Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Metode Asuhan Kebidanan

1. Konsep Dasar Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Muslihatun, 2009).

2. Pedokumentasian Asuhan Kebidanan Metode SOAP

Pedokumentasian atau pencatatan asuhan kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAP yang mengacu pada Kepmenkes

nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan.

Dalam metode SOAP S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A

adalah analisa dan P adalah penatalaksanaan. Merupakan catatan yang

bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

a. S (Data Subjektif)

Data Subjektif (S) merupakan pengkajian data yang diperoleh

melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

b. O (Data Objektif)

Data Objektif (O) merupakan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

5
laboratorium, pemeriksaan diagnostik lain. Data ini akan memberikan

bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosis.

c. A (Analisa)

Analisa (A) merupakan pedokumentasian hasil analisa dan

interprestasi dari data subjektif dan objektif, hal-hal berikut ini ;

diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi

diagnosis/ masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi : tindakan mandiri,

tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

d. P (Penatalaksanaan)

Penatalaksanaan (P) merupakan kegiatan mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif ;

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.

Pada Pasien yang bisu, di bagian belakang hurup (S), diberi tanda

huruf “O” atau “X”. Tanda ini menjelaskan bahwa pasien adalah tuna

wicara.

B. BBLR
1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat

terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan

(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

6
Bayi berat lahirrendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir yang

berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2010).

2. Penyebab / Etiologi BBLR

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayii

BBLR secara umum yaitu:

a. Faktor Ibu
1) Penyakit

Ada beberapa penyakit yang dialami ibu selama kehamilan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya yaitu:

infeksi selama kehamilan, ibu juga menderita penyakit seperti

jantung, hipertensi, malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS,

dan infeksi TORCH.

2) Komplikasi kehamilan

Ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia, perdarahan

antepartum, preklampsia/ eklamsi, ketuban pecah dini.

3) Usia ibu

Usia adalah jumlah usia yang dihitung dalam tahun berdasarkan

ulang tahun terakhir. Angka kejadia BBLR tertinggi adalah

kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

4) Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu,

kemudian dikategorikan menjadi 3, yaitu : Primi para (1 anak),

Multi para (2-3 anak), Grande multi para (lebih dari 3 anak).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas 1

7
dan ≥ 4 orang berisiko mengalami kematian neonatal dini 1,89 kali

lebih besar dari pada yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas 2-3

Dengan adanya indentifikasi faktor resiko sebelum dan selama

kehamilan, angka kematian bayi dapat dikurangi dengan

menghindari 4 resiko kehamilan yaitu terlalu banyak melahirkan,

terlalu dekat, terlalu tua dan terlalu muda.

5) Jarak kehamilan terlalu dekat atau pendek (kurang dari 2 tahun).

Jarak kelahiran adalah jarak atau waktu antara kelahiran terakhir

dengan kehamilan yang sedang berlangsung. Seorang ibu yang

hamil atau melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun

mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang jarak

kelahirannya lebih dari 2 tahun. Secara umum manfaat dari

pengaturan jarak kehamilan adalah angka kematian bayi menurun

sebesar 24% atau hampir 2 juta bayi terselamatkan. Selanjutnya

kematian anak berusia di bawah 5 tahun (balita) akan mengalami

penurunan sebesar 35% atau paling sedikit 3 juta anak

terselamatkan dari kematian.

6) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

7) Keadaan sosial ekonomi

a) Keadaan gizi yang kurang baik

b) Pengawasan antenatal yang kurang.

8) Sebab lain

a) Ibu perokok

b) Ibu peminum alkohol

c) Ibu pecandu narkotik

8
b. Faktor janin

1) Kelainan kromosom

2) Kehamilan ganda (gemeli)

3) Cacat bawaan pada janin

3. Komplikasi BBLR

a. Hipotermia

Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah.

