Anda di halaman 1dari 13

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF MATEMATIS MELALUI DISCOVERY LEARNING


BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH
Jayanti Putri Purwaningrum
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Muria Kudus
jayanti.putri@umk.ac.id

ABSTRACT

Mathematical creative thinking ability is one of the capabilities that need to be owned and
developed in students who study mathematics from primary to university level. This is due to those
abilities in accordance with the vision of mathematics, national education goals and learning
objectives of the school mathematics. This paper is a contribution of new ideas for implementing
the curriculum in education so as to develop mathematical creative thinking ability in school.
Information about mathematical creative thinking ability derived based on a literature review. The
study results are expected that mathematical creative thinking ability can progress through
discovery learning based scientific approach.

Keywords: Mathematical Creative Thinking Ability, Discovery Learning Based Scientific


Approach.

ABSTRAK

Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah salah satu kemampuan yang perlu dimiliki dan
dikembangkan pada siswa yang belajar matematika dari tingkat SD sampai tingkat perguruan
tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan-kemampuan tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan
pendidikan nasional, dan tujuan pembelajaran matematika sekolah. Makalah ini merupakan
sumbangan pemikiran baru bagi pelaksana kurikulum di dunia pendidikan agar mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif matematis di sekolah. Informasi tentang kemampuan berpikir kreatif
matematis diperoleh berdasarkan kajian literatur. Hasil kajian diharapkan bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dapat berkembang melalui discovery learning berbasis scientific
approach.

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Discovery Learning Berbasis Scientific
Approach

PENDAHULUAN Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,


berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
Tujuan pendidikan yang diselenggarakan warga negara yang demokratis serta
pada setiap satuan pendidikan mengacu pada bertanggung jawab. Salah satu cara untuk
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 yaitu mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah
mengembangkan siswa agar menjadi manusia dengan dimuatnya matematika sebagai mata
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 145


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
pelajaran wajib bagi siswa dari tingkat SD sejenis. Pada matematika, kemampuan
sampai tingkat perguruan tinggi. berpikir kreatif matematis merupakan produk
Pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 dari kreativitas matematika sedangkan
tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam
Dasar Kurikulum 2006, disebutkan bahwa pembelajaran yang diarahkan untuk
matematika perlu diberikan kepada semua mendorong atau memunculkan kreativitas
siswa mulai dari sekolah dasar untuk siswa. Walaupun dalam Kurikulum KTSP
membekali siswa dengan kemampuan berpikir 2006 maupun Kurikulum 2013, kemampuan
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif berpikir kreatif matematis merupakan
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi kemampuan yang harus dikuasai siswa, akan
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki tetapi pada kenyataannya pengembangan
kemampuan memperoleh, mengelola, dan kemampuan tersebut belum optimal.
memanfaatkan informasi untuk bertahan Studi yang dilakukan oleh Risnanosanti
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak (2009) menyebutkan bahwa pada kelas XI
pasti, dan kompetitif. Salah satu tujuan salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di
pembelajaran matematika dalam Kurikulum kota Bengkulu, siswa kurang mampu dalam
2006 adalah mengembangkan aktivitas kreatif menyelesaikan soal-soal pada salah satu
yang melibatkan imajinasi, intuisi dan indikator kemampuan berpikir kreatif
penemuan, dengan mengembangkan matematis, yakni kebaruan. Hal ini disebabkan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, mereka tidak terbiasa menyelesaikan
membuat prediksi dan dugaan serta mencoba- permasalahan dengan caranya sendiri. Selain
coba. Kurikulum tersebut juga menyebutkan itu, berkaitan dengan pembelajaran
bahwa salah satu prinsip kegiatan belajar matematika di kelas XI tersebut, terungkap
mengajar adalah mengembangkan kreativitas bahwa siswa belum terbiasa dalam
siswa. Dengan demikian, kurikulum KTSP memecahkan soal matematika yang bersifat
2006 mengisyaratkan bahwa pentingnya terbuka. Penelitian kualitatif Purwaningrum
mengembangkan kreativitas dalam (2012) pada siswa kelas XI salah satu SMA di
pembelajaran matematika. Kabupaten Pekalongan yang membagi siswa
Pentingnya pengembangan kreativitas menjadi tiga kelompok yaitu kelompok siswa
pada matematika juga terdapat pada kreatif, kurang kreatif dan tidak kreatif,
Kurikulum 2013. Hal ini terbukti dengan menunjukkan bahwa pada pembelajaran
adanya Peraturan Pemerintah Nomor 17 pengajuan masalah, siswa pada kategori
Tahun 2010 dalam Kurikulum 2013 tentang kurang kreatif dan tidak kreatif mengalami
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, kesulitan pada indikator fleksibilitas dan
yang menyebutkan bahwa tujuan kebaruan. Siswa pada kelompok kategori
penyelenggaraan pendidikan dasar dan tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk
menengah yaitu membangun landasan bagi memunculkan ide. Ketika menemukan ide,
berkembangnya potensi siswa agar menjadi mereka juga tidak yakin terhadap ide soal
manusia yang berilmu, cakap, kritis, kreatif, pengajuan masalah sekaligus penyelesaian
dan inovatif. Kurikulum tersebut juga masalahnya.
menyebutkan bahwa salah satu kriteria Kurang optimalnya pengembangan
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan kemampuan berpikir kreatif matematis juga
yang harus dimiliki oleh siswa yaitu memiliki dapat dilihat dari penelitian Huda (2014) di
kemampuan berpikir kreatif dalam ranah kelas VIII salah satu SMP di Kota Bandung,
abstrak dan konkret sesuai dengan yang yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang uji perbedaan rata-rata data skor posttest,

