A. LATAR BELAKANG
Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan
potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga
kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang
melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan menurut standar kesehatan
(Tarwaka, 2008). Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas
dan dingin yang berada di luar batas standar kesehatan dapat menyebabkan
meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi
dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Persoalan tentang
bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim
menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita
dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan
temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang
toleransi terhadap temperatur lingkungan (Suma’mur, 2009).
Panas berlebih yang di timbulkan dari mesin-mesin yang ada dapat
mengakibatkan kelainan kesehatan pada pekerja, hal ini dinamakan dengan tekanan
panas (heat stress), yang merupakan beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh
manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja
dan tingkat aklimatisasi. Heat stress merupakan gejala akibat tubuh tidak mampu
menyesuaikan panas dengan keadaan lingkungan sekitar. Ketika panas bersamaan
dengan stres akibat tekanan kerja, kekurangan cairan, kondisi medis lainnya, kondisi
ini akan menimbulkan penyakit dan dapat mengakibatkan kematian. Tekanan panas
sangat memiliki pengaruh terhadap kesehatan dan kinerja pekerja. Dalam suatu
area kerja hendaknya dilakukan pengukuran tekanan panas, agar ketika panas di
suatu ruangan telah terdeteksi melebihi nilai ambangnya, dapat segera di lakukan
tindakan agar tidak membahayakan pekerja dan tidak sampai melampaui nilai
ambang batas.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja, Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya. Peraturan tersebut tempat kerja memiliki
potensi bahaya yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan atau penyakit, baik yang
bersifat langsung maupun secara continue.
Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Sedangkan tempat kerja yang
tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan bertambahnya beban kerja.
Kenyamanan dari suatu tempat kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya
(PER.13/MEN/X/2011). Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka
pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu
menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktifitas dan efisiensi kerja.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mamp melakukan pengukuran iklim kerja.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis hasil pengukuran.
3. Mahasiswa mengetahui kondisi iklim kerja di ruang kuliah B2.04 FKM Unsri.
C. TEORI
1. Pengertian Iklim Kerja
Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat di lingkungan kerja
seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya
mempengaruhi tenaga kerja. Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah
iklim kerja. Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim / cuaca tertentu
yang disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja
dingin. Dalam Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. PER 13/MEN/X/2011tentang
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut Suma’mur PK, iklim kerja adalah
kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu
radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
seseorang.
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu
sistem pengatur suhu (system thermoregulator). Suhu menetap ini adalah
akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai
akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan
sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24
derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius.
7. Perundang-undangan
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011,
tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
b. Threshold Limit Value (TLV) American Conference of Govermenta Industrial
Hygienists (ACGIH ,2012)
c. Menurut Kemenkes No. 1405 ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
d. UU No.1 thn 1970 : keselamatan kerja, pasal 3 ayat 1 (g). SNI 16-70063-2004
: NAB Iklim Kerja (panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi
Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.
D. ALAT UKUR
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keadaan iklim kerja adalah ISBB (Indeks
Suhu Basah dan Bola) atau WBGT (Wet Bulb Globe Temperature)
Display screen
Tombol On/Of
Tombol MEM
Gambar 1. Alat Ukur Iklim Kerja
E. CARA UKUR
1. Tentukan titik engukuran
2. Menyiapkan alat dan merangkai pada statif.
3. Memberi air pada alat wet sensor bar, lalu menekan ON, dan biarkan sekitar
10 menit.