Lemah kulit dan lemah coklat kurang, sehingga cepat kehilangan

panas badan

b. Asfiksia

Pertumbuhan dan pengembangan paru belum sempurna, otot

pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang muka melengkung

c. Hiperbilirubin

Hepar yang belum matang, mudah menimbulkan gangguan

pemecahan bilirubin

d. Nutrisi

Bayi < 32-34 minggu, perkembangannya belum siap untuk

menghisap sehingga refleks sucking, rooting, swallowing lemah

e. Infeksi

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya

kadargamma glubolin. Bayi prematur relatif belum sanggup

membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan masih belum baik

f. Gangguan Tumbuh Kembang

9
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan

batuk, kapasitas lambung masih kurang, daya untuk mencernakan

dan mengabsorsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan

beberapa mineral tertentu berkurang maka terjadilah gangguan

tumbuh kembang

g. Perdarahan

Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventikuler.

hal ini disebabkan oleh karena bayi sering menderita apnea, asfiksia

berat dan sindroma gangguan nafas.Perdarahan mudah terjadi

karena pembuluh darah yang rapuh (fragile), kekurangan faktor

pembukuan seperti protrombin dan faktor vitamin.

4. Penatalaksanaan BBLR

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang

menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.

Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.

Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik

maupun psikologis.

Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Trivedi, 2010) :

a. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah

mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan

oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa

penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi

karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan

periadik apneu.Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan

10
jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk

mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi

ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan

berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen

100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of

prematurity.

b. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah

tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal.

Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan

karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan

sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat

dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk

konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas

(1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,

sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi

adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :

1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain

sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator

Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat Berat

bayi:

Berat Bayi Suhu inkubator (°C) menurut umur :

11
35oC 34oC 33oC 32oC
<1500 gram 1-10 hari 11-3 mg 3-5 mg >5 mg
1500-2000 gram 1-10 hr 11hr-4mg >4 mg
2100-2500 gram 1-2 hr 3hr-3mg >3 mg
>2500 gram 1-2 hr >2 hari

Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator

1°C setiap perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan

semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada

bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga

sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan

untuk mencegah infeksi antara lain :

1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.


2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan

sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti

masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.


d. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk

asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat

sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air

ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai

90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya

12
lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi

preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut

sangat peka terhadap kehilangan cairan.

e. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

merekakarena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan

belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode

pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi

dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan

kombinasi keduanya.Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama

dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup

bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi

makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan

atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi

yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus

didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi

oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan

keletihan.

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,

menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan

penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan

menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke

lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan

mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi

13
pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur

sebagai berikut (Jones, dkk., 2005) :

Kapasitas lambung berdasarkan umur

Umur Kapasitas Lambung (ML)


Bayi baru lahir 10 – 20
1 minggu 30 – 90
2 – 3 minggu 75 – 100
1 bulan 90 – 150
3 bulan 150 – 200
1 tahun 210 – 360

f. Penghematan energi

Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah

menghemat energi. Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal

mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan

pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan

demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu

dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka

pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk

aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut

dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi

tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang

meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat

beristirahat lebih banyak.

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm

dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi

makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan

aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan

14
telungkup.PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga

waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi

sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.16

g. Stimulasi Sensori

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang

khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan

yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi

visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan

yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan

suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga,

suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,

menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.

Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK

karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap

dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau

dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi

sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.

h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak

diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi.

Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,

apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi

dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga

merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan

15
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari

perawat.

Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam

menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi

kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat

dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode

kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan

membuat ibumerasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat

bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan

menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara

rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh

perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang

tepat mengenai kondisi bayinya.

5. Prognosis

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan

kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).

a. Ketidakstabilan suhu tubuh

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan

36°C-37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu

lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi

pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi

karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan

menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan

otototot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk

16
menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang

akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem

saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih

besar dibandingberat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Gangguan pernafasan

Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot

respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu.

Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat

mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

c. Imaturitas imunologis

Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG

maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena

pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu

terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan

antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran

tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi

mudah menderita infeksi.

d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi

Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang

menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang

larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot

usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi

dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal

ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat

badan bayi.

17
e. Imaturitas hati

Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin

menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga

mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase

sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin

darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar

berkurang.

f. Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar

gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah

dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama

dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang

belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan

hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan

melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.

Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah

berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan

menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan

glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak

adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga

dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

6. Prosedur Penanganan BBLR RSUP Dr. Soeradji Klaten


a. Penanganan Hipotermia
Pengertian : Hipotermia pada bayi adalah penurunan suhu tubuh

sampai dibawah 36,50C (normal 36,5 – 37,50C).

18
Tujuan : Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi

baru lahir/neonatus dengan faktor risiko BBLR, prematur, asfiksia atau

kondisi lain.
Prosedur : 1). Tindakan Pencegahan
a) Siapkan ruang yang cukup hangat
Berat lahir (gram) Suhu ruangan (0C)
1000 – 1500 34 – 35
1500 – 2000 32 – 34
2000 – 2500 30 – 32
>2500 28 – 30
b) Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasi
c) Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan

handuk bersih dan lembut


d) Jangan memandikan bayi segera setelaj lahir
e) Jangan hilangkan verniks
f) Tutuplah kepala dengan handuk bersih dan kering
g) Berikan bayi ke dada ibunya, dan selimuti

keduanya
h) Khusus bayi kecil (BBLR) lakukan perawatan bayi

lekat dengan metode kangguru bila kondisi sudah

stabil
i) Susukan bayi dalam 30 menit setelah lahir
2). Penanganan Hipotermia Berat (suhu tubuh < 320C)
a) Segera hangatkan bayi dengan pemancar panas

yang sebelumnya telah dihangatkan. Gunakan

incubator atau ruangan hangat bila perlu


b) Ganti baju yang dingin dan basah, pakai topi dan

selimuti
c) Hindri paparan panas yang berlebihan dan posisi

bayi sering dirubah


d) Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi . 60

atau < 30 kali/menit, retraksi dada, merintih) :

pasang jalur iv sesuai dengan dosis, periksa kadar

glukosa darah, nilai bayi untuk tanda kegawatan

setiap jam dan nilai kesiapan untuk minum etiap

19
4jam sampai suhu tubuh kembali normal, ambil

sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar

pelayanan untuk penanganan sepsis, anjurkan

menyusu segera setelah bayi siap, bila bayi tidak

menyusu beri ASI peras, bila reflex menelan bayi

tidak baik pasang pipa lambung dan beri ASI

peras begitu suhu bayi mencapai 350C.


e) Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik

minimall 0,50C/jam, kemudian lanjutkan dengan

memeriksa suhu setiap 2 jam


f) Periksa suhu alat yang dipakai untuk

menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam


g) Setelah suhu tubuh bayi normal : Lakukan

perwatan lanjutan untuk bayi, pantau bayi selama

12 jam, ukur suhunya tiap 3 jam


3) Penanganan Hipotermia Sedang (suhu tubuh 32 –

350C)
a) Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan

pakaian hangat, memakai topi dan selimuti


b) Bila ada ibu/pengganti, anjurkan untuk

menghangatkan bayi dengan melakukan kontak

kulit dengan kulit.


c) Bila tidak ada : hangatkan bayi dengan

menggunakan alat pemancar panas. Gunakan

incubator dan ruangan hangat bila perlu, periksa

suhu alat penghangat dan ruangan hangat,

pemberian ASI, Hindari paparan panas yang

berlebihan dan lebih sering mengubah posisi bayi


d) Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering

20
e) Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan

(misal gangguan nafas, kejang, tidak sadar) dan

segera mencari pertolongan bila terjadi, periksa

kadar glukosa darah


f) Periksa suhu bayi atiap jam, bila suhu naik

minimal 0,50C/jam, lanjutkan memeriksa setiap 2

jam
g) Bila suhu tidak naik atau naik kurang dari 0,5 0C,

cari tanda sepsis


h) Setelah suhu normal : lakukan perawatan lanjutan

untuk bayi, pantau bayi selama waktu 12 jam

berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam


b. Manajemen Pemberian Minum Pada Bayi Kecil
Pengertian : Manajemen pemberian minum pada bayi dengan berat

badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan < 2500

gram harus mendapatkan minum untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya dengan cara sesuai dengan cara sesuai dengan kondisi dan

kemampuannya.