146 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menyarankan pembelajaran matematika yang
yang memperoleh pembelajaran open-ended mendorong berpikir kreatif dan berpikir
dengan setting kooperatif lebih baik daripada tingkat tinggi antara lain dapat dilakukan
siswa yang memperoleh pembelajaran melalui belajar dalam kelompok kecil,
konvensional. Artinya, perlakuan yang menyajikan tugas non rutin, dan tugas yang
diberikan terhadap kedua kelas memberikan menuntut strategi kognitif dan metakognitif
kontribusi terhadap kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran dalam matematika yang
kreatif matematisnya. Akan tetapi hasil yang memenuhi kiteria tersebut antara lain yaitu
dicapai siswa belum maksimal sehingga masih discovery learning berbasis scientific
perlu ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan approach.
siswa belum terbiasa mengembangkan Bruner (Kemendikbud, 2014)
kemampuan berpikir kreatif matematisnya, mendefinisikan discovery learning sebagai
yang diperkuat dengan adanya keluhan siswa suatu situasi dimana materi yang diajarkan
pada saat diminta memunculkan berbagai tidak dalam bentuk final atau sudah jadi tetapi
alternatif jawaban.Huda (2014) menjelaskan diperlukan kegiatan mental siswa lebih dulu
lebih lanjut bahwa hasil tes kemampuan sehingga membentuk pengetahuan baru dalam
berpikir kreatif matematis yang diperoleh struktur kognitif siswa. Discovery learning
siswa belum maksimal sebab tidak semua berbasis scientific approach diartikan sebagai
siswa di kelas membuka diri dengan pembelajaran dalam kelompok kecil yang
pendekatan yang dilakukan. Terkadang siswa membimbing siswa untuk menemukan suatu
malas untuk berpikir, mencari ide lain atau konsep dengan menggunakan pendekatan
solusi alternatif dari masalah yang diberikan. ilmiah, melalui beberapa tahapan, yaitu: (1)
Penyebab lainnya yaitu siswa terbiasa dengan Stimulasi atau pemberian rangsangan; (2)
soal rutin dan tidak dibiasakan untuk mencari Identifikasi atau pernyataan masalah; (3)
sendiri penyelesaian masalah dengan cara Pengumpulan data; (4) Pengolahan data; (5)
yang berbeda dengan temannya. Pembuktian; dan (6) Generalisasi atau
Berdasarkan data penelitian yang telah menarik kesimpulan.
disebutkan, dapat diketahui bahwa penyebab Berdasarkan latar belakang di atas,
mengapa kreativitas dalam pembelajaran adapun rumusan masalah yang perlu dikaji
matematika tidak dapat berkembang secara yaitu bagaimanakah cara untuk
optimal karena seseorang terlalu dibiasakan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
untuk berpikir secara prosedural sehingga siswa melalui discovery learning berbasis
terhalang kemungkinannya untuk merespon scientific approach? Sedangkan tujuan dari
dan memecahkan persoalan secara bebas. penulisan makalah ini yaitu menggali
Orang yang berpikir secara prosedural informasi berdasarkan kajian literatur tentang
semacam ini terbiasa mengikuti pola bersikap cara untuk mengembangkan kemampuan
dan berperilaku sebagaimana pola yang berpikir kreatif siswa melalui discovery
dikembangkan oleh lingkungannya. Hal ini learning berbasis scientific approach.
sebagaimana dikemukakan oleh Sugilar
(2012) bahwa kemampuan berpikir kreatif Kajian Pustaka dan Pembahasan
matematis siswa tidak dapat berkembang 1.1 Berpikir
dengan baik apabila dalam proses kegiatan Mahmud (2010) menyatakan bahwa
belajar mengajar, metode pembelajaran yang dalam tataran praktik, berpikir memiliki tiga
digunakan di sekolah masih berpusat pada definisi yaitu: (1) Berpikir adalah mengotak-
guru yang tidak melibatkan siswa secara aktif atik rumus; (2) Berpikir adalah
dalam pembentukan konsep. Sumarmo (2005) mendefinisikan objek konkret menjadi abstrak