4. Tekan tombol MEM dan catat pengukuran (log) yang akan dilakukan.
5. Pengukuran akan dilakukan selama 1 menit per 15 detik.
6. Lalu perhatikan angka di display dan catat hasilnya.
7. Hasil pengukuran berupa nilai Globe, Wet bulb, Dry bulb, WBGT Out (karena
pengukuran dilakukan di dalam ruangan)
F. HASIL UKUR
Tabel 4. Hasil Pengukuran Iklim Kerja
NO Tempat Pengukuran Hasil Pengukuran Nilai NAB Keterangan
1 Ruang kuliah B2.04 Suhu Basah (Tn) : 27,3 OC Berat : 30,5 OC Di bawah NAB
FKM Unsri Suhu Globe (Tg) : 27,4 OC Sedang : 31,1 OC
Suhu kering (T) : 27,3 OC Ringan : 32,2 OC
Suhu di Dalam Ruangan
(WBGT In) : 27,3 OC
Sumber : Data Primer Kelompok 2
G. ANALISIS
Dari hasil praktikum pengukuran iklim kerja yang dilakukan di ruang kuliah
B2.04 FKM unsri pada :
Hari/tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang kuliah B2.04 FKM Unsri
Pukul : 14.00-15.00 WIB
Alat : ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) / WBGT (Wet Bulb Globe
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkiTemperature
Hasil yang didapatkan pada pengukuran iklim kerja (di dalam ruangan)
adalah 27,3 OC. Bila dibandingankan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja maka ruang kuliah B2.04 FKM Unsri memenuhi
syarat iklim kerja ruangan atau dapat dikatakan suhu ruangan B2.02 masih di bawah
Nilai Ambang Batas. Dalam nilai ambang batas iklim kerja menggunakan parameter
ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Nomor: PER-13/MEN/X/2011, yaitu :
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB OC
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75%-100% 31.0 28.0 -
50%-75% 31.0 29.0 27.5
25%-50% 32.0 30.0 29.0
0%-25% 32.2 31.1 30.5
Batas paparan yang di berbolehkan di terima para pekerja di pengaruhi oleh
pancaran panas di suatu tempat itu sendiri, sesuai perhitungan, dan di tentukan
dengan parameter Indeks Suhu Bola Basah, sehingga tidak seperti faktor fisika
lainnya yang telah memiliki satu nilai angka ketentuan yang di jadikan sebagai acuan
Nilai Ambang. Berdasarkan perhitungan ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang
didapatkan, dapat dianalisa dengan membandingkan nilai ISBB (Indeks Suhu Basah
dan Bola) yang didapatkan dengan nilai ambang batas ISBB (Indeks Suhu Basah dan
Bola). Dapat dikatakan bahwa ruang kuliah B2.04 FKM Unsri Masih aman untuk
beraktivitas dan melakukan pekerjaannya di lingkungan tersebut karena nilai ISBB
atau suhu lingkungan di ketiga titik tempat tersebut tidak melebihi NAB.
Suatu paparan panas memiliki Nilai Ambang Batas, dimana Nilai Ambang
Batas adalah nilai maksimal paparan panas yang masih bisa di terima manusia tanpa
mengakibatkan efek negatif serius dan dapat di terima dalam jangka maksimal 8 jam
sehari kerja dan 40 jam per minggu.
Namun perlu diperhatikan bahwa pengukuran yang kami lakukan tidak
sepenuhnya akurat, karena banyak faktor yang dapat mempengarui saat praktikum
dilaksanakan, seperti kurang teliti, alat yang belum terkalibrasi sepenuhnya,
perhitungan waktu yang salah, kesalahan penghitungan data, kesalahan
pembacaan, atau kesalahan praktikan menggunakan alat.
Adapun dari hasil yang ada, ketika terjadinya tekanan panas berlebih,
khusunya pada lingkungan kerja, maka dapat dilakukan suatu pengendalian
engineering control pada tekanan panas atau heat stress tersebut, seperti :
a. Isolasi sumber panas
b. Insulation dengan dibalut
c. Radiation shielding :
1) Relective shields dengan lembaran aluminium (dipantulkan).
2) Absobptive shielding dengan 2 atau 3 lembar logam dicat hitam (diserap).
3) Transparant shielding (kaca dengan ruang kontrol).
4) Flexible shielding dengan apron/overalls dilapisi aluminium dengan
memantulkan 90%.
d. Local exhaust ventilation dengan mengendalikan panas konveksi memakai
canopy hood.
e. Localized cooling at work station dengan pada suhu< 35 oC, mengalirkan udara
dingin ke pekerja.
f. General ventilation dengan suhu dan kelembaban udara tinggi (alamiah atau
mekanis).
g. Evaporation cooling dengan menyemprotkan air pada udara (penguapan air
sebagai proses pendinginan)
h. Chilled cooled system dengan air dialirkan melalui kumparan.
i. Cooled water system dengan air dialirkan kembali karena persediaan terbatas.
H. DAFTAR PUSTAKA
A. M Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.