Anda di halaman 1dari 15

PROSES ADAPTASI DAN PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA

KEHAMILAN, DAN KEBUTUHAN PSIKOLOGI PADA MASA


KEHAMILAN

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Farhati, S.ST.,M.Keb.

Disusun oleh:
Kelompok 5 Tingkat II-A

Devi Purnamasari P17324118004


Hety Kencana Dewi P17324118032
Neng Riska Rifka S P17324118044
Nida’ Salma Majidah P17324118020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PRODI D III KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun Makalah yang
berjudul “Proses Adaptasi Dan Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan, Dan
Kebutuhan Psikologi Pada Masa Kehamilan” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bu Farhati S.ST,M.Keb selaku dosen
pengampu yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat
dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-per satu.

Penulis sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para penderita insomnia sehingga mereka pun memiliki jalan
keluar atas permasalahan yang tengah dihadapinya.Penulis juga sangat mengharapkan
masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini bisa menjadi lebih
sempurna.

Bandung, Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .....................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I KAJIAN PUSTAKA...............................................Error! Bookmark not defined.
A. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Masa Kehamilan ....................... 4
1. Perubahan Peran Selama Kehamilan .................................................... 5
2. Perubahan Psikologis pada Trisemester I .............................................. 6
3. Perubahan Psikologis pada Trisemester II ............................................. 6
4. Perubahan Psikologis pada Trisemester III ............................................ 7
5. Asuhan Terhadap Perubahan Psikologi ................................................. 8
B. Kebutuhan Psikologis pada Masa Kehamilan.............................................. 8
1. Adaptasi Parental .................................................................................... 8
2. Adaptasi Saudara Kandung ......................Error! Bookmark not defined.
3. Suport Keluarga ........................................Error! Bookmark not defined.
4. Suport Tenaga Kesehatan ......................Error! Bookmark not defined.2
5. Rasa Aman dan Nyaman Selama KehamilanError! Bookmark not defined.
BAB II PENUTUP ............................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan.....................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran ..............................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

A. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Masa Kehamilan


1. Perubahan Peran Selama Kehamilan
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami
perubahan psikologis dan pada saat itu pula wanita akan mencoba untuk
beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan
merubah peran sosial melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus
kehamilan) dan informal melalui model peran (role model). Meningkatnya
frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya akan
mempercepat proses adaptasi untuk mencapai peran barunya sebagai
seorang ibu.
b. Tahap honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan
cara mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah
posisinya sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih
sayang terhadap bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang,
wanita akan menuntut dari pasangannya. Ia akan mencoba
menggambarkan figur ibunya di masa kecilnya dan membuat suatu daftar
hal-hal yang positif dari ibunya untuk kemudian ia adaptasi dan terapkan
kepada bayinya nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah
seiring dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang berhubungan
dengan kelahiran bayi termasuk dukungan semangat dari orang-orang
terdekatnya.
c. Tahap stabil (cara pandang melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu
titik dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melaukan aktivitas-aktivitas
yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu
tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat
anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.

4
d. Tahap akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia
tetap mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat
mungkin berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai
bayinya lahir kelak.

2. Perubahan Psikologis pada Trisemester I


Trimester I ini disebut sebagai masa penentuan artinya penentuan untuk
membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Seorang ibu setelah
mengetahui dirinya hamil maka responnya berbeda–beda. Sikap ambivalent
sering dialami pada ibu hamil, artinya kadang–kadang ibu merasa senang dan
bahagia karena segera akan menjadi ibu dan orang tua, tetapi tidak sedikit juga
ibu hamil merasa sedih dan bahkan kecewa setelah mengetahui dirinya
hamil. Perasaan sedih dan kecewa ini dapat disebabkan segera setelah konsepsi
kadar hormon progesterone dan estrogen dalam kehamilan akan meningkat
dan ini akan menyebabkan mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah,
dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat sehingga seringkali
membenci kehamilannya.
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk
lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Sikap ibu terhadap
suami atau terhadap orang lain juga berbeda–beda, kadang ingin
merahasiakannya, hal ini bisa terjadi karena memang perutnya masih kecil
dan belum kelihatan membesar, tapi ada juga ibu yang ingin segera
memberitahukan kehamilannya kepada suami atau orang lain.
Hasrat untuk melakukan hubungan sex, pada wanita trimester pertama ini
juga berbeda. Walaupun beberapa wanita mengalami gairah sex yang lebih
tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini
disebabkan ibu hamil trimester I masih sering mengalami mual muntah
sehingga merasa tidak sehat. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa
butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa
berhubungan sex. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Semua ini merupakan
bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama. Perasaan ibu
hamil akan stabil setelah ibu sudah bisa menerima kehamilannya sehingga
setiap ibu akan berbeda–beda.

5
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan
menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai
keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk menjadi
seorang ayah dan mencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah
mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan
menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Adapula
pria yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping
respon yang diperlihatkannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini
dan menerimanya.

3. Perubahan Psikologis pada Trisemester II


Trisemester II ini sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan
karena pada saat ini ibu merasa lebih sehat. Trimester kedua biasanya
adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar
hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah
berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya
sebagai seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi
atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan
perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum
menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang
kehamilannya (Tri Rusmi Widayatun, 1999:154).

4. Perubahan Psikologis pada Trisemester III


Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi
dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan
bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan
bayinya.

6
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi
orang tua. Periode ini juga disebut periode menunggu dan waspada sebab
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Keluarga mulai menduga-
duga jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip
siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya
(Pusdiknakes, 2003:28).
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan
ibu pada bayi yang akan dilahirkan nanti.Berat badan ibu meningkat, adanya
tekanan pada organ dalam, adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya
semakin besar, adanya perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak mantap,
merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena
kelahiran sang bayi (Tri Rusmi Widayatun, 1999:154)

Disamping hal tersebut ibu sering mempunyai perasaan:

a. Terkadang merasa kuatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu –waktu.


b. Meningkatnya kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinanan.
c. Khawatir bayinya lahir dalam keadaan tidak normal.
d. Takut akan rasa sakit yang timbul pada saat persalinan.
e. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.
f. Kehilangan perhatian khusus yang diterima selama kehamilan sehingga
memerlukan dukungan baik dari suami, keluarga maupun tenaga kesehatan.
g. Persiapan aktif untuk bayi dan menjadi orang tuaKeluarga mulai menduga-
duga tentang jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan)
dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih
sebuah nama untuk bayinya.

5. Asuhan Terhadap Perubahan Psikologi


Bidan sebagai tenaga pemberi pelayanan terhadap ibu hamil harus mampu
memberikan intervensi yang tepat kepada ibu hamil.
Langkah-langkah dalam intervensi masalah psikologis ibu hamil yaitu sebagai
berikut:

7
a. Pengkajian situasi
Mengumpulkan fakta-fakta, apakah pasien benar-benar hamil?
Sudahkah dilakukan pemeriksaan fisik dan tes kehamilan? Bila ibu ternyata
hamil, fokuskan pada apa yang ia pandang sebagai masalah. Apakah rasa
takut pada kehamilan, rasa kecewa karena tujuan hidupnya terganggu, rasa
bersalah karena merasa diasingkan, pikiran tentang kebutuhan anak-anak
yang lain, konflik tentang etik aborsi?
Kaji keterampilan koping orang-orang dalam keadaan kritis: Apa
persepsi mereka tentang kehamilan? Akankah ada orang lain yang
memberikan dukungan? Apakah ia hanya seorang diri? Apapun masalahnya,
fokuskan pada keadaan sekarang dan disini, keadaan yang terjadi saat ini.
b. Rencana intervensi
Tentukan masalah dengan jelas sebelum merencanakan sebuah
intervensi. Bantu klien mengemukakan pilihan yang masuk akal. Bidan
mungkin akan memerlukan bantuan dari orang yang berpengalaman.
c. Intervensi dan penyelesaian krisis
Campur tangan membantu klien untuk meneruskan keputusan
mereka. Hal ini mungkin termasuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan untuk memperjelas konflik, memberikan informasi, membuat
rujukan, mengajarkan atau mengatur perawatan langsung, bantuan finansial,
serta perlindungan atau supervisi medis. Dengan berbagai alternatif tindakan
nyata serta ketulusan tentang apa yang mereka rasakan, calon ibu dan bapak
dapat menyelesaikan krisis kehamilan yang terjadi.
d. Memberikan anticipatory guidance
Setiap krisis kehidupan menimbulkan efek yang berbekas pada
mereka yang mengalaminya. Keterampilan koping yang dipelajari akan dapat
digunakan kemudian. Disamping itu, cara-cara praktis untuk mengontrol masa
depan dapat dipelajari.

B. Kebutuhan Psikologis pada Masa Kehamilan


1. Adaptasi Parental
Selain ibu yang akan mengalami adaptasi sebagi orang tua, ayah juga akan
menunjukkan reaksi adaptasi sebagai calon ayah. Ayah akan menunjukkan
reaksi bangga dan gembira ketika diberitahu tentang berita kehamilan istrinya,
walaupun akan menunjukkan gejala ambivalen seperti istrinya, terutama dalam
hal komitmen dan penambahan tanggung jawab.Selama masa kehamilan ayah
juga mengalami adaptasi peran yang cukup menimbulkan stres tersendiri.

8
a. Sumber stres ayah masalah keuangan.
1) Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil
2) Cemas bayinya tidak sehat/tidak normal.
3) Khawatir tentang nyeri istrinya saat melahirkan.
4) Peran setalah melahirkan.
5) Perubahan hubungan dengan istri, keluarga, dan teman-temannya.
6) Kemampuan sebagai orangtua.
b. Perubahan psikologis ayah
Perubahan psikologis yang dialami oleh ayah dalam rangka
pencapaian penerimaan peran barunya sejalan dengan fase-fase yang
dialami oleh ibu. Secara umum ayah yang stres menyukai anak-anak,
senang berperan sebagai ayah, dan senang mengasuh anak, percaya diri
dan mampu menjadi ayah, serta senang membagi pengalaman tentang
kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.
1) Trisemester I
Memberi tahu keluarga, teman dan relasi. Sering bingung
terhadap perubahan istrinya, meliputi perubahan perasaan dan
tubuhnya. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah lelah dan
menurunnya keinginan untuk berhubung seksual. Saat ini, anaknya
adalah bayi yang “potensial”. Ayah sering dibayangkan berinteraksi
dengan anaknya yang sudah berusia 5 atau 6 tahun, walaupun
kehamilan istrinya belum kelihatan.
2) Trisemester II
Peran ayah masih samar-samar, tetapi kebingungan atas
keterbatasannya menurun dengan melihat dan merasakan gerakan
fetus. Merasa lebih nayaman dengan dapat melihat anaknya pada
USG. Khawatir tentanag pembagian peran antara mencari nafkah dan
membantu istri mengurus anak. Pada tahap ini kadang timbul konflik
pada pasangan mengenai bagaimana ia akan menajdi ayah.
3) Trisemester III
Persiapan yang nyata terlihat untuk kelahiran bayinya. Terlibat
dalam kelas bersama, mendampingi istri saat memeriksakan
kehamilannya.Timbul rasa takut, timbul pertanyaan dalam benak,
“seperti apa menjadi orang tua?” atau “Dapatkah ia membantu istrinya
selama proses persalinan?” Timbul rasa tidak percaya, seperti apakah
ia akan benar-benar mempunyai anak?

9
c. Peran dari Keterlibatan Ayah
Calon ayah terkadang mengobservasi pria lain yang sudah menjadi
ayah dan mencoba bersikap seperti seorang ayah untuk menentukan
kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan peran seorang
ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-
kembang bayi, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab
yang baru.
Meskipun mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan
menjadi ayah, akan tetapi tetap saja belum siap untuk mempelajarinya
saat ini, sehingga mungkin masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan
tentang perawatan bayi. Maka dari itu, perawat harus mengulang kembali
informasi-informasi tersebut setelah bayi lahir, sehingga pengetahuannya
menjadi relevan dengan praktiknya.

2. Adaptasi Saudara Kandung


Jika saudara kandung tidak dipersiapkan dari awal untuk menerima
kehadiran adiknya, dikhawatirkan akan terjadi apa yang disebut sibling rivalry,
yaitu rasa persaingan antara saudara kandung yang disebabkan adanya
kekhawatiran ia akan kehilangan kasih sayang dari orang tuanya karena
kehadiran adiknya. Ini biasanya terjadi pada usia toddler (2-3 tahun).
Pencegahan dari hal ini dapat dilakukan beberapa langkah antara lain:
a. Anak diberi tahu sejak awal tentang kehamilan ibunya.
b. Anak toddler diberi kesempatan merasakan bayina bergerak dalam rahim
dan dijelaskan pula bahwa rahim adalah tempat untuk adiknya tumbuh dan
berkembang.
c. Anak dapat dilibatkan untuk membantu mempersiapkan keperluan
adiknya, seperti menyusun baju di laci, mengatir tempat tidur, dan kamar
bayi.
d. Bantu anak menyesuaikan pada perubahan ini
e. Kenalkan anak dengan profil bayi, sehingga anak tidak membayangkan
adiknya akan cukup besar untuk bermain.
f. Mengajak anak saat ibu memeriksakan kehamilannya, diberikan
kesempatan mendengarkan denyut jantung janin.

Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam,


adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar, adanya
perubahan gambaran diri ( konsep diri, tidak mantap, merasa terasing, tidak
dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena kelahiran sang bayi ).

10
Adanya kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8
mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar
dan ketidaknyamanan bertambah. Calon ibu mudah lelah dan menunggu
dampaknya terlalau lama. Sekitar 2 minggu sebelum melahirkan, sebagian
besar wanita mulai mengalami perasaan senang. Mereka mungkin
mengatakan pada perawat “saya merasa lebih baikan saat ini ketimbang
sebulan yang lalu”. Kecuali bila berkembang masalah fisik, kegembiraan ini
terbawa sampai proses persalinan, suatu periode dengan stress yang tinggi.
Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada
persiapan dan persepsinya terhadap kejadian ini. Perasaan sangat gembira
yang dialami ibu seminggu sebelum persalinan mencapai klimaksnya sekitar 24
jam sebelum persalinan.

3. Suport Keluarga
Kehamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran dari
seluruh anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota baru tergantung dari
dukungan dari seluruh anggota keluarga, tidak hanya dari suami saja. Ayah
dan ibu kandung maupun mertua,juga saudara kandung maupun saudara dari
suami juga perlu memperhatikan.dengan sering berkunjung, menanyakan
keadaan kehamilan, bisa juga lewat sms atau telpon dapat menambah
dukungan dari keluarga. Upacara adat istiadat yang tidak mengganggu
kehamilan juga mempunyai arti tersendiri bagi sebagian ibu hamil sehingga hal
ini tidak boleh diabaikan.
Keterlibatan kakek nenek dalam menyongsong kehadiran cucu
tergantung dengan banyak faktor diantaranya keinginan kakek nenek untuk
terlibat, kedekatan hubungan kakek nenek dan peran kakek nenek dalam
kontek budaya dan etnik yang bersangkutan. Nenek dari ibu merupakan model
yang penting dalam praktik perawatan bayi. Ibu selalu teringat ketika
ibunya dulu merawat anaknya sehingga merasa menjadi suatu hal yang patut
ditiru. Nenek dari ibu dapat menjadi sumber pengetahuan dan merupakan
pendukung. Seringkali kakek nenek mengatakan bahwa cucu dapat untuk
mengatasi kesepian dan kebosanan. Kakek nenek dapat dilibatkan untuk
memberi semangat dalam mempersiapkan menjadi orangtua baru.
Dukungan kakek nenek dapat berpengaruh untuk menstabilkan
keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan yaitu dalam
kehamilan dan menjadi otangtua baru. Kakek nenek dapat membantu
anak–anak mereka mempelajari keterampilan menjadi orangtua
dan mempertahankan tradisi budaya.

11
Anda akan selalu memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu hamil
pada berbagai setting pelayanan, baik primer, sekunder maupun tertier.
Dalam menjalankan asuhan kehamilan, upayakan Anda tidak terjebak pada
suatu kegiatan rutinitas kebiasaan lama yang tidak berdasar pada suatu
evidence based menuju asuhan yang terfokus (refocusing asuhan),
senantiasa menelaah issu terkini dalam asuhan kehamilan agar mampu
mengembangkan pelayanan kehamilan. Asuhan kehamilan memerlukan
acuan, patokan atau indikator, hal inilah yang disebut standar asuhan
kebidanan. Sehingga pelayanan kebidanan bisa diberikan secara efektif
dan efisien.

4. Suport Dari Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan yang paling dekat dengan ibu hamil adalah bidan,
karena bidan merupakan tenaga kesehatan dari lini terdepan yang mempunyai
tugas untuk menjaga dan meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk ibu
hamil. Bidan harus memahami perubahan–perubahan yang terjadi pada ibu
hamil baik secara fisik maupun psikologis. Dengan memahami keadaan pasien
maka bidan dapat memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dukungan dari bidan yang diperlukan ibu hamil adalah :
a. Bidan melayani ibu dengan baik dan ramah.
b. Bidan menjalin hubungan baik dan saling percaya.
c. Bidan memberi kesempatan pada ibu untuk bertanya dan menjawab
setiap pertanyaan dengan jelas.
d. Bidan meyakinkan bahwa ibu akan melalui kehamilan dengan baik.
e. Bidan memberi semangat pada ibu dalam rangka menghadapi
persalinan.
f. Bidan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi ibu hamil.
g. Bidan meyakinkan bahwa akan mendampingi selama dalam persalinan.
h. Bidan juga bisa menjadi pendamping dan pembimbing pada klas ibu
hamil.

5. Rasa Aman Dan Nyaman Selama Kehamilan


Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang dapat didapat
dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman
maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima kehamilan dengan senang
hati. Rasa aman dan nyaman dari orang sekitar terutama dari orang
terdekatyaitu bapak dari bayi yang dikandungnya. Maka perlu dukungan orang
terdekat untuk memperoleh rasa aman dang nyaman. Misalnya perasaan
nyeri di pinggang pada saat hamil tua, respon ibu hamil terhadap nyeri bisa

12
berbeda –beda, apabila ibu hamil tersebut cukup mendapat dukungan dari
orang sekitar maka mungkin tidak terlalu merasakan nyeri, tapi sebaliknya jika
ibu hamil tidak mendapat dukungan dari orang terdekat maka nyeri akan
dirasakan sangat mengganggu. Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini
dapat dilakukan relaksasi atau dukungan dari orang terdekat. Rasa
nyaman saat hamil dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi duduk, berdiri
dan berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.

13
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibu yang melewati masa kehamilan pasti akan mengalami perubahan pada
tubuhnya termasuk perubahan psikologis. Perubahan tersebut berkembang dan
berubah sesuai dengan usia kehamilan. Ibu harus bisa melewati dan menghadapi
hal tersebut dengan baik untuk mendukung kondisi kehamilannya. Dan peruabhan-
perubahan tersebut merupakan hal yang alamiah. Perasaan yang belum pernah ia
rasakan selama kehamilan akan membuat kesan tersendiri dan peran ibu dalam
mengatasi hal tersebut sangat penting agar ibu tidak stress dan memikirkan hal-hal
buruk. Juga terdapat kebutuhan psikologis ibu pada masa kehamilan seperti
adaptasi parental oleh ayah, adaptasi saudara kandung janin, support keluarga,
support dari tenaga kesehatan, serta rasa aman dan nyaman selama kehamilan
untuk memberikan umpan positif terhadap psikologis ibu. Oleh karena itu, peran
tenaga kesehatan khususnya bidan sangat penting untuk memberi asuhan
kehamilan dengan memberi tahu ibu dan keluarga terhadap perubahan
psikologisnya dan bagaimana memenuhi kebutuhan psikologisnya dengan baik
sesuai kebutuhan ibu agar ibu senang, bahagia dan nyaman sehingga keadaan ibu
dan janin akan baik dan sehat.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini maka pembaca atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami materi yang dibahas dalam makalah. Semoga makalah ini
dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi pembaca atau mahasiswa, dalam
makalah ini saya mohon maaf jika ada tulisan saya atau bahasa saya kurang
berkenan, dengan demikian kami mengharap kritik dan saran atas tulisan saya agar
bisa membangun dan memotivasi saya agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1993). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta.

Kusmiyati, Y. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Sulistyawati, Ari (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika

Rusmi, Tri. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: Jakarta Cv.Sagung Seto.


Tyastuti, Siti. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. [Internet]
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp.content/uploads/2017/08/Asuhan-
Kebidanan-Kehamilan-Komprehensif.pdf [diakses pada tanggal 6 Agustus 2019]

15

Anda mungkin juga menyukai