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 147


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
melalui visualisasi; dan (3) Berpikir adalah dapat mengungkapkan potensi yang mereka
menarik kesimpulan dari realitas yang miliki.
dipahami. Di sisi lain, Suryadi (2005)
menyatakan bahwa berpikir berkaitan erat 1.2 Kreativitas
dengan apa yang terjadi di dalam otak Definisi kreativitas menurut Seltzer dan
manusia dan fakta-fakta yang ada dalam dunia Bentley (Craft, 2001) adalah penerapan
sehingga bisa divisualisasikan dan berpikir pengetahuan dan keterampilan dalam cara-
(manakala diekspresikan) bisa diobservasi dan cara baru untuk mencapai tujuan yang
dikomunikasikan. diharapkan. Untuk mencapai hal tersebut,
Pada umumnya, berpikir diasumsikan siswa harus memiliki empat hal yaitu: (1)
sebagai proses kognitif yaitu suatu aktivitas Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah
mental yang lebih menekankan penalaran baru, bukan tergantung pada orang lain untuk
untuk memperoleh pengetahuan (Presseisen mendefinisikannya; (2) Kemampuan untuk
dalam Somakim, 2010). Ruggiero (Siswono, mentransfer pengetahuan yang didapat dalam
2008) mengartikan berpikir sebagai suatu satu konteks yang lain dalam rangka untuk
aktivitas mental untuk membantu memecahkan masalah; (3) Sebuah keyakinan
memformulasikan atau memecahkan suatu dalam belajar sebagai suatu proses mental,
masalah, membuat suatu keputusan, atau dimana akan meningkatkan keberhasilan; dan
memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat ini (4) Kemampuan untuk memusatkan perhatian
menunjukkan bahwa ketika seseorang dalam mengejar tujuan. Selanjutnya,
merumuskan suatu masalah, memecahkan Munandar (1999) mendefinisikan kreativitas
masalah, ataupun ingin memahami sesuatu menggunakan pendekatan atau strategi empat
maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. P, yaitu sebagai berikut.
Kaitannya dengan pendidikan a. Pribadi, kreativitas adalah ungkapan dari
matematika, Sumarmo (2006) secara umum keunikan individu ketika berinteraksi
mengartikan berpikir matematik sebagai dengan lingkungannya. Dari ungkapan
pelaksanaan kegiatan atau proses matematika pribadi yang unik inilah diharapkan
(doing math) atau tugas matematika timbul berbagai ide-ide baru dan produk-
(mathematical task). Ditinjau dari kedalaman produk yang inovatif.
atau kegiatan matematik, kegiatan berpikir b. Pendorong, menekankan pada kondisi
dalam matematika dibagi menjadi dua, yaitu internal (dorongan yang berasal
berpikir matematik tingkat rendah (low order lingkungan) yang dapat mendorong
mathematical thinking) dan berpikir seseorang untuk mengembangkan
matematik tingkat tinggi (high order kreativitasnya. Dengan demikian, untuk
mathematical thinking). mewujudkan bakat kreatif siswa maka
Pada proses pembelajaran, proses diperlukan dorongan dan dukungan dari
terjadinya berpikir merupakan faktor yang lingkungan (motivasi eksternal) yang
paling penting. Piaget (Suryadi, 2005) berupa apresiasi, dukungan, pemberian
mengemukakan tiga faktor dalam penghargaan, pujian, dan lain-lain.
pembelajaran berpikir, yaitu (1) Perlunya c. Proses, kreativitas adalah kesempatan
memperhatikan mengapa seorang anak untuk bersibuk diri secara kreatif.
berpikir dengan cara tertentu; (2) Perlu diingat Pendidik hendaknya dapat merangsang
bahwa berpikir adalah berbuat sehingga anak untuk melibatkan dirinya dalam
merupakan suatu proses yang aktif; dan (3) berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini
Perlu bagi anak untuk melakukan eksplorasi yang penting adalah memberikan
tentang konsep-konsep kunci tertentu yang

148 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
kebebasan kepada anak untuk tesebut merupakan ide-ide gabungan yang
mengapresiasikan dirinya secara kreatif. sebelumnya belum digabung-gabungkan.
d. Produk, kondisi yang memungkinkan Pendapat Usman dan LTISN tersebut sejalan
seseorang untuk menciptakan produk dengan Evans (Siswono, 2008) yang
kreatif bermakna yang berasal dari menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah
kondisi pribadi dan lingkungannya. suatu aktivitas mental untuk membuat
Kondisi tersebut melibatkan seseorang hubungan-hubungan (connections) yang terus
dalam proses kreatif. menerus sehingga ditemukan kombinasi yang
Krutetskii (Siswono, 2008) menjelaskan
bahwa kemampuan kreatif sekolah kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan
berhubungan pada suatu penguasaan kreatif sesuatu atau melalui kemiripan analogis.
mandiri (independent) matematika di bawah Asosiasi ide-ide tersebut kemudian
pengajaran matematika, formulasi mandiri membentuk ide baru. Dari pendapat Usman,
masalah-masalah matematis yang tidak rumit LTISN dan Evans, dapat ditarik kesimpulan
(uncomplicated), penemuan cara-cara dan bahwa berpikir kreatif mengabaikan
sarana dari penyelesaian masalah, penemuan hubungan-hubungan yang sudah ada untuk
bukti-bukti teorema, pendeduksian mandiri kemudian menciptakan hubungan-hubungan
rumus-rumus dan penemuan metode-metode tersendiri. Pendapat-pendapat tersebut
asli penyelesaian masalah non standar. Semua menunjukkan bahwa berpikir kreatif
itu tidak diragukan lagi adalah suatu merupakan kegiatan mental untuk menemukan
manivestasi dari kreativitas matematis. suatu kombinasi yang belum pernah ada
Penjelasan Kruteskii menunjukkan bahwa sebelumnya.
kreativitas matematika sekolah merupakan Munandar (1999) mengindikasikan
bagian dari kreativitas matematika yang kemampuan berpikir kreatif adalah
meliputi formulasi masalah matematis, kemampuan menemukan banyak
pemecahan masalah, penemuan bukti-bukti kemungkinan jawaban terhadap suatu
teorema, atau deduksi struktur matematis. masalah, dimana penekanannya pada
Kreativitas matematika sekolah tersebut dapat kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman
berupa formulasi (pengajuan) masalah jawaban. Pendapat tersebut menunjukkan
matematis yang tidak rumit, penemuan cara- bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang
cara penyelesaian suatu masalah, pembuktian makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan
teorema, atau penurunan rumus-rumus. banyak kemungkinan jawaban pada suatu
masalah. Semua jawaban itu harus sesuai,
tepat, dan bervariasi. Lebih lanjut, Munandar
1.3 Kemampuan Berpikir Kreatif (1999) menjelaskan bahwa ciri-ciri
Matematis kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut.
Berpikir kreatif merupakan suatu a. Fluency (keterampilan berpikir lancar)
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan yaitu keterampilan berpikir lancar
memperhatikan intuisi, menghidupkan memiliki ciri-ciri yaitu mencetuskan
imajinasi, mengungkapkan kemungkinan- banyak pendapat, jawaban, penyelesaian
kemungkinan baru, membuat sudut pandang masalah, memberikan banyak cara atau
yang menakjubkan dan membangkitkan ide- saran dalam melakukan berbagai hal, dan
ide yang tidak terduga (Usman, 2014). selalu memikirkan lebih dari satu
Selanjutnya, LTSIN (2004) mendefinisikan jawaban.
secara khusus berpikir kreatif adalah proses b. Flexibility (keterampilan berpikir luwes)
untuk menghasilkan ide baru dan ide baru yaitu keterampilan menghasilkan gagasan,

