DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I :
1. PENY ARIANI
2. BAIQ RICCA AFRIDA
3. RATIH ANISSA AULIA
4. DHINI ANGGRAINI DHILON
5. SUCI NANDA RESTI TARIGAN
6. DIAN EKA NURSYAM
7. LIRA DIAN NOVITA
8. YULIA NETRI
9. RENI YUSMAN
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keluarga Berencana dengan
judul “Contraceptive Technology Updates”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keluarga Berencana yang diampu oleh dr. Hj. Desmiwati, Sp.OG (K) pada
program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan...................................................................................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk menjarangkan
kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan perkembangan, masalah
kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari masalah kesehatan reproduksi. Keberadaan
metode dan alat-alat kontrasepsi terkini, memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga
Berencana untuk memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah
memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu menyangkut masalah kesetaraan gender dan
hak asasi manusia.
Teknologi kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga dasawarsa
terakhir ini. Standarisasi pelayanan kontrasepsi secara nasional dan oleh Badan Internasional
(misal: WHO) telah diterbitkan secara berkala. Sayangnya,perkembangan tersebut tidak selalu
diikuti dengan cermat oleh para petugas kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.
Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi kontrasepsi selama ini,
khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi wanita dalam jangka
panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang berbagai risiko negatif
penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak positif
kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya memiliki
dampak negatif, tetapi memiliki dampak positif seperti mencagah jenis kanker tertentu dan
anemia yang seringkali dijumpai pada wanita di Indonesia.
Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive technology
update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar mereka mampu
mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini. Dengan meningkatnya
pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia diharapkan dapat meningkat kualitasnya,
sehingga sasaran KB yang ditetapkan dalam Pembangunan Nasional dapat dicapai.
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology Update (CTU)
merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan teknologi kontrasepsi. Penggunaan
istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti
yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi
pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan
memberi manfaat maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan
kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat
3
mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya
menjadi penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.
Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan penyegaran
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi kontrasepsi
maupun perkembangan ilmu terbaru untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi
masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pemberi pelayanan KB adalah para
bidan. Program KB di Indonesia tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan. Bidan merupakan
ujung tombak penyedia layanan KB. Hal senada tercantum dalam Kepmenkes No.
1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Para anggota
IBI diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi terstandar. Standarisasi pelayanan KB telah ada dalam kebijakan Depkes RI yang
meliputi keahlian, kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen klinik. Oleh
karenanya, melalui pelatihan ini diharapkan kualitas pelayanan KB akan semakin meningkat
sesuai dengan standar sehingga dapat memuaskan klien/akseptor KB, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan jumlah akseptor KB.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas teknologi kontrasepsi terkini
2. Untuk mengetahui implikasi teknologi kontrasepsi terkini terhadap pelayanan
kebidanan
C. Manfaat Makalah
1. Sebagai bahan pembantu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah keluarga
berencana
2. Sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dalam memahami implikasi teknologi
kontrasepsi terkini terhadap pelayanan kebidanan