Anda di halaman 1dari 14

BAB II

INDEKS SUHU BASAH DAN BOLA

A. LATAR BELAKANG
Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan
potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga
kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang
melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan menurut standar kesehatan
(Tarwaka, 2008). Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas
dan dingin yang berada di luar batas standar kesehatan dapat menyebabkan
meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi
dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Persoalan tentang
bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim
menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita
dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan
temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang
toleransi terhadap temperatur lingkungan (Suma’mur, 2009).
Panas berlebih yang di timbulkan dari mesin-mesin yang ada dapat
mengakibatkan kelainan kesehatan pada pekerja, hal ini dinamakan dengan tekanan
panas (heat stress), yang merupakan beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh
manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja
dan tingkat aklimatisasi. Heat stress merupakan gejala akibat tubuh tidak mampu
menyesuaikan panas dengan keadaan lingkungan sekitar. Ketika panas bersamaan
dengan stres akibat tekanan kerja, kekurangan cairan, kondisi medis lainnya, kondisi
ini akan menimbulkan penyakit dan dapat mengakibatkan kematian. Tekanan panas
sangat memiliki pengaruh terhadap kesehatan dan kinerja pekerja. Dalam suatu
area kerja hendaknya dilakukan pengukuran tekanan panas, agar ketika panas di
suatu ruangan telah terdeteksi melebihi nilai ambangnya, dapat segera di lakukan
tindakan agar tidak membahayakan pekerja dan tidak sampai melampaui nilai
ambang batas.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja, Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya. Peraturan tersebut tempat kerja memiliki
potensi bahaya yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan atau penyakit, baik yang
bersifat langsung maupun secara continue.
Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Sedangkan tempat kerja yang
tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan bertambahnya beban kerja.
Kenyamanan dari suatu tempat kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya
(PER.13/MEN/X/2011). Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka
pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu
menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktifitas dan efisiensi kerja.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mamp melakukan pengukuran iklim kerja.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis hasil pengukuran.
3. Mahasiswa mengetahui kondisi iklim kerja di ruang kuliah B2.04 FKM Unsri.

C. TEORI
1. Pengertian Iklim Kerja
Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat di lingkungan kerja
seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya
mempengaruhi tenaga kerja. Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah
iklim kerja. Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim / cuaca tertentu
yang disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja
dingin. Dalam Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. PER 13/MEN/X/2011tentang
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut Suma’mur PK, iklim kerja adalah
kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu
radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
seseorang.
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu
sistem pengatur suhu (system thermoregulator). Suhu menetap ini adalah
akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai
akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan
sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24
derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius.

2. Iklim Kerja Panas


Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang
dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi
dan sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul
yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping
metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar. Agar tetap
seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh
mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui
kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
a. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar
dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas
dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan
menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas
dari tubuh manusia. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan
lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini
pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.
b. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.
c. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap
bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi
pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang
akhirnya suhu badan bisa menurun.
Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
a. Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering yang
tinggi disertai tekanan uap air yang tinggi.
b. Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola kering mencapai
400C disertai beban panas radiasi tinggi.
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas
diantaranya :
a. Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,
pengeringan, pemanasan.
b. Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalan
raya, bongkar muat, nelayan, petani.
c. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang.

3. Iklim Kerja Dingin


Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan
kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan
tingkat kelelahan seseorang. Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan
iklim kerja dingin diantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang
computer dan lain-lain.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu:
a. Chilblains : Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah, panas dan
sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja ditempat dingin
dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.
b. Trench foot : Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembaban
atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium ini diikuti tingkat
hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan sakit. Penyakit ini
berakibat cacat semetara.
c. Frosbite : Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama seperti
trenchfoot namun stadium akhir penyakit frosbite adalah gangrene dan bisa
berakibat cacat tetap.

4. Penilaian menurut Indeks Tekanan Panas


Indeks Tekanan Panas atau Heat Stres Index (HSI) dikembangkan oleh
Belding and Hatch di University of Pittsburg. Indeks ini mengkombinasikan
lingkungan (panas radiasi dan konveksi) dengan panas metabolisme dalam
tekanan yang ditunjukkan didalam waktu dari kebutuhan untuk penguapan
keringat (Ereq).
Rumus Keseimbangan panas : M ± C ± R – E = 0
Dimana :
M : Panas yang dihasilkan oleh proses metabolik.
C : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan konveksi.
R : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan radiasi.
E : Panas yang dipancarkan oleh penguapan keringat.

a. Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)


Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan
menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Evaluasi Jumlah Panas Metabolik
A Body Position and movement Kcal/min*
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 - 3.0
Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work Average Range
Kcal/min Kcal/min
Hand work
Light 0.4 0.2 – 1.2
Heavy 0.9
Work one arm
Light 1.0 0.7 – 2.5
Heavy 1.8
Work both arms
Light 1.5 1.0 – 3.5
Heavy 2.5
Work whole body
Light 3.5 2.5 – 9.0
Moderate 5.0
Heavy 7.0
Very heavy 9.0
C Basal Metabolism 1.0
D Sample calculation ** Average (Kcal/min)
Assembling work with heavy and
tools
Standing 0.6
Two arm work 3.5
Basal metabolism 1.0
Total 1.1 kcal/min
* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1,8 m 2 body
surface (19,4 f2)
** Example of measuring metabolic heat production of worker when
performing initial screening
Sumber : NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

b. Evaluasi Tingkat Beban Kerja


Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil
estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai
dengan kategori OSHA pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Standar Pengukuran beban kerja
No BEBAN KERJA PENGELUARAN KALORI Kcal/Jam
1 Pekerjaan ringan ≤ 200
2 Pekerjaan sedang 200-350
3 Pekerjaan berat 350-500
4 Pekerjaan sangat berat 500-600
Sumber : OSHA
c. Evaluasi Pengukuran Work-Rest Regimen
Jam kerja : 8 jam/hari
Jam istirahat : 1 jam/hari
Jumlah kalori yang diperlukan harus digunakan sesuai dengan kegiatan.
Penentuan jumlah kalori yang diperlukan untuk melakukan suatu aktivitas
dengan cara kalorimeter langsung daoat dilaksanakan pada laboratorium
yang perlatannya lengkap. Kalori yang dibutuhkan untuk melakukan suatu
kegiatan tidak lain daripada banyaknya kalori yang harus dikerahkan oleh
tubuh per satuan waktu untuk menjamin berlangsungnya kegiatan. Berikut
adalah perhitungan kalori beban kerja berdasarkan jenis aktivitas
(Suma;mur)
Kalori/ jam = kalori (jenis aktivitas lihat tabel) x Berat Badan (BB)
Hasil dari kalori/jam digunakan untuk menentukan kriteria beban kerja

% Waktu kerja = ( x 100

5. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja


Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja
adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: No. PER 13/MEN/X/2011, Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9 berbunyi :
“Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang
disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan
suhu bola”.
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan
pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau
Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:
a. Untuk pekerjaan diluar gedung
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering
b. 2. Untuk pekerjaan didalam gedung
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk
mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan
termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim
kerja dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat
tenaga kerja melakukan pekerjaan kira – kira satu meter dari pekerja.
Tabel 3 Standar Iklim Kerja di Indonesia
Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)

Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat

Bekerja terus-menerus (8 - 30,0 26,7 25


jam/hari)

75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9

50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9

25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0

Sumber : Permenaker No 13/MEN/X/2011.


Catatan :
a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 – 200 kilo kalori /jam.
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/ jam.
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori /jam.

6. Efek Terhadap Kesehatan


Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh
untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh
menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan,
kemudian panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan
sekeliling, berupa panas matahari atau panas ruangan. Apabila tubuh terpapar
cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya
dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang
membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan
lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan seperti kelelahan, ruam panas,
heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Ruam panas (prickly heat), dapat terjadi dilingkungan panas, lembab
dimana keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini
dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkan rasa
sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini
adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara
teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.
b. Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari.
Setelah 4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan
kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena
pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara
yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat
dingin, memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi
banyak minum.
c. Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang
menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa
menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan. Kondisi ini biasanya melebihi
dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum
cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium.
d. Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama
bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita
biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal,
tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.
e. Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat,
sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono,
2003: 37). Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban
dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah. Segera mencari
pertolongan medis.

7. Perundang-undangan
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011,
tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
b. Threshold Limit Value (TLV) American Conference of Govermenta Industrial
Hygienists (ACGIH ,2012)
c. Menurut Kemenkes No. 1405 ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
d. UU No.1 thn 1970 : keselamatan kerja, pasal 3 ayat 1 (g). SNI 16-70063-2004
: NAB Iklim Kerja (panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi
Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.

D. ALAT UKUR
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keadaan iklim kerja adalah ISBB (Indeks
Suhu Basah dan Bola) atau WBGT (Wet Bulb Globe Temperature)

Globe temperatur sensor

Wet sensor bar

Display screen

Tombol On/Of
Tombol MEM
Gambar 1. Alat Ukur Iklim Kerja

E. CARA UKUR
1. Tentukan titik engukuran
2. Menyiapkan alat dan merangkai pada statif.
3. Memberi air pada alat wet sensor bar, lalu menekan ON, dan biarkan sekitar
10 menit.
4. Tekan tombol MEM dan catat pengukuran (log) yang akan dilakukan.
5. Pengukuran akan dilakukan selama 1 menit per 15 detik.
6. Lalu perhatikan angka di display dan catat hasilnya.
7. Hasil pengukuran berupa nilai Globe, Wet bulb, Dry bulb, WBGT Out (karena
pengukuran dilakukan di dalam ruangan)