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 149


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu
dapat melihat suatu masalah dari sudut prinsip. Proses mental tersebut, misalnya
pandang yang berbeda-beda, mencari mengamati, menggolong-golongkan, membuat
banyak alternatif pemecahan yang dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
berbeda-beda dan mampu mengubah cara kesimpulan, dan sebagainya. Yang dimaksud
pendekatan. konsep, misalnya segitiga, demokrasim panas,
c. Originality (keterampilan berpikir energi, dan sebagainya, sedangkan prinsip,
orisinil) yaitu kemampuan melahirkan misalnya logam apabila dipanaskan akan
gagasan baru dan unik, memikirkan cara mengembang, lingkungan berpengaruh
yang tidak lazim untuk mengungkapkan terhadap organisme, dan sebagainya. Menurut
diri, dan mampu membuat kombinasi Kemendibud (2014), discovery learning lebih
yang tidak lazim. menekankan pada ditemukannya konsep atau
d. Elaboration (keterampilan memperinci) prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dan
yaitu kemampuan memperkaya dan pada discovery, masalah yang diajukan kepada
mengembangkan suatu gagasan atau siswa merupakan masalah yang direkayasa
produk, dan menambahkan atau oleh guru.
memperinci secara detil dari suatu situasi Bruner (Arends, 2008) menjelaskan
sehingga lebih menarik. bahwa discovery learning adalah sebuah
Kemampuan berpikir kreatif dalam model pengajaran yang menekankan
matematika mengacu pada pengertian pentingnya membantu siswa untuk memahami
kemampuan berpikir kreatif secara umum. struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu,
Krulik dan Rudnick (Siswono, 2007) kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam
menjelaskan bahwa berpikir kreatif proses belajar, dan keyakinan bahwa
merupakan pemikiran yang bersifat asli, pembelajaran sejati terjadi melalui personal
reflektif, dan menghasilkan suatu produk yang discovery (penemuan pribadi). Kemendikbud
kompleks. Kemampuan berpikir tersebut (2014) menambahkan bahwa prinsip belajar
melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide- yang nampak jelas dalam discovery learning
ide baru dan menentukan efektivitasnya. adalah materi atau bahan ajar yang akan
Selain itu, juga melibatkan kemampuan untuk disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
membuat keputusan dan menghasilkan produk final tetapi siswa didorong untuk
yang baru. Pengertian ini tidak menyebutkan mengidentifikasi apa yang ingin diketahui,
bahwa berpikir kreatif hanya bersifat intuitif kemudian dilanjutkan dengan mencari
yang lepas dari berpikir logis, dan tidak pula informasi sendiri dengan melakukan berbagai
menyebutkan dengan tegas bahwa berpikir kegiatan menghimpun informasi,
kreatif sebagai sintesis atau kombinasi dari membandingkan, mengkategorikan,
berpikir logis dan berpikir divergen yang menganalisis, mengintegrasikan,
intuitif. Pendapat Krulik dan Rudnick lebih mengorganisasi atau membentuk (konstruktif)
melihat berpikir kreatif sebagai satu kesatuan apa yang mereka ketahui dan mereka pahami
yang di dalamnya terdapat proses berpikir dalam suatu bentuk akhir (membuat
logis maupun divergen yang saling menunjang kesimpulan).
dan tidak terpisahkan. Pernyataan Kemendibud sejalan dengan
pendapat Herdian (2010), yang
1.4 Discovery Learning Berbasis mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
Scientific Approach discovery, siswa dibiarkan menemukan sendiri
Sund (Suryosubroto, 2009) berpendapat atau mengalami proses mental sendiri, guru
bahwa discovery adalah proses mental dimana hanya membimbing dan memberikan intruksi.

