Proses Adaptasi Dan Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan, Kebutuhan Psikologi Pada Masa Kehamilan
Proses Adaptasi Dan Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan, Kebutuhan Psikologi Pada Masa Kehamilan
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Farhati, S.ST.,M.Keb.
Disusun oleh:
Kelompok 5 Tingkat II-A
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun Makalah yang
berjudul “Proses Adaptasi Dan Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan, Dan
Kebutuhan Psikologi Pada Masa Kehamilan” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bu Farhati S.ST,M.Keb selaku dosen
pengampu yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat
dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-per satu.
Penulis sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para penderita insomnia sehingga mereka pun memiliki jalan
keluar atas permasalahan yang tengah dihadapinya.Penulis juga sangat mengharapkan
masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini bisa menjadi lebih
sempurna.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
KAJIAN PUSTAKA
4
d. Tahap akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia
tetap mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat
mungkin berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai
bayinya lahir kelak.
5
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan
menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai
keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk menjadi
seorang ayah dan mencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah
mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan
menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Adapula
pria yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping
respon yang diperlihatkannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini
dan menerimanya.
6
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi
orang tua. Periode ini juga disebut periode menunggu dan waspada sebab
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Keluarga mulai menduga-
duga jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip
siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya
(Pusdiknakes, 2003:28).
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan
ibu pada bayi yang akan dilahirkan nanti.Berat badan ibu meningkat, adanya
tekanan pada organ dalam, adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya
semakin besar, adanya perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak mantap,
merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena
kelahiran sang bayi (Tri Rusmi Widayatun, 1999:154)
7
a. Pengkajian situasi
Mengumpulkan fakta-fakta, apakah pasien benar-benar hamil?
Sudahkah dilakukan pemeriksaan fisik dan tes kehamilan? Bila ibu ternyata
hamil, fokuskan pada apa yang ia pandang sebagai masalah. Apakah rasa
takut pada kehamilan, rasa kecewa karena tujuan hidupnya terganggu, rasa
bersalah karena merasa diasingkan, pikiran tentang kebutuhan anak-anak
yang lain, konflik tentang etik aborsi?
Kaji keterampilan koping orang-orang dalam keadaan kritis: Apa
persepsi mereka tentang kehamilan? Akankah ada orang lain yang
memberikan dukungan? Apakah ia hanya seorang diri? Apapun masalahnya,
fokuskan pada keadaan sekarang dan disini, keadaan yang terjadi saat ini.
b. Rencana intervensi
Tentukan masalah dengan jelas sebelum merencanakan sebuah
intervensi. Bantu klien mengemukakan pilihan yang masuk akal. Bidan
mungkin akan memerlukan bantuan dari orang yang berpengalaman.
c. Intervensi dan penyelesaian krisis
Campur tangan membantu klien untuk meneruskan keputusan
mereka. Hal ini mungkin termasuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan untuk memperjelas konflik, memberikan informasi, membuat
rujukan, mengajarkan atau mengatur perawatan langsung, bantuan finansial,
serta perlindungan atau supervisi medis. Dengan berbagai alternatif tindakan
nyata serta ketulusan tentang apa yang mereka rasakan, calon ibu dan bapak
dapat menyelesaikan krisis kehamilan yang terjadi.
d. Memberikan anticipatory guidance
Setiap krisis kehidupan menimbulkan efek yang berbekas pada
mereka yang mengalaminya. Keterampilan koping yang dipelajari akan dapat
digunakan kemudian. Disamping itu, cara-cara praktis untuk mengontrol masa
depan dapat dipelajari.
8
a. Sumber stres ayah masalah keuangan.
1) Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil
2) Cemas bayinya tidak sehat/tidak normal.
3) Khawatir tentang nyeri istrinya saat melahirkan.
4) Peran setalah melahirkan.
5) Perubahan hubungan dengan istri, keluarga, dan teman-temannya.
6) Kemampuan sebagai orangtua.
b. Perubahan psikologis ayah
Perubahan psikologis yang dialami oleh ayah dalam rangka
pencapaian penerimaan peran barunya sejalan dengan fase-fase yang
dialami oleh ibu. Secara umum ayah yang stres menyukai anak-anak,
senang berperan sebagai ayah, dan senang mengasuh anak, percaya diri
dan mampu menjadi ayah, serta senang membagi pengalaman tentang
kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.
1) Trisemester I
Memberi tahu keluarga, teman dan relasi. Sering bingung
terhadap perubahan istrinya, meliputi perubahan perasaan dan
tubuhnya. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah lelah dan
menurunnya keinginan untuk berhubung seksual. Saat ini, anaknya
adalah bayi yang “potensial”. Ayah sering dibayangkan berinteraksi
dengan anaknya yang sudah berusia 5 atau 6 tahun, walaupun
kehamilan istrinya belum kelihatan.
2) Trisemester II
Peran ayah masih samar-samar, tetapi kebingungan atas
keterbatasannya menurun dengan melihat dan merasakan gerakan
fetus. Merasa lebih nayaman dengan dapat melihat anaknya pada
USG. Khawatir tentanag pembagian peran antara mencari nafkah dan
membantu istri mengurus anak. Pada tahap ini kadang timbul konflik
pada pasangan mengenai bagaimana ia akan menajdi ayah.
3) Trisemester III
Persiapan yang nyata terlihat untuk kelahiran bayinya. Terlibat
dalam kelas bersama, mendampingi istri saat memeriksakan
kehamilannya.Timbul rasa takut, timbul pertanyaan dalam benak,
“seperti apa menjadi orang tua?” atau “Dapatkah ia membantu istrinya
selama proses persalinan?” Timbul rasa tidak percaya, seperti apakah
ia akan benar-benar mempunyai anak?
9
c. Peran dari Keterlibatan Ayah
Calon ayah terkadang mengobservasi pria lain yang sudah menjadi
ayah dan mencoba bersikap seperti seorang ayah untuk menentukan
kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan peran seorang
ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-
kembang bayi, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab
yang baru.
Meskipun mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan
menjadi ayah, akan tetapi tetap saja belum siap untuk mempelajarinya
saat ini, sehingga mungkin masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan
tentang perawatan bayi. Maka dari itu, perawat harus mengulang kembali
informasi-informasi tersebut setelah bayi lahir, sehingga pengetahuannya
menjadi relevan dengan praktiknya.
10
Adanya kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8
mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar
dan ketidaknyamanan bertambah. Calon ibu mudah lelah dan menunggu
dampaknya terlalau lama. Sekitar 2 minggu sebelum melahirkan, sebagian
besar wanita mulai mengalami perasaan senang. Mereka mungkin
mengatakan pada perawat “saya merasa lebih baikan saat ini ketimbang
sebulan yang lalu”. Kecuali bila berkembang masalah fisik, kegembiraan ini
terbawa sampai proses persalinan, suatu periode dengan stress yang tinggi.
Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada
persiapan dan persepsinya terhadap kejadian ini. Perasaan sangat gembira
yang dialami ibu seminggu sebelum persalinan mencapai klimaksnya sekitar 24
jam sebelum persalinan.
3. Suport Keluarga
Kehamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran dari
seluruh anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota baru tergantung dari
dukungan dari seluruh anggota keluarga, tidak hanya dari suami saja. Ayah
dan ibu kandung maupun mertua,juga saudara kandung maupun saudara dari
suami juga perlu memperhatikan.dengan sering berkunjung, menanyakan
keadaan kehamilan, bisa juga lewat sms atau telpon dapat menambah
dukungan dari keluarga. Upacara adat istiadat yang tidak mengganggu
kehamilan juga mempunyai arti tersendiri bagi sebagian ibu hamil sehingga hal
ini tidak boleh diabaikan.
Keterlibatan kakek nenek dalam menyongsong kehadiran cucu
tergantung dengan banyak faktor diantaranya keinginan kakek nenek untuk
terlibat, kedekatan hubungan kakek nenek dan peran kakek nenek dalam
kontek budaya dan etnik yang bersangkutan. Nenek dari ibu merupakan model
yang penting dalam praktik perawatan bayi. Ibu selalu teringat ketika
ibunya dulu merawat anaknya sehingga merasa menjadi suatu hal yang patut
ditiru. Nenek dari ibu dapat menjadi sumber pengetahuan dan merupakan
pendukung. Seringkali kakek nenek mengatakan bahwa cucu dapat untuk
mengatasi kesepian dan kebosanan. Kakek nenek dapat dilibatkan untuk
memberi semangat dalam mempersiapkan menjadi orangtua baru.
Dukungan kakek nenek dapat berpengaruh untuk menstabilkan
keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan yaitu dalam
kehamilan dan menjadi otangtua baru. Kakek nenek dapat membantu
anak–anak mereka mempelajari keterampilan menjadi orangtua
dan mempertahankan tradisi budaya.
11
Anda akan selalu memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu hamil
pada berbagai setting pelayanan, baik primer, sekunder maupun tertier.
Dalam menjalankan asuhan kehamilan, upayakan Anda tidak terjebak pada
suatu kegiatan rutinitas kebiasaan lama yang tidak berdasar pada suatu
evidence based menuju asuhan yang terfokus (refocusing asuhan),
senantiasa menelaah issu terkini dalam asuhan kehamilan agar mampu
mengembangkan pelayanan kehamilan. Asuhan kehamilan memerlukan
acuan, patokan atau indikator, hal inilah yang disebut standar asuhan
kebidanan. Sehingga pelayanan kebidanan bisa diberikan secara efektif
dan efisien.
12
berbeda –beda, apabila ibu hamil tersebut cukup mendapat dukungan dari
orang sekitar maka mungkin tidak terlalu merasakan nyeri, tapi sebaliknya jika
ibu hamil tidak mendapat dukungan dari orang terdekat maka nyeri akan
dirasakan sangat mengganggu. Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini
dapat dilakukan relaksasi atau dukungan dari orang terdekat. Rasa
nyaman saat hamil dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi duduk, berdiri
dan berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.
13
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu yang melewati masa kehamilan pasti akan mengalami perubahan pada
tubuhnya termasuk perubahan psikologis. Perubahan tersebut berkembang dan
berubah sesuai dengan usia kehamilan. Ibu harus bisa melewati dan menghadapi
hal tersebut dengan baik untuk mendukung kondisi kehamilannya. Dan peruabhan-
perubahan tersebut merupakan hal yang alamiah. Perasaan yang belum pernah ia
rasakan selama kehamilan akan membuat kesan tersendiri dan peran ibu dalam
mengatasi hal tersebut sangat penting agar ibu tidak stress dan memikirkan hal-hal
buruk. Juga terdapat kebutuhan psikologis ibu pada masa kehamilan seperti
adaptasi parental oleh ayah, adaptasi saudara kandung janin, support keluarga,
support dari tenaga kesehatan, serta rasa aman dan nyaman selama kehamilan
untuk memberikan umpan positif terhadap psikologis ibu. Oleh karena itu, peran
tenaga kesehatan khususnya bidan sangat penting untuk memberi asuhan
kehamilan dengan memberi tahu ibu dan keluarga terhadap perubahan
psikologisnya dan bagaimana memenuhi kebutuhan psikologisnya dengan baik
sesuai kebutuhan ibu agar ibu senang, bahagia dan nyaman sehingga keadaan ibu
dan janin akan baik dan sehat.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini maka pembaca atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami materi yang dibahas dalam makalah. Semoga makalah ini
dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi pembaca atau mahasiswa, dalam
makalah ini saya mohon maaf jika ada tulisan saya atau bahasa saya kurang
berkenan, dengan demikian kami mengharap kritik dan saran atas tulisan saya agar
bisa membangun dan memotivasi saya agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1993). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Jakarta.
Sulistyawati, Ari (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
15