Prinsip umum : Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima

jumlah yang cukup, catat jumal urine setiap kali kencing, timbang bayi

setiap hari. Apabila kenaikan berat badan tidak memadai tangani

sebagaii masalah kenaikan berat badan kurang. Apabila bayi telah

menyusu perhatikan cara pemberian ASI. Apabila bayi sudah

mendapatkan cairan IV dan berat badannya naik selama 3 hari

berturut sebanyak 20 gram per hari, timbang bayi 2 kali seminggu.

1) Berat Lahir 1750 – 2500 gram


Bayi Sehat
a) Biarkan bayi menyusu semau bayi

21
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk

menilai efektifitas menyusui

Bayi Sakit

a) Apabila bayi tidak memerlukan cairan IV berikan minum

seperti bayi sehat


b) Apabila bayi memerlukan cairan IV hanya berikan pada 24

jam pertama, segera setelah bayi stabil dan menunjukkan

tanda-tanda siap menyusu dianjurkan untuk menyusu dengan

ibunya, apabila masalah sakitnya menghalangi proses

menyusui berikan ASI peras melalui pipa lambung


c) Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur
d) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam. Biarkan bayi menyusu

bila keadaan bayi sudah stabil dan bayi dapat menyusu tanpa

tersedak.

2). Berat Lahir 1500 – 1749 gram


Berikan ASI melalui cangkir atau sendok, apabila takut terjadi

aspirasi ke dalam lambung beri minum melalui pipa lambung.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah mendapat

minum 160ml/kg per hari tetapi masih kelihatan lapar boleh

mendapat ASI tambahan. Apabila bayi telah mendapat minum baik

dengan cangkir/sendok, coba untuk menyusu dengan baik.

3) Berat lahir kurang dari 1500 gram (tidak tergantung kondisi)

Beri cairan IV bila diperlukan, Beri ASI peras melalui pipa lambung

pada hari ketiga dan kurangi jumlah cairan IV, berikan minum 12

kalii dalam 24 jam, lanjutkan dengan pemberian melalui cangkir/

sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan

22
tanpa tersedak, apabila bayi telah dapat minum baik dengan

cangkir/ sendok, coba untuk menyusu langsung.


c. Kanggaro Mother Care
1) Pengertian : cara merawat bayi dalam kedaan telanjang hanya

memakai popok , diletakkan tegak atau vertical di ada antara

payudara ibu (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti. Perawatan

metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-

to-skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna

mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR. Esensinya adalah:

a) Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan

bayinya secara berkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan

sejak dini.

b) Pemberian ASI eksklusif (idealnya).

c) Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di

rumah.

d) Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.

e) Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang

memadai.

f) Metode ini merupakan metode yang sederhana dan

manusiawi, namun efektif untuk menghindari berbagai stres

yang dialami oleh BBLR selama perawatan di ruang

perawatan intensif.

2) Persyaratan KMC : Berat badan < 2500 gram, keadaan umum

baik atau stabil, tidak ada kelainan bawaan mayor, reflek

menghisap dan menelan baik, ibu sehat.


3) Manfaat KMC

23
a) Manfaat KMC bagi bayi

i. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan

relatif terdapat dalam batas normal.

ii. BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5° C terutama

dalam waktu 1 jam pertama.

iii. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga

memperkuat sistem imun bayi karena meningkatnya

produksi ASI.

iv. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan

sehingga menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol

yang rendah.

v. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang

ditandai dengan waktu pemulihan yang lebih singkat pada

uji tusuk tumit.

vi. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.

vii.Meningkatkan ikatan bayi-ibu.

viii. Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai

dengan jumlah waktu terbangun yang lebih rendah.

ix. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau

infeksi saluran pernapasan bawah.

x. Memperpendek masa rawat.

xi. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.

xii.Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.

24
xiii. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik

pada kelompok PMK daripada bayi dengan metode

konvensional pada 12 jam pertama dan seterusnya.

xiv. Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme

endogen yang diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan

bayi dalam menurunkan respon nyeri.

xv.Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara

klinis penting dalam mempertahankan homeostasis.

b) Manfaat PMK bagi Ibu

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK

mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya diri dalam

merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang

kepada bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan

keluarga (ibu lebih puas, kurang merasa stres) (Anderson

1991, Tessier dkk 1998, Conde-Agudelo, Diaz-Rosello &

Belizan 2003, Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada

penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan produksi

ASI, peningkatan lama menyusui dan kesuksesan dalam

menyusui (Suradi dan Yanuarso 2000, Mohrbacher & Stock

2003). Selain itu, bila perlu merujuk bayi ke fasilitas kesehatan

maupun antar rumah sakit tidak memerlukan alat khusus

karena dapat menggunakan cara PMK (Cattaneo, Davanco,

Bergman dkk, 1998).

c). Manfaat PMK bagi Ayah30

25
i. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam

perawatan bayinya.

ii. Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama

berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan pada

anak yang tinggi.

d). Manfaat KMC bagi petugas kesehatan

Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan

bermanfaat dari segi efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak

merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja

petugas akan berkurang. Bahkan petugas justru dapat

melakukan tugas lain yang memerlukan perhatian petugas

misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi maupun

memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan KMC

(Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).

e). Manfaat KMC bagi institusi kesehatan, klinik, RS

Sedikitnya ada 3 manfaat bagi fasilitas pelayanan

dengan penerapan KMC yaitu lama perawatan lebih pendek

sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan. Dengan

demikian, tempat tersebut dapat digunakan bagi klien lain

yang memerlukan (turn over meningkat). Manfaat lain yang

dikemukakan adalah pengurangan penggunaan fasilitas

(listrik, inkubator, alat canggih lain) sehingga dapat membantu

efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).

Dengan naiknya turn over serta efisiensi anggaran diharapkan

adanya kemungkinan kenaikan penghasilan (revenue).

26
f). Manfaat KMC bagi Negara

Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini

dapat dilakukan dalam skala makro maka dapat menghemat

devisa (import susu formula). Demikian pula dengan

peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan bayi sakit lebih

kecil dan ini tentunya menghemat biaya perawatan kesehatan

yang dilakukan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun

swasta
7. Evidence base
Evidence base yang direkomendasikan adalah :
a. Direkomendasikan Kangaroo Mother Care (KMC), KMC sangat

membantu dalam menjaga suhu tubuh bayi dan membantu dalam

menaikkan berat badan yang lebih baik pada bayi BBLR (Evidence

Grade A).
b. Direkomendasikan Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang tidak ada

kapasitas menghisap dapat dilakukan dengan menggunakan OGT dan

NGT, rute orogastric lebih disukai (Evidence level II).


c. Direkomendasikan BBLR yang dapat menghisap dengan baik harus

langsung disusui.
d. BBLR yang memiliki daya menghisap dapat makan dengan

menggunakan berbagai perangkat missal sendok/perangkat diterima

secara budaya.
e. Direkomendasikan pemberian ASI, ASI adalah pilihan terbaik untuk

makanan bayi BBLR (Evidence Grade A)


f. Direkomendasikan semua bayi BBLR harus diperiksa untuk berat

badan harian (bayi ditimbang setiap hari).


g. KMC dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena

perawatan metode ini terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan

menggunakan panas badan ibu dan sama efektifnya bahkan lebih baik

dari inkubator. [Rekomendasi A]

27
h. KMC memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang

mempunyai berat lahir rendah, sehingga bila KMC kontinu dilakukan di

Rumah Sakit (RS) maka keperluan tenaga kesehatan khususnya

perawat dapat lebih efesien karena ibu yang merawat bayinya sendiri

dan perawat dapat dipanggil bila diperlukan. Bagi bayi yang belum

dapat dilakukan KMC kontinu, dianjurkan untuk melakukan KMC

intermiten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan KMC.

[Rekomendasi A]
i. KMC dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi,

mengurangi apnea prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan

produksi dan keberhasilan menyusui, meningkatkan berat badan,

meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu maupun anggota keluarga

lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas BBLR.

Berdasarkan fakta yang tersebut diatas maka KMC sangat

direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi

tersebut stabil keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator

untuk perawatannnya. Pusat pelayanan primer seperti puskesmas

dapat meneruskan perawatan BBLR yang telah dipulangkan dari pusat

pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan kesehatan sekunder

dapat melakukan KMC kontinu untuk BBLR yang masih menggunakan

alat kesehatan minimal misalnya minum masih menggunakan selang.

KMC dapat dilakukan disemua level pelayanan kesehatan di Indonesia

sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia. [Rekomendasi C]


j. Membentuk dan meningkatkan jejaring pelayanan KMC agar dapat

mengurangi lama perawatan sehingga tidak terjadi stagnasi pasien di

28
pusat pelayanan tersier maupun level pelayanan kesehatan lainnya

dan biaya perawatan menjadi lebih murah. [Rekomendasi C]


k. Keberhasilan KMC memerlukan dukungan dari pemerintah, tenaga

kesehatan, keluarga dan masyarakat. [Rekomendasi C]


l. KMC berkembang dengan pesat dan mulai dilakukan di negara maju

yang telah mempunyai fasilitas yang baik karena dari penelitian bayi

dan ibu yang melakukan KMC mempunyai kadar stress hormone (kortisol)

yang lebih rendah sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih

tenang/tidak stres. [Rekomendasi A]


m. Kriteria definitif pemulangan terdiri dari : [Rekomendasi C]
Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1.500 g.

Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada

apnea atau infeksi

Bayi minum dengan baik

Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk

sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk

melakukan follow-up

Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau

setiap minggu dan dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan

dan bayi dengan berat badan >1.800 gram dipantau setiap dua minggu

boleh dilakukan di puskesmas.

n. Rekomendasi waktu pemantauan: [Rekomendasi C]

Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu

usia pasca menstruasi.

Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah pemulangan.

Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu

29
o. Setiap fasilitas kesehatan harus mempunyai alat pemantauan dan

melakukan pencatatan serta pelaporan pasca pemulangan.

[Rekomendasi C]

p. Penelitian yang dilakukan di Ekuador oleh Sloan dkk, menunjukkan

derajat kesakitan yang rendah pada bayi yang dilakukan PMK (5%)

bila dibandingkan kelompok kontrol (18%). Sebuah penelitian

observasional menunjukkan bahwa PMK dapat menurunkan mortalitas

dan morbiditas BBLR.

q. Penelitian kasus kontrol yang dilakukan Charpak dkk (1994) yang

dilakukan di Bogota, Kolombia, menunjukkan bahwa angka kematian

kasar pada kelompok KMC lebih tinggi daripada kelompok kontrol

(RR= 1,9; 95%CI: 0,6-5,8). Namun, hasilnya berbalik mendukung KMC

setelah dilakukan penyesuaian terhadap berat badan lahir dan usia

kehamilan (RR = 0,5; 95%CI: 0,2-1,2). Walaupun, secara statistik

perbedaan tersebut tidak begitu signifikan. KMC juga meningkatkan

aktivitas menyusui dan meningkatkan kepercayaan serta kepuasan

ibu.

r. Pada penelitian lain (Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan, 2003)

menyatakan bahwa dengan melakukan KMC akan meningkatkan

angka kelangsungan hidup pada BBLR dan bayi prematur serta

menurunkan risiko infeksi nosokomial, penyakit berat dan penyakit

saluran pernapasan bawah.

30

Anda mungkin juga menyukai