150 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
Penggunaan discovery learning, pada dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
dasarnya ingin mengubah kondisi belajar yang prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena
pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah itu, metode ilmiah umumnya memuat
pembelajaran yang teacher oriented ke student serangkaian aktivitas pengumpulan data
oriented. Mengubah modus pembelajaran melalui observasi atau ekperimen, mengolah
ekspositori dimana siswa hanya menerima informasi atau data, menganalisis, kemudian
informasi secara keseluruhan dari guru ke memformulasi, dan menguji hipotesis. Proses
modus pembelajaran discovery dimana siswa pembelajaran
menemukan informasi sendiri (Kemendikbud, Dari paparan di atas, dapat disimpulkan
2014). Hal itu sama halnya dengan pernyataan bahwa discovery learning berbasis scientific
Schuman (Suryosubroto, 2009) yang approach diartikan sebagai pembelajaran
menyatakan proses pengajaran discovery dalam kelompok kecil yang membimbing
melibatkan murid dalam proses kegiatan siswa untuk menemukan suatu konsep dengan
mental melalui tukar pendapat berwujud menggunakan pendekatan ilmiah, melalui
diskusi, seminar, dan sebagainya. Artinya, beberapa tahapan, yaitu: (1) Stimulasi atau
proses pengajaran berpindah dari situasi pemberian rangsangan; (2) Identifikasi atau
teacher dominated learning ke situasi student pernyataan masalah; (3) Pengumpulan data;
dominated learning. (4) Pengolahan data; (5) Pembuktian; dan (6)
Syah (Kemendikbud, 2014) menjelaskan Generalisasi atau menarik kesimpulan.
bahwa terdapat beberapa prosedur yang harus Pendekatan ilmiah yang dilakukan meliputi:
dilaksanakan dalam mengaplikasikan (1) Mengamati; (2) Menanya; (3)
discovery learning yaitu: (1) ) Stimulasi atau Mengumpulkan informasi; (4) Mengasosiasi;
pemberian rangsangan; (2) Identifikasi atau dan (5) Mengkomunikasikan.
pernyataan masalah; (3) Pengumpulan data;
(4) Pengolahan data; (5) Pembuktian; dan (6) 1.5 Keterkaitan antara Kemampuan
Generalisasi atau menarik kesimpulan. Berpikir Kreatif Matematis dengan
Scientific approach atau lebih dikenal Discovery Learning Berbasis
dengan nama pendekatan saintifik merupakan Scientific Approach
pendekatam atau proses kerja yang memenuhi Matematika merupakan salah satu mata
kriteria ilmiah. Pendekatan ini lebih pelajaran inti baik dalam Kurikulum KTSP
mengedepankan pelararan induktif (inductive 2006 maupun Kurikulum 2013 yang diberikan
reasoning) dibandingkan dengan penalaran mulai dari pendidikan dasar. Pada
deduktif (deductivereasoning). Penalaran matematika, pengembangan kemampuan
induktif merupakan penalaran yang siswa tidak hanya untuk menghasilkan lulusan
memandang fenomena atau situasi spesifik yang mempunyai pengetahuan kognitif yang
untuk kemudian menarik simpulan secara luas tetapi juga memiliki keterampilam,
keseluruhan sedangkan penalaran deduktif kemampuan, sikap dan nilai untuk
melihat fenomena umum untuk kemudian melanjutkan pendidikan, tanggap terhadap
menarik simpulan yang spesifik. Metode perkembangan IPTEK dan seni serta
ilmiah mengacu pada teknik-teknik investigasi memecahkan masalah yang dihadapinya untuk
atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, hidup di masyarakat. Oleh karena itu, agar
memperoleh pengetahuan baru, atau sasaran tersebut dapat tercapai maka
mengoreksi dan memadukan pengetahuan penekanan pada proses pembelajaran tidak
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, hanya pada apa yang harus dipelajari (learning
metode pencarian (method of inquiry) harus what to be learn) tetapi belajar bagaimana
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang belajar (learning how to learn). Konsep

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 151


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
tersebut bertumpu pada empat pilar penemuan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran, yaitu (1) learning to know saintifik (discovery learning berbasis scientific
(belajar mengetahui); (2) learning to do approach) yang karakteristik kompetensinya
(belajar berbuat); (3) learning to be (belajar disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
mejadi dirinya); dan (4) learning to live Kemdikbud (2014) menyatakan bahwa
together (belajar menjadi dirinya). pendekatan saintifik yang diterapkan pada
Dewasa ini, telah terjadi pergeseran mata pelajaran matematika merupakan
paradigma pendidikan, yang semula pendekatan yang memenuhi kriteria ilmiah.
paradigma pendidikan berorientasi masukan Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
ke pendekatan yang berorientasi pada standar (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-
yang terdiri dari standar kompetensi lulusan, bukti dari objek yang dapat diobservasi,
standar isi, standar proses dan standar empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penilaian. Dengan kata lain, bergeser dari penalaran yang spesifik. Hal ini
ng harus mengakibatkan pada metode ilmiah umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan
data melalui ekperimen atau observasi,
mengolah informasi atau data, menganalisis,
melalui pendekatan ini, guru tidak lagi kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis. Dengan demikian, pada setiap
kegiatan belajar mengajar matematika, guru
Oleh karena itu, pendekatan harus memberikan kesempatan kepada siswa
pembelajaran yang tepat untuk mencapai untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam
berbagai kompetensi tersebut harus proses kognitifnya. Kegiatan pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yang meliputi (1) ranah yang dilakukan pun lebih menekankan pada
keterampilan (transformasi substansi atau pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu memahami
ranah pengetahuan
(transformasi substansi atau materi ajar agar
memperoleh pemahaman yang lebih
(transformasi substansi atau materi ajar agar mendalam. Penguasaan berbagai konsep
matematika memungkinkan siswa untuk
demikian, hasil akhir dari pengoptimalan mengembangkan berbagai kemampuan dalam
ketiga ranah tersebut adalah peningkatan dan menjelaskan berbagai peristiwa alam yang
keseimbangan antara kemampuan untuk dialami maupun yang dibaca dengan
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan gagasannya sendiri, diantaranya adalah
manusia yang memiliki kecakapan (hard kemampuan berpikir kreatif matematis.
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek Berdasarkan uraian di atas, proses
kompetensi sikap, keterampilan, dan pembelajaran matematika tidak hanya sekadar
pengetahuan. memperoleh hasil (product) dalam bentuk
Baik pada Kurikulum 2006 maupun
Kurikulum 2013 terdapat tiga komponen diperlukan kemampuan berpikir kreatif
pokok yang harus dikembangkan dan matematis dalam diri siswa untuk
berorientasi pada karakteristik kompetensi mengungkapkan kemampuannya dalam
keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Salah berbagai cara.
satu pembelajaran yang akhir-akhir ini banyak Pada umumnya, setiap orang mengetahui
digunakan di sekolah-sekolah adalah model pengertian dari kemampuan berpikir kreatif

152 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
dan betapa pentingnya kemampuan tersebut menjadi seorang problem solver, seorang
dalam segala aspek kehidupan. Hal ini terlihat scientist, historin, atau ahli matematika
dari bagaimana orang selalu membicarakan sehingga melalui kegiatan tersebut, mereka
agar anak memiliki kemampuan berpikir akan menguasai, menerapkan, serta
kreatif, bahkan pengembangan kemampuan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
tersebut tidak hanya dalam dunia pendidikan dirinya. Lebih lanjut, Bruner (Mustafa, 2014)
tetapi juga pada setiap aspek, baik seni tari, mengidentifikasi enam indikator dalam
seni lukis, memasak, mendesain, discovery learning yang memunculkan
perkembangan ilmu pengetahuan, maupun perkembangan kognitif, yaitu: (1) Menanggapi
teknologi. Pertanyaannya? Bagaimana situasi dalam berbagai cara daripada selalu
menghasilkan siswa yang memiliki dengan cara yang sama; (2) Internalisasi
kemampuan berpikir kreatif?
Mariati (2006) menjelaskan bahwa siswa yang sesuai dengan ligkungan; (3)
yang kreatif dapat dihasilkan dengan Meningkatkan kapasitas bahasa; (4) Interaksi
melibatkan mereka untuk aktif dalam sistematis dengan tutor (orangtua, guru, atau
pembelajaran. Hingga saat ini keterlibatan contoh tauladan lain); (5) Bahasa sebagai
siswa dalam pembelajaran belum optimal. Hal sebuah instrumen untuk memerintahkan
ini sebabkan oleh pembelajaran yang lingkungan; dan (6) Meningkatkan kapasitas
mengarah pada teacher centered. Selain itu, untuk berhadapan dengan lebih dari satu
pembelajaran yang dilakukan lebih didominasi permintaan. Sedangkan komponen yang ada
oleh pertanyaan atau tugas-tugas dalam bentuk pada discovery learning yaitu: (1) Rasa ingin
pertanyaan tertutup baik dalam proses maupun tahu dan ketidakpastian; (2) Struktur
dalam hasil. Hal ini mengakibatkan siswa pengetahuan; (3) Pengurutan; dan (5) Motivasi
sudah terpola dan diarahkan untuk memilih (Thorsett dalam Mustafa, 2014).
satu jawaban yang benar sehingga potensi Terdapat beberapa prosedur yang harus
siswa tidak dapat digali dan dikembangkan. dilaksanakan dalam mengaplikasikan
Hal ini sejalan dengan pemikiran Munandar discovery learning yaitu sebagai berikut.
(2009), yang menyebutkan bahwa a. Stimulation (stimulasi atau pemberian
perkembangan optimal dari kemampuan rangsangan).
berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara Pada tahap ini, siswa dihadapkan pada
mengajar. Kemampuan berpikir kreatif anak sesuatu yang menimbulkan kebingungan,
akan berkembang atas prakarsanya sendiri bila kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
suasana pembelajaran tidak otoriter dan anak generalisasi, agar timbul keinginan untuk
diberi kesempatan untuk bekerja sesuai menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat
dengan minat serta kebutuhannya. Hal ini memulai kegiatan dengan mengajukan
dikarenakan guru menaruh kepercayaan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
berani mengemukakan gagasan baru. Pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
mata pelajaran matematika, pembelajaran tahap ini berfungsi untuk menyediakan
yang dapat mengembangkan kemampuan kondisi interaksi belajar yang dapat
berpikir kreatif matematis diantaranya adalah mengembangkan dan membantu siswa dalam
discovery learning berbasis scientific mengeksplorasi bahan. Pada hal ini, Bruner
approach. memberikan stimulasi dengan menggunakan
Menurut Bruner (Kemendikbud, 2014), teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
tujuan utama discovery learning adalah guru pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghadapkan siswa pada kondisi internal

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 153


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
yang mendorong eksplorasi. Dengan d. Data processing (pengolahan data)
demikian, seorang guru harus menguasai Pengolahan data merupakan kegiatan
teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada mengolah data dan informasi yang telah
siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk diperoleh siswa baik melalui wawancara,
mengeksplorasi dapat tercapai. observasi, dan sebagainya. Semua informasi
b. Problem statement (pernyataan atau hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
identifikasi masalah) sebagainya, semuanya diolah, diacak,
Setelah dilakukan stimulasi, langkah diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
selanjutnya adalah guru memberi kesempatan dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak pada tingkat kepercayaan tertentu. Data
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan processing disebut juga dengan pengkodean
dengan bahan pelajaran. Kemudian, salah atau coding kategorisasi yang berfungsi
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan Dari generalisasi tersebut, diharapkan siswa
masalah). Sedangkan menurut permasalahan akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan alternatif jawaban atau penyelesaian yang
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni perlu mendapat pembuktian secara logis.
pernyataan (statement) sebagai jawaban e. Verification (pembuktian)
sementara atas pertanyaan yang diajukan. Pada tahap ini, siswa melakukan
Memberikan kesempatan siswa untuk pemeriksaan secara cermat untuk
mengidentifikasi dan menganalisa membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
permasalahan yang mereka hadapi, merupakan yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif
teknik yang berguna dalam membangun siswa kemudian dihubungkan dengan hasil data
agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu processing. Dengan kata lain, berdasarkan
masalah. hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi
c. Data collection (pengumpulan data) yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga dirumuskan terdahulu, kemudian dicek,
memberi kesempatan kepada para siswa untuk apakah terjawab atau tidak atau apakah
mengumpulkan informasi sebanyak- terbukti atau tidak.
banyaknya yang relevan untuk membuktikan f. Generalization (menarik kesimpulan atau
benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini generalisasi)
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau Tahap generalisasi atau menarik
membuktikan benar tidaknya hipotesis. kesimpulan adalah proses menarik sebuah
Dengan demikian, anak didik diberi kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
berbagai informasi yang relevan, membaca masalah yang sama, dengan memperhatikan
literatur, mengamati objek, wawancara dengan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah mendasari generalisasi. Setelah menarik
siswa belajar secara aktif untuk menemukan kesimpulan, siswa harus memperhatikan
sesuatu yang berhubungan dengan proses generalisasi yang menekankan
permasalahan yang dihadapi sehingga secara pentingnya pe nguasaan pelajaran atas makna
tidak disengaja siswa menghubungkan dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
masalah dengan pengetahuan yang telah mendasari pengalaman seseorang, serta
dimiliki. pentingnya proses pengaturan dan generalisasi
dari pengalaman-pengalaman itu.

154 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
Discovery learning berbasis scientific melalui discovery learning berbasis scientific
approach merupakan pembelajaran dalam approach. Hal ini disebabkan pada
kelompok kecil yang membimbing siswa pembelajaran tersebut terdapat lingkungan
untuk menemukan suatu konsep dengan yang dapat memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
menggunakan pendekatan ilmiah, melalui pada tahap eksplorasi. Lingkungan tersebut
beberapa tahapan, yaitu: (1) Stimulasi atau disebut discovery learning environment, yaitu
pemberian rangsangan; (2) Identifikasi atau lingkungan dimana siswa dapat melakukan
pernyataan masalah; (3) Pengumpulan data; kegiatan eksplorasi, penemuan-penemuan baru
(4) Pengolahan data; (5) Pembuktian; dan (6) yang belum dikenal atau pengertian yang
Generalisasi atau menarik kesimpulan. mirip dengan yang sudah diketahui.
Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 Lingkungan tersebut dimaksudkan agar siswa
lampiran IV tentang Pedoman Umum dalam proses belajar dapat berjalan dengan
Pembelajaran dinyatakan bahwa proses baik dan lebih kreatif.
pembelajaran menggunakan pendekatan Pada discovery learning berbasis
ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar scientific approach siswa dituntut untuk
pokok yaitu: memiliki pemikiran-pemikiran sendiri dalam
a. Mengamati menyelesaikan tugas belajarnya. Selain itu,
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa juga diberi kebebasan untuk
yaitu membaca, mendengar, menyimak, mengemukakan pendapat atau ide-idenya pada
melihat (tanpa atau dengan alat). saat menyelesaikan suatu masalah melalui
b. Menanya; kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Kegiatan belajar yang dilakukan dapat Adanya kelompok-kelompok kecil tersebut
yaitu mengajukan pertanyaan tentang mengakibatkan siswa menjadi lebih giat dan
informasi yang tidak dipahami dari apa yang bersemangat ketika belajar. Selain itu, dengan
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan discovery learning berbasis scientific
informasi tambahan tentang apa yang diamati. approach, aktivitas mental siswa terfasilitasi,
c. Mengumpulkan informasi; teroptimalkan, dan mereka dapat berperan
Kegiatan belajar yang dilakukan dapat aktif dalam menemukan konsep sendiri, serta
yaitu melakukan eksperimen, membaca memiliki rasa percaya yang tinggi untuk
sumber lain selain buku teks, mengamati belajar matematika. Dengan demikian, pada
objek/ kejadian/, aktivitas dan wawancara pembelajaran tersebut, guru harus mendorong
dengan narasumber. agar siswa terus berpartisipasi sepenuhnya
d. Mengasosiasi; dalam aktivitas kelompok dan bertanggung
Kegiatan belajar yang dilakukan dapat jawab terhadap pekerjaannya. Selain itu, guru
yaitu mengolah informasi yang sudah memiliki tugas untuk mendorong siswa
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengemukakan ide dan pendapat serta
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari berpikir kreatif dalam memecahkan masalah
kegiatan mengamati dan kegiatan yang diberikan sehingga kemampuan berpikir
mengumpulkan informasi. kreatif matematis siswa dapat berkembang
e. Mengkomunikasikan. secara optimal. Ketika pemikiran siswa
Kegiatan belajar yang dilakukan dapat berkembang, ia akan semakin kokoh, semakin
yaitu Menyampaikan hasil pengamatan, berani mengambil risiko, sehingga
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara memungkinkan untuk menjadi kreatif.
lisan, tertulis, atau media lainnya. Manusia yang kreatif adalah manusia yang
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan berharga, terlebih dalam era teknologi
berpikir matematis dapat dikembangkan sekarang ini (Mariati, 2006).

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 155


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum
Simpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA
Simpulan
Berdasarkan kajian literatur dan Arends, R. I. (2008). Learning to Teach
pembahasan yang telah diuraikan maka (belajar untuk mengajar). Yogyakarta:
diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pustaka Belajar.
a. Kemampuan berpikir kreatif matematis
merupakan hal yang terpenting dalam Herdian. (2010). Metode Pembelajaran
bidang pendidikan. Dengan demikian, perlu Discovery (Penemuan). [Online].
upaya untuk mengembangkan kemampuan Tersedia di
tersebut, diantaranya melalui discovery https://herdy07.wordpress.com/2010/05/
learning berbasis scientific approach. 27/metode-pembelajaran-discovery-
b. Kemampuan berpikir kreatif matematis penemuan/. Diakses 19 Desember 2015.
perlu dipupuk dan dikembangkan untuk
Huda, U. (2014). Peningkatan Kemampuan
memungkinkan anak mewujudkan
Berpikir Kreatif Matematis dan Habits
potensinya secara optimal. Beberapa cara
of Thinking Independently (HTI) Siswa
guru untuk mengembangkan kemampuan
melalui Pendekatan Open-Ended
tersebut yaitu memberikan peluang bagi
dengan Setting Kooperatif. Tesis,
anak untuk mengungkapkan pikiran dan
Sekolah Pascasarjana, Universitas
perasaannya (discovery).
Pendidikan Indonesia.
Saran
Karena kemampuan berpikir kreatif Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru
matematis sangat diperlukan dalam mata Implementasi Kurikulum 2013 Tahun
pelajaran matematika, disarankan agar guru Ajaran 2013/2014. Jakarta: Badan
melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas Pengembangan Sumber Daya Manusia
pembelajaran, khususnya dalam membuat Pendidikan dan Kebudayaan dan
latihan, tugas maupun tes. Usahakan sedikit Penjamin Mutu Pendidikan.
mungkin pemecahan masalah yang diberikan
merupakan pemecahan yang menuntut satu LTSIN. (2004). Learning Thinking. Scotland:
jawaban yang benar. Guru sebaiknya lebih Learning and teaching Scotland.
sering menggunakan pembelajaran penemuan,
diantaranya yaitu discovery learning berbasis Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan.
scientific approach. Akan tetapi, pembelajaran Bandung: Pustaka Setia.
tersebut pada dasarnya membutuhkan waktu Mariati. (2006). Pengembangan Kreativitas
yang cukup banyak sehingga perlu manajemen Siswa Melalui Pertanyaan Divergen
waktu yang baik. Hal ini dikarenakan dalam pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
proses pembelajarannya, siswa dituntut untuk Alam (IPA). [Online]. Tersedia di
menyelesaikan masalah tanpa terlebih dahulu http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
diberikan konsepnya. Bagi siswa yang terbiasa 126306759773.pdf. Diakses 10 Oktober
dengan pembelajaran ekspositori, hal ini akan 2015.
membutuhkan penyesuaian waktu dan kadang
membutuhkan usaha ekstra dari guru dalam Munandar, S. C. U. (1999). Pengembangan
mendorong siswa agar terlibat aktif dalam Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT
proses pembelajaran. Rineka Cipta.
Mustafa, A. N. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

156 Jurnal Refleksi Edukatika


Vol. 6 No. 2 Juni 2016
serta Self-Efficacy dalam Pembelajaran Matematik Siswa Sekolah Menengah
Matematika melalui Discovery Pertama dengan Penggunaan
Learning. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Pendekatan Matematik Realistik.
Universitas Pendidikan Indonesia. Disertasi, Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwaningrum, J. P. (2012). Penerapan Model
Wallas untuk Mengidentifikasi Proses Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir
Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Matematis Tingkat Tinggi Siswa SLTP
Masalah Matematika Peserta Didik dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu
Kelas XI IPA Materi Pokok Fungsi melalui Berbagai Pendekatan
Komposisi. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran. Lemlit UPI: Laporan
Matematika VI. Jurusan Pendidikan Penelitian.
Matematika, FMIPA UNNES, hlm. 233-
240. __________. (2006). Pembelajaran untuk
Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Risnanosanti. (2009). Penggunaan Matematik. Makalah disajikan pada
Pembelajaran Inkuiri dalam Seminar Nasional Pendidikan
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Kreatif Siswa SMA di Kota Bengkulu. Alam, FPMIPA UPI, Bandung
Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika. Jurusan Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan
Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, Pembelajaran Tidak Langsung serta
hlm. 441-452. Pendekatan Gabungan Langsung dan
Tidak Langsung dalam Rangka
Siswono, T. Y. E.(2007). Penjenjangan Meningkatkan Kemampuan Matematik
Kemampuan Berpikir Kreatif dan Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi,
Identifikasi Tahap Berpikir Kreatif Sekolah Pascasarjana, Universitas
Siswa dan Memecahkan dan Pendidikan Indonesia.
Mengajukan Masalah Matematika.
Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Suryosubroto. B. (2009). Proses Belajar
Universitas Pendidikan Indonesia. Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta:
Jakarta.
__________. (2008). Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Pengajuan dan Usman, M. R. (2014). Meningkatkan
Pemecahan Masalah untuk Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Komunikasi Serta Disposisi Berpikir
Kreatif. Surabaya: Unesa University Kreatif Matematis Siswa SMP melalui
Press Pembelajaran Inkuiri Model Alberta.
Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Somakim. (2010). Peningkatan Kemampuan Pendidikan Indonesia.
Berpikir Kritis dan Self-Efficacy

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 157


Melalui Discovery Learning Berbasis Scientific Approach
Jayanti Putri Purwaningrum

Anda mungkin juga menyukai