F. HASIL UKUR
Tabel 4. Hasil Pengukuran Iklim Kerja
NO Tempat Pengukuran Hasil Pengukuran Nilai NAB Keterangan
1 Ruang kuliah B2.04 Suhu Basah (Tn) : 27,3 OC Berat : 30,5 OC Di bawah NAB
FKM Unsri Suhu Globe (Tg) : 27,4 OC Sedang : 31,1 OC
Suhu kering (T) : 27,3 OC Ringan : 32,2 OC
Suhu di Dalam Ruangan
(WBGT In) : 27,3 OC
Sumber : Data Primer Kelompok 2

G. ANALISIS
Dari hasil praktikum pengukuran iklim kerja yang dilakukan di ruang kuliah
B2.04 FKM unsri pada :
Hari/tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang kuliah B2.04 FKM Unsri
Pukul : 14.00-15.00 WIB
Alat : ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) / WBGT (Wet Bulb Globe
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkiTemperature
Hasil yang didapatkan pada pengukuran iklim kerja (di dalam ruangan)
adalah 27,3 OC. Bila dibandingankan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja maka ruang kuliah B2.04 FKM Unsri memenuhi
syarat iklim kerja ruangan atau dapat dikatakan suhu ruangan B2.02 masih di bawah
Nilai Ambang Batas. Dalam nilai ambang batas iklim kerja menggunakan parameter
ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Nomor: PER-13/MEN/X/2011, yaitu :
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB OC
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75%-100% 31.0 28.0 -
50%-75% 31.0 29.0 27.5
25%-50% 32.0 30.0 29.0
0%-25% 32.2 31.1 30.5
Batas paparan yang di berbolehkan di terima para pekerja di pengaruhi oleh
pancaran panas di suatu tempat itu sendiri, sesuai perhitungan, dan di tentukan
dengan parameter Indeks Suhu Bola Basah, sehingga tidak seperti faktor fisika
lainnya yang telah memiliki satu nilai angka ketentuan yang di jadikan sebagai acuan
Nilai Ambang. Berdasarkan perhitungan ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang
didapatkan, dapat dianalisa dengan membandingkan nilai ISBB (Indeks Suhu Basah
dan Bola) yang didapatkan dengan nilai ambang batas ISBB (Indeks Suhu Basah dan
Bola). Dapat dikatakan bahwa ruang kuliah B2.04 FKM Unsri Masih aman untuk
beraktivitas dan melakukan pekerjaannya di lingkungan tersebut karena nilai ISBB
atau suhu lingkungan di ketiga titik tempat tersebut tidak melebihi NAB.
Suatu paparan panas memiliki Nilai Ambang Batas, dimana Nilai Ambang
Batas adalah nilai maksimal paparan panas yang masih bisa di terima manusia tanpa
mengakibatkan efek negatif serius dan dapat di terima dalam jangka maksimal 8 jam
sehari kerja dan 40 jam per minggu.
Namun perlu diperhatikan bahwa pengukuran yang kami lakukan tidak
sepenuhnya akurat, karena banyak faktor yang dapat mempengarui saat praktikum
dilaksanakan, seperti kurang teliti, alat yang belum terkalibrasi sepenuhnya,
perhitungan waktu yang salah, kesalahan penghitungan data, kesalahan
pembacaan, atau kesalahan praktikan menggunakan alat.
Adapun dari hasil yang ada, ketika terjadinya tekanan panas berlebih,
khusunya pada lingkungan kerja, maka dapat dilakukan suatu pengendalian
engineering control pada tekanan panas atau heat stress tersebut, seperti :
a. Isolasi sumber panas
b. Insulation dengan dibalut
c. Radiation shielding :
1) Relective shields dengan lembaran aluminium (dipantulkan).
2) Absobptive shielding dengan 2 atau 3 lembar logam dicat hitam (diserap).
3) Transparant shielding (kaca dengan ruang kontrol).
4) Flexible shielding dengan apron/overalls dilapisi aluminium dengan
memantulkan 90%.
d. Local exhaust ventilation dengan mengendalikan panas konveksi memakai
canopy hood.
e. Localized cooling at work station dengan pada suhu< 35 oC, mengalirkan udara
dingin ke pekerja.
f. General ventilation dengan suhu dan kelembaban udara tinggi (alamiah atau
mekanis).
g. Evaporation cooling dengan menyemprotkan air pada udara (penguapan air
sebagai proses pendinginan)
h. Chilled cooled system dengan air dialirkan melalui kumparan.
i. Cooled water system dengan air dialirkan kembali karena persediaan terbatas.

H. DAFTAR PUSTAKA
A. M Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Kemenakertrans RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Kemenakertrans RI.

Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Sagung


Seto.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Tim Hiperkes. 2004. Peraturan Perundang-undangan Hiperkes dan Keselamatan


Kerja. Semarang : Balai Hiperkes Jawa Tengah.
I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai