 6,7
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka

8
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah: 6,7
1. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan
yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat
penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan
abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
2. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2. DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus. Yang terdiri dari :8,9
1. vaksin difteri ; toksin kuman yang dilemahkan (toksoid)
2. vaksin tetanus ; toksoid
3. vaksin pertusis ; kuman B. pertusis yang dimatikan
Daya proteksi vaksin difteri dan tetanus adalah 80-95%, sedangkan pertusis adalah
50-60%. Imunisasi DPT ataupun DT diberikan Intramuskular atau subkutan dalam. Imunisasi
dasar diberikan sebanyak 3x, dimulai pada usia 3 bulan dengan dosis masing-masing 0,5 ml
dengan selang 4 minggu (1 bulan ), kemudian diperkuat dengan imunisasi keempat yang
diberikan 1 tahun setelah imunisasi ketiga. Ulangan imunisasi berikutnya dilakukan pada usia
5 tahun (usia masuk sekolah) masih menggunakan DPT. Selanjutnya ulangan imunisasi
dilakukan setiap 5 tahun dengan menggunakan DT saja tanpa pertusis karena vaksin tersebut
tidak dianjurkan pada anak usia lebih dari 7 tahun karena reaksi dapat lebih hebat.8,9
DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri
di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
komponen pertusis di dalam vaksin. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga
bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai
yang bersangkutan.8,9
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:8
1. Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
2. Kejang
9
3. Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
4. Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik
atau kejangnya bisa dikendalikan. Kontraindikasi yakni riwayat anafilaksis, ensefalopati,
hiperpireksia.8
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.9
Terdapat 2 macam vaksin polio: 9
1. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
2. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV)
efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1
jenis polio.
Jadwal imunisasi polio :9
0. Polio-0 diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik polio.
Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi
meninggalkan rumah sakit agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio vaksin
dapat diekskresikan melalui tinja. Untuk keperluan ini, IPV dapat menjadi alternatif.
1. Polio-1,2,3 dapat diberikan bersama dengan DPT 1,2,3.
2. Polio-4 diberikan satu tahun setelah polio 3 atau diberikan bersamaan DPT 4.
3. Polio-5 diberikan pada umur 5 tahun atau diberikan bersamaan DPT 5.
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Vaksin Salk mengandung 3 tipe, disuntikkan subkutan, yang pertama umur 3 bulan, yang
kedua 4 minggu kemudian dan yang ketiga 6-7 bulan sesudah yang kedua. Efek samping
tidak ada.9
Manfaat vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk negara yang sedang
berkembang vaksin Sabin lebih menguntungkan karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah
didistribusikan dan mudah diberikan kepada anak.9
Kontra indikasi pemberian vaksin polio: 9
10
a. Diare berat
b. Penyakit akut atau demam
c. Hipersensitif yang berlebihan terutama pada neomisin, polimiksin, streptomisin)
d. Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
e. Kehamilan
4. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL, pada umur 9 bulan. Pada bayi
yang baru lahir mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya yang pernah
terinfeksi morbili dan kekebalan pasif tersebut bertahan selama ± 6 bulan. Apabila telah
mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan ulangan campak pada umur 5 tahun tidak
diperlukan. Tetapi bila anak baru datang pada usia diatas 12 bulan dan ia belum pernah
menderita penyakit campak maka sebaiknya vaksinasi segera dilakukan.9
Kontra indikasi pemberian vaksin campak: 9
1. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38° Celsius
2. Gangguan sistem kekebalan
3. pemakaian obat imunosupresan
4. alergi terhadap protein telur
5. kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (kejadian 1
diantara satu juta suntikan). 10
5. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi bertujuan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.
Lokasi penyuntikan di daerah deltoid secara intramuskular, dengan dosis 0,5 ml.8,9
Jadwal imunisasi :8,9
1. Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak
3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal
sebesar 45%
2. Hepatitis B II diberikan dengan interval 1 bulan dari hepatitis B I (saat bayi berumur 1
bulan)
3. Hepatitis B III diberikan dengan interval 2-5 bulan setelah hepatitis B II (saat bayi
umur 3-6 bulan)

