Anda di halaman 1dari 2

. . . . . . .

SECANGKIR CAPPUCINO

Karya: Asih Nuraini


Kelas: XI MIPA 3

Sebut saja namanya Dara, ia berada disebuah cafe coffe. Jika ia sedang mengalami masalah, pasti
dia akan datang ke cafe itu. Bel yang terpasang diatas pintu cafe berbunyi, pikiran dan lamunan
dara menjadi buyar, ia mengalihkan perhatiannya kepada pintu cafe dan matanya menangkap
sosok cowo yang juga tak sengaja menatap dirinya. Lalu ia memutuskan untuk melanjutkan
kegiatan ringannya yang sempat tertunda. Menyelesaikan catatannya dan ditemani Secangkir
Cappucino hangat.

"Kursinya kosong? " tanya si cowo yang berdiri dipintu cafe tadi. Dara tersenyum sambil
mengangguk "iya kosong ko". Si cowo itu meletakan secangkir kopi miliknya, dan duduk dikursi
yang berada Disamping dara. Lalu si cowo itu melirik kearah dara yang sedang menulis "Oh maaf,
ganggu ya?", "engga ko ga ganggu" jawab dara. "Oh oke, lanjutin nulisnya" kata si cowo itu. Lalu
dara mengangguk, kemudian melanjutkan tulisannya.

Beberapa menit dalam keheningan, dara merasa sedikit canggung. Lalu dara memberanikan diri
untuk memperkenalkan diri ke cowo itu. "Gue dara" ucapnya sambil mengarahkan tangannya.
Kemudian si cowo itu menoleh dan tersenyum menerima jabat tangan dara "Aufa", lalu ia
bertanya "sering kesini?", "lumayan lo sediri?" tanya dara ke aufa, "gue baru pertama kali kesini,
dan lo sering belajar disini? " ucap si aufa. Dara terkekeh "gue ga serajin itu, lagi bosen dirumah
jadi gue kesini buat baca buku atau sekedar duduk sambil lihat jalan raya yang rame kalau sudah
sore ".

Setelah perkenalan dan percakapan singkat waktu itu. Dara dan aufa semakin dekat menjalin
hubungan pertemanan, bahkan salah satu diantara mereka ingin mengubah ikatan itu lebih dari
pertemanan.

Pada suatu hari, aufa menunggu dara pulang dari kampus. Tak lama menunggu, akhirnya dara
keluar dari kampus, dara menuju halte bus dan tak sengaja dara melihat aufa yang sedang berdiri
disana, yang sedang tersenyum kearahnya. Dan mereka berjalan menuju mobil. Setelah mereka
duduk didalam mobil, aufa tidak langsung menyalakan mesin mobilnya, melainkan memposisikan
tubuhnya kearah dara yang membuat dara sedikit kebingungan.

Ternyata disitu aufa menyatakan perasaannya kalau ia menyukai dara, tetapi dara menolaknya.
Aufa bingung dan heran, kenapa dara menolaknya, bukankah dara juga memiliki perasaan yang
sama dengannya.
"Loh kenapa? " tanya aufa
"Emmm... Itu karena... Karena Devon". Jawab dara
"Devon? Mantan lo itu? Lo masih sayang sama dia? Jadi selama ini gue cuma pelarian? Tanya
aufa
"Maaf fa, gue ga bermaksud buat per-"

Lalu aufa memukul stir mobilnya dengan kasar hingga terdengar suara yang membuat dara kaget
dari tempat duduknya, bahkan ia tidak sempat melanjutkan ucapannya. Air matanya lebih dulu
menetes, dan jantungnya terasa sesak, berusaha untuk menahan tangisannya. Aufa sadar lalu ia
langsung menyalakan mesin mobil dan berkata "Gue anter lo pulang".

Aufa sangat kecewa, jadi selama ini dara masih memikirkan devon mantannya itu, dan selama ini
aufa hanya pelariannya saja.

1 Minggu sudah berlalu...


Dara duduk ditempat favoritnya bersama secangkir cappucino, menikmati pemandangan jalan
yang ramai dari dalam cafe, sambil menunggu kedatangan aufa, namun sia-sia karena sudah pasti
aufa tidak akan datang. Sejak hari itu, hubungan dara dan aufa renggang tidak ada komunikasi
selama satu minggu ini. Harusnya dara sadar dari awal dan memutuskan untuk menjauh dari aufa.
Tapi yang ada, ia semakin dekat dengan aufa. Mengingat hal itu membuat hati dara kembali
merasa sesak.

Namun, sebuah tangan tiba-tiba muncul sambil memegang sapu tangan, tepat dihadapannya. Lalu
dara menoleh dan terkejut.
"Aufa? " panggil dara terkejut.
"Gue mau minta maaf sama lo, terakhir kali gue-"
"Husshhh... Lo ga salah fa, gue yang salah. Gue egois harusnya lo ga ada disini". Ucap dara
"Gue harus ada disini temenin lo, termasuk bantu lo buat ngelupain davon dan masa lalu lo sama
dia". Ucap aufa sambil tersenyum.

Dara ingat betul senyuman itu. Senyum yang aufa berikan kepadanya untuk pertama kali di cafe
ini. TIdak ada yang dapat dara katakan selain anggukan dan senyum bangga. Ia bersyukur bisa
mengenal aufa dan memilikinya.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai