Abstrak Abstract
Kata kunci: Pneumokoniosis, Kadar Debu, Masa Keyword: Pneumoconiosis, Level of Dust, Work
Kerja, Masker, Merokok Period, Mask, Smoking.
520
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
521
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
522
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
523
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
Unit pengantongan semen PT. Tonasa Populasi dalam penelitian ini adalah
Line Kota Bitung merupakan salah satu seluruh pekerja pengumpul semen di Unit
dari 9 Unit Pengantongan Semen PT. Pengantongan Semen PT. Tonasa Line
Semen Tonasa Indonesia yang memiliki Kota Bitung. Sampel dalam penelitian ini
kantor pusat di Makassar, Sulawesi adalah seluruh pekerja pengumpul semen
Selatan. Unit pengantongan semen PT. di Unit Pengantongan Semen PT. Tonasa
Tonasa Line Kota Bitung telah beroperasi Line Kota Bitung (total populasi), yaitu
sejak tahun 1996 dan bertempat di area berjumlah 38 pekerja. Variabel bebas yaitu
pelabuhan kota Bitung. Unit Pengantongan kadar debu, masa kerja, penggunaan
Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung masker dan merokok. Variabel terikat
memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun yaitu kejadian pneumokoniosis. Data
(Anonim, 2013). dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
Personal Dust Sampler (PDS) untuk
Pekerja pengumpul semen merupakan
mengukur kadar debu; kuesioner untuk
salah satu jenis pekerjaan yang setiap
mengukur masa kerja, penggunaan masker
harinya terpapar dengan debu sehingga
dan merokok; dan foto toraks untuk
dapat beresiko terjadinya penyakit
mengukur kejadian pneumokoniosis.
pneumokoniosis. Pada survei awal pada
Analisis univariat bertujuan untuk
pekerja di unit pengantongan semen PT.
menjelaskan distribusi frekuensi dari
Tonasa Line Kota Bitung, lingkungan
masing-masing variabel yang diteliti yaitu
kerja ditemui potensi konsentrasi debu
variabel kadar debu, masa kerja,
yang tinggi terhadap pekerja, sehingga
penggunaan masker, merokok dan kejadian
dapat mempengaruhi kesehatan pekerja
pneumokoniosis. Analisis bivariat
terutama kesehatan paru. Selain itu, masih
bertujuan untuk mengetahui hubungan
banyak pekerja yang tidak menggunakan
antara variabel bebas dengan variabel
masker pada saat bekerja dan memiliki
terikat. Analisis bivariat menggunakan uji
kebiasaan merokok sehingga menambah
Chi Square atau Fisher’s Exact. Analisis
resiko pekerja terhadap terjadinya
multivariat bertujuan untuk mengetahui
pneumokoniosis. Dengan demikian, tujuan
variabel yang paling dominan
yang ingin dicapai dari penelitian ini
berhubungan dengan kejadian
adalah untuk mengetahui hubungan antara
pneumokoniosis. Analisis multivariat
kadar debu, masa kerja, penggunaan
menggunakan uji regresi logistik.
masker dan merokok dengan kejadian
pneumokoniosis pada pekerja pengumpul
semen di unit pengantongan semen PT.
Tonasa Line Kota Bitung.
Hasil dan Pembahasan
524
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Kadar debu merupakan salah satu
dari 28 responden yang terpajan dengan faktor yang mempengaruhi saluran
kadar debu tinggi (> 3 mg/m3), ada pernapasan dan gangguan fungsi paru
sebanyak 18 responden (64,3%) yang (Yulaekah, 2007; Anugrah, 2013).
memiliki gambaran foto toraks Semakin tinggi konsentrasi partikel debu
pneumokoniosis sedangkan yang tidak dalam udara, jumlah partikel yang
memiliki gambaran foto toraks mengendap di paru juga akan semakin
pneumokoniosis sebanyak 10 responden banyak (Khumaidah, 2009). Faktor utama
(35,7%). Data juga menunjukkan bahwa yang berperan pada patogenesis
dari 10 responden yang terpajan dengan pneumokoniosis adalah partikel debu dan
kadar debu rendah (≤ 3 mg/m3), ada respons tubuh khususnya saluran napas
sebanyak 2 responden (20%) yang terhadap partikel debu tersebut. Komposisi
memiliki gambaran foto toraks kimia, sifat fisik dan dosis dari debu
pneumokoniosis sedangkan yang tidak menentukan dapat atau mudah tidaknya
memiliki gambaran foto toraks terjadi pneumokoniosis (Ngurah Rai,
pneumokoniosis sebanyak 8 responden 2003).
(80%). Jadi sesuai dengan teori, kadar debu
Hasil analisis hubungan antara kadar berhubungan dengan terjadinya
debu dengan kejadian pneumokoniosis pneumokoniosis. Kadar debu yang tinggi
diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar (melewati NAB > 3mg/m3) diduga dapat
0,027. Nilai signifikansi hasil analisis mengakibatkan terjadinya
hubungan antara kadar debu dengan pneumokoniosis. Semakin tinggi kadar
kejadian pneumokoniosis < 0,05 maka debu yang terhirup, semakin tinggi resiko
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan terjadinya pneumokoniosis.
yang bermakna antara kadar debu dengan
kejadian pneumokoniosis pada pekerja
pengumpul semen di unit pengantongan 2. Hubungan antara masa kerja dengan
semen PT. Tonasa Line Kota Bitung. Hasil kejadian pneumokoniosis pada pekerja
analisis hubungan antara kadar debu pengumpul semen di unit
dengan kejadian pneumokoniosis diperoleh pengantongan semen PT. Tonasa Line
nilai odds ratio (OR) sebesar 7,200 yang Kota Bitung
artinya pekerja yang terpajan dengan kadar
debu tinggi (> 3 mg/m3) mempunyai Hasil analisis hubungan antara masa
peluang terjadinya pneumokoniosis kerja dengan kejadian pneumokoniosis
sebesar 7,2 kali dibandingkan pekerja yang dapat dilihat pada Tabel 2.
terpajan dengan kadar debu rendah (≤ 3
mg/m3).
525
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa partikel debu yang masuk atau mengendap
dari 23 responden yang memiliki masa di dalam paru-paru (Wardhana, 2004).
kerja lama (≥ 10 tahun), ada sebanyak 17 Selain komposisi kimia, sifat fisik dan
responden (73,9%) yang memiliki dosis dari debu, lama pajanan juga
gambaran foto toraks pneumokoniosis menentukan dapat atau mudah tidaknya
sedangkan yang tidak memiliki gambaran terjadi pneumokoniosis (Ngurah Rai,
foto toraks pneumokoniosis sebanyak 6 2003). Dalam lingkungan kerja yang
responden (26,1%). Data juga berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi
menunjukkan bahwa dari 15 responden gangguan fungsi paru pada tenaga kerja.
yang memiliki masa kerja baru (< 10 Semakin lama seseorang dalam bekerja
tahun), ada sebanyak 3 responden (20%) maka semakin banyak dia telah terpapar
yang memiliki gambaran foto toraks bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan
pneumokoniosis sedangkan yang tidak kerja tersebut (Suma’mur, 1996). Semakin
memiliki gambaran foto toraks lama paparan berlangsung, jumlah partikel
pneumokoniosis sebanyak 12 responden yang mengendap di paru juga akan
(80%). semakin banyak. Pneumokoniosis akibat
debu akan timbul setelah penderita
Hasil analisis hubungan antara masa
mengalami kontak lama dengan debu.
kerja dengan kejadian pneumokoniosis
Pneumokoniosis jarang ditemui kelainan
diperoleh nilai p sebesar 0,002. Nilai
bila paparan kurang dari 10 tahun. Lama
signifikansi hasil analisis hubungan antara
paparan mempunyai pengaruh besar
masa kerja dengan kejadian
terhadap kejadian gangguan fungsi paru
pneumokoniosis < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang (Khumaidah, 2009).
bermakna antara masa kerja dengan Jadi sesuai dengan teori, masa kerja
kejadian pneumokoniosis pada pekerja berhubungan dengan terjadinya
pengumpul semen di unit pengantongan pneumokoniosis. Masa kerja yang lama (≥
semen PT. Tonasa Line Kota Bitung. Hasil 10 tahun) diduga dapat mengakibatkan
analisis hubungan antara masa kerja terjadinya pneumokoniosis. Semakin lama
dengan kejadian pneumokoniosis diperoleh masa kerja semakin tinggi resiko
nilai OR sebesar 11,333 yang artinya terjadinya pneumokoniosis.
pekerja yang memiliki masa kerja lama (≥
10 tahun) mempunyai peluang terjadinya
pneumokoniosis sebesar 11,333 kali 3. Hubungan antara penggunaan masker
dibandingkan dengan pekerja yang dengan kejadian pneumokoniosis pada
memiliki masa kerja baru (< 10 tahun). pekerja pengumpul semen di unit
pengantongan semen PT. Tonasa Line
Masa kerja mempengaruhi saluran Kota Bitung
pernapasan dan gangguan fungsi paru
(Yulaekah, 2007; Anugrah, 2013). Hasil analisis hubungan antara
Pneumokoniosis adalah penyakit saluran penggunaan masker dengan kejadian
pernapasan yang disebabkan oleh adanya
526
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa partikel debu sampai < 1 mikrometer. Efek
dari 34 responden yang tidak protektif pelindung yang digunakan
menggunakan masker, ada sebanyak 19 pekerja pada penelitian ini kurang optimal
responden (55,9%) yang memiliki sehingga sebagian partikel debu masih
gambaran foto toraks pneumokoniosis dapat masuk ke dalam saluran pernapasan.
sedangkan yang tidak memiliki gambaran Selain itu, pekerja pengumpul semen di
foto toraks pneumokoniosis sebanyak 15 unit pengantongan semen PT. Tonasa Line
responden (44,1%). Data juga Kota Bitung memiliki jam kerja selama 24
menunjukkan bahwa dari 4 responden jam dalam sehari sehingga pekerja tidak
yang menggunakan masker, ada sebanyak mungkin secara terus-menerus
1 responden (25%) yang memiliki menggunakan masker. Pekerja hanya
gambaran foto toraks pneumokoniosis
menggunakan masker ketika mereka
sedangkan yang tidak memiliki gambaran berdekatan langsung dengan semen. Ketika
foto toraks pneumokoniosis sebanyak 3 pekerja istirahat, makan atau merokok
responden (75%). dimana masih berada dalam area kerja
Hasil analisis hubungan antara yang berdebu, pekerja melepaskan masker
penggunaan masker dengan kejadian sehingga secara tidak sadar sebagian
pneumokoniosis diperoleh nilai p sebesar partikel debu masih dapat masuk ke dalam
0,328. Nilai signifikansi hasil analisis saluran pernapasan.
hubungan antara kadar debu dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kejadian pneumokoniosis > 0,05 maka penelitian yang dilakukan oleh Bangun
dapat disimpulkan bahwa tidak ada (1998) dan Damayanti dkk (2007). Hasil
hubungan yang bermakna antara penelitian Bangun (1998) menunjukkan
penggunaan masker dengan kejadian bahwa tidak didapat hubungan pemakaian
pneumokoniosis pada pekerja pengumpul
APD dengan timbulnya pneumokoniosis
semen di unit pengantongan semen PT. pada pekerja tambang batu PT. A di
Tonasa Line Kota Bitung. Bandung Jawa Barat. Dari 51 pekerja,
Hal ini mungkin disebabkan karena 95,1% pekerja diketahui memakai APD
distribusi responden yang menggunakan yang buruk dan hanya 4,9% pekerja yang
masker terlalu sedikit, dari 38 responden memakai APD yang baik (Bangun, 1998).
hanya 4 responden yang menggunakan Hasil penelitian Damayanti dkk (2007)
masker. Selain itu, mungkin disebabkan menunjukkan tidak ada hubungan yang
karena pelindung yang digunakan pekerja bermakna antara kebiasaan menggunakan
pengumpul semen di unit pengantongan APD masker dengan kelainan foto toraks
semen PT. Tonasa Line Kota Bitung tidak pneumokoniosis pada pekerja di pabrik
memenuhi syarat. Pelindung yang baik semen PT. X. Kelainan foto toraks
seharusnya dapat menahan masuknya didapatkan pada 2 orang (2,5%) dengan
527
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
528
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
95% C.I.
Variabel S.E. Sig. OR
Lower Upper
Data pada Tabel 5 dapat dilihat hasil pengumpul semen di unit pengantongan
analisis regresi logistik ketika seluruh semen PT. Tonasa Line Kota Bitung.
variabel telah memiliki nilai p < 0,05 Data pada Tabel 5 juga menunjukkan
dengan demikian permodelan telah selesai. nilai OR untuk variabel masa kerja sebesar
Nilai p untuk variabel masa kerja sebesar 12,568 dan merokok sebesar 10,260.
0,005 dan merokok sebesar 0,021 yang Dilihat dari besarnya nilai OR
artinya masa kerja dan merokok secara menunjukkan bahwa masa kerja
bersama-sama berhubungan dengan merupakan variabel yang paling dominan
kejadian pneumokoniosis pada pekerja berhubungan dengan kejadian
529
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
530
Simanjuntak, Pinontoan dan Pangemanan, Hubungan antara Kadar Debu
531
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015
532