Alniarindangkhoirunisyafix 1
Alniarindangkhoirunisyafix 1
Oleh :
Alnia Rindang Khoirunisya
30101306863
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Diajukan oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iii
2.2.2. Pembagian kebisingan ............................................................ 15
iv
3.7. Tempat dan Waktu ............................................................................. 36
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
psikologis dan morfologi tubuh (Swami et al., 2007). Salah satu masalah
yang akan terjadi akibat stress bising adalah penurunan fungsi reproduksi.
1
2
al., 2013). Stres bising merupakan bentuk stres fisik dan psikologis yang
luteinizing hormon (LH) oleh hipofisis. FSH bekerja pada sel germinal
karena itu jika terjadi penurunan LH, FSH dan testosteron akan
(Heroux et al.,2014).
coba yang dipapar bising tanpa menggunakan alat pelindung telinga. Maka
sumber bunyi yang ada pada kehidupan sehari-hari yang salah satunya
pelindung telinga (APT) yang berbahan kapas sebagai salah satu pembeda
dari variabel sumber bising. Karena kapas dapat mengurangi bising 10-15
Saudara Demak.
4
kelompok perlakuan.
spermatosit.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Testis
2.1.1. Histologi
Derrickson, 2009).
dkk., 2012). Setiap lobulus testis terdapat satu sampai empat tubulus
berisi pembuluh darah, saraf, limfe, dan sel leydig yang mensekresi
5
6
terdiri atas sel-sel meioid gepeng yang memperlihatkan ciri dari otot
Epitel tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel
yang berdekatan diikat bersama oleh taut rekah yang terdapat pada
sedang berkembang
7
2. Fagositosis
3. Sekresi
testis diisi oleh jaringan ikat, saraf, pembuluh darah dan limfe.
Jaringan ikat terdiri atas berbagai jenis sel, yang meliputi fibroblas,
tetes lipid halus. Sel tersebut adalah sel interstisial, atau sel leydig
2007).
prostat, dan isi dari ampula dan vesikula seminalis masuk ke dalam
dengan dunia luar. Pada saluran uretra terdapat mukus yang berperan
2.1.2. Spermatogenesis
setiap satu kali daur epitel semineferus mencit diperlukan waktu 207
1. Proliferasi mitotik
menjadi spermatozoa.
bergerak.
11
pembentukan sperma.
testosteron.
12
2008).
(Fior, 2007).
2007).
2.2. Bising
2.2.1. Definisi
menjadi 3 kategori :
pekerjaan)
terjadinya:
Bising ini relatif tetap dalam batas ±5 dBA untuk periode 0,5
angin
di lalu lintas
17
(Gabriel, 2001).
tingkat menengah.
(Gabriel, 2012).
19
3, yaitu :
a. formable type
b. custom-molded type
c. premolded type
c. Murah
c. Telinga berdengung
2. Secara psikis
dari sekresi AVP dan CRH maka akan terjadi peningkatan sekresi
2.3.1. Definisi
organ tubuh yang mirip dengan manusia serta memiliki respon yang
22
2013).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
sekresi AVP dan CRH maka akan terjadi peningkatan sekresi ACTH dan
kelenjar hipofisis anterior yaitu FSH dan LH. LH berfungsi menstimulasi sel
dari testosteron supaya tetap tinggi di dalam testis. Testosteron dan FSH
juga akan berkurang termasuk jumlah sel spermatosit primer (Dobson,et al.,
2003). Sel spermatosit primer merupakan sel terbesar dalam garis keturunan
Aktifitas PVN
Paparan Bising Tingkat Stress
(Paraventrikular Nucleus
Pelindung Telinga
Kadar GnRH
(Gonadotropin Realeasing Hormon)
2.7. Hipotesis
METODE PENELITIAN
3.2.1. Variabel
Paparan Bising.
26
27
menggunakan APT.
penggunaan APT.
Skala : Nominal
Skala : Rasio
28
3.3.1. Populasi
Biologi Unissula.
3.3.2. Sampel
1. Besar Sampel
a. Kriteria inklusi :
b. Kriteria eksklusi
Tidak ada
1. Kandang mencit
mencit
4. Mikroskop
5. Klem
6. Kapas
formalin
12. Oven
30
13. Optilab
14. Handscoen
15. Kulkas
16. Inkubator
1. Mencit
4. Jaringan testis
7. Aquadest
8. Xylol
minumannya
yang akan diberi paparan bising ±60 dB, nomor 2 yaitu mencit
yang diberi paparan bising ±90 dBA dengan APT, dan nomor 3
yaitu mencit yang diberi paparan bising ±90 dBA tanpa APT
spermatozoa
kapas
3.5.2. Perlakuan
parafin
4-6 ℃
lima mikron.
sempurna
Randomisasi
itu dilakukan analisa data, apabila data normal dan homogen maka
BAB IV
jumlah sel spermatosit primer pada mencit (Mus musculus) yang dilakukan
terpapar bising dengan APT, dan Kelompok Perlakuan II (KP II) yaitu
Saudara Demak dengan intensitas bising ±90 dBA. Perlakuan pada mencit
perbesaran 400x.
Gambar 4.1.1 Sel spermatosit primer pada kelompok paparan bising 60 dBA
38
Gambar 4.2. Sel spermatosit primer pada kelompok paparan bising 90 dBA
dengan penggunaan APT
Gambar 4.3. Sel spermatosit primer pada kelompok paparan bising 90 dBA
tanpa penggunaan APT
primer di gambar 4.1 hampir sama banyaknya dengan sel spermatosit primer
pada gambar 4.2, namun pada gambar 4.3 tampak lebih sedikit.
39
Gambar 4.4. Deskripsi rata-rata jumlah sel spermatosit primer pada ketiga
kelompok uji
Gambar 4.4 adalah data hasil penghitungan rata-rata jumlah sel
statistik deskriptif jumlah sel spermatosit primer diketahui bahwa rata-rata sel
sel spermatosit primer pada kelompok perlakuan I (KP I): kelompok yang
Wilk. Data berdistribusi normal jika mempunyai signifikan p > 0,05. Data
Shapiro-Wilk
Paparan bising
Statistic df Sig.
KK 0,934 6 0,609
KP1 0,952 6 0,757
KP2 0,894 6 0,340
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
test. Varian data dikatakan homogen jika mempunyai nilai signifikansi (p) >
0,05. Homogenitas varian data ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,584 2 15 0,238
sebesar 0,238, nilai tersebut lebih besar nilai kritis 0,05 atau 5%; artinya
varian data jumlah sel spermatosit primer pada ketiga kelompok adalah
homogen.
ketiga kelompok. Data hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada tabel 4.3
sebagai berikut.
0,000; karena p < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa “paling tidak
Uji one way anova yang bermakna dan varian data yang homogen,
p>0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata jumlah sel
dan antara KP1 dan KP2 menunjukkan perbedaan yang bermakna diketahui
penurunan jumlah sel spermatosit primer. Jumlah sel spermatosit primer pada
KP1 secara bermakna lebih tinngi daripada jumlah sel spermatosit primer
Hasil uji post hoc bonferroni ini menunjukkan bahwa paparan bising 90
dBA disertai dengan penggunaan APT dapat menjaga jumlah sel spermatosit
4.2 Pembahasan
kelompok mencit yang dipapar bising 90 dBA adalah yang terendah dan
kelompok kontrol yang dipapar bising 60 dBA dan kelompok mencit yang
primer menurun akibat paparan bising yang melewati ambang batas normal
respon sentral dan perifer sistem endokrin sebagai bentuk adaptasi. Akibat
al., 2003).
hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH) oleh hipofisis. FSH bekerja pada
jumlah sel spermatosit primer ini sejalan dengan temuan penelitian Apriliani
et al. (2013) bahwa pemberian paparan bising 85-90 dBA selama 21 hari
digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bahan kapas. Kapas dapat
Hipofisis- Adrenal (HHA). Oleh karena tidak ada rangsangan pada neuron
dalam testis. Berikutnya testosteron dan FSH bekerja pada sel sertoli untuk
diri dapat digunakan untuk mereduksi paparan bising berlebih yang dapat
yang memediasi efek paparan bising dan penggunaan APT terhadap jumlah
sel spermatosit primer, misalnya kadar hormon GnRH, FSH, LH, dan
spermatosit primer dapat terjadi karena kerusakan sel atau degradasi sel
.
46
BAB V
5.1 Simpulan
jumlah sel spermatosit primer di UD. Dua Saudara Demak dengan jumlah 18
5.1.1 Terdapat pengaruh bising terhadap jumlah sel spermatosit primer pada
5.1.2 Jumlah sel spermatosit primer pada mencit (Mus musculus) pada
(KP II) yaitu kelompok yang terpapar bising tanpa APT adalah
sebanyak 51,88±0,82%.
(KP II), dan tidak ada perbedaan jumlah sel spermatosit primer antara
5.2 Saran
5.2.1 Meneliti efek paparan bising dan penggunaan APT terhadap kadar
5.2.2 Meneliti efek paparan bising dan penggunaan APT terhadap diameter
tubulus seminiferus.
5.2.3 Meneliti efek paparan bising dan penggunaan APT terhadap tahapan-
Apriliani, M., Nuning, N., Hendri, B., 2013, Efek Pemaparan Kebisingan
terhadap Jumlah Sel-Sel Spermatogenik dan Diameter Tubulus
Seminiferus Mencit (Mus Musculus L), Seminar Nasional Sains dan
Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 19 November
2013.
Clark, C., dan Stansfeld, S. A., 2007, The Effect of Transportation Noise on
Health and Cognitive Development, A Review oRecent Evidence Barts
and the London School of Medicine University of London, United
Kingdom.
Dobson, H., Sarvpreet, G., Prabhakar, S., Smith, R., 2003, A Conceptual Model of
The Influence of Stress on Female Reproduction, 125;151-163.
Eroschenko, V.P., 2010, Atlas Histologi Difiore, Edisi 11, Jakarta: EGC.
Hani, A., R., 2010, Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Medika.
Heroux, M. E., Braubach, M., Dramac, D., Korol, N., Pauvanic, S., Zastenskaya,
I., 2004, Summary of Ongoing Activities on Enviromental Noise and
48
49
Health at The WHO Regional Office for Europe, Article in Russian, 25-
8.
Heryani, S., S., Werdi, S., Kardena, Dewi, I., L., 2011, Paparan Formalin
Menghambat Proses Spermatogenesis pada Mencit, Jurnal Veteriner,
Vol 12, No 3:214-220.
Junqueira, L. C., Carneiro, J., 2007, Histologi Dasar : Teks dan Atlas, Edisi 10,
EGC, Jakarta, 415-431.
Paulsen, F., dan J., Waschke, 2013, Sobotta, Edisi 23, Jilid 2, EGC, Jakarta, Hal
188.
Purnomo, Basuki B., 2012, Dasar – Dasar Urologi, Edisi Ketiga, Sagung Seto,
Jakarta, Hal 16.
Saki G, Rahim R, Vaysi OA., 2010, Effect of forced swimming stress on in-
vivo fertilization capacity of rat and subsequent offspring quality, J
Hum Reprod Sci, 3:32–4.
Selvage, D.J., Rivier, C., 2003, Importance of The Paraventricular Nukleus of The
Hypothalamus as A Component of A Neural Pathway Between The
Brain and The Testes that Modulates Testosterone Secretion
Independently of The Pituitary, Jurnal of Endocrinologi, 144 (2):594-8.
Sherwood, L., 2014, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Human Physiology:
From Cells to Systems, Jakarta: EGC.
Solihati, N., Purwantara, B., Supriatna I., Winarto, A., 2013, Development of
Spermatogenic Cells and Sperm Quality after Administration of
Pegagan Extract (Centella Asiatica), JITV, 18(3):192-201.
50
Lampiran 2. Hasil uji normalitas dan homogenitas varian jumlah sel spermatosit
Explore
group
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
group Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlah sel spermatosit KK .192 6 .200* .934 6 .609
primer KP1 .162 6 .200* .952 6 .757
KP2 .227 6 .200* .894 6 .340
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 3. Hasil uji statistik deskriptif dan uji beda rata-rata dengan one way
anova dan post hoc bonferroni
Oneway
Descriptives
jumlah sel spermatosit primer
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
KK 6 64.125 1.9922 .8133 62.034 66.216 60.8 66.3
KP1 6 64.875 1.4470 .5907 63.356 66.394 63.3 67.0
KP2 6 51.875 .8178 .3339 51.017 52.733 50.8 52.8
Total 18 60.292 6.2915 1.4829 57.163 63.420 50.8 67.0
ANOVA
jumlah sel spermatosit primer
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 639.250 2 319.625 142.451 .000
Within Groups 33.656 15 2.244
Total 672.906 17
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah sel spermatosit primer
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) group (J) group Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
KK KP1 -.7500 .8648 .399 -2.593 1.093
KP2 12.2500* .8648 .000 10.407 14.093
KP1 KK .7500 .8648 .399 -1.093 2.593
KP2 13.0000* .8648 .000 11.157 14.843
KP2 KK -12.2500* .8648 .000 -14.093 -10.407
KP1 -13.0000* .8648 .000 -14.843 -11.157
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.