11
Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa HbsAg ibu positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan
aman dan tidak membahayakan janin. Apabila sampai umur 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan. Ulangan imunisasi hepatitis B
(hep B IV) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.8,9
Reaksi imunisasi yakni segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak
tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri rasa mual dan nyeri
sendi. Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Efek samping
yang berarti tidak pernah dilaporkan.8,9
6. Haemophilus influenza tipe B (Hib)

Haemophilus influenza tipe B merupakan kuman gram negatif yang menyebabkan


8,3 juta kasus penyakit serius pada tahun 2000 dan sekitar 371.000 kematian pada bayi dan
anak setiap tahun. Manifestasi Hib adalah pneumonia dan meningitis yang sering
meninggalkan gejala sisa walaupun cepat ditangani.Hib juga menyebabkan septikemia,
selulitis, artritis, dan epiglotitis.Penyebaran terjadi lewat droplet dari individu yang
terinfeksi.PRP yang dikonjugasikan dengan preotein tetanus disebut sebagai PRP-T.Vaksin
ini merangsang imunitas seluler yaitu sel limfosit T. Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi
yang beredar di Indonesia yaitu PRP-T dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein
complex).10
Jadwal imunisasi :8,9
1. Vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan
2. Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan
3. Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DPT dalam bentuk vaksin
kombinasi dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml.
4. Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan
5. Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.
Dosis yang dberikan yakni satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara
intramuskular.8,9
Imunisasi Hib tidak dianjurkan pada wanita hamil, bila terdapat demam dan
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin.Efek samping yang serius tidak pernah
dilaporkan, namun dapat terjadi reaksi lokal berupa pembengkakan, nyeri, dan kemerahan
kulit atau reaksi umum berupa ruam kulit, demam dan urtikaria.8,9

12
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Kecamatanin Penelitian
Kecamatanin penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol faktor-faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu
hasil. Kecamatanin penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
berbentuk penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara obyektif.5

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti, sering
kali di katakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang akan di teliti.2 Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Kriteria Alat ukur Skala


Pengetahuan Segala sesuatu yang dipahami, Baik: 76-100% Kuesioner Ordinal
mengenai dimengerti oleh ibu tentang Cukup : 56-75%
imunisasi imunisasi dasar. Kurang : 40-55%
dasar. Tidak baik : ≤40%
(Arikunto,2006)

D. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti2
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa populasi adalah semua objek yang
di amati dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang
mempunyai bayi umur 0-12 bulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah 18 orang.

13
b. Sampel
Adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi.2 Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian di lakukan di Kecamatan Mamajang, Wilayah Kerja Puskesmas
Mamajang, Kecamatan Mamajang. Waktu penelitian di lakukan pada hari Rabu, 7 maret
2018 sampaI 10 maret 2018, pukul 09.00-11.00 WIB.

F. Kerangka Kerja
Adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan
penelitian.2

Populasi
Seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di kecamatan
mamajang, wilayah kerja Puskesmas Mamajang sebanyak 17 orang.

Sampel
Sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di kecamatan
Mamajang, wilayah kerja Puskesmas Mamajang sebanyak 17 orang.

Teknik Sampling
Consecutive Sampling

Pengumpulan data
Melakukan penyebaran kuesioner terhadap responden yang menjadi
sampel penelitian

Kesimpulan

Bagan 1. Kerangka kerja tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di


Kecamatan Mamajang, wilayah kerja Puskesmas Mamajang, Kecamatan Mamajang.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


 Ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 12 bulan berdomisili di Dusun Gunung Amal,
wilayah kerja Puskesmas Batang Beruh.
14
 Ibu yang bersedia dilakukan penelitian
 Ibu yang bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :


 Ibu yang tidak mau mengisi kuesioner
 Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data

G. Pengumpulan Data
a. Proses Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian
kuesioner oleh peneliti kepada responden yang dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria
inklusi dan eksklusif. Sebelum melakukan pengumpulan data, penelitian meminta surat
persetujuan penelitian baik dari institusi pendidikan, institusi puskesmas dan institusi
Kecamatan, kemudian peneliti meminta inform consent (surat persetujuan) kepada responden
untuk dijadikan sampel penelitian, apabila responden setuju maka peneliti memberikan
kuisioner dan mengobservasi buku register imunisasi.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mengukur pengetahuan ibu instrument penelitian yang digunakan adalah
kuisioner tertutup dengan jumlah 10 pertanyaan pengetahuan dan responden tinggal memilih
pilihan yang telah disediakan.

H. Kriteria Penilaian Pengetahuan


Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus : 2
SP
P  x 100 %
SM
Keterangan :
P = Nilai pencapaian (%)
SP = Skor yang didapat
SM = Skor maximal semua pertanyaan yang di bawah ini dijawab benar
Dalam pemberian skor untuk pertanyaan karakteristik tidak berarti skor, sedangkan
jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban yang
salah diberi skor 0.2

15
Berdasarkan hasil pertimbangan kemudian hasilnya di interprestasikan pada kriteria :
1. Pengetahuan baik = 76 – 100%
2. Pengetahuan cukup = 56 – 75 %
3. Pengetahuan kurang = 40 – 55 %
4. Pengetahuan tidak baik = < 40%

16
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data geografis
Puskesmas Mamajang terletak di Jalan Baji Minasa No.10 Makassar. Puskesmas
Mamaja berstatus puskesmas rawat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan
kesehatan yang optimal maka Puskesmas Mamajang dibantu dengan 1 Puskesmas Pembantu
(PUSTU) yaitu PUSTU Mamajang Dalam yang terletak di Jalan Landak Baru dan PUSTU
Maricaya Selatan yang terletak di Jl. Lanto Dg. Pasewang. Adapun kondisi Geografis
wilayah puskesmas Mamajang yang terdiri dari lima Kecamatan :
a. Kelurahan Mamajang Luar di Jalan Onta Lama
b. Kelurahan Bonto Biraeng di Jalan Badak
c. Kelurahan Labuang Baji di Jalan Landak lorong I
d. Kelurahan Mamajang Dalam di Jalan Landak Baru
e. Kelurahan Mandala di Jalan Inspeksi Kanal
f. Kelurahan Marsel di Jalan Veteran Selatan

Adapun Wilayah Puskesmas Mamajang ini berbatasan dengan :


a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Ujung Pandang
b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Panakukang
c. Sebelah Selatan dengan Wilayah Puskesmas Cendrawasih
d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Mariso

Luas wilayah kerja Puskesmas Mamajang 2.712 km2 dengan 22 RW dan 4.189 RT

berada di bagian barat daya Kota Makassar Lokasi puskesmas Mamajang terletak sangat

strategis lintas darat provinsi dengan sarana listrik PLN dan terbuka unit gawat darurat 24

jam. Sejak berdirinya hingga sekarang Puskesmas telah mengalami beberapa kali pergantian

pimpinan yaitu :

1. Lepar (Mantri Kesehatan) pada tahun 1958 - 1962


2. H. Sarolin (Mantri Kesehatan) pada tahun 1963 – 1966
3. Soekardan (Mantri Kesehatan) pada tahun 1967 – pertengahan 1972
4. Dr. Sabir Syiwu pada pertengahan tahun 1972 sampai dengan tahun 1973

17
5. Dr. Pieter Tangdialla pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1977
6. Dr. Etty Wibowo pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1984
7. Dr. Emmy Setiosi pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1988
8. Dr. Hj. Erni Djamaloeddin pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1995
9. Dr. Hj. St. Zaenab NB pada tahun 1995 sampai dengan tahun 1998
10. Dr. Hj. Andi Rugaya M. pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2004
11. Dr. Hj. Nurhayati M.G pada tahun 2004 sampai dengan tahunn 2007
12. Dr. Hj. Fausiah Tamin pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
13. Dr. Hj. A.Nurmala Makmur tahun 2012 sampai dengan tahun 2014
14. Drg. Hj. Irma Awalia, M.Kes tahun 2014 sampai dengan sekarang

B. Data Demografik
1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2016 penduduk wilayah

Puskesmas Mamajang sebanyak 21.187 jiwa, yang terdiri dari 11.017 jiwa

laki-laki dan 10.170 jiwa perempuan dengan ratio jenis kelamin 108,33 % yang

artinya jumlah penduduk Laki-Laki di wilayah kerja Puskesmas Mamajang lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk Perempuan.

Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) digunakan untuk

mengetahui Produktivitas penduduk. Rasio beban ketergantungan adalah angka

yang menyatakan perbandingan banyak orang yang berada pada usia yang

produktif terhadap usia tidak produktif . Semakin banyak kelompok usia non

produktif maka semakin berat beban usia produktif.

Komposisi penduduk wilayah kerja Puskesmas Mamajang menurut

kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)

sebesar 23,6 % , yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 72,8 % dan

yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,6 %, (sumber BPS Kota Makassar) dengan

18
demikian penduduk wilayah kerja Puskesmas Mamajang yang terbanyak berada

pada usia produktif dan yang paling sedikit yang berusia tua.

2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran dan kepadatan penduduk tidak merata di masing-masing

kelurahan. Disebabkan oleh jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas

wilayah kelurahan. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan seperti sanitasi

perumahan, kebersihan lingkungan, status gizi dan status kesehatan masyarakat

yang belum mencapai seratus persen.

A. Tingkat Pendidikan

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa

berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.

Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, sebab penduduk yang tidak

bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan

kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.

Untuk gambaran tingkat pendidikan penduduk diwilayah kerja Puskesmas

Mamajang tidak bisa kami paparkan karena sumber informasi yaitu BPS tidak

menyediakan data tersebut.

Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah TK di wilayah kerja Puskesmas Mamajang ada

6 sekolah dengan 428 orang murid, pada tingkat SD baik negeri maupun swasta sebanyak

13 sekolah dengan 3.826 orang murid, dan untuk tingkat SMP yang ada hanya swasta

sebanyak 5 sekolah dengan 1.549 orang murid, untuk tingkat SMA juga swasta sebanyak 4

sekolah dengan 795 orang murid.

19
B. Tingkat Ekonomi

Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan

adalah keadaan ekonomi. Kondisi perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin

tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor,

baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan sumber data BPS Kota Makassar untuk wilayah kerja Puskesmas

Mamajang terdapat 1 mall, Kelompok Pertokoan sebanyak 5 , Pasar Tradisional sebanyak

2 dan SPBU terdapat 1 . Untuk Usaha Hotel sebanyak 3 Hotel dan Akomodasi lainnya

serta Restoran , Rumah makan dan Warung Makan/Kedai Makan/Minum serta

usaha-usaha kecil lainnya.

C. Penyelengaraan kesehatan dan sumber Daya Kesehatan

Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

pencegahan kesehatan, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat meliputi :

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial dan keperawatan kesehatan

masyarakat, meliputi :

1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS

2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

4) Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

20
5) Pelayanan Pencegahan dan pengendalian penyakit

6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan, meliputi :

1) Pelayanan kesehatan jiwa

2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer

4) Pelayanan kesehatan olahraga

5) Pelayanan kesehatan indera

6) Pelayanan kesehatan lansia

7) Pelayanan kesehatan kerja

8) Pelayanan kesehatan lainnya

3. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) ,Kefarmasian, dan Laboratorium , meliputi :

1) Pelayanan pemeriksaan umum

2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP

4) Pelayanan gawat darurat

5) Pelayanan gizi yang bersifat UKP

6) Pelayanan persalinan

7) Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat

inap

8) Pelayanan kefarmasian

9) Pelayanan laboratorium

21
No Jenis Ketenagaan Yang ada sekarang

1 Dokter spesialis 1
2 Dokter umum 2
3 Dokter Gigi 3
4 Bidan Puskesmas 9
5 Bidan PTT 0
6 Perawat Umum 13
7 Sanitarian 2
8 Tata usaha 1
9 Petugas Gizi 2
10 Laboratorium 2
11 Apoteker 1
12 Asisten apoteker 1

D. Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel Distribusi responden berdasarkan umur ibu di Kecamatan Mamajang, Wilayah
kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.

No Umur Frekuensi Prosentase


1 < 20 tahun 0 0%
2 20-35 tahun 12 70.5 %
3 >35 tahun 5 29,5 %
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20 –


35 tahun ( 70,5 % ) , sebagian kecil responden berumur > 35 tahun ( 29,5 % ) dan tidak
terdapat responden yang berumur <20 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Mamajang,
Wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.

22
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 Dasar (SD,SMP) 4 22.22%
Menengah (SMA,
2 6 33.33%
Sederajat)
Tinggi (Diploma,
3 10 55,55 %
Sarjana)
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden


berpendidikan menengah (47%), dan sebagian lainnya berpendidikan dasar (29,5%) dan
tinggi (23,5%)
c. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel :Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Mamajang, Wilayah
kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Bekerja/IRT 8 47.05 %
3 Wiraswasta /Swasta 5 29.42 %
4 PNS 4 23.53%
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai


petani/buruh 47.05%), sebagian lainnya bekerja sebagai PNS (29,42%) dan
wiraswasta/swasta (23.53%).
d. Karakteristik Responden berdasarkan jumlah anak
Tabel : Distribusi karakteristik responden berdasarkan jumlah anak di Kecamatan
Mamajang, Wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.

No Jumlah anak Jumlah Ibu Prosentase


1 1 8 47.05 %
2 2 6 35.29 %
3 3 2 11.77%
4 4 0 0%

23
5 5 1 5.89 %
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki


jumlah anak 1 (47,05%), sebagian responden lainnya memiliki jumlah anak 2 (25.29%),
jumlah anak 3 (11,77%), jumlah anak 4 (0%), dan jumlah anak 5 (58,9%).
e. Karakteristik Responden yang Memperoleh Penyuluhan
Tabel :Distribusi responden yang memperoleh penyuluhan mengenai imunisasi
sebelumnya di Kecamatan Mamajang, Wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan
Mamajang.
No Memperoleh Informasi Frekuensi Prosentase
1 Ya 17 100 %
2 Tidak - 0%
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden telah memperoleh


penyuluhan mengenai imunisasi sebelumnya( 100 % ).
f. Karakteristik Dukungan Keluarga
Tabel : Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga responden di Kecamatan Mamajang,
Wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.
No Dukunga Keluarga Frekuensi Prosentase
1 Ya 17 100%
2 Tidak 0 0%
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden mendapat dukungan


keluarga untuk dilakukan imunisasi (100%)
g. Data Khusus
Tabel : Distribusi Tingkat Pengetahuan responden mengenai imunisasi dasar di
Kecamatan Mamajang, Wilayah kerja Puskesmas Mamajang kecamatan Mamajang.
No Tingkat Pengetahuan Ibu Frekuensi Prosentase
tentang Imunisasi
1 Kurang 0 0%

24
2 Cukup 0 0%
3 Baik 17 100 %
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki tingkat


penetahuan yang baik mengenai imunisasi dasar (100%)

25
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi
dasar, didapatkan hasil bahwa seluruh responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan yang
baik mengenai imunisasi dasar.
B. Saran
a. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk memperluas wawasan tentang imunisasi agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik dan lebih bermanfaat.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memperkaya data mengenai program
imunisasi dasar untuk kemajuan program kesehatan selanjutnya.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan kinerja dan promosi
kesehatan mengenai imunisasi dasar.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program-program
kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Panduan Imunisasi


2. Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
3. Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
4. Departemen Kesehatan RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Pertemuan Kepala Puskesmas Kota Surabaya. htm
6. Markum, A.H. 2002. buku Pelayanan Immunisasi EGC
7. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
8. Oktarina. 2005. SPSS 13.0 Untuk Orang Awam. Bandung : Alfabeta
9. Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Kesehatan Rumah Tangga
10. Suraatmadja. 1995. Imunisasi. Arcan : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai